Imperium kolonial Jepang: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20240109)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot |
||
(5 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 25: | Baris 25: | ||
}} |
}} |
||
'''Imperium kolonial Jepang''' merupakan koloni di luar negeri, dependensi, dan wilayah [[Kekaisaran Jepang]] di wilayah Pasifik Barat dan Asia Timur sejak tahun 1895.{{sfn|Peattie|1988|p=217}} Kemenangan atas [[Dinasti Qing|Tiongkok]] dan [[Imperium Rusia|Rusia]] memperluas kawasan pengaruh Jepang, terutama di [[Taiwan]] dan [[Korea]], |
'''Imperium kolonial Jepang''' merupakan koloni di luar negeri, dependensi, dan wilayah [[Kekaisaran Jepang]] di wilayah Pasifik Barat dan Asia Timur sejak tahun 1895.{{sfn|Peattie|1988|p=217}} Kemenangan atas [[Dinasti Qing|Tiongkok]] dan [[Imperium Rusia|Rusia]] memperluas kawasan pengaruh Jepang, terutama di [[Taiwan]] dan [[Korea]], tetapi Sakhalin Selatan juga merupakan bagian dari wilayah metropolitan Jepang sebagai [[Prefektur Karafuto]] pada tahun 1905. |
||
Mengikuti perebutan wilayah-wilayah Jerman pada tahun 1914, [[Liga Bangsa-Bangsa]] memberikan Jepang mandat atas beberapa bekas kepemilikan Jerman di Pasifik Barat setelah [[Perang Dunia I]]. Dengan ekspansi Jepang ke [[Manchuria]] di awal 1930-an, Jepang mengadopsi kebijakan membuat dan/atau mendukung negara-negara boneka di wilayah yang ditaklukkannya. Dalam bentuk imperialis yang kurang jelas tersebut, Jepang telah menguasai banyak dari negara bagian [[Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya]] yang berada di bawah pengaruh Jepang dari tahun 1943 sampai 1945. Kendali kolonial atas wilayah-wilayah yang jauh dari Tokyo berakhir setelah Sekutu berhasil mengalahkan Jepang pada tahun 1945: sejauh mana pemerintahan Jepang dikembalikan ke empat pulau utama, [[Kepulauan Nanpō]], dan pulau-pulau Ryukyu. |
Mengikuti perebutan wilayah-wilayah Jerman pada tahun 1914, [[Liga Bangsa-Bangsa]] memberikan Jepang mandat atas beberapa bekas kepemilikan Jerman di Pasifik Barat setelah [[Perang Dunia I]]. Dengan ekspansi Jepang ke [[Manchuria]] di awal 1930-an, Jepang mengadopsi kebijakan membuat dan/atau mendukung negara-negara boneka di wilayah yang ditaklukkannya. Dalam bentuk imperialis yang kurang jelas tersebut, Jepang telah menguasai banyak dari negara bagian [[Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya]] yang berada di bawah pengaruh Jepang dari tahun 1943 sampai 1945. Kendali kolonial atas wilayah-wilayah yang jauh dari Tokyo berakhir setelah Sekutu berhasil mengalahkan Jepang pada tahun 1945: sejauh mana pemerintahan Jepang dikembalikan ke empat pulau utama, [[Kepulauan Nanpō]], dan pulau-pulau Ryukyu. |
||
Baris 35: | Baris 35: | ||
"''The Nation, Volume 74''", yang diterbitkan pada tahun 1902, menggambarkan kondisi yang menyebabkan kolonialisme Jepang: |
"''The Nation, Volume 74''", yang diterbitkan pada tahun 1902, menggambarkan kondisi yang menyebabkan kolonialisme Jepang: |
||
{{Quote|Dalam semua kondisi perbaikan setiap orang harus bergembira, namun ketika hal ini ditambah dengan kurangnya pengendalian diri di masa lalu yang mengarah pada perkawinan lebih awal yang universal, masalah akan bertumpuk sebelum negarawan Jepang terkejut. Pada tingkat kenaikan sekarang ini akan ada, sebelum pertengahan abad ini, seratus juta orang yang akan menyediakan hal tersebut. Ini merupakan prospek yang mengarahkan negarawan Jepang untuk melakukan upaya panik seperti itu untuk mengamankan peluang bagi kolonisasi. Berhenti secara praktis dari pergi ke negara-negara asing lainnya, dan Formosa telah sebagian besar diduduki, Jepang secara alami akan melihat pada Korea dan Manchuria, |
{{Quote|Dalam semua kondisi perbaikan setiap orang harus bergembira, namun ketika hal ini ditambah dengan kurangnya pengendalian diri di masa lalu yang mengarah pada perkawinan lebih awal yang universal, masalah akan bertumpuk sebelum negarawan Jepang terkejut. Pada tingkat kenaikan sekarang ini akan ada, sebelum pertengahan abad ini, seratus juta orang yang akan menyediakan hal tersebut. Ini merupakan prospek yang mengarahkan negarawan Jepang untuk melakukan upaya panik seperti itu untuk mengamankan peluang bagi kolonisasi. Berhenti secara praktis dari pergi ke negara-negara asing lainnya, dan Formosa telah sebagian besar diduduki, Jepang secara alami akan melihat pada Korea dan Manchuria, tetapi dari tempat-tempat ini Korea hanya akan mampu merasa lega sebagian saja, baik akibat wilayahnya yang terbatas serta populasinya saat ini. Wilayah utara Manchuria, tetapi, masih hampir sama dalam keadaan alaminya seperti padang rumput Lembah Mississippi ketika Bangsa Indian berkeliaran dengan bebas di atasnya.<ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=PwQyAQAAIAAJ&pg=PA187&dq=Being+practically+shut+off+from+going+to+other+foreign+countries,+and+Formosa+being+already+largely+occupied,+Japan+would+naturally+look+to+Korea+and+Mantchuria;+but+of+these+places+Korea+would+afford+only+partial+relief,+both+because&hl=en&ei=qcviTY3DLpO_gQehn8ypBg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CCoQ6AEwAA#v=onepage&q=Being%20practically%20shut%20off%20from%20going%20to%20other%20foreign%20countries%2C%20and%20Formosa%20being%20already%20largely%20occupied%2C%20Japan%20would%20naturally%20look%20to%20Korea%20and%20Mantchuria%3B%20but%20of%20these%20places%20Korea%20would%20afford%20only%20partial%20relief%2C%20both%20because&f=false|title=The Nation, Volume 74|volume=VOLUME LXXIV|year=1902|author=|edition= |publisher=NEW YORK EVENING POST COMPANY|location=NEW YORK |isbn=|page=187 |accessdate=Dec 20, 2011|quote=In all the ameliorating conditions every one must rejoice; but when these are coupled with the old-time lack of self-control leading to universal early marriages, a problem is rolling up before which Japanese statesmen are appalled. At the present rate of increase there will, before the middle of this century, be a hundred million people to provide for. It Is this prospect which is leading Japanese statesmen to make such frantic efforts to secure opportunity for colonization. Being practically shut off from going to other foreign countries, and Formosa being already largely occupied, Japan would naturally look to Korea and Manchuria; but of these places Korea would afford only partial relief, both because of its limited area and of its present population. The northern region of Manchuria, however, is still almost as much in a state of nature as were the prairies of the Mississippi valley when the Indians roamed freely over them.}}</ref>}} |
||
== Lihat pula == |
== Lihat pula == |
||
Baris 57: | Baris 57: | ||
* {{cite book|last=Peattie|first=Mark R.|title=The Cambridge History of Japan Vol. 6|chapter=Chapter 5 - The Japanese Colonial Empire 1895-1945|publisher=Cambridge University Press|year=1988|location=Cambridge|isbn=0-521-22352-0|ref=harv}} |
* {{cite book|last=Peattie|first=Mark R.|title=The Cambridge History of Japan Vol. 6|chapter=Chapter 5 - The Japanese Colonial Empire 1895-1945|publisher=Cambridge University Press|year=1988|location=Cambridge|isbn=0-521-22352-0|ref=harv}} |
||
* {{cite book|last=Peattie |first=Mark|year=1992|title=Nan'Yo: The Rise and Fall of the Japanese in Micronesia, 1885-1945|publisher=University of Hawaii Press|isbn=0-8248-1480-0}} |
* {{cite book|last=Peattie |first=Mark|year=1992|title=Nan'Yo: The Rise and Fall of the Japanese in Micronesia, 1885-1945|publisher=University of Hawaii Press|isbn=0-8248-1480-0}} |
||
* {{cite book |last= Kohli |first= Atul |year= 2004 |title= State-Directed Development: Political Power and Industrialization in the Global Periphery |location= Cambridge |publisher= [[Cambridge University Press]] |isbn= 978-0-521-54525-9 |ref= harv }} |
* {{cite book |last= Kohli |first= Atul |year= 2004 |title= State-Directed Development: Political Power and Industrialization in the Global Periphery |url= https://archive.org/details/nlsiu.338.9.koh.29609 |location= Cambridge |publisher= [[Cambridge University Press]] |isbn= 978-0-521-54525-9 |ref= harv }} |
||
{{refend}} |
{{refend}} |
||
Baris 68: | Baris 68: | ||
[[Kategori:Bekas koloni Jepang| ]] |
[[Kategori:Bekas koloni Jepang| ]] |
||
[[Kategori:Sejarah kolonialisme|Jepang]] |
[[Kategori:Sejarah kolonialisme|Jepang]] |
||
[[Kategori:1890-an |
[[Kategori:Jepang tahun 1890-an]] |
||
[[Kategori:Abad ke-20 di Jepang]] |
|||
[[Kategori:Bekas imperium di Asia]] |
[[Kategori:Bekas imperium di Asia]] |
||
[[Kategori:Sejarah militer Jepang]] |
[[Kategori:Sejarah militer Jepang]] |
Revisi per 10 Januari 2024 04.22
Imperium Kolonial Jepang | |
---|---|
1895–1945[1] | |
Imperium Jepang pada tahun 1942.
| |
Status | Imperium kolonial |
Ibu kota | Tokyo |
Bahasa yang umum digunakan | Bahasa Jepang Lokal: |
Sejarah | |
• Didirikan | 1895 |
• Dibubarkan | 1945[1] |
Mata uang | Yen Jepang, Yen militer Jepang, Yen Korea, Yen Taiwan |
Kode ISO 3166 | JP |
Sekarang bagian dari | Negara-negara saat ini |
Imperium kolonial Jepang merupakan koloni di luar negeri, dependensi, dan wilayah Kekaisaran Jepang di wilayah Pasifik Barat dan Asia Timur sejak tahun 1895.[1] Kemenangan atas Tiongkok dan Rusia memperluas kawasan pengaruh Jepang, terutama di Taiwan dan Korea, tetapi Sakhalin Selatan juga merupakan bagian dari wilayah metropolitan Jepang sebagai Prefektur Karafuto pada tahun 1905.
Mengikuti perebutan wilayah-wilayah Jerman pada tahun 1914, Liga Bangsa-Bangsa memberikan Jepang mandat atas beberapa bekas kepemilikan Jerman di Pasifik Barat setelah Perang Dunia I. Dengan ekspansi Jepang ke Manchuria di awal 1930-an, Jepang mengadopsi kebijakan membuat dan/atau mendukung negara-negara boneka di wilayah yang ditaklukkannya. Dalam bentuk imperialis yang kurang jelas tersebut, Jepang telah menguasai banyak dari negara bagian Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya yang berada di bawah pengaruh Jepang dari tahun 1943 sampai 1945. Kendali kolonial atas wilayah-wilayah yang jauh dari Tokyo berakhir setelah Sekutu berhasil mengalahkan Jepang pada tahun 1945: sejauh mana pemerintahan Jepang dikembalikan ke empat pulau utama, Kepulauan Nanpō, dan pulau-pulau Ryukyu.
Sebelum tahun 1895
Wilayah luar negeri pertama yang berhasil diakuisisi Jepang adalah pulau-pulau di laut sekitarnya. Pada 1870-an dan 1880-an, Jepang membangun kendali atas pulau-pulau Nanpo, Ryukyu, dan Kuril serta memperkuat cengkeramannya di pulau-pulau utama. Namun upaya ini kurang membuat langkah awal menuju ekspansi kolonial dibandingkan penegasan kembali atas otoritas nasional terhadap wilayah tradisional dalam lingkup budaya Jepang.[2] Hal ini mirip dengan pembangunan bangsa di Eropa abad kesembilan belas dan abad kedua puluh.
Akuisisi Koloni
"The Nation, Volume 74", yang diterbitkan pada tahun 1902, menggambarkan kondisi yang menyebabkan kolonialisme Jepang:
Dalam semua kondisi perbaikan setiap orang harus bergembira, namun ketika hal ini ditambah dengan kurangnya pengendalian diri di masa lalu yang mengarah pada perkawinan lebih awal yang universal, masalah akan bertumpuk sebelum negarawan Jepang terkejut. Pada tingkat kenaikan sekarang ini akan ada, sebelum pertengahan abad ini, seratus juta orang yang akan menyediakan hal tersebut. Ini merupakan prospek yang mengarahkan negarawan Jepang untuk melakukan upaya panik seperti itu untuk mengamankan peluang bagi kolonisasi. Berhenti secara praktis dari pergi ke negara-negara asing lainnya, dan Formosa telah sebagian besar diduduki, Jepang secara alami akan melihat pada Korea dan Manchuria, tetapi dari tempat-tempat ini Korea hanya akan mampu merasa lega sebagian saja, baik akibat wilayahnya yang terbatas serta populasinya saat ini. Wilayah utara Manchuria, tetapi, masih hampir sama dalam keadaan alaminya seperti padang rumput Lembah Mississippi ketika Bangsa Indian berkeliaran dengan bebas di atasnya.[3]
Lihat pula
- Daftar wilayah yang diduduki oleh Kekaisaran Jepang
- Taiwan Jepang (1895–1945)
- Taiwan Korea (1910–1945)
- Manchukuo (1932-1945)
- Republik Tiongkok-Nanjing (1940-1945)
- Pendudukan Jepang di Indonesia (1942–1945)
- Kepulauan Caroline
- Kamboja
- Tiongkok
- Thailand (sekutu)
Referensi
- ^ a b Peattie 1988, hlm. 217.
- ^ Peattie 1988, hlm. 224.
- ^ The Nation, Volume 74. VOLUME LXXIV. NEW YORK: NEW YORK EVENING POST COMPANY. 1902. hlm. 187. Diakses tanggal Dec 20, 2011.
In all the ameliorating conditions every one must rejoice; but when these are coupled with the old-time lack of self-control leading to universal early marriages, a problem is rolling up before which Japanese statesmen are appalled. At the present rate of increase there will, before the middle of this century, be a hundred million people to provide for. It Is this prospect which is leading Japanese statesmen to make such frantic efforts to secure opportunity for colonization. Being practically shut off from going to other foreign countries, and Formosa being already largely occupied, Japan would naturally look to Korea and Manchuria; but of these places Korea would afford only partial relief, both because of its limited area and of its present population. The northern region of Manchuria, however, is still almost as much in a state of nature as were the prairies of the Mississippi valley when the Indians roamed freely over them.
Bibliografi
- Myers, Ramon Hawley; Peattie, Mark R. (1984). The Japanese Colonial Empire, 1895-1945. Princeton: Princeton University Press. ISBN 0-521-22352-0.
- Peattie, Mark R. (1988). "Chapter 5 - The Japanese Colonial Empire 1895-1945". The Cambridge History of Japan Vol. 6. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0-521-22352-0.
- Peattie, Mark (1992). Nan'Yo: The Rise and Fall of the Japanese in Micronesia, 1885-1945. University of Hawaii Press. ISBN 0-8248-1480-0.
- Kohli, Atul (2004). State-Directed Development: Political Power and Industrialization in the Global Periphery. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-54525-9.