Lompat ke isi

Nasionalisme Suriah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20231209)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(45 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Syrian nationalists.jpg|jmpl|Duduk dari kiri ke kanan: [[Syukri al-Quwatli]] (bakal presiden), [[Saadallah al-Jabiri]] (bakal perdana menteri), [[Rida al-Syurbaji]] (salah seorang pendiri Blok Kebangsaan), Syekh Saleh al-Ali (pemimpin pemberontakan Pesisir Suriah pada 1919). Berdiri dari kiri ke kanan: Haji [[Adib Khair]], [[Ibrahim Hananu]] (pemimpin [[Pemberontakan Hananu|Pemberontakan Aleppo]]).]]
'''Nasionalisme Suriah''' atau '''nasionalisme Pan-Suriah''' adalah istilah yang digunakan sebagai sebutan bagi [[nasionalisme|paham kebangsaan]] di [[Syam|negeri Syam]] atau [[hilal subur|kawasan Bulan Sabit Subur]] sebagai satu kesatuan budaya atau politik yang disebut "[[Syam|Suriah Raya]]". Nasionalisme Suriah bukanlah [[nasionalisme Arab]], yakni doktrin resmi dari [[Partai Ba'ath Sosialis Arab – Kawasan Suriah|Partai Ba'ath]] yang menguasai pemerintahan negara [[Suriah|Republik Arab Suriah]]. Nasionalisme Suriah tidak pula memperjuangkan kepentingan negara dan pemerintah Suriah saat ini, malah paham kebangsaan ini sudah lahir jauh sebelum berdirinya negara Suriah modern ([[Kemerdekaan|merdeka]] dari [[kolonialisme|penjajahan]] [[Perancis]] pada 1946). Penggunaan kata "Suriah" dalam istilah ini sebenarnya mengacu pada kawasan yang lebih luas daripada wilayah negara Suriah modern, yakni kawasan yang disebut [[Levant|''Levante'']] dalam [[bahasa Perancis]] atau [[Syam|''Asy-Syam'']] ({{lang|ar|الـشَّـام‎}}) dalam [[bahasa Arab]].
'''Nasionalisme Suriah''' atau '''nasionalisme Pan-Suriah''' adalah istilah yang digunakan sebagai sebutan bagi [[nasionalisme|paham kebangsaan]] di [[Syam|negeri Syam]] atau [[hilal subur|kawasan Bulan Sabit Subur]] sebagai satu kesatuan budaya atau politik yang disebut "[[Syam|Suriah Raya]]". Nasionalisme Suriah bukanlah [[nasionalisme Arab]], yakni doktrin resmi dari [[Partai Ba'ath Sosialis Arab – Kawasan Suriah|Partai Ba'ath]] yang menguasai pemerintahan negara [[Suriah|Republik Arab Suriah]]. Nasionalisme Suriah tidak pula memperjuangkan kepentingan negara dan pemerintah Suriah saat ini, malah paham kebangsaan ini sudah lahir jauh sebelum berdirinya negara Suriah modern ([[Kemerdekaan|merdeka]] dari [[kolonialisme|penjajahan]] [[Prancis]] pada 1946). Penggunaan kata "Suriah" dalam istilah ini sebenarnya mengacu pada kawasan yang lebih luas daripada wilayah negara Suriah modern, yakni kawasan yang disebut [[Levant|''Levante'']] dalam [[bahasa Prancis]] atau [[Syam|''Asy-Syam'']] ({{lang|ar|الـشَّـام}}) dalam [[bahasa Arab]].


== Sejarah ==
== Sejarah ==
[[Image:butrus bustani.jpg|right|thumb|175px|[[Butrus al-Bustani]]]]
[[Berkas:Butrus al-Bustani.jpg|ka|jmpl|175px|[[Butrus al-Bustani]]]]
Nasionalisme Suriah lahir sebagai suatu mazhab pemikiran modern pada penghujung abad ke-19, bersamaan dengan merebaknya gerakan [[An-Nahdah]] ({{lang-ar|النهضة‎}}, kebangunan atau pembaharuan) di seluruh [[dunia Arab]] yang kala itu berada di bawah kekuasaan [[Kesultanan Utsmaniyah]].
Nasionalisme Suriah lahir sebagai suatu mazhab pemikiran modern pada penghujung abad ke-19, bersamaan dengan merebaknya gerakan [[An-Nahdah]] ({{lang-ar|النهضة}}, kebangunan atau pembaharuan) di seluruh [[dunia Arab]] yang kala itu berada di bawah kekuasaan [[Kesultanan Utsmaniyah|Kesultanan Turki Utsmaniyah]].


[[Butrus al-Bustani]] dianggap sebagai tokoh nasionalis Suriah yang pertama. Tokoh kelahiran [[Gunung Lebanon]] ini mula-mula beragama [[Gereja Maronit|Kristen Katolik Maronit]] namun kemudian beralih menjadi seorang pemeluk agama [[protestanisme|Kristen Protestan]]. Ia adalah penerbit surat kabar ''Nafir Suriyah'' (Sangkakala Suriah), surat kabar pertama di kawasan Syam. ''Nafir Suriyah'' terbit di Beirut seusai [[Konflik Lebanon 1860|perang saudara di Gunung Lebanon pada 1860]] dan peristiwa pembantaian [[kekristenan|umat Kristen]] di [[Damaskus]] pada tahun yang sama.<ref name="Tauber2013">{{cite book|last=Tauber|first=Eliezer|title=The Emergence of the Arab Movements|url=https://books.google.com/books?id=bkEsBgAAQBAJ|date=1 February 2013|publisher=Routledge|isbn=978-1-136-29301-6}}</ref> Butrus al-Bustani, yang sangat menentang segala bentuk [[sektarianisme]], mencetuskan semboyan "cinta akan tanah air adalah sebagian dari iman" ({{lang-ar|حب الوطن من الإیمان}}, ''hubbul wathan minal iman'').
[[Butrus al-Bustani]] dianggap sebagai tokoh nasionalis Suriah yang pertama. Tokoh kelahiran [[Gunung Lebanon]] ini mula-mula beragama [[Gereja Maronit|Kristen Katolik Maronit]] namun kemudian beralih menjadi seorang pemeluk agama [[protestanisme|Kristen Protestan]]. Ia adalah penerbit surat kabar ''Nafir Suriyah'' (Sangkakala Suriah), surat kabar pertama di kawasan Syam. ''Nafir Suriyah'' terbit di Beirut seusai [[Konflik Lebanon 1860|perang saudara di Gunung Lebanon pada 1860]] dan peristiwa pembantaian [[kekristenan|umat Kristen]] di [[Damaskus]] pada tahun yang sama.<ref>Tauber, hlm. 7</ref> Butrus al-Bustani, yang sangat menentang segala bentuk [[sektarianisme]], mencetuskan semboyan "cinta akan tanah air adalah sebagian dari iman" ({{lang-ar|حب الوطن من الإیمان}}, ''hubbul wathan minal iman'').


Semenjak 1870, bilamana membedakan makna tanah air dari makna bangsa dan menerapkan makna bangsa pada [[syam|Suriah Raya]], [[Fransis Marrasy|Fransis Marrasy al-Halabi]] akan mengacu pada peranan bahasa sebagai salah satu faktor pengimbang terhadap perbedaan-perbedaan antaragama dan antargolongan, sehingga dengan demikian berperan pula sebagai pembentuk jati diri bangsa.<ref>Suleiman, hlm. 114</ref> Pembedaan tanah air dari bangsa semacam ini juga dilakukan oleh Hasan al-Marsafi pada 1881.
[[Image:Antun Saadeh.jpg|thumb|175px|left|[[Antun Saadeh|Antun Sa'adah]]]]
Semenjak 1870, bilamana membedakan makna tanah air dari makna bangsa dan menerapkan makna bangsa pada [[syam|Suriah Raya]], [[Francis Marrash|Fransis Marrasy al-Halabi]] akan mengacu pada peranan bahasa sebagai salah satu faktor pengimbang terhadap perbedaan-perbedaan antaragama dan antargolongan, sehingga dengan demikian berperan pula sebagai pembentuk jati diri bangsa.<ref>Suleiman, hlm. 114.</ref> Pembedaan tanah air dari bangsa semacam ini juga dilakukan oleh Hasan al-Marsafi pada 1881.


== Ideologi ==
== Ideologi ==
[[Berkas:Antun Saadeh.jpg|jmpl|175px|kiri|[[Antun Saadeh|Antun Sa'adah]]]]
Nasionalisme Suriah mengedepankan kesamaan [[sejarah]] dan [[kebangsaan]] rakyat negeri Syam, merangkul segala macam [[agama]] yang berkembang di negeri Syam berikut mazhab-mazhabnya masing-masing, dan merangkul pula [[Demografi Suriah|campuran berbagai bangsa]] yang mendiami negeri Syam. Dengan demikian, meskipun tidak ''per se'' anti-[[Arab]], nasionalisme Suriah bertentangan dengan ideologi [[nasionalisme Arab|kaum nasionalis Arab]] dan asas [[pan-Arab]]nya yang di kemudian hari justru marak di seluruh dunia Arab, termasuk Suriah.<!--
Nasionalisme Suriah mengedepankan kesamaan [[sejarah]] dan [[kebangsaan]] rakyat negeri Syam, merangkul semua [[agama]] yang berkembang di negeri Syam berikut mazhab-mazhabnya masing-masing, dan merangkul pula [[Demografi Suriah|perpaduan berbagai suku bangsa]] yang mendiami negeri Syam. Dengan demikian, meskipun tidak ''per se'' anti-[[Arab]], nasionalisme Suriah bertentangan dengan ideologi [[nasionalisme Arab|kaum nasionalis Arab]] dan asas [[pan-Arab]]nya yang di kemudian hari justru marak di seluruh dunia Arab, termasuk Suriah.


Nasionalisme Suriah menentang segala macam klaim bangsa Arab atas negeri Syam, dan lebih mengutamakan kebangsaan Suriah yang mencakup semua golongan; lagi pula, nasionalisme Suriah secara umum merupakan suatu gerakan [[sekularisme|sekuler]] yang percaya bahwa seorang warga negeri Syam bebas memeluk agama apa saja yang ada di negeri itu, yakni [[agama Islam]] [[Sunni]] atau [[Syiah]], [[agama Kristen]] atau [[Yudaisme|agama Yahudi]]. Faktor inilah yang membuat banyak umat Kristen tertarik pada nasionalisme Suriah (demikian pula dengan [[nasionalisme Arab]] yang juga tidak bersifat keagamaan), karena umat Kristen dari berbagai mazhab merupakan kaum beragama minoritas di [[Timur Tengah]], dan sering kali khawatir akan dikerdilkan oleh kaum Muslim yang mayoritas.
It opposes any particular Arab claims to these areas, preferring an all-encompassing Syrian nationality; also, it is a generally [[secularism|secular]] movement, believing that a Syrian can have any religion indigenous to the area: [[Sunni]] or [[Shia]] [[Muslim]], [[Christian]] or [[Judaism|Jewish]]. This has attracted many Christians to it (as well as to the equally non-religious [[Arab nationalism]]), since the Christian churches form a religious minority in the [[Middle East]], and often fear being dwarfed by Muslim majority populations.
[[File:Syrian nationalists.jpg|thumb|Seated from left to right: [[Shukri al-Quwatli]] (future president), [[Saadallah al-Jabiri]] (future prime minister), [[Rida al-Shurbaji]] (co-founder of the National Bloc), Sheikh Saleh al-Ali, commander of the Syrian Coastal Revolt of 1919. Standing are Hajj [[Adib Kheir]] (left) and [[Ibrahim Hananu]], commander of the [[Hananu Revolt|Aleppo Revolt]] ]]
Syrian nationalism often advocates a "[[Greater Syria]]", based on ancient concepts of the boundaries of the region then known as Syria (stretching from southern [[Turkey]] through [[Lebanon]], [[Palestine (region)|Palestine]] into [[Jordan]] and [[Iraq]]). A modern-day political movement that advocates these borders, is the [[Syrian Social Nationalist Party]] (SSNP), founded in 1932 by [[Antun Saadeh]]. The present-day borders of the area are seen as artificial and illegitimate imperial divisions, imposed on the region by the Anglo-French [[Sykes–Picot Agreement]] and as well as the creation of [[Israel]] as an independent state. However, the SSNP accepted from an early stage that specific political and communal conditions in Lebanon meant that for the time being Lebanon would have to remain in existence as a separate state. In later years, and particularly since 1970, the main body of the party has also come to adopt a more nuanced position regarding Arab nationalism. It no longer openly proclaims that the Syrian people are non-Arabs, but rather regards Greater Syria as playing a vanguard role among the Arab peoples. Smaller factions which split from the party maintain a position inimical to Arab nationalism, however.
[[File:Syriancorpse.jpg|thumb|Syrian nationalists hanged by the Turkish military]]


[[Berkas:Syriancorpse.jpg|jmpl|Tokoh nasionalis Suriah dihukum gantung oleh tentara Turki.]]
==References==
Nasionalisme Suriah sering kali memperjuangkan terwujudnya wilayah "[[Syam|Suriah Raya]]", berdasarkan gagasan kuno mengenai tapal batas dari wilayah yang kala itu disebut Suriah (mulai dari tapal batas selatan [[Turki]], mencakup [[Lebanon]] dan [[Palestina]], sampai ke [[Yordania]] dan [[Irak]]). Gerakan politik modern yang memperjuangkan terwujudnya wilayah dengan tapal batas semacam ini adalah [[Partai Nasionalis Sosial Suriah]] (PNSS), yang didirikan oleh [[Antun Saadeh|Antun Sa'adah]] pada 1932. Sempadan wilayah negara Suriah sekarang ini dianggap sebagai hasil rekayasa imperialis yang dipaksakan secara tidak sah atas kawasan itu sebagai tindak lanjut dari [[Perjanjian Sykes–Picot]] antara Inggris dan Prancis, demikian pula halnya dengan pembentukan [[Israel]] sebagai sebuah negara merdeka. meskipun demikian, PNSS sejak awal mengakui bahwa keadaan politik dan kemasyarakatan tertentu di Lebanon menyebabkan Lebanon untuk sementara waktu harus tetap berdiri terpisah sebagai negara sendiri. Di kemudian hari, khususnya semenjak 1970, faksi utama PNSS juga mengadopsi sikap yang lebih lunak terhadap nasionalisme Arab. PNSS tidak lagi terang-terangan memaklumkan bahwa orang Suriah bukanlah bangsa Arab, tetapi mulai menganggap Suriah Raya sebagai perintis semangat kebangsaan di tengah-tengah bangsa Arab. Meskipun demikian, ada pula faksi-faksi kecil, pecahan dari PNSS, yang masih mempertahankan sikap menentang terhadap nasionalisme Arab.

== Rujukan ==
{{reflist}}
{{reflist}}


==Sources==
== Sumber ==
*{{cite book|last=Suleiman|first=Yasir|title=The Arabic Language and National Identity: A Study in Ideology|year=2003|publisher=Edinburgh University Press}}
* {{cite book|last=Suleiman|first=Yasir|title=The Arabic Language and National Identity: A Study in Ideology|url=https://archive.org/details/arabiclanguagena0000sule_a1l6|trans-title=Bahasa Arab dan Jati Diri Bangsa: Sebuah Kajian di Bidang Ideologi|year=2003|publisher=Edinburgh University Press|isbn=9780748617067}}
* {{cite book|last=Saadeh|first=Antoun|title=Nusyu' al-umam, al-kitab al-awal|trans-title=Awal Mula Bangsa-Bangsa, Buku Pertama|year=2014|publisher=Saadeh Cultural Foundation, Beirut|isbn=9789953419558}}
{{Ethnic nationalism}}
* {{cite book|last=Tauber|first=Eliezer|title=The Emergence of the Arab Movements|trans-title=Kemunculan Pergerakan-Pergerakan Arab|url=https://books.google.com/books?id=bkEsBgAAQBAJ|date=1 February 2013|publisher=Routledge|isbn=978-1-136-29301-6}}
{{Syria topics}}


{{Nasionalisme etnis}}
Saadeh, Antoun, The Genesis of The Nations


-->

== Sumber ==
* {{cite book|last=Suleiman|first=Yasir|title=The Arabic Language and National Identity: A Study in Ideology|year=2003|publisher=Edinburgh University Press}}


[[Kategori:Nasionalisme Suriah| ]]
[[Kategori:Sejarah Suriah]]
[[Kategori:Nasionalisme]]

Revisi terkini sejak 11 Desember 2023 04.51

Duduk dari kiri ke kanan: Syukri al-Quwatli (bakal presiden), Saadallah al-Jabiri (bakal perdana menteri), Rida al-Syurbaji (salah seorang pendiri Blok Kebangsaan), Syekh Saleh al-Ali (pemimpin pemberontakan Pesisir Suriah pada 1919). Berdiri dari kiri ke kanan: Haji Adib Khair, Ibrahim Hananu (pemimpin Pemberontakan Aleppo).

Nasionalisme Suriah atau nasionalisme Pan-Suriah adalah istilah yang digunakan sebagai sebutan bagi paham kebangsaan di negeri Syam atau kawasan Bulan Sabit Subur sebagai satu kesatuan budaya atau politik yang disebut "Suriah Raya". Nasionalisme Suriah bukanlah nasionalisme Arab, yakni doktrin resmi dari Partai Ba'ath yang menguasai pemerintahan negara Republik Arab Suriah. Nasionalisme Suriah tidak pula memperjuangkan kepentingan negara dan pemerintah Suriah saat ini, malah paham kebangsaan ini sudah lahir jauh sebelum berdirinya negara Suriah modern (merdeka dari penjajahan Prancis pada 1946). Penggunaan kata "Suriah" dalam istilah ini sebenarnya mengacu pada kawasan yang lebih luas daripada wilayah negara Suriah modern, yakni kawasan yang disebut Levante dalam bahasa Prancis atau Asy-Syam (الـشَّـام) dalam bahasa Arab.

Butrus al-Bustani

Nasionalisme Suriah lahir sebagai suatu mazhab pemikiran modern pada penghujung abad ke-19, bersamaan dengan merebaknya gerakan An-Nahdah (bahasa Arab: النهضة, kebangunan atau pembaharuan) di seluruh dunia Arab yang kala itu berada di bawah kekuasaan Kesultanan Turki Utsmaniyah.

Butrus al-Bustani dianggap sebagai tokoh nasionalis Suriah yang pertama. Tokoh kelahiran Gunung Lebanon ini mula-mula beragama Kristen Katolik Maronit namun kemudian beralih menjadi seorang pemeluk agama Kristen Protestan. Ia adalah penerbit surat kabar Nafir Suriyah (Sangkakala Suriah), surat kabar pertama di kawasan Syam. Nafir Suriyah terbit di Beirut seusai perang saudara di Gunung Lebanon pada 1860 dan peristiwa pembantaian umat Kristen di Damaskus pada tahun yang sama.[1] Butrus al-Bustani, yang sangat menentang segala bentuk sektarianisme, mencetuskan semboyan "cinta akan tanah air adalah sebagian dari iman" (bahasa Arab: حب الوطن من الإیمان, hubbul wathan minal iman).

Semenjak 1870, bilamana membedakan makna tanah air dari makna bangsa dan menerapkan makna bangsa pada Suriah Raya, Fransis Marrasy al-Halabi akan mengacu pada peranan bahasa sebagai salah satu faktor pengimbang terhadap perbedaan-perbedaan antaragama dan antargolongan, sehingga dengan demikian berperan pula sebagai pembentuk jati diri bangsa.[2] Pembedaan tanah air dari bangsa semacam ini juga dilakukan oleh Hasan al-Marsafi pada 1881.

Antun Sa'adah

Nasionalisme Suriah mengedepankan kesamaan sejarah dan kebangsaan rakyat negeri Syam, merangkul semua agama yang berkembang di negeri Syam berikut mazhab-mazhabnya masing-masing, dan merangkul pula perpaduan berbagai suku bangsa yang mendiami negeri Syam. Dengan demikian, meskipun tidak per se anti-Arab, nasionalisme Suriah bertentangan dengan ideologi kaum nasionalis Arab dan asas pan-Arabnya yang di kemudian hari justru marak di seluruh dunia Arab, termasuk Suriah.

Nasionalisme Suriah menentang segala macam klaim bangsa Arab atas negeri Syam, dan lebih mengutamakan kebangsaan Suriah yang mencakup semua golongan; lagi pula, nasionalisme Suriah secara umum merupakan suatu gerakan sekuler yang percaya bahwa seorang warga negeri Syam bebas memeluk agama apa saja yang ada di negeri itu, yakni agama Islam Sunni atau Syiah, agama Kristen atau agama Yahudi. Faktor inilah yang membuat banyak umat Kristen tertarik pada nasionalisme Suriah (demikian pula dengan nasionalisme Arab yang juga tidak bersifat keagamaan), karena umat Kristen dari berbagai mazhab merupakan kaum beragama minoritas di Timur Tengah, dan sering kali khawatir akan dikerdilkan oleh kaum Muslim yang mayoritas.

Tokoh nasionalis Suriah dihukum gantung oleh tentara Turki.

Nasionalisme Suriah sering kali memperjuangkan terwujudnya wilayah "Suriah Raya", berdasarkan gagasan kuno mengenai tapal batas dari wilayah yang kala itu disebut Suriah (mulai dari tapal batas selatan Turki, mencakup Lebanon dan Palestina, sampai ke Yordania dan Irak). Gerakan politik modern yang memperjuangkan terwujudnya wilayah dengan tapal batas semacam ini adalah Partai Nasionalis Sosial Suriah (PNSS), yang didirikan oleh Antun Sa'adah pada 1932. Sempadan wilayah negara Suriah sekarang ini dianggap sebagai hasil rekayasa imperialis yang dipaksakan secara tidak sah atas kawasan itu sebagai tindak lanjut dari Perjanjian Sykes–Picot antara Inggris dan Prancis, demikian pula halnya dengan pembentukan Israel sebagai sebuah negara merdeka. meskipun demikian, PNSS sejak awal mengakui bahwa keadaan politik dan kemasyarakatan tertentu di Lebanon menyebabkan Lebanon untuk sementara waktu harus tetap berdiri terpisah sebagai negara sendiri. Di kemudian hari, khususnya semenjak 1970, faksi utama PNSS juga mengadopsi sikap yang lebih lunak terhadap nasionalisme Arab. PNSS tidak lagi terang-terangan memaklumkan bahwa orang Suriah bukanlah bangsa Arab, tetapi mulai menganggap Suriah Raya sebagai perintis semangat kebangsaan di tengah-tengah bangsa Arab. Meskipun demikian, ada pula faksi-faksi kecil, pecahan dari PNSS, yang masih mempertahankan sikap menentang terhadap nasionalisme Arab.

  1. ^ Tauber, hlm. 7
  2. ^ Suleiman, hlm. 114