Lompat ke isi

Lepet: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Membalikkan revisi 25209268 oleh Yasir Arifin Putra (bicara)perlu di pertahankan
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
→‎Lihat pula: Penambahan leupeut suuk (cara baca: lêu-pêut..su-uk)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(14 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox prepared food
{{Infobox food/wikidata
| name = Lepet
| name = Lepet
| image = [[Berkas:Lepet.JPG|250px]]
| image = [[Berkas:Lepet Jawa.jpg]]
| caption = Leupeut, ketan dan kacang tanah yang dimasak dengan santan
| caption = Lepet original yang dibuat dari ketan, kelapa parut serta diberi garam.
| alternate_name =
| alternate_name = Leupeut ([[Bahasa Sunda|Sunda]])
| country = [[Indonesia]]
| country = [[Indonesia]]
| region = [[Kepulauan Sunda Besar]]
| region = [[Kepulauan Sunda Besar]]
Baris 10: Baris 10:
| type =
| type =
| served =
| served =
| main_ingredient = [[Ketan]], [[santan]], [[kacang tunggak/tolo]], dibungkus daun [[janur]]
| main_ingredient = [[Ketan]], [[santan]], [[garam]], dibungkus daun kelapa muda [[janur]].
| variations =
| variations =
| calories =
| calories =
Baris 16: Baris 16:
}}
}}


'''Lepet''' (''lêpêt'') adalah penganan yang dibuat dari ketan dan kelapa parut serta diberi garam, dibungkus dengan daun kelapa muda, berbentuk silinder dan direbus.<ref>{{cite web |url=https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/lepet|title=Lepet|author=<!--Not stated--> |website=kbbi.kemdikbud.go.id|publisher=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|access-date=30 Januari 2024}}</ref>
'''Lepet''' adalah sejenis penganan dari [[beras ketan]] yang dicampur kacang, dan dimasak dalam [[santan]], kemudian dibungkus daun [[janur]]. Penganan ini lazim ditemukan dalam lingkungan [[Masakan Jawa]] dan [[Masakan Sunda|Sunda]] di pulau [[Indonesia]], dan populer disantap sebagai [[kudapan]]. Lepet mirip [[lemper]] dan [[lontong]], meskipun perbedaannya teksturnya lebih liat dan lengket karena menggunakan beras ketan, dan memiliki cita rasa yang lebih gurih karena dicampur santan dan kacang.


Lepet dibuat dengan cara mengukus beras [[ketan]] hingga setengah matang, lalu dicampur [[santan]], [[daun pandan]], dan [[garam]]. Campuran ini diaron hingga kandungan santan terserap ketan. Selanjutnya campuran ketan-santan ini dicampur [[kacang tanah]] dan [[kelapa]] parut, lalu dibungkus daun janur dengan cara dililitkan dalam bentuk silinder memanjang, lalu diikat tali. Tali pengikat biasanya adalah serat janur atau serat daun kelapa, atau tali apa saja. Bungkusan-bungkusan lepet ini kemudian dikukus lebih lanjut sampai matang sempurna. Isian lepet paling umum adalah kacang tanah, meskipun kacang jenis lain seperti [[kacang merah]], [[kacang tolo]], [[kacang koro]], atau [[jagung]] pipilan dapat juga digunakan.<ref>{{cite web|title=Lepet Ketan & Kacang Tolo|url=http://www.sajiansedap.com/recipe/detail/2389/lepet-ketan-kacang-tolo|publisher=Sajian Sedap|language=Indonesian|accessdate=31 July 2014|archive-date=2015-03-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20150318234226/http://www.sajiansedap.com/recipe/detail/2389/lepet-ketan-kacang-tolo|dead-url=yes}}</ref> Salah satu varian adalah [[lepet jagung]].
Lepet dibuat dengan cara mengukus beras [[ketan]] hingga setengah matang, lalu dicampur kelapa parut, [[daun pandan]], dan [[garam]]. Selanjutnya dibungkus daun janur dengan cara dililitkan dalam bentuk silinder memanjang, lalu diikat tali. Tali pengikat biasanya adalah serat janur atau serat daun kelapa, atau tali apa saja. Bungkusan-bungkusan lepet ini kemudian dikukus lebih lanjut sampai matang sempurna.


Seiring berjalannya waktu, Ketan tidak lagi menjadi satu-satunya bahan dasar pembuatan lepet. Bahan baku dan cara pengolahan yang digunakan untuk pembuatan lepet telah disesuaikan, seperti berisi kacang tanah, [[kacang merah]], [[kacang tolo]]<ref>{{cite web|title=Lepet Ketan & Kacang Tolo|url=http://www.sajiansedap.com/recipe/detail/2389/lepet-ketan-kacang-tolo|publisher=Sajian Sedap|language=Indonesian|accessdate=31 July 2014|archive-date=2015-03-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20150318234226/http://www.sajiansedap.com/recipe/detail/2389/lepet-ketan-kacang-tolo|dead-url=yes}}</ref>, [[kacang koro]], atau [[jagung]]. Karena beberapa daerah khususnya di daerah [[Jawa Barat]] mengganti ketan dengan jagung dan membungkusnya dengan “ klobot ” (kulit jagung) yang kemudian disebut dengan “ leupeut”. Masyarakat Sunda biasanya mengonsumsi lepet isi kacang bersama dengan tahu Sumedang.<ref>Pusat Pengembangan Teknologi Pangan. Paket industri pangan pengolahan singkong dan jagung. Institut Pertanian Bogor, Bogor; 1989.</ref>
Di wilayah [[Kebudayaan Sunda|budaya Sunda]] di [[Jawa Barat]], penganan ini dikenal sebagai ''leupeut'', biasanya dibuat dalam ukuran yang lebih kecil dengan isian kacang tanah, biasanya dimakan dengan [[tahu sumedang]]. Leupeut adalah makanan jajanan atau oleh-oleh populer di [[Kabupaten Kuningan]] dan [[Kabupaten Sumedang]].
[[Berkas:Leupeut Ketan 2.jpg|jmpl|Leupeut Ketan]]
Di Sumatra dan Semenanjung Malaya, di wilayah budaya [[Suku Aceh|Aceh]], [[Suku Minangkabau|Minangkabau]], dan [[Suku Melayu|Melayu]], dikenal penganan dengan nama mirip yaitu [[lepat]], meskipun sebenarnya resep dan cara pembuatannya berbeda. Lepat adalah ketan yang menggunakan isian campuran [[gula aren]] dan [[kelapa]] parut, dan menggunakan pembungkus [[daun pisang]], sementara lepet menggunakan daun [[janur]] dan isian dicampur kacang. Maka dapat dikatakan lepat berkembang di wilayah budaya Melayu di Sumatra, sementara lepet berkembang di wilayah budaya Jawa.


Di wilayah [[Jakarta]], dikenal dua jenis lepet —satu diisi kacang merah, dan satu lagi dimakan dengan " kinca " (saus gula merah kelapa). Selain itu, daun pandan hutan (jelutuk), digunakan sebagai pembungkus pengganti janur.<ref>{{cite web |url=https://journal.ubb.ac.id/index.php/ekotonia/article/view/1686|title=Pemanfaatan Daun Sebagai Bahan Pembungkus Makanan di Kabupaten Bangka Tengah.|author=Sari Y, Afriyansyah B, Juairiah L.|website=journal.ubb.ac.id|publisher=Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi, Mikrobiologi. Department of Biology, University of Bangka Belitung.|access-date=29 Januari 2024}}</ref>
== Lihat juga ==

Di [[Sumatera]] dan [[Semenanjung Malaya]], dikenal penganan dengan nama [[lepat]], namun resep dan cara pembuatannya berbeda. Lepat adalah ketan yang menggunakan isian campuran [[gula aren]] dan [[kelapa]] parut, dan menggunakan pembungkus [[daun pisang]], sementara lepet menggunakan daun [[janur]], ada yang tanpa isi dan ada pula yang dicampur kacang.

==Sejarah==
Lepet telah menjadi makanan populer sejak abad ke-8 pada masa kerajaan [[Hindu]]-[[Buddha]]. Kemudian, pada abad ke-15 hingga ke-16, tepatnya di [[Kabupaten Demak]], [[Jawa Tengah]], masyarakat Jawa, yang dipengaruhi oleh pendekatan persuasif [[Sunan Kalijaga]], salah satu “ walisongo ”, menyimbolkan lepet bersama dengan ketupat atau “ kupat " dalam [[bahasa Jawa]].<ref>{{cite web |url=https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2212682113000309?via%3Dihub|title=Contest for hegemony: The dynamics of inland and maritime cultures relations in the history of Java island, Indonesia|author=Sulistiyono ST, Rochwulaningsih Y.|website=sciencedirect.com|publisher=Sciencedirect|access-date=30 Januari 2024}}</ref><ref>{{cite web |url=https://e-journal.ivet.ac.id/index.php/historica/article/view/1401|title=Pengaruh Ajaran Sunan Kalijaga kepada Masyarakat Demak-Jawa: Sebuah Studi Etnografi|author=Muqotimah, Nurul; Soelistijanto, R.; Slamet, Slamet.|website=journal.ivet.ac.id|publisher=Online Journal System Historica|access-date=30 Januari 2024}}</ref>

Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id. Lepet adalah makanan yang disajikan saat [[Lebaran]]. Kata lepet berasal dari kata ‘silêp’ yang berarti ‘kubur atau simpan’ dan ‘rapêt’ yang berarti ‘rapat’. Peribahasa yang terkenal tentang lepet adalah 'mangga dipun silêp ingkang rapêt' yang berarti ‘mari kita kubur yang rapat'.<ref>{{cite web |url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbyogyakarta/riyoyo-kupat-tradisi-sebagai-perekat-silaturahmi/|title=Riyoyo Kupat: Tradisi Sebagai Perekat Silaturahmi. 2008.|author=Subiyatoro|website=kebudayaan.kemdikbud.go.id|publisher=Kebudayaan Kemdikbud|access-date=15 Desember 2022.}}</ref>

Bentuk lepet sangat unik karena menyerupai mayat. Lepet juga diberi tali tiga melingkar seperti pembungkus jenazah. Inilah yang mempertegas bentuknya yang menyerupai mayat. Secara filosofis, ditali tiga seperti mayat ini berarti kesalahan seyogyanya tidak menjadi dendam sampai mati.<ref>{{cite web |url=https://web.archive.org/web/20230301124752/https://www.liputan6.com/islami/read/4956256/filosofi-lepet-yang-penuh-makna-tersirat-sajian-khas-lebaran-mirip-ketupat|title=Filosofi Lepet yang Penuh Makna Tersirat Sajian Khas Lebaran Mirip Ketupat|author=|website=liputan⁶.com|publisher=|access-date=30 Januari 2024}}</ref><ref>{{cite web |url=https://journalofethnicfoods.biomedcentral.com/articles/10.1186/s42779-023-00197-0|title="Lepet": Indonesian traditional food for Eid Al-Fitr celebrations|author=Ata Aditya Wardana, R. Haryo Bimo Setiarto, Laras Putri Wigati|website=journalofethnicfoods.biomedcentral.com|publisher=Journal of Ethnik Food|access-date=30 Januari 2024}}</ref>

==Tradisi==
Di daerah [[Banyuwangi]], [[Jawa Timur]], lepet secara tradisional disajikan pada acara " selapan ", yang dirayakan 35 hari setelah bayi lahir dan sering kali bertepatan dengan upacara pemberian nama. Lepet dipandang sebagai simbol harapan bagi keselamatan bayi baru lahir.<ref>{{cite web |url=https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/60786/Arum%20Kusumaningtyas.pdf?sequence=1&isAllowed=y.|title=Penggunaan Istilah Makanan dan Jajanan Tradisional pada Masyarakat di Kabupaten Banyuwangi Sebuah Kajian Etnolinguistik|author=Kusumaningtyas A, Wibisono B, Kusnadi K.|website=repository.unej.ac.id|publisher=Publikasi Budaya. 2013}}</ref>

Di daerah [[Bangka]], [[Kepulauan Bangka Belitung]], lepet tidak hanya dihidangkan pada saat [[Lebaran]] namun juga pada saat Idul Adha (di bulan Islam Dzulhijjah ) dan “ Sedekah Ruwah ” (upacara menyambut bulan puasa)<ref>Soepono S, Hartini S, Lindyastuti E, Gurning E, Wigati DM, Maryeti, dkk. Ensiklopedi makanan tradisional Indonesia (Sumatera). Jakarta: Kemdikbud; 2004.</ref>

Di daerah [[Pemalang]], [[Jawa Tengah]], lepet digunakan dalam upacara " Baritan ", sebuah tradisi yang dikenal sebagai " Sedekah Laut " (hadiah ke laut) di kalangan nelayan tradisional. Nelayan mengakui kesalahan mereka, seperti membuang sampah sembarangan dan mencemari lingkungan, yang dapat berdampak negatif terhadap hasil tangkapan mereka. Sebagai bentuk permintaan maaf dan permohonan izin, mereka berharap bisa terhindar dari bencana di laut. Permintaan maaf dan izin seperti itu dipandang sebagai etika yang baik dan sopan dalam beraktivitas.<ref>Falah F. Makna simbolik sesaji tradisi Baritan di Asemdoyong Pemalang Jawa Tengah. Endogami J Ilm Kajian Antropologi. 2020.</ref>

Di daerah [[Jepara]], [[Jawa Tengah]], lepet digunakan dalam upacara "Lomban", sebuah tradisi yang dikenal sebagai "Sedekah Laut" (hadiah ke laut) di kalangan nelayan tradisional.<ref>Alamsyah. Budaya syawalan atau lomban di Jepara: Studi komparasi akhir abad ke-19 dan tahun 2013. Humanika. 2013.</ref>

Di daerah [[Kudus]], [[Jawa Tengah]], lepet disajikan sebagai pelengkap acara “ Sewu Kupat ” (1000 kupat ), yaitu tradisi masyarakat sekitar [[Gunung Muria]] yang melambangkan luapan kegembiraan mereka dalam merayakan [[Lebaran]].<ref>Munawaroh L, Ghofur A. Fiqh Responsif: Memotret tradisi sewu kupat Muria di Kudus. 2022.</ref>

== Lihat pula ==
* [[Ketupat]]
* [[Ketupat]]
* [[Lontong]]
* [[Lontong]]
Baris 30: Baris 50:
* [[Lemper]]
* [[Lemper]]
* [[Burasa]]
* [[Burasa]]
* [[Leupeut suuk]]


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 35: Baris 56:


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
*[https://www.dutaislam.com/2016/07/filosofi-ketupat-dan-lepet-warisan-walisanga.html Filosofi Ketupat dan Lepet Warisan Walisanga]
*[https://m.industry.co.id/read/85678/resep-lepet-makanan-lebaran-khas-masyarakat-jawa-tengah Resep Lepet Makanan Lebaran Khas Masyarakat Jawa]
*[https://www.sonora.id/read/422692052/lepet-kudapan-lebaran-sarat-makna-yang-sudah-ada-sejak-zaman-sunan-kalijaga Lepet Kudapan Lebaran Sarat Makna yang Sudah ada sejak Zaman Sunan Kalijaga]
*[https://kumparan.com/kumparanfood/5-makanan-tradisional-yang-ada-di-upacara-adat-jawa-1536559789627640884 5 Makanan Tradisional Yang Ada di Upacara Adat Jawa]
*[https://amp.kompas.com/regional/read/2016/07/07/09533361/idul-fitri-tak-lengkap-tanpa-lepet Idul Fitri tak Lengkap Tanpa Lepat]
*[https://inibaru.id/kulinary/membuka-filosofi-lepet-menu-wajib-lebaran-ketupat Membuka Filosofi Lepet Menu Wajib Lebaran]
* [http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=749&lang=id Resep ''Leupeut'' Sunda] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140808040806/http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=749&lang=id |date=2014-08-08 }}
* [http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=749&lang=id Resep ''Leupeut'' Sunda] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140808040806/http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=749&lang=id |date=2014-08-08 }}


Baris 41: Baris 68:
[[Kategori:Hidangan Indonesia]]
[[Kategori:Hidangan Indonesia]]
[[Kategori:Hidangan dari beras]]
[[Kategori:Hidangan dari beras]]
[[Kategori:Hidangan Jawa]]

Revisi terkini sejak 29 Januari 2024 20.17

Infotaula de menjarLepet
Lepet original yang dibuat dari ketan, kelapa parut serta diberi garam.
Asal
Nama lain nomsLeupeut (Sunda)
WilayahKepulauan Sunda Besar
Negara asalIndonesia
PembuatIndonesia
Rincian
Jenismakanan Edit nilai pada Wikidata
Bahan utamaKetan, santan, garam, dibungkus daun kelapa muda janur.


Lepet (lêpêt) adalah penganan yang dibuat dari ketan dan kelapa parut serta diberi garam, dibungkus dengan daun kelapa muda, berbentuk silinder dan direbus.[1]

Lepet dibuat dengan cara mengukus beras ketan hingga setengah matang, lalu dicampur kelapa parut, daun pandan, dan garam. Selanjutnya dibungkus daun janur dengan cara dililitkan dalam bentuk silinder memanjang, lalu diikat tali. Tali pengikat biasanya adalah serat janur atau serat daun kelapa, atau tali apa saja. Bungkusan-bungkusan lepet ini kemudian dikukus lebih lanjut sampai matang sempurna.

Seiring berjalannya waktu, Ketan tidak lagi menjadi satu-satunya bahan dasar pembuatan lepet. Bahan baku dan cara pengolahan yang digunakan untuk pembuatan lepet telah disesuaikan, seperti berisi kacang tanah, kacang merah, kacang tolo[2], kacang koro, atau jagung. Karena beberapa daerah khususnya di daerah Jawa Barat mengganti ketan dengan jagung dan membungkusnya dengan “ klobot ” (kulit jagung) yang kemudian disebut dengan “ leupeut”. Masyarakat Sunda biasanya mengonsumsi lepet isi kacang bersama dengan tahu Sumedang.[3]

Di wilayah Jakarta, dikenal dua jenis lepet —satu diisi kacang merah, dan satu lagi dimakan dengan " kinca " (saus gula merah kelapa). Selain itu, daun pandan hutan (jelutuk), digunakan sebagai pembungkus pengganti janur.[4]

Di Sumatera dan Semenanjung Malaya, dikenal penganan dengan nama lepat, namun resep dan cara pembuatannya berbeda. Lepat adalah ketan yang menggunakan isian campuran gula aren dan kelapa parut, dan menggunakan pembungkus daun pisang, sementara lepet menggunakan daun janur, ada yang tanpa isi dan ada pula yang dicampur kacang.

Lepet telah menjadi makanan populer sejak abad ke-8 pada masa kerajaan Hindu-Buddha. Kemudian, pada abad ke-15 hingga ke-16, tepatnya di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, masyarakat Jawa, yang dipengaruhi oleh pendekatan persuasif Sunan Kalijaga, salah satu “ walisongo ”, menyimbolkan lepet bersama dengan ketupat atau “ kupat " dalam bahasa Jawa.[5][6]

Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id. Lepet adalah makanan yang disajikan saat Lebaran. Kata lepet berasal dari kata ‘silêp’ yang berarti ‘kubur atau simpan’ dan ‘rapêt’ yang berarti ‘rapat’. Peribahasa yang terkenal tentang lepet adalah 'mangga dipun silêp ingkang rapêt' yang berarti ‘mari kita kubur yang rapat'.[7]

Bentuk lepet sangat unik karena menyerupai mayat. Lepet juga diberi tali tiga melingkar seperti pembungkus jenazah. Inilah yang mempertegas bentuknya yang menyerupai mayat. Secara filosofis, ditali tiga seperti mayat ini berarti kesalahan seyogyanya tidak menjadi dendam sampai mati.[8][9]

Di daerah Banyuwangi, Jawa Timur, lepet secara tradisional disajikan pada acara " selapan ", yang dirayakan 35 hari setelah bayi lahir dan sering kali bertepatan dengan upacara pemberian nama. Lepet dipandang sebagai simbol harapan bagi keselamatan bayi baru lahir.[10]

Di daerah Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, lepet tidak hanya dihidangkan pada saat Lebaran namun juga pada saat Idul Adha (di bulan Islam Dzulhijjah ) dan “ Sedekah Ruwah ” (upacara menyambut bulan puasa)[11]

Di daerah Pemalang, Jawa Tengah, lepet digunakan dalam upacara " Baritan ", sebuah tradisi yang dikenal sebagai " Sedekah Laut " (hadiah ke laut) di kalangan nelayan tradisional. Nelayan mengakui kesalahan mereka, seperti membuang sampah sembarangan dan mencemari lingkungan, yang dapat berdampak negatif terhadap hasil tangkapan mereka. Sebagai bentuk permintaan maaf dan permohonan izin, mereka berharap bisa terhindar dari bencana di laut. Permintaan maaf dan izin seperti itu dipandang sebagai etika yang baik dan sopan dalam beraktivitas.[12]

Di daerah Jepara, Jawa Tengah, lepet digunakan dalam upacara "Lomban", sebuah tradisi yang dikenal sebagai "Sedekah Laut" (hadiah ke laut) di kalangan nelayan tradisional.[13]

Di daerah Kudus, Jawa Tengah, lepet disajikan sebagai pelengkap acara “ Sewu Kupat ” (1000 kupat ), yaitu tradisi masyarakat sekitar Gunung Muria yang melambangkan luapan kegembiraan mereka dalam merayakan Lebaran.[14]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Lepet". kbbi.kemdikbud.go.id. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Diakses tanggal 30 Januari 2024. 
  2. ^ "Lepet Ketan & Kacang Tolo" (dalam bahasa Indonesian). Sajian Sedap. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-03-18. Diakses tanggal 31 July 2014. 
  3. ^ Pusat Pengembangan Teknologi Pangan. Paket industri pangan pengolahan singkong dan jagung. Institut Pertanian Bogor, Bogor; 1989.
  4. ^ Sari Y, Afriyansyah B, Juairiah L. "Pemanfaatan Daun Sebagai Bahan Pembungkus Makanan di Kabupaten Bangka Tengah". journal.ubb.ac.id. Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi, Mikrobiologi. Department of Biology, University of Bangka Belitung. Diakses tanggal 29 Januari 2024. 
  5. ^ Sulistiyono ST, Rochwulaningsih Y. "Contest for hegemony: The dynamics of inland and maritime cultures relations in the history of Java island, Indonesia". sciencedirect.com. Sciencedirect. Diakses tanggal 30 Januari 2024. 
  6. ^ Muqotimah, Nurul; Soelistijanto, R.; Slamet, Slamet. "Pengaruh Ajaran Sunan Kalijaga kepada Masyarakat Demak-Jawa: Sebuah Studi Etnografi". journal.ivet.ac.id. Online Journal System Historica. Diakses tanggal 30 Januari 2024. 
  7. ^ Subiyatoro. "Riyoyo Kupat: Tradisi Sebagai Perekat Silaturahmi. 2008". kebudayaan.kemdikbud.go.id. Kebudayaan Kemdikbud. Diakses tanggal 15 Desember 2022.. 
  8. ^ "Filosofi Lepet yang Penuh Makna Tersirat Sajian Khas Lebaran Mirip Ketupat". liputan⁶.com. Diakses tanggal 30 Januari 2024. 
  9. ^ Ata Aditya Wardana, R. Haryo Bimo Setiarto, Laras Putri Wigati. ""Lepet": Indonesian traditional food for Eid Al-Fitr celebrations". journalofethnicfoods.biomedcentral.com. Journal of Ethnik Food. Diakses tanggal 30 Januari 2024. 
  10. ^ Kusumaningtyas A, Wibisono B, Kusnadi K. "Penggunaan Istilah Makanan dan Jajanan Tradisional pada Masyarakat di Kabupaten Banyuwangi Sebuah Kajian Etnolinguistik" (PDF). repository.unej.ac.id. Publikasi Budaya. 2013. 
  11. ^ Soepono S, Hartini S, Lindyastuti E, Gurning E, Wigati DM, Maryeti, dkk. Ensiklopedi makanan tradisional Indonesia (Sumatera). Jakarta: Kemdikbud; 2004.
  12. ^ Falah F. Makna simbolik sesaji tradisi Baritan di Asemdoyong Pemalang Jawa Tengah. Endogami J Ilm Kajian Antropologi. 2020.
  13. ^ Alamsyah. Budaya syawalan atau lomban di Jepara: Studi komparasi akhir abad ke-19 dan tahun 2013. Humanika. 2013.
  14. ^ Munawaroh L, Ghofur A. Fiqh Responsif: Memotret tradisi sewu kupat Muria di Kudus. 2022.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]