Lompat ke isi

Jelangkung (film): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
48wikiid (bicara | kontrib)
 
(37 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Untuk|penggunaan lain dari kata "jelangkung"|jelangkung (disambiguasi)}}
{{disambiginfo|Jailangkung (disambiguasi)}}
{{Infobox Film
{{Infobox Film
|movie_name = Jelangkung
| movie_name = Jelangkung
|image = Posterjelangkung.jpg
| image = Jelangkung2001.jpg
|director = [[Rizal Mantovani]]<br />[[Jose Poernomo]]
| director = [[Rizal Mantovani]]<br />[[Jose Poernomo]]
|producer = [[Jose Poernomo]]
| producer = [[Jose Poernomo]]
|eproducer = [[Alex Kumara Syahreza Yusuf]]
| eproducer = [[Alex Kumara Syahreza Yusuf]]
|aproducer =
| aproducer =
|writer = [[Rizal Mantovani]]
| writer = [[Rizal Mantovani]]<br />[[Jose Poernomo]]<br />[[Adi Nugroho]]
| screenplay = [[Rizal Mantovani]]<br />[[Jose Poernomo]]<br />[[Adi Nugroho]]
|starring = [[Winky Wiryawan]]<br />[[Melanie Ariyanto]]<br />[[Rony Dozer]]<br />[[Harry Panca|Harry Pantja]]<br />[[Ian's Bahtiar]]<br />[[Azmi Suhaimi]]<br />[[Arief RG]]<br />[[Chandra]]<br />[[Martoeti]]<br />[[Sri Hartini]]<br />[[Plonto]]<br />[[Arief Rudiharto]]
|music = [[David Poernomo]]
| story = [[Rizal Mantovani]]
| starring = [[Winky Wiryawan]]<br />Melanie Ariyanto<br />[[Rony Dozer]]<br/>[[Harry Panca|Harry Pantja]]<br />Ian's Bahtiar<br />Chandra<br />Azmi Suhaimi<br />Arief RG<br />Martoeti<br />[[Sri Hartini]]<br />Plonto<br />Arief Rudiharto
|cinematography = [[Jose Poernomo]]
| music = David Poernomo
|editing = [[Jose Poernomo]]<br />[[Rizal Mantovani]]
| cinematography = [[Jose Poernomo]]
|distributor = [[Rexinema]]<br />[[Prima Entertainment]]
| editing = [[Jose Poernomo]]<br />[[Rizal Mantovani]]
|release_date = 5 Oktober [[2001]]
| distributor = Rexinema cq. PT Enam Sisi Karya
|runtime = 102 menit
|country = [[Indonesia]]
| release_date = [[5 Oktober]] [[2001]]
|awards =
| runtime = 95 menit
|movie_language = [[Bahasa Indonesia]]
| country = [[Indonesia]]
|budget = Rp. 1 miliar
| awards =
| movie_language = [[Bahasa Indonesia]]
|gross = Rp. 5 miliar
|preceded_by =
| budget = Rp. 150 juta
|followed_by = [[Tusuk Jelangkung]]
| gross = Rp. 15 miliar
|amg_id =
| preceded_by =
| followed_by = [[Tusuk Jelangkung]]
|imdb_id = 0298943
}}
}}
'''Jelangkung''' (Internasional:'''''The Uninvited''''') adalah sebuah [[film]] [[film horor|horor]] dari [[Indonesia]] yang dirilis tahun [[2001]]. Film yang disutradarai [[Rizal Mantovani]] dan [[Jose Poernomo]] ini mengusung tema ritual mistis kuno ''[[jailangkung]]'' dari Indonesia dan legenda-legenda urban dari daerah [[Jakarta]], seperti legenda ''[[Hantu Rumah Kentang]]'' dan ''[[Suster Ngesot]]''. Dengan ''tag-line''-nya yang terkenal setelah dirilis, yaitu "''Datang tak dijemput, pulang tak diantar''". Film ini berbiaya produksi 400 juta rupiah, dengan biaya total 1 miliar rupiah. Film ini tercatat telah ditonton 1,3 juta penonton di layar bioskop setelah dirilis, dengan total penonton sampai sekarang 5,7 juta penonton, dan meraup pendapatan sekitar lima miliar rupiah. ''Jelangkung'' masih memimpin sebagai film dengan penonton terbanyak di seluruh Indonesia, namun rekornya sebagai film dengan pendapatan terbanyak di seluruh Indonesia telah dikalahkan oleh film ''[[Laskar Pelangi (film)|Laskar Pelangi]]'' tahun [[2008]].<ref>[http://web.archive.org/web/20090208152949/http://www.gatra.com/2003-04-01/artikel.php Gatra - Film "Tusuk Jelangkung" Pulang Diantar Merk Sponsor], Sulistiyo, Bambang. [[Gatra]] Nomor 19, 24 Maret 2003, diakses 19 Oktober 2009</ref> <ref>[http://www.sixthsenseproductions.com/press/VarietyJelangkung.jpg Majalah Variety - Auds Scream for Horror Hit], Ryanto, Tony. [[Variety]] 2 Desember 2001</ref>
'''Jelangkung''' (Internasional:'''''The Uninvited''''') adalah sebuah film horor Indonesia 2001. Film yang disutradarai [[Rizal Mantovani]] dan [[Jose Poernomo]] ini mengusung tema ritual mistis kuno ''[[jailangkung]]'' dari Indonesia dan legenda-legenda urban dari daerah [[Bandung]], seperti legenda ''[[Hantu Rumah Kentang]]'' dan ''[[Suster Ngesot]]''. Dengan ''tag-line''-nya yang terkenal setelah dirilis, yaitu "''Datang tak dijemput, pulang tak diantar''". Film ini berbiaya produksi 400 juta rupiah, dengan biaya total 1 miliar rupiah.


== Latar belakang ==
== Latar belakang ==
Menurut artikel di ''Variety'', film "''Jelangkung''" pada awalnya sama sekali tidak diharapkan akan menjadi sebuah kesuksesan. Film yang hanya memakan waktu syuting sepuluh hari <ref>[http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Hiburan&id=23021 Preview Tusuk Jelangkung], Pontianak Post, 15 Maret 2003. Diakses 19 Oktober 2009.</ref> ini diproduksi untuk ditayangkan di jaringan [[televisi]] [[swasta]] [[TransTV]], yang pada saat itu belum mulai mengudara di [[Indonesia]] (TransTV baru mulai mengudara awal tahun 2002). Produser [[Erwin Arnada]] menyarankan untuk menayangkan "''Jelangkung''" di bioskop, dan pada tanggal 5 Oktober akhirnya "''Jelangkung''" ditayangkan di salah satu bioskop [[Jakarta]]. Walau tanpa dukungan [[sponsor]] dan [[iklan]], film "''Jelangkung''" ternyata sangat sukses karena penonton yang kebanyakan adalah [[mahasiswa]] dan anak muda. Pada tanggal 18 November 2001, lebih dari 50 ribu tiket telah terjual untuk film ini, sehingga akhirnya [[Harris Lasmana]], pengusaha pemilik jaringan [[bioskop 21]] membeli hak tayang film ini untuk diputar di 25 bioskop 21. "''Jelangkung''" mulai tayang pertengahan Desember 2001 secara nasional.<ref>[http://www.sixthsenseproductions.com/press/VarietyJelangkung.jpg Majalah Variety - Auds Scream for Horror Hit], Ryanto, Tony. [[Variety]] 2 Desember 2001</ref>
Menurut artikel di ''Variety'', film "''Jelangkung''" pada awalnya sama sekali tidak diharapkan akan menjadi sebuah kesuksesan. Film yang hanya memakan waktu syuting sepuluh hari <ref>[http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Hiburan&id=23021 Preview Tusuk Jelangkung]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, Pontianak Post, 15 Maret 2003. Diakses 19 Oktober 2009.</ref> ini diproduksi untuk ditayangkan di [[jaringan televisi]] [[swasta]] [[Trans TV]], yang pada saat itu belum mulai mengudara di [[Indonesia]] (Trans TV baru mulai mengudara dua bulan setelah film ini dirilis). Produser [[Erwin Arnada]] menyarankan untuk menayangkan "''Jelangkung''" di bioskop, dan pada tanggal 5 Oktober akhirnya "''Jelangkung''" ditayangkan di salah satu bioskop [[Jakarta]]. Walau tanpa dukungan [[sponsor]] dan [[iklan]], film "''Jelangkung''" ternyata sangat sukses karena penonton yang kebanyakan adalah [[mahasiswa]] dan anak muda. Pada tanggal 18 November 2001, lebih dari 50 ribu tiket telah terjual untuk film ini, sehingga akhirnya [[Harris Lasmana]], pengusaha pemilik jaringan [[bioskop 21]] membeli hak tayang film ini untuk diputar di 25 bioskop 21. "''Jelangkung''" mulai tayang pertengahan Desember 2001 secara nasional.<ref>[http://www.sixthsenseproductions.com/press/VarietyJelangkung.jpg Majalah Variety - Auds Scream for Horror Hit], Ryanto, Tony. [[Variety]] 2 Desember 2001</ref>


Kesuksesan komersial film ini dianggap telah menghidupkan perfilman horor di bioskop Indonesia, terutama karena saat dirilis, film ini tidak lagi bertumpu pada klise "wajah seram hantu" pada umumnya, namun juga pada ketegangan melalui gerak [[kamera]], [[efek spesial]], dan lokasi yang asing.<ref>[http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=53946 "Film Hantu yang Kagak Ada Matinya" - Pikiran Rakyat Online], diakses 17 Oktober 2009</ref> Film ini juga dikenal telah mengusung ide baru dalam film Indonesia karena mengolah musik [[pop]] dan kehidupan remaja modern dalam alur ceritanya. Kesuksesan film ini memancing keluarnya sinetron berjudul [[Jelangkung (sinetron)|sama]] yang sempat ditayangkan di stasiun [[televisi]] [[swasta]] [[RCTI]].<ref>[http://www.radarsulteng.com/berita/index.asp?Berita=Hiburan&id=30557 Sinetron Jelangkung di RCTI - Radar Sulawesi Tengah], diakses 17 Oktober 2009.</ref> Film ini dirilis dalam format [[VCD]] pada tahun 2002 dan dalam [[DVD]] pada tahun 2008.
Kesuksesan komersial film ini dianggap telah menghidupkan perfilman horor di bioskop Indonesia, terutama karena saat dirilis, film ini tidak lagi bertumpu pada klise "wajah seram hantu" pada umumnya, tetapi juga pada ketegangan melalui gerak [[kamera]], [[efek spesial]], dan lokasi yang asing.<ref>[http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=53946 "Film Hantu yang Kagak Ada Matinya" - Pikiran Rakyat Online]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, diakses 17 Oktober 2009</ref> Film ini juga dikenal telah mengusung ide baru dalam perfilman horor di bioskop Indonesia karena mengolah musik [[pop]] dan kehidupan remaja modern dalam alur ceritanya. Kesuksesan film ini memancing keluarnya sinetron berjudul [[Jelangkung (sinetron)|sama]] yang sempat ditayangkan di jaringan televisi swasta [[RCTI]] dan diproduksi oleh [[SinemArt]].<ref>[http://www.radarsulteng.com/berita/index.asp?Berita=Hiburan&id=30557 Sinetron Jelangkung di RCTI - Radar Sulawesi Tengah] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160304105404/http://www.radarsulteng.com/berita/index.asp?Berita=Hiburan&id=30557 |date=2016-03-04 }}, diakses 17 Oktober 2009.</ref> Film ini dirilis dalam format [[VCD]] pada tahun 2002 dan dalam [[DVD]] pada tahun 2008.


Film ini melambungkan nama [[Rizal Mantovani]] sebagai sutradara. [[Sekuel]] pertama, ''[[Tusuk Jelangkung]]'', diproduksi tahun [[2003]] dan disutradarai [[Dimas Djayadiningrat]], sedangkan sekuel berikutnya ''[[Jelangkung 3]]'', dirilis pada tahun 2007 dan disutradarai [[Angga Dwimas Sasongko]].
Film ini melambungkan nama [[Rizal Mantovani]] sebagai sutradara. [[Sekuel]] pertama, ''[[Tusuk Jelangkung]]'', diproduksi tahun [[2003]] dan disutradarai [[Dimas Djayadiningrat]], sedangkan sekuel berikutnya ''[[Jelangkung 3]]'', dirilis pada tahun 2007 dan disutradarai [[Angga Dwimas Sasongko]].
Baris 36: Baris 36:
== Sinopsis ==
== Sinopsis ==


Ferdi ([[Winky Wiryawan]]), Gita ([[Melanie Ariyanto]]), Gembol ([[Rony Dozer]]), dan Soni ([[Harry Panca|Harry Pantja]]) adalah empat sekawan berbeda karakter dari [[Jakarta]] yang selalu penasaran mencari pengalaman bertemu dengan [[hantu|makhluk halus]] di tempat-tempat [[angker]]. Mereka telah mendatangi berbagai tempat yang dikabarkan ber[[hantu]], namun tak kunjung menjumpai yang mereka cari. Lelah tidak menemukan yang mereka cari, mereka mendapat ide untuk pergi ke sebuah [[desa]] bernama [[Angkerbatu (tempat fiktif)|Angkerbatu]] di daerah [[Jawa Barat]] yang dikabarkan banyak mendapat kasus penampakan makhluk halus dan orang [[kerasukan]].
Ferdi ([[Winky Wiryawan]]), Gita (Melanie Ariyanto), Gembol ([[Rony Dozer]]), dan Soni ([[Harry Panca|Harry Pantja]]) adalah empat sekawan berbeda karakter dari [[Jakarta]] yang selalu penasaran mencari pengalaman bertemu dengan [[hantu|makhluk halus]] di tempat-tempat [[Horor|angker]]. Mereka telah mendatangi berbagai tempat yang dikabarkan [[hantu|berhantu]], tetapi tak kunjung menjumpai yang mereka cari. Lelah tidak menemukan yang mereka cari, mereka mendapat ide untuk pergi ke sebuah [[desa]] bernama [[Angkerbatu (tempat fiktif)|Angkerbatu]] di daerah [[Jawa Barat]] yang dikabarkan banyak mendapat kasus penampakan makhluk halus dan orang [[kerasukan]].


Setibanya di desa Angkerbatu semua terasa biasa-biasa saja sampai mereka menemukan sebuah [[kubur]] tanpa nama di tengah hutan desa tersebut. Kubur tersebut sangat misterius karena tidak diletakkan bersama kubur lain seperti kubur-kubur pada umumnya. Setelah putus asa tidak menemukan penampakan apa pun selama tiga hari, mereka putus asa dan memutuskan untuk pulang. Namun pada malam terakhir, Soni yang menginginkan untuk memiliki ilmu [[gaib]], diam-diam melakukan ritual "''[[jelangkung]]''" di kubur misterius tersebut. ''Jelangkung'' adalah sebuah [[ritual]] [[mistik]] kuno yang konon bisa memanggil arwah dari [[alam baka]] untuk datang ke dunia nyata dan menitis ke sebuah [[boneka]] dari [[batok]] [[kelapa]] dan tongkat kayu. Soni menjalankan ritual sambil mengucapkan [[mantra]]: "''Jelangkung, jelangkung, di sini ada pesta kecil-kecilan, datang tak dijemput, pulang tak diantar''" untuk memanggil makhluk halus. Kemudian Soni menancapkan boneka ''jelangkung'' ke kubur tersebut. Ferdi, Gita, dan Gembol mengetahui hal ini, dan walau tertarik untuk melihat reaksi boneka ''jelangkung'', mereka memaksa Soni untuk menghentikan ulahnya tersebut. Kecewa karena tak ada reaksi dari boneka itu, Soni pun marah dan pergi meninggalkan teman-temannya beserta boneka yang masih tertancap di kubur misterius. Mereka pun akhirnya meninggalkan kubur tersebut tanpa mencabut boneka ''jelangkung'', tak menyadari bahwa sesuatu telah terjadi pada boneka ''jelangkung'' setelah mereka pergi. Setibanya di Jakarta, rentetan peristiwa aneh pun mulai terjadi dengan mereka, masing-masing dengan cara tersendiri oleh sesosok hantu anak kecil yang mengerikan.
Setibanya di desa Angkerbatu semua terasa biasa-biasa saja sampai mereka menemukan sebuah [[kubur]]an tanpa nama di tengah hutan desa tersebut. Kuburan tersebut sangat misterius karena tidak diletakkan bersama kuburan lain seperti kuburan-kuburan pada umumnya. Setelah putus asa tidak menemukan penampakan apa pun selama tiga hari, mereka putus asa dan memutuskan untuk pulang. Namun pada malam terakhir, Soni yang menginginkan untuk memiliki ilmu [[gaib]], diam-diam melakukan ritual "''[[jelangkung]]''" di kubur misterius tersebut. ''Jelangkung'' adalah sebuah [[ritual]] [[mistik]] kuno yang konon bisa memanggil arwah dari [[alam baka]] untuk datang ke dunia nyata dan menitis ke sebuah [[boneka]] dari [[kelapa|batok kelapa]] dan tongkat kayu. Soni menjalankan ritual sambil mengucapkan [[mantra]]: "''Jelangkung, jelangkung, di sini ada pesta kecil-kecilan, datang tak dijemput, pulang tak diantar''" untuk memanggil makhluk halus. Kemudian Soni menancapkan boneka ''jelangkung'' ke kubur tersebut. Ferdi, Gita, dan Gembol mengetahui hal ini, dan walau tertarik untuk melihat reaksi boneka ''jelangkung'', mereka memaksa Soni untuk menghentikan ulahnya tersebut. Kecewa karena tak ada reaksi dari boneka itu, Soni pun marah dan pergi meninggalkan teman-temannya beserta boneka yang masih tertancap di kubur misterius. Mereka pun akhirnya meninggalkan kubur tersebut tanpa mencabut boneka ''jelangkung'', tak menyadari bahwa sesuatu telah terjadi pada boneka ''jelangkung'' setelah mereka pergi. Setibanya di Jakarta, rentetan peristiwa aneh pun mulai terjadi dengan mereka, masing-masing dengan cara tersendiri oleh sesosok hantu anak kecil yang mengerikan.


Saat mendatangi sebuah bangunan [[rumah sakit]] tua yang dikabarkan digentayangi oleh arwah hantu penasaran ''[[suster ngesot]]'', Ferdi, Gita, Gembol, dan Soni akhirnya menemukan kengerian yang selama ini mereka cari. Ketakutanlah yang akhirnya menyelimuti mereka. Zulfikar (Ian's Bahtiar), teman kuliah Ferdi, menyarankan supaya mereka menemui Sakimin (Chandra), seorang [[paranormal]] yang dia kira bisa membantu mereka keluar dari masalah mengerikan ini. Paranormal tersebut mengetahui perbuatan mereka dan menyuruh mereka untuk segera kembali ke desa [[Angkerbatu (tempat fiktif)|Angkerbatu]], menemukan kubur misterius tersebut dan mencabut boneka ''jelangkung'' yang mereka tinggalkan. Namun perjalanan mereka tidak akan semudah yang mereka bayangkan. Hal mengerikan sedang menanti mereka di kubur misterius desa Angkerbatu tersebut.<ref>[http://jibis.pnri.go.id/sinema/filmografi-nasional/thn/2008/bln/01/tgl/24/id/2350 Film Jelangkung di pnri.go.id], diakses pada 23 Juni 2009</ref>
Saat mendatangi sebuah bangunan [[rumah sakit]] tua yang dikabarkan digentayangi oleh arwah hantu penasaran ''[[suster ngesot]]'', Ferdi, Gita, Gembol, dan Soni akhirnya menemukan kengerian yang selama ini mereka cari. Ketakutanlah yang akhirnya menyelimuti mereka. Zulfikar (Ian's Bahtiar), teman kuliah Ferdi, menyarankan supaya mereka menemui Sakimin (Chandra), seorang [[paranormal]] yang dia kira bisa membantu mereka keluar dari masalah mengerikan ini. Paranormal tersebut mengetahui perbuatan mereka dan menyuruh mereka untuk segera kembali ke desa [[Angkerbatu (tempat fiktif)|Angkerbatu]], menemukan kubur misterius tersebut dan mencabut boneka ''jelangkung'' yang mereka tinggalkan. Namun perjalanan mereka tidak akan semudah yang mereka bayangkan. Hal mengerikan sedang menanti mereka di kubur misterius desa Angkerbatu tersebut.<ref>[http://jibis.pnri.go.id/sinema/filmografi-nasional/thn/2008/bln/01/tgl/24/id/2350 Film Jelangkung di pnri.go.id]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, diakses pada 23 Juni 2009</ref>


== Tokoh dan pemeran ==
== Tokoh dan pemeran ==
* [[Winky Wiryawan]] - Ferdi
* [[Winky Wiryawan]] - Ferdi
* [[Melanie Ariyanto]] - Gita
* Melanie Ariyanto - Gita
* [[Rony Dozer]] - Gembol
* [[Rony Dozer]] - Gembol
* [[Harry Panca|Harry Pantja]] - Soni
* [[Harry Panca|Harry Pantja]] - Soni
* [[Ian's Bahtiar]] - Zulfikar
* Ian's Bahtiar - Zulfikar


== Lagu tema ==
== Lagu tema ==
* "''[[Pandawa Lima|Kamulah Satu-Satunya]]''" ([[Dewa 19]]) - [[Aquarius Musikindo]]
* "''[[Veto]]''" ([[Black Maria]]) - [[Warner Music Malaysia]]
* "''[[Veto]]''" ([[Black Maria]]) - [[Warner Music Malaysia]]
* "''[[Fatamorgana]]''" ([[Gigi (band)|Gigi]]) - [[Sony Music Indonesia]]
* "''[[Fatamorgana]]''" ([[Gigi (band)|Gigi]]) - [[Sony Music Indonesia]]
Baris 58: Baris 59:
* Irama yang sering disiulkan oleh Gembol saat sendirian adalah irama lagu tema film [[kartun]] ''[[Scooby-Doo]]'' dari [[Amerika Serikat]].
* Irama yang sering disiulkan oleh Gembol saat sendirian adalah irama lagu tema film [[kartun]] ''[[Scooby-Doo]]'' dari [[Amerika Serikat]].
* Lagu tema utama film "''Jelangkung''" adalah "''Veto''" yang dibawakan grup musik [[rock]] "''Black Maria''" asal [[Malaysia]].
* Lagu tema utama film "''Jelangkung''" adalah "''Veto''" yang dibawakan grup musik [[rock]] "''Black Maria''" asal [[Malaysia]].
* Penggunaan ''jailangkung'' dalam sinema horor bukanlah yang pertama. Pada tahun 1975 telah ada film Indonesia bertema ''jailangkung'', yaitu "''[[Penghuni Bangunan Tua]]''" yang disutradarai [[M. Shariefudin]].<ref>[http://majalah.tempointeraktif.com/id/cetak/2003/02/17/LYR/mbm.20030217.LYR85172.id.html "Dari Babi Ngepet Hingga Jelangkung" - TEMPO], diakses 17 Oktober 2009</ref>
* Penggunaan ''jailangkung'' dalam sinema horor bukanlah yang pertama. Pada tahun 1975 telah ada film Indonesia bertema ''jailangkung'', yaitu "''[[Penghuni Bangunan Tua]]''" yang disutradarai [[M. Shariefudin]].<ref>[http://majalah.tempointeraktif.com/id/cetak/2003/02/17/LYR/mbm.20030217.LYR85172.id.html "Dari Babi Ngepet Hingga Jelangkung" - TEMPO]{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, diakses 17 Oktober 2009</ref>
* Saat awal film, dialog para tokoh film merujuk ke legenda-legenda urban dari daerah [[Jakarta]] seperti '' hantu rumah kentang'', ''[[Si Manis Jembatan Ancol]]'', ''pastor kuburan Jeruk Purut'', dan ''hantu lampu merah Kuningan'', yang semuanya juga telah digarap sebagai film.
* Saat awal film, dialog para tokoh film merujuk ke legenda-legenda urban dari daerah [[Jakarta]] seperti '' hantu rumah kentang'', ''[[Si Manis Jembatan Ancol]]'', ''pastor kuburan Jeruk Purut'', dan ''hantu lampu merah Kuningan'', yang semuanya juga telah digarap sebagai film.
* Angkerbatu, [[latar]] fiktif kejadian cerita film ini, dirilis menjadi sebuah film berjudul [[Angkerbatu|sama]] pada tahun 2007, di[[sutradara]]i oleh [[Jose Purnomo]], rekan sutradara [[Rizal Mantovani]] dalam pembuatan "''Jelangkung''".
* Angkerbatu, [[latar]] fiktif kejadian cerita film ini, dirilis menjadi sebuah film berjudul [[Angkerbatu|sama]] pada tahun 2007, di[[sutradara]]i oleh [[Jose Purnomo]], rekan sutradara [[Rizal Mantovani]] dalam pembuatan "''Jelangkung''".
* Film ini adalah film yang pertama kali menghadirkan hantu misterius "''suster ngesot''". Meskipun muncul hanya dalam beberapa adegan, sosok tersebut mampu mengundang jerit ketakutan penonton muda, sehingga tokoh itu menjadi populer dan kemudian dibuat menjadi film dengan judul yang [[Suster Ngesot|sama]] dan dirilis tahun 2007.
* Film ini adalah film yang pertama kali menghadirkan hantu misterius "''suster ngesot''". Meskipun muncul hanya dalam beberapa adegan, sosok tersebut mampu mengundang jerit ketakutan penonton muda, sehingga tokoh itu menjadi populer dan kemudian dibuat menjadi film dengan judul yang [[Suster Ngesot|sama]] dan dirilis tahun 2007.

== Penghargaan dan Nominasi ==
{| class="wikitable"
|+
!Tahun
!Penghargaan
!Kategori
!Penerima
!Hasil
|-
|2002
|[[Festival Film Bandung]]
|Efek Khusus Terpuji
|'''''Jelangkung'''''
|{{Won}}
|}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* {{IMDb title|0298943|Jelangkung}}
* [http://jibis.pnri.go.id/sinema/filmografi-nasional/thn/2008/bln/01/tgl/24/id/2350 Ulasan di Pusat Dokumentasi Seni Bidang Film]
* [http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-j010-01-165150_jelangkung Filmindonesia.or.id]
* {{en}} [http://mitglied.lycos.de/uzumaki/reviews/jelangkung.htm JELANGKUNG aka THE UNINVITED aka POLTERGEIST]
* [https://m.kapanlagi.com/showbiz/film/indonesia/fakta-di-balik-film-jelangkung-yang-perlu-kamu-tahu-880d68.html KapanLagi.com]
* [http://jibis.pnri.go.id/sinema/filmografi-nasional/thn/2008/bln/01/tgl/24/id/2350 Ulasan di Pusat Dokumentasi Seni Bidang Film]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{en}} [http://mitglied.lycos.de/uzumaki/reviews/jelangkung.htm JELANGKUNG aka THE UNINVITED aka POLTERGEIST]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 74: Baris 94:


[[Kategori:Film Indonesia tahun 2001]]
[[Kategori:Film Indonesia tahun 2001]]
[[Kategori:Film horor Indonesia]]
[[Kategori:Film sekuel]]
[[Kategori:Film horor]]
[[Kategori:Film Indonesia]]

Revisi terkini sejak 4 Maret 2024 01.15

Jelangkung
SutradaraRizal Mantovani
Jose Poernomo
ProduserJose Poernomo
Ditulis olehRizal Mantovani
Jose Poernomo
Adi Nugroho
SkenarioRizal Mantovani
Jose Poernomo
Adi Nugroho
CeritaRizal Mantovani
PemeranWinky Wiryawan
Melanie Ariyanto
Rony Dozer
Harry Pantja
Ian's Bahtiar
Chandra
Azmi Suhaimi
Arief RG
Martoeti
Sri Hartini
Plonto
Arief Rudiharto
Penata musikDavid Poernomo
SinematograferJose Poernomo
PenyuntingJose Poernomo
Rizal Mantovani
DistributorRexinema cq. PT Enam Sisi Karya
Tanggal rilis
5 Oktober 2001
Durasi95 menit
NegaraIndonesia
AnggaranRp. 150 juta
Pendapatan
kotor
Rp. 15 miliar

Jelangkung (Internasional:The Uninvited) adalah sebuah film horor Indonesia 2001. Film yang disutradarai Rizal Mantovani dan Jose Poernomo ini mengusung tema ritual mistis kuno jailangkung dari Indonesia dan legenda-legenda urban dari daerah Bandung, seperti legenda Hantu Rumah Kentang dan Suster Ngesot. Dengan tag-line-nya yang terkenal setelah dirilis, yaitu "Datang tak dijemput, pulang tak diantar". Film ini berbiaya produksi 400 juta rupiah, dengan biaya total 1 miliar rupiah.

Latar belakang[sunting | sunting sumber]

Menurut artikel di Variety, film "Jelangkung" pada awalnya sama sekali tidak diharapkan akan menjadi sebuah kesuksesan. Film yang hanya memakan waktu syuting sepuluh hari [1] ini diproduksi untuk ditayangkan di jaringan televisi swasta Trans TV, yang pada saat itu belum mulai mengudara di Indonesia (Trans TV baru mulai mengudara dua bulan setelah film ini dirilis). Produser Erwin Arnada menyarankan untuk menayangkan "Jelangkung" di bioskop, dan pada tanggal 5 Oktober akhirnya "Jelangkung" ditayangkan di salah satu bioskop Jakarta. Walau tanpa dukungan sponsor dan iklan, film "Jelangkung" ternyata sangat sukses karena penonton yang kebanyakan adalah mahasiswa dan anak muda. Pada tanggal 18 November 2001, lebih dari 50 ribu tiket telah terjual untuk film ini, sehingga akhirnya Harris Lasmana, pengusaha pemilik jaringan bioskop 21 membeli hak tayang film ini untuk diputar di 25 bioskop 21. "Jelangkung" mulai tayang pertengahan Desember 2001 secara nasional.[2]

Kesuksesan komersial film ini dianggap telah menghidupkan perfilman horor di bioskop Indonesia, terutama karena saat dirilis, film ini tidak lagi bertumpu pada klise "wajah seram hantu" pada umumnya, tetapi juga pada ketegangan melalui gerak kamera, efek spesial, dan lokasi yang asing.[3] Film ini juga dikenal telah mengusung ide baru dalam perfilman horor di bioskop Indonesia karena mengolah musik pop dan kehidupan remaja modern dalam alur ceritanya. Kesuksesan film ini memancing keluarnya sinetron berjudul sama yang sempat ditayangkan di jaringan televisi swasta RCTI dan diproduksi oleh SinemArt.[4] Film ini dirilis dalam format VCD pada tahun 2002 dan dalam DVD pada tahun 2008.

Film ini melambungkan nama Rizal Mantovani sebagai sutradara. Sekuel pertama, Tusuk Jelangkung, diproduksi tahun 2003 dan disutradarai Dimas Djayadiningrat, sedangkan sekuel berikutnya Jelangkung 3, dirilis pada tahun 2007 dan disutradarai Angga Dwimas Sasongko.

Sinopsis[sunting | sunting sumber]

Ferdi (Winky Wiryawan), Gita (Melanie Ariyanto), Gembol (Rony Dozer), dan Soni (Harry Pantja) adalah empat sekawan berbeda karakter dari Jakarta yang selalu penasaran mencari pengalaman bertemu dengan makhluk halus di tempat-tempat angker. Mereka telah mendatangi berbagai tempat yang dikabarkan berhantu, tetapi tak kunjung menjumpai yang mereka cari. Lelah tidak menemukan yang mereka cari, mereka mendapat ide untuk pergi ke sebuah desa bernama Angkerbatu di daerah Jawa Barat yang dikabarkan banyak mendapat kasus penampakan makhluk halus dan orang kerasukan.

Setibanya di desa Angkerbatu semua terasa biasa-biasa saja sampai mereka menemukan sebuah kuburan tanpa nama di tengah hutan desa tersebut. Kuburan tersebut sangat misterius karena tidak diletakkan bersama kuburan lain seperti kuburan-kuburan pada umumnya. Setelah putus asa tidak menemukan penampakan apa pun selama tiga hari, mereka putus asa dan memutuskan untuk pulang. Namun pada malam terakhir, Soni yang menginginkan untuk memiliki ilmu gaib, diam-diam melakukan ritual "jelangkung" di kubur misterius tersebut. Jelangkung adalah sebuah ritual mistik kuno yang konon bisa memanggil arwah dari alam baka untuk datang ke dunia nyata dan menitis ke sebuah boneka dari batok kelapa dan tongkat kayu. Soni menjalankan ritual sambil mengucapkan mantra: "Jelangkung, jelangkung, di sini ada pesta kecil-kecilan, datang tak dijemput, pulang tak diantar" untuk memanggil makhluk halus. Kemudian Soni menancapkan boneka jelangkung ke kubur tersebut. Ferdi, Gita, dan Gembol mengetahui hal ini, dan walau tertarik untuk melihat reaksi boneka jelangkung, mereka memaksa Soni untuk menghentikan ulahnya tersebut. Kecewa karena tak ada reaksi dari boneka itu, Soni pun marah dan pergi meninggalkan teman-temannya beserta boneka yang masih tertancap di kubur misterius. Mereka pun akhirnya meninggalkan kubur tersebut tanpa mencabut boneka jelangkung, tak menyadari bahwa sesuatu telah terjadi pada boneka jelangkung setelah mereka pergi. Setibanya di Jakarta, rentetan peristiwa aneh pun mulai terjadi dengan mereka, masing-masing dengan cara tersendiri oleh sesosok hantu anak kecil yang mengerikan.

Saat mendatangi sebuah bangunan rumah sakit tua yang dikabarkan digentayangi oleh arwah hantu penasaran suster ngesot, Ferdi, Gita, Gembol, dan Soni akhirnya menemukan kengerian yang selama ini mereka cari. Ketakutanlah yang akhirnya menyelimuti mereka. Zulfikar (Ian's Bahtiar), teman kuliah Ferdi, menyarankan supaya mereka menemui Sakimin (Chandra), seorang paranormal yang dia kira bisa membantu mereka keluar dari masalah mengerikan ini. Paranormal tersebut mengetahui perbuatan mereka dan menyuruh mereka untuk segera kembali ke desa Angkerbatu, menemukan kubur misterius tersebut dan mencabut boneka jelangkung yang mereka tinggalkan. Namun perjalanan mereka tidak akan semudah yang mereka bayangkan. Hal mengerikan sedang menanti mereka di kubur misterius desa Angkerbatu tersebut.[5]

Tokoh dan pemeran[sunting | sunting sumber]

Lagu tema[sunting | sunting sumber]

Catatan produksi[sunting | sunting sumber]

  • Irama yang sering disiulkan oleh Gembol saat sendirian adalah irama lagu tema film kartun Scooby-Doo dari Amerika Serikat.
  • Lagu tema utama film "Jelangkung" adalah "Veto" yang dibawakan grup musik rock "Black Maria" asal Malaysia.
  • Penggunaan jailangkung dalam sinema horor bukanlah yang pertama. Pada tahun 1975 telah ada film Indonesia bertema jailangkung, yaitu "Penghuni Bangunan Tua" yang disutradarai M. Shariefudin.[6]
  • Saat awal film, dialog para tokoh film merujuk ke legenda-legenda urban dari daerah Jakarta seperti hantu rumah kentang, Si Manis Jembatan Ancol, pastor kuburan Jeruk Purut, dan hantu lampu merah Kuningan, yang semuanya juga telah digarap sebagai film.
  • Angkerbatu, latar fiktif kejadian cerita film ini, dirilis menjadi sebuah film berjudul sama pada tahun 2007, disutradarai oleh Jose Purnomo, rekan sutradara Rizal Mantovani dalam pembuatan "Jelangkung".
  • Film ini adalah film yang pertama kali menghadirkan hantu misterius "suster ngesot". Meskipun muncul hanya dalam beberapa adegan, sosok tersebut mampu mengundang jerit ketakutan penonton muda, sehingga tokoh itu menjadi populer dan kemudian dibuat menjadi film dengan judul yang sama dan dirilis tahun 2007.

Penghargaan dan Nominasi[sunting | sunting sumber]

Tahun Penghargaan Kategori Penerima Hasil
2002 Festival Film Bandung Efek Khusus Terpuji Jelangkung Menang

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]