Bilangan riil: Perbedaan antara revisi
k Perbaikan untuk PW:CW (Fokus: Minor/komestika; 1, 48, 64) + genfixes |
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan. |
||
(10 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Latex real numbers square.svg|jmpl|100px|Simbol himpunan '''bilangan real''']] |
|||
Dalam [[matematika]], '''bilangan real''' atau '''bilangan riil''' ({{Lang-en|real number}}) adalah [[bilangan]] yang dipakai untuk mengukur kuantitas dimensi satu yang |
Dalam [[matematika]], '''bilangan real''' (atau ditulis juga '''bilangan riil''') ({{Lang-en|real number}}) adalah [[bilangan]] yang dipakai untuk mengukur kuantitas dimensi satu yang sinambung seperti [[jarak]], [[Waktu|durasi]] atau [[suhu]]. |
||
Himpunan bilangan real dapat dilambangkan dengan diberi notasi <math>\R</math>. Pengunaan kata adjektiva ''real'' pertama kali diperkenalkan oleh [[René Descartes]] pada abad ke-17, yang bertujuan untuk membedakan [[akar fungsi]] real dan [[bilangan imajiner|imajiner]] dari polinomial.<ref>{{Cite web|url=https://www.britannica.com/science/real-number|title=real number | Definition, Examples, & Facts | Britannica|website=www.britannica.com}}</ref> |
Himpunan bilangan real dapat dilambangkan dengan diberi notasi <math>\R</math>. Pengunaan kata adjektiva ''real'' pertama kali diperkenalkan oleh [[René Descartes]] pada abad ke-17, yang bertujuan untuk membedakan [[akar fungsi]] real dan [[bilangan imajiner|imajiner]] dari polinomial.<ref>{{Cite web|url=https://www.britannica.com/science/real-number|title=real number | Definition, Examples, & Facts | Britannica|website=www.britannica.com}}</ref> |
||
Baris 10: | Baris 10: | ||
[[Berkas:Real number line.svg|jmpl|350px|Bilangan real dapat dipandang sebagai titik-titik yang terletak di [[garis bilangan]] dengan panjangnya tak terhingga.]] |
[[Berkas:Real number line.svg|jmpl|350px|Bilangan real dapat dipandang sebagai titik-titik yang terletak di [[garis bilangan]] dengan panjangnya tak terhingga.]] |
||
Penjelasan tersebut belum cukup |
Penjelasan tersebut belum cukup cermat berdasarkan standar modern matematika murni. Penemuan suatu definisi bilangan real yang cukup cermat, dengan realisasi bahwa dibutuhkan definisi yang lebih baik, merupakan salah satu perkembangan matematika terpenting pada [[abad ke-19]]. Definisi aksiomatik standar yang ada saat ini menyatakan bahwa bilangan real yang membentuk [[lapangan terurut]] Dedekind-lengkap {{nowrap|<math>(\R \,, \, + \,, \, \cdot\, ,\, <)</math>}} dengan memperhatikan [[isomorfisma]],<ref>Lebih tepatnya, jika ada dua bidang yang keseluruhan teratur lengkap, maka ada suatu isomorfisma ''unik'' di antara keduanya. Di sini tersirat bahwa identitas dari otomorfisma bidang unik dari bilangan real adalah kompatibel dengan penataan atau pengaturan.</ref> sedangkan definisi konstruktif dari bilangan real meliputi pernyataan sebagai [[kelas ekuivalensi]] dari [[deret Cauchy]] (dari [[bilangan rasional]]), ''[[Dedekind cut]]'', atau "representasi desimal" tak terhingga, sama-sama mempunyai penafsiran tepat untuk operasi aritmetika dan relasi orde. Definisi-definisi ini ekuivalen dan juga memenuhi definisi aksiomatik. |
||
== Sifat == |
== Sifat == |
||
Baris 42: | Baris 42: | ||
Terdapat pernyataan yang berbunyi bahwa tidak ada subhimpunan dari himpunan bilangan real dengan kardinalitasnya lebih besar dari <math>\aleph_0</math>, dan lebih kecil dari <math>\mathfrak c</math>. Pernyataan itu dikenal sebagai [[hipotesis kontinum]] ({{Lang-en|continuum hypothesis}}). Sayangnya, hipotesis ini masih belum dibuktikan atau dibantahkan menggunakan aksioma [[teori himpunan Zermelo–Fraenkel]] yang melibatkan [[aksioma pemilihan]]. |
Terdapat pernyataan yang berbunyi bahwa tidak ada subhimpunan dari himpunan bilangan real dengan kardinalitasnya lebih besar dari <math>\aleph_0</math>, dan lebih kecil dari <math>\mathfrak c</math>. Pernyataan itu dikenal sebagai [[hipotesis kontinum]] ({{Lang-en|continuum hypothesis}}). Sayangnya, hipotesis ini masih belum dibuktikan atau dibantahkan menggunakan aksioma [[teori himpunan Zermelo–Fraenkel]] yang melibatkan [[aksioma pemilihan]]. |
||
== Sejarah == |
== Sejarah == |
||
[[Berkas:Number-systems.svg|jmpl|Bilangan real <math>(\mathbb{R})</math> berisi bilangan rasional <math>(\mathbb{Q})</math>, dan bilangan rasional berisi bilangan bulat <math>(\mathbb{Z})</math>, dan bilangan bulat berisi bilangan asli <math>(\mathbb{N})</math>.]] |
|||
[[Koleksi Yale Babilonia]] [[7289 SM]] lempeng tanah liat dibuat antara 1800 SM dan 1600 SM, menunjukkan {{sqrt|2}} dan {{sqrt|2}}/2 = 1/{{sqrt|2}} masing-masing sebagai 1; 24,51,10 dan 0; 42,25,35 sebagai [[Sexagesimal|basis 60]] angka pada kotak yang dilintasi oleh dua diagonal.<ref>{{cite web|url=http://www.math.ubc.ca/~cass/Euclid/ybc/analysis.html|title=Analysis of YBC 7289|work=ubc.ca|accessdate=19 January 2015}}</ref> (1; 24,51,10) basis 60 sesuai dengan 1,41421296, yang merupakan nilai yang benar untuk 5 koma desimal (1,41421356...). |
|||
Sekitar 1000 SM, [[Orang Mesir|bangsa Mesir]] menggunakan [[pecahan sederhana]]. Di [[zaman Weda]], [[Sutra (kitab)|kitab sutra]] yang berjudul [[Shulba Sutras?action=edit&redlink=1|''Shulba Sutras'']] mencantum pemakaian bilangan irasional pertama kalinya, dan konsep irasionalitas diterima secara langsung oleh [[Matematikawan India|matematikawan berkebangsaan India]]. [[Manava]] (750–690 SM) adalah seorang matematikawan India yang mengetahui bahwa [[akar kuadrat]] dari bilangan tertentu, seperti 2 dan 61, tidak dapat ditentukan dengan tepat.<ref>T. K. Puttaswamy, "The Accomplishments of Ancient Indian Mathematicians", pp. 410–11. In: {{citation|title=Mathematics Across Cultures: The History of Non-western Mathematics|editor1-first=Helaine|editor1-last=Selin|editor1-link=Helaine Selin|editor2-first=Ubiratan|editor2-last=D'Ambrosio|editor2-link=Ubiratan D'Ambrosio|year=2000|publisher=[[Springer Science+Business Media|Springer]]|isbn=978-1-4020-0260-1}}.</ref> Sekitar 500 SM, [[matematikawan Yunani]] dan [[Pythagoras]] juga mengetahui bahwa [[akar kuadrat dari 2]] adalah irasional. |
|||
[[Papirus Matematika Rhind]] adalah salinan dari tahun 1650 SM dari [[Papirus Berlin 6619|Papirus Berlin]] sebelumnya dan teks lainnya{{snd}}mungkin [[Papirus Kahun]]{{snd}}yang menunjukkan bagaimana orang Mesir.<ref>Anglin, W.S. (1994). ''Mathematics: A Concise History and Philosophy''. New York: Springer-Verlag.</ref> |
|||
Dalam [[Sejarah India|India Kuno]], pengetahuan tentang aspek teoritis dan terapan akar kuadrat dan akar kuadrat setidaknya setua ''[[Sutra Sulba]]'', tertanggal sekitar 800–500 SM (mungkin jauh lebih awal).{{citation needed|date=Oktober 2020|reason=tidak ada manuskrip yang berumur sejauh itu dan sumber-sumber sekunder yang andal tidak setuju}} Metode untuk menemukan pendekatan yang sangat baik ke akar kuadrat dari 2 dan 3 diberikan pada ''[[Baudhayana Sulba Sutra]]''.<ref>Joseph, ch.8.</ref> [[Aryabhata]], pada '' [[Aryabhatiya]] '' (bagian 2.4), telah diberikan metode untuk mencari akar kuadrat dari bilangan yang memiliki banyak digit. |
|||
Diketahui oleh orang Yunani kuno bahwa akar kuadrat dari [[Bilangan asli|bilangan bulat positif]] yang bukan [[Bilangan kuadrat|kuadrat sempurna]] selalu [[bilangan irasional]]: angka tidak dapat diekspresikan sebagai [[rasio]] dari dua bilangan bulat (yaitu, tidak dapat ditulis persis seperti '' m/n '', di mana '' m '' dan '' n '' adalah bilangan bulat). Ini adalah teorema [[Euclid's Elements|'' Euclid X, 9 '']], hampir pasti karena [[Theaetetus (matematikawan)|Theaetetus]] yang berasal dari sekitar 380 SM.<ref>{{cite book |
|||
|first= Sir Thomas L. |
|||
|last= Heath |
|||
|editor= |
|||
|title= The Thirteen Books of The Elements, Vol. 3 |
|||
|url=https://archive.org/stream/thirteenbookseu03heibgoog#page/n14/mode/1up |
|||
|year=1908 |
|||
|publisher=Cambridge University Press |
|||
|page=3 |
|||
}}</ref> |
|||
Kasus tertentu [[Akar kuadrat dari 2|{{sqrt|2}}]] diasumsikan berasal lebih awal dari [[Pythagorasisme|Pythagoras]], dan secara tradisional dikaitkan dengan [[Hippasus]].{{Citation needed|date=Oktober 2012}} Ini persis dengan panjang [[diagonal]] dari sebuah [[persegi satuan|persegi dengan panjang sisi 1]]. |
|||
Pada [[Abad Pertengahan|abad pertengahan]], bilangan-bilangan seperti [[nol]], [[bilangan negatif]], [[bilangan bulat]], dan bilangan [[Pecahan (matematika)|pecahan]] pertama kali dipakai oleh [[matematikawan India]] dan [[Matematikawan Tiongkok|Tiongkok]]. Bilangan-bilangan tersebut kemudian dipakai oleh [[Matematika Islam abad pertengahan|matematikawan Arab]], yang pertama kali memperlakukan bilangan irasional sebagai objek aljabar, yang memungkinkan juga sebagai penemuan aljabar.<ref>{{MacTutor|class=HistTopics|id=Arabic_mathematics|title=Arabic mathematics: forgotten brilliance?|year=1999}}</ref> Matematikawan Arab menggabungkan konsep [[bilangan]] dan [[Besaran (matematika)|magnitudo]] (besaran) menjadi gagasan bilangan real yang lebih umum.<ref>{{citation|last=Matvievskaya|first=Galina|year=1987|title=The Theory of Quadratic Irrationals in Medieval Oriental Mathematics|journal=[[New York Academy of Sciences|Annals of the New York Academy of Sciences]]|volume=500|issue=1|pages=253–77 [254]|doi=10.1111/j.1749-6632.1987.tb37206.x|bibcode=1987NYASA.500..253M|s2cid=121416910}}</ref> Matematikawan Mesir [[Abū Kāmil Shujā ibn Aslam?action=edit&redlink=1|Abū Kāmil Shujā ibn Aslam]] adalah tokoh yang pertama kali menerima bilangan irasional sebagai solusi [[persamaan kuadrat]], atau sebagai [[koefisien]] dalam suatu [[persamaan]] (yang seringkali ditulis dalam akar kuadrat, [[akar kubik]], dan akar pangkat empat).<ref>Jacques Sesiano, "Islamic mathematics", hlm. 148, in {{citation|title=Mathematics Across Cultures: The History of Non-western Mathematics|first1=Helaine|last1=Selin|first2=Ubiratan|last2=D'Ambrosio|year=2000|publisher=[[Springer Science+Business Media|Springer]]|isbn=978-1-4020-0260-1}}</ref> |
|||
Dalam karya matematika Cina '' [[Suàn shù shū|Writings on Reckoning]] '', ditulis antara 202 SM dan 186 SM selama awal [[Dinasti Han]], akar kuadrat didekati dengan menggunakan metode "kelebihan dan kekurangan", yaitu "...gabungkan kelebihan dan kekurangan sebagai pembagi; (mengambil) pembilang defisiensi dikalikan dengan penyebut berlebih dan pembilang berlebih dikalikan penyebut defisiensi, gabungkan mereka sebagai dividen."<ref>Dauben (2007), p. 210.</ref> |
|||
Pada abad ke-16, [[Simon Stevin?action=edit&redlink=1|Simon Stevin]] menciptakan basis untuk notasi [[desimal]] yang modern, dan menegaskan bahwa tidak ada perbedaan antara bilangan rasional dan bilangan irasional. |
|||
Simbol untuk akar kuadrat, ditulis sebagai R yang rumit, ditemukan oleh [[Regiomontanus]] (1436-1476). Sebuah R juga digunakan untuk radix untuk menunjukkan akar kuadrat di [[Gerolamo Cardano]] [[Ars Magna (Gerolamo Cardano)|Ars Magna]]''.<ref>{{cite web|url=http://nrich.maths.org/6546|title=The Development of Algebra - 2|work=maths.org|accessdate=19 January 2015|url-status=live|archiveurl=https://web.archive.org/web/20141124102946/http://nrich.maths.org/6546|archivedate=24 November 2014}}</ref> |
|||
Pada abad ke-17, [[Descartes]] memperkenalkan istilah "real" (atau "riil") untuk menjelaskan akar [[polinomial]], serta digunakan untuk membedakannya dengan bilangan "imajiner". |
|||
Menurut sejarawan matematika [[David Eugene Smith|D.E. Smith]], metode Aryabhata untuk menemukan akar kuadrat pertama kali diperkenalkan di Eropa oleh [[Pietro di Giacomo Cataneo|Cataneo]] pada tahun 1546. |
|||
Pada abad ke-18 dan ke-19, banyak matematikawan yang mengerjakan bilangan irasional dan bilangan transendental. [[Johann Heinrich Lambert|Lambert]] (1761) memberikan bukti yang cacat bahwa {{pi}} tak dapat menjadi rasional, dan bukti itu disempurnakan oleh [[Adrien-Marie Legendre|Legendre]] (1794)<ref>{{cite book|last=Beckmann|first=Petr|year=1971|url=https://archive.org/details/historyofpipi0000beck_g8t1/|title=A History of {{mvar|π}} (PI)|publisher=St. Martin's Press|page=[https://archive.org/details/historyofpipi0000beck_g8t1/page/170/ 170]|url-access=limited}}</ref> sekaligus memperlihatkan bahwa {{pi}} bukanlah akar kuadrat dari suatu bilangan rasional.<ref>{{citation|title=Pi Unleashed|first1=Jörg|last1=Arndt|first2=Christoph|last2=Haenel|publisher=Springer|year=2001|isbn=978-3-540-66572-4|page=192|url=https://books.google.com/books?id=QwwcmweJCDQC&pg=PA192|access-date=2015-11-15}}.</ref> [[Joseph Liouville?action=edit&redlink=1|Liouville]] (1840) memperlihatkan bahwa ''{{mvar|e}}'' atau {{math|''e''<sup>2</sup>}} tidak dapat menjadi akar [[persamaan kuadrat]] berupa bilangan bulat. Liouville kemudian membuktikan keberadaan bilangan transendental, dan [[Georg Cantor|Cantor]] (1873) memperluas sekaligus menyederhanakan bukti tersebut.<ref>{{citation|title=The Calculus Gallery: Masterpieces from Newton to Lebesgue|first=William|last=Dunham|publisher=Princeton University Press|year=2015|isbn=978-1-4008-6679-3|page=127|url=https://books.google.com/books?id=aYTYBQAAQBAJ&pg=PA127|quote=Cantor found a remarkable shortcut to reach Liouville's conclusion with a fraction of the work|access-date=2015-02-17}}</ref> [[Charles Hermite|Hermite]] (1873) membuktikan bahwa [[E (konstanta matematika)|''{{mvar|e}}'']] adalah transendental. [[Ferdinand von Lindemann|Lindemann]] (1882) juga membuktikan bahwa {{pi}} adalah transendental, dan bukti miliknya disederhanakan oleh Weierstrass (1885), [[David Hilbert|Hilbert]] (1893), [[Adolf Hurwitz?action=edit&redlink=1|Hurwitz]],<ref>{{cite journal|last=Hurwitz|first=Adolf|year=1893|title=Beweis der Transendenz der Zahl e|journal=Mathematische Annalen|pages=134–35|number=43}}</ref> dan [[Paul Gordan?action=edit&redlink=1|Gordan]].<ref>{{cite journal|last=Gordan|first=Paul|year=1893|title=Transcendenz von ''e'' und π|url=https://zenodo.org/record/1428218|journal=[[Mathematische Annalen]]|volume=43|pages=222–224|doi=10.1007/bf01443647|number=2–3|s2cid=123203471}}</ref> |
|||
Menurut Jeffrey A. Oaks, orang Arab menggunakan surat itu ''[[Gimel#Arab ĝīm|jīm/ĝīm]]'' ({{lang|ar|ج}}), huruf pertama dari kata tersebut “{{lang|ar|جذر}}” (dengan berbagai cara ditransliterasikan sebagai ''jaḏr'', ''jiḏr'', ''ǧaḏr'' atau ''ǧiḏr'', “akar”), ditempatkan dalam bentuk awalnya ({{lang|ar|ﺟ}}) di atas angka untuk menunjukkan akar kuadratnya. Huruf '' jīm '' menyerupai bentuk akar kuadrat saat ini. Penggunaannya bahkan sampai akhir abad kedua belas dalam karya matematikawan Maroko [[Ibn al-Yasamin]].<ref>* {{cite thesis | title=Algebraic Symbolism in Medieval Arabic Algebra | first1=Jeffrey A. | last1=Oaks | publisher=Philosophica | year=2012 | page=36 | url=http://logica.ugent.be/philosophica/fulltexts/87-2.pdf | url-status=live | archiveurl=https://web.archive.org/web/20161203134229/http://logica.ugent.be/philosophica/fulltexts/87-2.pdf | archivedate=2016-12-03 }} {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20161203134229/http://logica.ugent.be/philosophica/fulltexts/87-2.pdf |date=2016-12-03 }}</ref> |
|||
Kalkulus dikembangkan dengan menggunakan bilangan riil tanpa harus mendefinisikannya secara cermat. Definisi cermat pertama diterbitkan oleh Cantor di tahun 1871. Pada tahun 1874, Cantor memperlihatkan bahwa himpunan dari semua bilangan riil adalah ''[[Himpunan tak tercacahkan|uncountably infinite]]'', tetapi himpunan dari semua bilangan aljabar adalah [[Himpunan terhitung|''countably infinite'']]. [[Bukti ketaktercacahan Cantor pertama]] berbeda dengan buktinya yang terkenal, [[bukti argumen diagonal]], yang diterbitkan di tahun 1891. |
|||
Simbol '√' untuk akar kuadrat pertama kali digunakan dalam cetakan pada tahun 1525 oleh [[Christoph Rudolff]] 'Coss'.<ref>{{Cite book| last=Manguel|first=Alberto| chapter=Done on paper: the dual nature of numbers and the page | title=The Life of Numbers | year=2006 | isbn=84-86882-14-1}}</ref> |
|||
== Definisi formal == |
== Definisi formal == |
||
{{Main|Konstruksi bilangan real}} |
{{Main|Konstruksi bilangan real}} |
||
Sistem bilangan real <math>(\mathbb{R} , {}+{} , {}\cdot{} , {}<{})</math> dapat didefinisikan [[Sistem aksiomatik|secara aksiomatik]] dengan memperhatikan [[isomorfisma]]. Terdapat cara lain mengonstruksi sistem bilangan real, dan pendekatan yang terkenal melibatkan pendefinisian bilangan asli terlebih dahulu, berlanjut mendefinisikan bilangan rasional secara aljabar, dan terakhir mendefinisikan bilangan real sebagia kelas ekuivalensi dari [[barisan Cauchy]]nya atau sebagai ''Dedekind cut'', yang merupakan subhimpunan bilangan rasional tertentu.<ref>{{cite web |work=18.095 Lecture Series in Mathematics |title=Lecture #1 |date=2015-01-05 |url=https://math.mit.edu/classes/18.095/2015IAP/lecture1/padic.pdf}}</ref> Pendekatan lainnya adalah dimulai dari beberapa aksiomatisasi geometri Euklides, dan kemudian mendefinisikan sistem bilangan real secara geometri. |
Sistem bilangan real <math>(\mathbb{R} , {}+{} , {}\cdot{} , {}<{})</math> dapat didefinisikan [[Sistem aksiomatik|secara aksiomatik]] dengan memperhatikan [[isomorfisma]]. Terdapat cara lain mengonstruksi sistem bilangan real, dan pendekatan yang terkenal melibatkan pendefinisian bilangan asli terlebih dahulu, berlanjut mendefinisikan bilangan rasional secara aljabar, dan terakhir mendefinisikan bilangan real sebagia kelas ekuivalensi dari [[barisan Cauchy]]nya atau sebagai ''Dedekind cut'', yang merupakan subhimpunan bilangan rasional tertentu.<ref>{{cite web |work=18.095 Lecture Series in Mathematics |title=Lecture #1 |date=2015-01-05 |url=https://math.mit.edu/classes/18.095/2015IAP/lecture1/padic.pdf}}</ref> Pendekatan lainnya adalah dimulai dari beberapa aksiomatisasi [[geometri Euklides]], dan kemudian mendefinisikan sistem bilangan real secara geometri. |
||
=== Pendekatan aksiomatik === |
=== Pendekatan aksiomatik === |
||
Baris 102: | Baris 86: | ||
[[Bilangan hiperreal]] saat dikembangkan oleh [[Edwin Hewitt]], [[Abraham Robinson]] dan matematikawan lainnya, memperluas himpunan bilangan real dengan memperkenalkan [[infinitesimal]] dan bilangan tak terhingga. Adanya bilangan ini akan dapat membangun [[kalkulus infinitesimal]], sebuah cabang matematika yang mendekati pandangan [[Leibniz]], [[Euler]], [[Cauchy]] dan matematikawan lainnya.<!-- Edward Nelson's internal set theory enriches the Zermelo–Fraenkel set theory syntactically by introducing a unary predicate "standard". In this approach, infinitesimals are (non-"standard") elements of the set of the real numbers (rather than being elements of an extension thereof, as in Robinson's theory). --> |
[[Bilangan hiperreal]] saat dikembangkan oleh [[Edwin Hewitt]], [[Abraham Robinson]] dan matematikawan lainnya, memperluas himpunan bilangan real dengan memperkenalkan [[infinitesimal]] dan bilangan tak terhingga. Adanya bilangan ini akan dapat membangun [[kalkulus infinitesimal]], sebuah cabang matematika yang mendekati pandangan [[Leibniz]], [[Euler]], [[Cauchy]] dan matematikawan lainnya.<!-- Edward Nelson's internal set theory enriches the Zermelo–Fraenkel set theory syntactically by introducing a unary predicate "standard". In this approach, infinitesimals are (non-"standard") elements of the set of the real numbers (rather than being elements of an extension thereof, as in Robinson's theory). --> |
||
[[Continuum hypothesis|Hipotesis kontinum]] berbunyi bahwa kardinalitas dari himpunan bilangan real adalah <math>\aleph_1</math>, [[bilangan kardinal]] tak terhingga terkecil setelah kardinalitas dari bilangan bulat, yaitu <math>\aleph_0</math>. [[Paul Cohen (mathematician)|Paul Cohen]] membuktikan pada tahun 1963, bahwa hipotesis tersebut adalah suatu independen aksioma dari aksioma teori himpunan lainnya, dalam artian bahwa seseorang dapat memilih hipotesis kontinum atau negasinya sebagai aksioma teori himpunan, tanpa adanya kontradiksi. |
[[Continuum hypothesis|Hipotesis kontinum]] berbunyi bahwa kardinalitas dari himpunan bilangan real adalah <math>\aleph_1</math>, [[bilangan kardinal]] tak terhingga terkecil setelah kardinalitas dari bilangan bulat, yaitu <math>\aleph_0</math>. [[Paul Cohen (mathematician)|Paul Cohen]] membuktikan pada tahun 1963, bahwa hipotesis tersebut adalah suatu independen aksioma dari aksioma [[teori himpunan]] lainnya, dalam artian bahwa seseorang dapat memilih hipotesis kontinum atau negasinya sebagai aksioma teori himpunan, tanpa adanya kontradiksi. |
||
=== Dalam fisika === |
=== Dalam fisika === |
||
Dalam ilmu fisika, hampir semua konstanta seperti konstanta gravitasi semesta; dan variabel seperti posisi, massa, kecepatan, dan muatan listrik, digambarkan menggunakan bilangan real. Bahkan teori-teori dasar seperti [[mekanika klasik]], [[elektromagnetisme]], [[mekanika kuantum]], [[relativitas umum]] dan [[model standar]] dijelaskan menggunakan struktur matematika seperti [[manifold mulus]] atau [[ruang Hilbert]], yang didasari dengan bilangan real, walaupun pengukuran kuantitas fisik lainnya [[akurat dan presisi]]. |
Dalam ilmu fisika, hampir semua konstanta seperti [[Tetapan gravitasi|konstanta gravitasi]] semesta; dan variabel seperti posisi, massa, kecepatan, dan muatan listrik, digambarkan menggunakan bilangan real. Bahkan teori-teori dasar seperti [[mekanika klasik]], [[elektromagnetisme]], [[mekanika kuantum]], [[relativitas umum]] dan [[model standar]] dijelaskan menggunakan struktur matematika seperti [[manifold mulus]] atau [[ruang Hilbert]], yang didasari dengan bilangan real, walaupun pengukuran kuantitas fisik lainnya [[akurat dan presisi]]. |
||
== Notasi == |
== Notasi == |
||
Baris 117: | Baris 101: | ||
== Lihat pula == |
== Lihat pula == |
||
{{portal|matematika}} |
{{portal|matematika}} |
||
* [[ |
* [[Analisis real]] |
||
* [[Bilangan |
* [[Bilangan real yang dapat didefinisikan]] |
||
* [[ |
* [[Kelengkapan bilangan real]] |
||
* [[ |
* [[Pecahan berlanjut]] |
||
* [[Bilangan kompleks]] |
|||
* [[Bilangan rasional]] |
|||
* [[Bilangan irasional]] |
|||
* [[Bilangan prima]] |
|||
* [[Bilangan komposit]] |
|||
* [[Pecahan]] |
|||
== Catatan kaki == |
== Catatan kaki == |
||
Baris 135: | Baris 113: | ||
* {{en}}[http://www-groups.dcs.st-and.ac.uk/~history/HistTopics/Real_numbers_2.html The real numbers: Stevin to Hilbert] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070322192926/http://www-groups.dcs.st-and.ac.uk/~history/HistTopics/Real_numbers_2.html |date=2007-03-22 }} |
* {{en}}[http://www-groups.dcs.st-and.ac.uk/~history/HistTopics/Real_numbers_2.html The real numbers: Stevin to Hilbert] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070322192926/http://www-groups.dcs.st-and.ac.uk/~history/HistTopics/Real_numbers_2.html |date=2007-03-22 }} |
||
* {{en}}[http://www-groups.dcs.st-and.ac.uk/~history/HistTopics/Real_numbers_3.html The real numbers: Attempts to understand] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070212113221/http://www-groups.dcs.st-and.ac.uk/~history/HistTopics/Real_numbers_3.html |date=2007-02-12 }} |
* {{en}}[http://www-groups.dcs.st-and.ac.uk/~history/HistTopics/Real_numbers_3.html The real numbers: Attempts to understand] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070212113221/http://www-groups.dcs.st-and.ac.uk/~history/HistTopics/Real_numbers_3.html |date=2007-02-12 }} |
||
* {{id}}[http://personal.fmipa.itb.ac.id/hgunawan/files/2007/11/anreal-buku-v2-1.pdf Diktat Analisis Real Jurusan Matematika ITB] |
* {{id}}[http://personal.fmipa.itb.ac.id/hgunawan/files/2007/11/anreal-buku-v2-1.pdf Diktat Analisis Real Jurusan Matematika ITB] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160821050834/http://personal.fmipa.itb.ac.id/hgunawan/files/2007/11/anreal-buku-v2-1.pdf |date=2016-08-21 }} |
||
{{Sistem Bilangan}} |
{{Sistem Bilangan}} |
Revisi per 18 Februari 2024 11.20
Dalam matematika, bilangan real (atau ditulis juga bilangan riil) (bahasa Inggris: real number) adalah bilangan yang dipakai untuk mengukur kuantitas dimensi satu yang sinambung seperti jarak, durasi atau suhu.
Himpunan bilangan real dapat dilambangkan dengan diberi notasi . Pengunaan kata adjektiva real pertama kali diperkenalkan oleh René Descartes pada abad ke-17, yang bertujuan untuk membedakan akar fungsi real dan imajiner dari polinomial.[1]
Bilangan real meliputi bilangan rasional, seperti bilangan bulat 42 dan pecahan −23/129, dan bilangan irasional, seperti π dan . Bilangan real juga dapat dilambangkan sebagai salah satu titik dalam garis bilangan.[2]
Bilangan real dapat dipandang sebagai titik-titik yang terletak di sebuah garis yang panjangnya tak terhingga, dan garis itu disebut garis bilangan real. Garis bilangan real dapat dipandang sebagai bagian dari bidang kompleks, sedangkan bilangan real dapat dipandang sebagai bagian dari bilangan kompleks.
Penjelasan tersebut belum cukup cermat berdasarkan standar modern matematika murni. Penemuan suatu definisi bilangan real yang cukup cermat, dengan realisasi bahwa dibutuhkan definisi yang lebih baik, merupakan salah satu perkembangan matematika terpenting pada abad ke-19. Definisi aksiomatik standar yang ada saat ini menyatakan bahwa bilangan real yang membentuk lapangan terurut Dedekind-lengkap dengan memperhatikan isomorfisma,[3] sedangkan definisi konstruktif dari bilangan real meliputi pernyataan sebagai kelas ekuivalensi dari deret Cauchy (dari bilangan rasional), Dedekind cut, atau "representasi desimal" tak terhingga, sama-sama mempunyai penafsiran tepat untuk operasi aritmetika dan relasi orde. Definisi-definisi ini ekuivalen dan juga memenuhi definisi aksiomatik.
Sifat
Sifat dasar
- Bilangan real mempunyai identitas penambahan: x + 0 = 0 + x = x, dan juga identitas perkalian: 1x = x1 = x.
- Setiap bilangan real x mempunyai invers penambahan −x sehingga memenuhi x + (−x) = −x + x = 0, dan juga mempunyai invers perkalian 1/x sehingga x(1/x) = (1/x)x = 1
- Untuk setiap bilangan real bukan nol dapat bernilai negatif atau positif.
- Jumlah dan hasil kali dua bilangan real tak negatif akan menghasilkan bilangan real tak negatif. Hal ini mengartikan bahwa bilangan-bilangan tersebut tertutup di bawah opersi penambahan dan perkalian.
- Bilangan real membentuk himpunan tak terhingga yang tidak dapat dipetakan secara injektif himpunan bilangan asli yang tak terhingga. Hal ini mengartikan bahwa himpunan bilangan real mempunyai jumlah bilangan real yang dikatakan sebagai uncountably infinite, sedangkan himpunan bilangan asli mempunyai jumlah bilangan asli yang countably infinite. Jadi, dapat dinyatakan bahwa bilangan real mempunyai jumlah yang jauh lebih banyak daripada anggota di himpunan terbilang manapun.
- Terdapat sebuah hierarki subhimpunan countably infinite dari bilangan real, dalam artian bahwa tiap-tiap himpunan bilangan bulat, bilangan rasional, bilangan aljabar, dan bilangan terhitung merupakan subhimpunan sejati dari objek berikutnya. Komplemen dari semua himpunan-himpunan itu adalah himpunan bilangan irasional, himpunan bilangan transendental, dan himpunan bilangan real tak terhitung, dan himpunan tersebut dikatakan sebagai uncountably infinite.
- Bilangan real dapat dipakai untuk menyatakan ukuran dari kuantitas kontinu. Bilangan real dinyatakan dengan representasi desimal, yang mengartikan bahwa hampir semua bilangan real dinyatakan sebagai bilangan yang mengandung desimal dengan barisan digit tak terhingga, yang dimulai dari kanan tanda desimal. Bilangan real kerapkali, sebagai contoh, ditulis seperti 324,823122147..., dengan elipsis (dilambangkan tiga titik) mengartikan bahwa masih terdapat lanjutan digit lain.
Kelengkapan bilangan real
Alasan utama menggunakan bilangan real adalah agar banyak barisan mempunyai limit. Penjelasan lebih formalnya, bilangan real dikatakan lengkap dalam pengertian ruang metrik atau ruang seragam; penjelasan ini berbeda dengan kelengkapan orde Dedekind di bagian sebelumnya:
- Suatu barisan dari bilangan real disebut barisan Cauchy jika, untuk setiap , terdapat bilangan bulat (tergantung nilai ), sehingga jarak lebih kecil daripada untuk semua dan yang lebih besar daripada . Definisi ini pertama kali dinyatakan oleh Cauchy, yang merumuskan bahwa suku-suku akan semakin dekat terhadap satu sama lain.
- Suatu barisan akan konvergen menuju limit , jika anggotanya akan semakin dekat menuju . Ini mengartikan bahwa untuk setiap , akan ada suatu bilangan bulat (tergantung nilai ) sehingga lebih kecil daripada untuk lebih besar daripada .
Setiap barisan konvergen disebut barisan Cauchy, dan kebalikannya juga benar untuk bilangan real. Dari pernyataan tersebut, mengartikan bahwa ruang topologi dari bilangan real dikatakan lengkap.
Himpunan bilangan rasional tidak dikatakan lengkap. Sebagai contoh, barisan , dengan tiap suku yang memperluas desimal akar kuadrat positif dari 2, merupakan barisan Cauchy. Sayangnya, barisan ini tidak konvergen menuju bilangan rasional, dan sebaliknya bahwa dalam bilangan real, akan konvergen menuju ke akar kuadrat positif dari 2.
Sifat lebih lanjut
Himpunan bilangan real adalah himpunan tak terhitung. Ini mengartikan bahwa kardinalitas dari himpunan bilangan real mempunyai jumlah anggota yang sangat banyak daripada himpunan bilangan asli, walaupun sama-sama himpunan tak terhingga. Bahkan kardinalitas dari himpunan bilangan real sama dengan himpunan kuasa dari bilangan asli, dan argumen diagonal Cantor mengatakan bahwa kardinalitas dari himpunan yang terakhir jauh lebih besar daripada kardinalitas dari . Karena himpunan bilangan aljabar adalah himpunan terhitung, hampir semua bilangan real adalah transendental. Ketidakberadaan subhimpunan dari bilangan real dengan kardinalitasnya berada di antara kardinalitas bilangan bulat dan bilangan real dikenal sebagai hipotesis kontinum. Hipotesis kontinum tak dapat dibuktikan maupun dibantahkan, dan hipotesis ini independen dari aksioma teori himpunan.
Sebagai ruang topologi, bilangan real disebut terpisah. Ini disebabkan himpunan bilangan rasional adalah himpunan terhitung, dan rapat di bilangan real. Bilangan irasional juga rapat di bilangan real, tetapi himpunannya tak terhitung dan mempunyai kardinalitas yang sama seperti kardinalitas dari himpunan bilangan real.
Kardinalitas
Himpunan bilangan real adalah tak terhitung, dalam artian bahwa himpunan bilangan real tidak dapat dipetakan satu-satu ke himpunan bilangan asli, walaupun sama-sama merupakan himpunan tak terhingga. Bahkan, kardinalitas dari himpunan semua bilangan real, yang dilambangkan dan disebut kardinalitas kontinum, lebih besar dari kardinalitas himpunan semua bilangan asli, yang dilambangkan .
Terdapat pernyataan yang berbunyi bahwa tidak ada subhimpunan dari himpunan bilangan real dengan kardinalitasnya lebih besar dari , dan lebih kecil dari . Pernyataan itu dikenal sebagai hipotesis kontinum (bahasa Inggris: continuum hypothesis). Sayangnya, hipotesis ini masih belum dibuktikan atau dibantahkan menggunakan aksioma teori himpunan Zermelo–Fraenkel yang melibatkan aksioma pemilihan.
Sejarah
Sekitar 1000 SM, bangsa Mesir menggunakan pecahan sederhana. Di zaman Weda, kitab sutra yang berjudul Shulba Sutras mencantum pemakaian bilangan irasional pertama kalinya, dan konsep irasionalitas diterima secara langsung oleh matematikawan berkebangsaan India. Manava (750–690 SM) adalah seorang matematikawan India yang mengetahui bahwa akar kuadrat dari bilangan tertentu, seperti 2 dan 61, tidak dapat ditentukan dengan tepat.[4] Sekitar 500 SM, matematikawan Yunani dan Pythagoras juga mengetahui bahwa akar kuadrat dari 2 adalah irasional.
Pada abad pertengahan, bilangan-bilangan seperti nol, bilangan negatif, bilangan bulat, dan bilangan pecahan pertama kali dipakai oleh matematikawan India dan Tiongkok. Bilangan-bilangan tersebut kemudian dipakai oleh matematikawan Arab, yang pertama kali memperlakukan bilangan irasional sebagai objek aljabar, yang memungkinkan juga sebagai penemuan aljabar.[5] Matematikawan Arab menggabungkan konsep bilangan dan magnitudo (besaran) menjadi gagasan bilangan real yang lebih umum.[6] Matematikawan Mesir Abū Kāmil Shujā ibn Aslam adalah tokoh yang pertama kali menerima bilangan irasional sebagai solusi persamaan kuadrat, atau sebagai koefisien dalam suatu persamaan (yang seringkali ditulis dalam akar kuadrat, akar kubik, dan akar pangkat empat).[7]
Pada abad ke-16, Simon Stevin menciptakan basis untuk notasi desimal yang modern, dan menegaskan bahwa tidak ada perbedaan antara bilangan rasional dan bilangan irasional.
Pada abad ke-17, Descartes memperkenalkan istilah "real" (atau "riil") untuk menjelaskan akar polinomial, serta digunakan untuk membedakannya dengan bilangan "imajiner".
Pada abad ke-18 dan ke-19, banyak matematikawan yang mengerjakan bilangan irasional dan bilangan transendental. Lambert (1761) memberikan bukti yang cacat bahwa π tak dapat menjadi rasional, dan bukti itu disempurnakan oleh Legendre (1794)[8] sekaligus memperlihatkan bahwa π bukanlah akar kuadrat dari suatu bilangan rasional.[9] Liouville (1840) memperlihatkan bahwa e atau e2 tidak dapat menjadi akar persamaan kuadrat berupa bilangan bulat. Liouville kemudian membuktikan keberadaan bilangan transendental, dan Cantor (1873) memperluas sekaligus menyederhanakan bukti tersebut.[10] Hermite (1873) membuktikan bahwa e adalah transendental. Lindemann (1882) juga membuktikan bahwa π adalah transendental, dan bukti miliknya disederhanakan oleh Weierstrass (1885), Hilbert (1893), Hurwitz,[11] dan Gordan.[12]
Kalkulus dikembangkan dengan menggunakan bilangan riil tanpa harus mendefinisikannya secara cermat. Definisi cermat pertama diterbitkan oleh Cantor di tahun 1871. Pada tahun 1874, Cantor memperlihatkan bahwa himpunan dari semua bilangan riil adalah uncountably infinite, tetapi himpunan dari semua bilangan aljabar adalah countably infinite. Bukti ketaktercacahan Cantor pertama berbeda dengan buktinya yang terkenal, bukti argumen diagonal, yang diterbitkan di tahun 1891.
Definisi formal
Sistem bilangan real dapat didefinisikan secara aksiomatik dengan memperhatikan isomorfisma. Terdapat cara lain mengonstruksi sistem bilangan real, dan pendekatan yang terkenal melibatkan pendefinisian bilangan asli terlebih dahulu, berlanjut mendefinisikan bilangan rasional secara aljabar, dan terakhir mendefinisikan bilangan real sebagia kelas ekuivalensi dari barisan Cauchynya atau sebagai Dedekind cut, yang merupakan subhimpunan bilangan rasional tertentu.[13] Pendekatan lainnya adalah dimulai dari beberapa aksiomatisasi geometri Euklides, dan kemudian mendefinisikan sistem bilangan real secara geometri.
Pendekatan aksiomatik
Misalkan menyatakan himpunan dari semua bilangan real, maka:
- Himpunan adalah lapangan, yang berarti opersai penambahan dan perkalian terdefinisi dan mempunyai beberapa sifat-sifat.
- Lapangan adalah terurut, yang berarti bahwa terdapat orde total sehingga untuk semua bilangan real , , dan :
- jika , maka ; serta
- jika dan , maka .
- Ordenya adalah Dedekind kengkap, yang mengartikan bahwa setiap subhimpunan tidak kosong dari dengan batas atas di mempunyai supremum di .
Sifat-sifat tersebut menyiratkan sifat Archimedes (yang tak disiratkan dengan definsii kelengkapan lainnya), dan sifat tersebut mengatakan bahwa himpunan bilangan bulat tidak mempunyai batas atas di himpunan bilangan real. Bahkan jika pernyataan tersebut salah, maka bilangan bulat akan mempunyai batas atas terkecil , maka tidak akan menjadi batas atasnya, dan akan terdapat suatu bilangan bulat sehingga , dan demikian . Pernyataan ini menjadi kontradiksi dengan sifat batas atas .
Bilangan real dapat ditentukan dengan menggunakan sifat-sifat sebelumnya. Lebih tepatnya, diketahui untuk setiap dua lapangan terurut sempurna Dedekind dan , maka akan terdapat satu buah lapangan isomorfisma dari ke . Ketunggalan tersebut memungkinkan bahwa objek-objek tersebut pada dasarnya dapat dipandang sama.
Untuk aksiomatisasi dari lainnya, lihat aksiomatisasi bilangan real Tarski.
Konstruksi dari bilangan rasional
Bilangan real dapat dikonstruksi sebagai kelengkapan dari bilangna rasional, sehingga sebuah barisan didefinisikan dengan memperluas desimal atau biner, contohnya untuk kasus , (3; 3,1; 3,14; 3,141; 3,1415; ...) konvergen menuju satu buah bilangan real. Untuk mengenal konstruksi bilangan real lebih lanjut dan konstruksi lainnya, lihat konstruksi bilangan real.
Penerapan dan kaitannya dengan bidang lain
Bilangan real dan logika
Bilangan real seringkali dirumuskan menggunakan aksiomatisasi teori himpunan Zermelo–Fraenkel, tetapi sebagian matematikawan mempelajari bilangan real menggunakan dasar-dasar logika matematika lainnya. Secara khusus, bilangan real dipelajari pula dalam reverse mathematics dan matematika konstruksi.[14]
Bilangan hiperreal saat dikembangkan oleh Edwin Hewitt, Abraham Robinson dan matematikawan lainnya, memperluas himpunan bilangan real dengan memperkenalkan infinitesimal dan bilangan tak terhingga. Adanya bilangan ini akan dapat membangun kalkulus infinitesimal, sebuah cabang matematika yang mendekati pandangan Leibniz, Euler, Cauchy dan matematikawan lainnya.
Hipotesis kontinum berbunyi bahwa kardinalitas dari himpunan bilangan real adalah , bilangan kardinal tak terhingga terkecil setelah kardinalitas dari bilangan bulat, yaitu . Paul Cohen membuktikan pada tahun 1963, bahwa hipotesis tersebut adalah suatu independen aksioma dari aksioma teori himpunan lainnya, dalam artian bahwa seseorang dapat memilih hipotesis kontinum atau negasinya sebagai aksioma teori himpunan, tanpa adanya kontradiksi.
Dalam fisika
Dalam ilmu fisika, hampir semua konstanta seperti konstanta gravitasi semesta; dan variabel seperti posisi, massa, kecepatan, dan muatan listrik, digambarkan menggunakan bilangan real. Bahkan teori-teori dasar seperti mekanika klasik, elektromagnetisme, mekanika kuantum, relativitas umum dan model standar dijelaskan menggunakan struktur matematika seperti manifold mulus atau ruang Hilbert, yang didasari dengan bilangan real, walaupun pengukuran kuantitas fisik lainnya akurat dan presisi.
Notasi
Para matematikawan umumnya melambang R sebagai himpunan bilangan real. Notasi lain untuk himpunan bilangan real adalah , yang dapat diberi kode dalam Unicode (dan HTML) sebagai U+211D ℝ (HTML: ℝ
). Karena himpunan ini dilengkapi dengan struktur lapangan, maka bentuk lapangan bilangan real seringkali dipakai ketika sifat-sifat aljabar diketahui.
Himpunan bilangan real positif dilambangkan sebagai dan himpunan bilangan real negatif dilambangkan ,[15] dan notasi lainnya adalah dan .[16] Himpunan bilangan real tak negatif dapat dilambangkan , tetapi himpunan ini seringkali dilambangkan sebagai [15] Dalam matematika Prancis, bilangan real positif dan bilangan real negatif biasanya mengandun nol, dan himpunan tersebut masing-masing dilambangka sebagai dan [16] Himpunan tanpa nol disebut bilangan real positif sempurna, yang diberi notasi , dan disebut bilangan real negatif sempurna, yang diberi notasi [16]
Notasi mengacu pada himpunan rangkap- dari anggota (ruang koordinat real), yang dapat diidentifikasi dengan perkalian Cartesius dari n salinan Notasi tersebut juga mengacu pada ruang vektor dimensi-n atas lapangan bilangan real, yang kerapkali disebut ruang koordinat dimensi n. Ruang dapat diidentifikasi dengan ruang Euklides dimensi-n. titik dari ruang Euklides diidentifikasi dengan rangkap dari koordinat Cartesiusnya.
Lihat pula
Catatan kaki
- ^ "real number | Definition, Examples, & Facts | Britannica". www.britannica.com.
- ^ Wrede, Robert (2007). "Bilangan". Schaum Outlines:Teori dan Soal-Soal Kalkulus Lanjut. Penerbit Erlangga. hlm. 1–2.
- ^ Lebih tepatnya, jika ada dua bidang yang keseluruhan teratur lengkap, maka ada suatu isomorfisma unik di antara keduanya. Di sini tersirat bahwa identitas dari otomorfisma bidang unik dari bilangan real adalah kompatibel dengan penataan atau pengaturan.
- ^ T. K. Puttaswamy, "The Accomplishments of Ancient Indian Mathematicians", pp. 410–11. In: Selin, Helaine; D'Ambrosio, Ubiratan, ed. (2000), Mathematics Across Cultures: The History of Non-western Mathematics, Springer, ISBN 978-1-4020-0260-1.
- ^ O'Connor, John J.; Robertson, Edmund F., "Arabic mathematics: forgotten brilliance?", Arsip Sejarah Matematika MacTutor, Universitas St Andrews.
- ^ Matvievskaya, Galina (1987), "The Theory of Quadratic Irrationals in Medieval Oriental Mathematics", Annals of the New York Academy of Sciences, 500 (1): 253–77 [254], Bibcode:1987NYASA.500..253M, doi:10.1111/j.1749-6632.1987.tb37206.x
- ^ Jacques Sesiano, "Islamic mathematics", hlm. 148, in Selin, Helaine; D'Ambrosio, Ubiratan (2000), Mathematics Across Cultures: The History of Non-western Mathematics, Springer, ISBN 978-1-4020-0260-1
- ^ Beckmann, Petr (1971). A History of π (PI). St. Martin's Press. hlm. 170.
- ^ Arndt, Jörg; Haenel, Christoph (2001), Pi Unleashed, Springer, hlm. 192, ISBN 978-3-540-66572-4, diakses tanggal 2015-11-15.
- ^ Dunham, William (2015), The Calculus Gallery: Masterpieces from Newton to Lebesgue, Princeton University Press, hlm. 127, ISBN 978-1-4008-6679-3, diakses tanggal 2015-02-17,
Cantor found a remarkable shortcut to reach Liouville's conclusion with a fraction of the work
- ^ Hurwitz, Adolf (1893). "Beweis der Transendenz der Zahl e". Mathematische Annalen (43): 134–35.
- ^ Gordan, Paul (1893). "Transcendenz von e und π". Mathematische Annalen. 43 (2–3): 222–224. doi:10.1007/bf01443647.
- ^ "Lecture #1" (PDF). 18.095 Lecture Series in Mathematics. 2015-01-05.
- ^ Bishop, Errett; Bridges, Douglas (1985), Constructive analysis, Grundlehren der Mathematischen Wissenschaften [Fundamental Principles of Mathematical Sciences], 279, Berlin, New York: Springer-Verlag, ISBN 978-3-540-15066-4, chapter 2.
- ^ a b Schumacher 1996, pp. 114–15
- ^ a b c École Normale Supérieure of Paris, "Nombres réels" ("Real numbers") Diarsipkan 2014-05-08 di Wayback Machine., p. 6
Pranala luar
- (Inggris)The real numbers: Pythagoras to Stevin Diarsipkan 2007-02-12 di Wayback Machine.
- (Inggris)The real numbers: Stevin to Hilbert Diarsipkan 2007-03-22 di Wayback Machine.
- (Inggris)The real numbers: Attempts to understand Diarsipkan 2007-02-12 di Wayback Machine.
- (Indonesia)Diktat Analisis Real Jurusan Matematika ITB Diarsipkan 2016-08-21 di Wayback Machine.