Pulau Miangas: Perbedaan antara revisi
Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(43 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 5: | Baris 5: | ||
| image_caption =Pantai Wolo di Miangas |
| image_caption =Pantai Wolo di Miangas |
||
| image_alt = |
| image_alt = |
||
| map = Indonesia |
| map = Indonesia Sulawesi |
||
| map_caption = Lokasi Miangas di |
| map_caption = Lokasi Miangas di sekitar P. Sulawesi |
||
| map_relief = yes |
| map_relief = yes |
||
| location =[[Asia Tenggara]] |
| location =[[Asia Tenggara]] |
||
Baris 58: | Baris 58: | ||
| additional_info = |
| additional_info = |
||
}} |
}} |
||
'''Miangas''' adalah [[daftar pulau terluar Indonesia|pulau terluar Indonesia]] yang terletak paling utara |
'''Pulau Miangas''' adalah salah satu [[daftar pulau terluar Indonesia|pulau terluar Indonesia]] yang terletak di paling utara wilayah Indonesia, sebagai tapal batas antara [[Indonesia]] dengan [[Filipina]]. Pulau ini termasuk ke dalam [[Miangas, Miangas, Kepulauan Talaud|Desa Miangas]], [[Miangas, Kepulauan Talaud|Kecamatan Miangas]], [[Kabupaten Kepulauan Talaud]], [[Provinsi]] [[Sulawesi Utara]], [[Indonesia]]. Miangas adalah salah satu pulau yang tergabung dalam gugusan [[Kepulauan]] Nanusa yang berbatasan langsung dengan kawasan [[Filipina]]. Pulau ini sering menjadi persengketaan kepemilikan dan persengketaan batas wilayah antara [[Indonesia]] dan [[Filipina]]. Masyarakat Pulau Miangas menggunakan dua mata uang yang berbeda sebagai alat transaksi, yakni mata uang milik Republik Indonesia ([[Rupiah]]) dan juga mata uang milik Filipina ([[Peso Filipina]]). |
||
Pulau ini merupakan salah satu pulau terluar Indonesia sehingga rawan masalah perbatasan, [[terorisme]] serta [[penyelundupan]]. Pulau ini memiliki luas sekitar 3,15 km |
Pulau ini merupakan salah satu pulau terluar Indonesia sehingga rawan masalah perbatasan, [[terorisme]] serta [[penyelundupan]]. Pulau ini memiliki luas sekitar 3,15 km². Pulau Miangas memiliki jumlah penduduk sebanyak 678 jiwa (2003) dengan mayoritas adalah Suku Talaud. Perkawinan dengan warga Filipina tidak bisa dihindarkan lagi dikarenakan kedekatan jarak dengan Filipina. Bahkan beberapa laporan mengatakan mata uang yang digunakan di pulau ini adalah [[Peso Filipina|peso]]. |
||
[[Belanda]] menguasai pulau ini sejak tahun [[1677]]. Filipina sejak [[1891]] memasukkan Miangas ke dalam wilayahnya. Miangas dikenal dengan nama ''' |
[[Belanda]] menguasai pulau ini sejak tahun [[1677]]. Filipina sejak [[1891]] memasukkan Miangas ke dalam wilayahnya. Miangas dikenal dengan nama '''Las Palmas''' dalam peta Filipina. Belanda kemudian bereaksi dengan [[Kasus Pulau Palmas|mengajukan masalah Miangas]] ke [[Mahkamah Arbitrase Antarabangsa]]. Mahkamah Arbitrase Internasional dengan hakim Max Huber pada tanggal [[4 April]] [[1928]] kemudian memutuskan Miangas menjadi milik sah Belanda (Hindia Belanda). Filipina kemudian menerima keputusan tersebut. |
||
Pulau Miangas dapat ditempuh menggunakan kapal angkutan dari pelabuhan Bitung, sebanyak dua kali sebulan kapal ini melayani trayek Bitung-Siau-Lirung-Tahuna-Melong-Karatung-Miangas-Marore.<ref>{{Cite web|title=Pulau MIANGAS|url=http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/306|website=www.ppk-kp3k.kkp.go.id|access-date=2022-12-17}}</ref> |
|||
Pada awalnya aplikasi daring Google Maps memiliki kesalahan dengan memasukkan pulau Miangas sebagai bagian dari Filipina, |
|||
namun kesalahan tersebut telah diperbaiki oleh pihak Google.<ref>[http://maps.google.com/maps?f=q&source=s_q&hl=en&q=&vps=3&jsv=257c&sll=4.762573,125.925293&sspn=5.701731,7.064209&ie=UTF8&geocode=FfbyVAAdo3uLBw&split=0 Miangas, Philippines]</ref> |
|||
== Etimologi == |
|||
Miangas berarti "terkena pembajakan", karena bajak laut dari [[Mindanao]] biasa mengunjungi pulau tersebut.<ref name=ga297>{{harvnb|Ganesan|Amer|2010|p=297}}</ref> Pada abad ke-16, pulau ini dinamai dalam [[bahasa Spanyol]] ''Isla de las Palmas'', dan dalam [[bahasa Portugis]] ''Ilha de Palmeiras''.<ref>{{harvnb|Ulaen|Wulandari|Tangkilisan|2012|pp=10–11}}</ref> Dalam bahasa Sasahara,{{efn|Bahasa Sasahara atau bahasa laut merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Sangi saat berlayar.}} pulau ini disebut ''Tinonda'' atau ''Poilaten'' dalam [[Bahasa Tombulu|bahasa Minahasa]] yang berarti "orang yang tinggal terpisah dari kepulauan utama" dan "pulau kita".<ref>{{harvnb|Ulaen|Wulandari|Tangkilisan|2012|pp=14–15}}</ref> |
|||
== Sejarah == |
|||
[[File:Tanjung Bora - panoramio.jpg|thumb|left|200px|Tanjung Bora di Miangas]] |
|||
Menurut tradisi setempat, ada sejumlah kerajaan di daerah tersebut. [[Pulau Sangir|Sangir]], [[Pulau Talaud|Talaud]] dan [[Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro|Sitaro]] milik dua kerajaan, Tabukan dan Kalongan. Untuk membenarkan kedaulatan mereka atas Miangas, [[Hindia Belanda|Belanda]] berargumen bahwa pulau itu telah berada di bawah kekuasaan para pangeran Sangir.<ref>M. P. H. Roessingh, "Dutch relations with the Philippines:a survey of sources in the General States Archives, The Hague, Netherlands", ''[[Asian Studies]]'' 5, No. 2, pp. 377-407</ref> |
|||
=== Era modern awal === |
|||
Pada bulan Oktober 1526, [[Ekspedisi Loaísa|Garcia Jofre de Loaísa]], pelaut dan peneliti [[Kerajaan Spanyol|Spanyol]], adalah orang Eropa pertama yang mengunjungi pulau tersebut.<ref>{{harvnb|Ulaen|Wulandari|Tangkilisan|2012|p=10}}</ref><ref>{{cite book |title =European Voyaging towards Australia | first =Jorge | last =Berguno | chapter=The South and Mid-Pacific Voyages|editor1=Hardy, John | editor2=Frost, Alan | year =1990 | publisher =Australian Academy of the Humanities | isbn =0909897190}}</ref><ref>{{cite journal | last =Kelsey | first =Harry | title =Finding the Way Home: Spanish Exploration of the Round-Trip Route across the Pacific Ocean | journal =The Western Historical Quarterly | volume =17 | issue =2 | publisher =Utah State University | location =United States | date =April 1986 | pages =145–164 | doi =10.2307/969278 | jstor =969278 }}</ref><ref>{{cite journal | last =Nowell | first =Charles E. | title =The Loaisa Expedition and the Ownership of the Moluccas | journal =Pacific Historical Review | volume =5 | issue =4 | publisher =University of California Press | location =United States | date =December 1936 | pages =325–336 | doi =10.2307/3632888 | jstor =3632888 }}</ref> |
|||
Pulau ini digunakan sebagai tempat pertahanan oleh orang-orang [[Pulau Talaud|Talaud]] ketika diserang oleh [[Kesultanan Sulu]].<ref name=lipi>{{cite web |url=http://www.politik.lipi.go.id/index.php/in/kolom/politik-internasional/592-menilik-perbatasan-indonesia-filipina-pulau-miangas |title=Menilik Perbatasan Indonesia-Filipina: Pulau Miangas |first=Sandy Nur Ikfal |last=Raharjo |publisher=LIPI |date=17 January 2012 |access-date=16 June 2012 |archive-date=2012-08-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120828154451/http://www.politik.lipi.go.id/index.php/in/kolom/politik-internasional/592-menilik-perbatasan-indonesia-filipina-pulau-miangas |dead-url=yes }}</ref> |
|||
Pulau ini terkena wabah [[kolera]] pada tahun 1885, menyebabkan ratusan penduduk pindah ke Pulau Karakelang.<ref name=uwt139/> |
|||
Pada tahun 1895, E. J. Jellesma, penduduk Oud [[Kota Manado|Manado]], mengunjungi Miangas untuk memuji penduduk dan ''kapiten laut'' karena menolak [[bendera Spanyol]]. Jellesma memberi mereka medali dan [[bendera Belanda]]. Bersama Jellesma adalah Pendeta Kroll, yang membaptis 254 penduduk sebagai Protestan. Setelah kunjungan Jellesma, seorang asisten residen Tahuna dan Pendeta Pannings mengunjungi pulau itu pada bulan April dan Oktober 1909.<ref>{{harvnb|Ulaen|Wulandari|Tangkilisan|2012|pp=61–62}}</ref> |
|||
=== Kasus Pulau Palmas === |
|||
{{Utama|Kasus Pulau Palmas}} |
|||
Menurut [[Perjanjian Paris (1898)|Perjanjian Paris]], wilayah Filipina adalah semua wilayah dalam kotak geografis yang luas. Miangas terletak di dalam batas selatan kotak. Pada 21 Januari 1906, Jenderal [[Leonard Wood]], Gubernur Jenderal Moro, secara resmi mengunjungi pulau itu untuk pertama kalinya.<ref>{{harvnb|Ulaen|Wulandari|Tangkilisan|2012|p=84}}</ref><ref name=hvd139>{{harvnb|Hong|van Dyke|2009|p=139}}</ref> Ia menemukan bendera Belanda berkibar di sana dan pulau itu diklaim sebagai bagian dari [[Hindia Belanda]].<ref name=rkad272/> Ketika Wood kembali ke [[Provinsi Zamboanga|Zamboanga]], dia melaporkannya ke Sekretaris Militer Amerika Serikat, pada 26 Januari 1906. Pemerintah Amerika Serikat menyerahkan masalah tersebut ke Belanda melalui kedutaan mereka di [[Den Haag]] pada 31 Maret 1906. Pada 17 Oktober 1906 Kementerian Luar Negeri Belanda menjawab dengan alasan mengapa pulau itu dimasukkan ke dalam Hindia Belanda.<ref>{{harvnb|Ulaen|Wulandari|Tangkilisan|2012|pp=84–85}}</ref> Pada tanggal 23 Januari 1925, Belanda dan Amerika Serikat membawa kasus tersebut ke [[Mahkamah Arbitrase Antarabangsa|Pengadilan Arbitrase Permanen]], di bawah arbiter tunggal [[Max Huber (negarawan)|Max Huber]] dari [[Swiss]].<ref name=hvd139/><ref>{{harvnb|Ulaen|Wulandari|Tangkilisan|2012|p=85}}</ref> Pada 4 April 1928 Huber memutuskan bahwa pulau itu "secara keseluruhan merupakan bagian dari wilayah Belanda".<ref>{{cite web|last1=Huber|first1=Max|author-link1=Max Huber (statesman) |title=Island of Palmas (or Miangas) (The United States of America v. The Netherlands) |url=https://pcacases.com/web/sendAttach/714|website=PCA Case Repository |publisher=Permanent Court of Arbitration|access-date=8 October 2016 |location=The Hague|date=4 April 1928}}</ref><ref>{{cite journal|journal=Reports of International Arbitral Awards|title=Island of Palmas Case |url=http://www.freiheitistselbstbestimmtesleben.de/pdf/UN_Las_Palmas_1928.pdf|date=4 April 1928|volume=II|pages=829–871}}</ref><ref>{{harvnb|Ulaen|Wulandari|Tangkilisan|2012|p=86|publisher=United Nations|accessdate=30 November 2013}}</ref> |
|||
Dilaporkan pada tahun 2003 bahwa anggota kongres Filipina [[Harry Roque]] berpendapat bahwa Spanyol tidak dapat secara legal menyerahkan Palmas atau bagian mana pun dari Filipina ke [[Amerika Serikat]] karena orang Filipina telah mendirikan [[Republik Filipina Pertama|Republik Filipina]] pada 12 Juni 1898 sebelum Perjanjian Paris ditandatangani pada 10 Desember 1898.<ref>{{cite news|url=http://www.philstar.com/headlines/193954/special-report-legal-battle-palmas-island|title=Special Report: The legal battle for Palmas island (conclusion)|date=February 3, 2003|newspaper=The Philippine Star}}</ref> |
|||
=== Pasca kemerdekaan Indonesia === |
|||
Pada tanggal 4 Juli 1956, Indonesia dan Filipina menandatangani ''Perjanjian Keimigrasian Antara Republik Filipina dan Republik Indonesia'', yang mengizinkan penduduk perbatasan di [[Kabupaten Kepulauan Sangihe|Sangihe]], Talaud , [[Kabupaten Nunukan|Nunukan]], [[Pulau Balut|Balut]], dan [[Sarangani, Davao Occidental|Sarangani]], yang memiliki [[Dokumen perjalanan|laissez-passer]], melintasi perbatasan untuk berdagang, mengunjungi keluarga, beribadah, dan berwisata. Pada tanggal 16 September 1965, Jusuf Ronodipuro dari Indonesia dan Leon T. Garcia dari Filipina menandatangani ''Arahan dan Pedoman Pelaksanaan Perjanjian Keimigrasian tentang Pengaturan Repatriasi dan Pelintasan Perbatasan Antara Republik Indonesia dan Republik Filipina'', untuk memperjelas kesepakatan yang pertama, menjadikan Marore, Miangas, Mabila, dan Balut sebagai pos pemeriksaan.<ref>{{harvnb|Ulaen|Wulandari|Tangkilisan|2012|pp=121–123}}</ref> |
|||
Pada tahun 1972, pulau ini dilanda tsunami, dan akibatnya 90 kepala keluarga dipindahkan oleh pemerintah ke Kabupaten Bolaang-Mongondow.<ref name=uwt139>{{harvnb|Ulaen|Wulandari|Tangkilisan|2012|p=139}}</ref> |
|||
Pada tahun 2005, pemerintah Indonesia menolak [[jalur pelayaran]] dari Miangas ke [[Kota Davao|Davao]] (bagian dari Filipina). Pada tahun yang sama, Sekretaris Desa Miangas Jhonlyi Awala meninggal akibat pemukulan di tangan Kapolsek Miangas. Sekitar 200 orang, berpakaian hitam, berdemonstrasi untuk mengungkapkan kemarahan mereka atas kematian yang tidak masuk akal dan pengabaian pulau itu oleh negara Indonesia. Mereka menurunkan bendera Indonesia di dermaga Miangas dan malah mengibarkan bendera Filipina. Bupati Talaud Elly Engelbert Lasut, yang datang dari Manado, meredakan situasi.<ref>{{cite web|last1=Velasco|first1=Djorina|title=Between Manado and Davao: How the Indonesian island of Miangas is making use of its Philippine ties|url=http://archives.newsbreak-knowledge.ph/2007/01/28/between-manado-and-davao-how-the-indonesian-island-of-miangas-is-making-use-of-its-philippine-ties/|website=News Break Archives|publisher=Public Trust Media Group|access-date=20 February 2017|date=28 January 2007|archive-date=2018-10-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20181030080022/http://archives.newsbreak-knowledge.ph/2007/01/28/between-manado-and-davao-how-the-indonesian-island-of-miangas-is-making-use-of-its-philippine-ties/|dead-url=yes}}</ref> |
|||
Menurut [[Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia]], [[Infrastruktur Pariwisata dan Otoritas Zona Perusahaan|Otoritas Pariwisata Filipina]] pada Februari 2009 menerbitkan peta yang memasukkan Miangas ke dalam wilayah Filipina.<ref name=jp/> |
|||
Sebuah monumen bernama Monumen Patung Santiago dibangun dan diresmikan di pulau ini pada tahun 2009 untuk mengenang Santiago yang mempertahankan pulau tersebut dari penjajahan Belanda.<ref name=lipi/><ref>{{Cite web|last=VIVA|first=PT VIVA MEDIA BARU-|date=2009-05-29|title=Mabes TNI Segera Bangun Monumen Santiago|url=https://www.viva.co.id/berita/nasional/61782-mabes-tni-segera-bangun-monumen-santiago|access-date=2021-03-24|website=www.viva.co.id|language=id}}</ref><ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2009-08-21|title=Patung Santiago Diresmikan di Pulau Miangas|url=https://money.kompas.com/read/2009/08/21/13433777/patung.santiago.diresmikan.di.pulau.miangas|access-date=2021-03-24|website=KOMPAS.com|language=id}}</ref> Pada tahun 2011, pulau ini dapat dicapai dengan kapal yang dioperasikan oleh [[Pelayaran Nasional Indonesia|Pelni]].<ref name=jp2>{{cite news |url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/06/28/two-ports-become-world-class-harbors.html |title=Two ports to become world-class harbors |first=Indra |last=Harsaputra |work=The Jakarta Post |date=28 June 2011 |access-date=15 June 2012}}</ref> |
|||
Pada tahun 2014, baik pemerintah Filipina maupun Indonesia secara resmi mendemarkasi perbatasan laut mereka, dengan Miangas diakui sebagai bagian dari perairan Indonesia.<ref>{{Cite web|url=https://rappler.com/nation/philippines-indonesia-eez-boundary-agreement|title=Philippines, Indonesia seal historic maritime deal|website=Rappler}}</ref> |
|||
Mulai 12 Maret 2017, penerbangan dari [[Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi|Manado]] melayani pulau ini seminggu sekali. Penerbangan yang dioperasikan oleh [[Wings Air]] mendarat di [[Bandar Udara Miangas|Bandara Miangas]] setiap hari Minggu.<ref>{{cite web |title=Wings Air to Open Inaugural Flight to Miangas |url=https://www.antaranews.com/berita/617622/wings-air-buka-penerbangan-perdana-ke-miangas |website=Antaranews.com (in Indonesian) |date=12 March 2017 |access-date=24 June 2018}}</ref> |
|||
== Geografi == |
|||
Miangas terletak 521 km (324 mil) dari [[Kota Manado|Manado]], ibu kota [[Sulawesi Utara]] dan 126 km (78 mil) dari [[Kota Davao]] di Filipina.<ref name=ga293>{{harvnb|Ganesan|Amer|2010|p=293}}</ref> Itu juga terletak 80 km (50 mil) tenggara [[Mindanao]].<ref name=rkad272>{{harvnb|Rothwell|Kaye|Akhtarkhavari|Davis|2010|p=272}}</ref> Panjangnya 3 km (2 mil) dan lebar 1,2 km (3⁄4 mil),<ref>{{harvnb|Hong|van Dyke|2009|p=94}}</ref> dengan luas 3,15 km2.<ref name=jp>{{cite news |url=http://www.thejakartapost.com/news/2009/02/14/private-mapmaker-suspected-border-blunder.html |title=Private mapmaker suspected in border blunder |work=The Jakarta Post |date=14 February 2009 |access-date=15 June 2012}}</ref> Miangas, yang terletak di sebelah utara Kepulauan Nanusa, merupakan distrik tersendiri di dalam [[Kabupaten Kepulauan Talaud]].<ref name=jp2/><ref>{{cite web |url=http://www.pelni.co.id/detailberita.php?id=109 |title=KM Sangiang-Berlayar Hingga Tapal Batas Miangas KM Sangiang-Berlayar Hingga Tapal Batas Miangas |publisher=Pelni |date=19 May 2011 |access-date=15 June 2012 |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20121015123037/http://pelni.co.id/detailberita.php?id=109 |archive-date=15 October 2012 }}</ref> Pulau ini sebagian besar merupakan dataran rendah, sekitar 1,5 meter di atas permukaan laut. Titik tertinggi yang disebut Gunung Batu setinggi 111 meter terletak di bagian timur laut pulau. Daerah ini ditumbuhi [[Arecaceae|pohon palem]]. Di sudut timur laut pulau, terdapat tebing setinggi 46 meter (151 kaki), dengan pantai timur laut dibatasi oleh karang setinggi 320 m (0,2 mil).<ref>{{harvnb|National Geospatial-intelligence Agency|2004|p=3}}</ref> |
|||
== Demografi == |
|||
Menurut Sensus 2010, populasi pulau ini adalah 728 orang.<ref name=jp/> Penduduk Miangas berbahasa [[Bahasa Indonesia|Indonesia]] dan [[Rumpun bahasa Bisayak|Bisaya]]; generasi yang lebih tua biasanya juga berbicara bahasa [[Bahasa Tagalog|Tagalog]].<ref name=ga297/><ref name=lipi/> |
|||
Pulau ini memiliki kantor polisi dan dua pos militer. Ada juga pasar, kantor pelabuhan, dan kantor bank.<ref name=lipi/> |
|||
== Ekonomi == |
|||
Penduduk Miangas memperoleh penghasilan utama dari menangkap ikan. Perempuan juga menganyam tikar dari daun pandan.<ref>{{harvnb|Ulaen|Wulandari|Tangkilisan|2012|pp=136–137}}</ref> |
|||
== Transportasi == |
|||
[[File:Bandar Udara Miangas.jpg|thumb|left|[[Bandar Udara Miangas]] yang diresmikan oleh Presiden [[Joko Widodo]].]] |
|||
Untuk transportasi, penduduk Miangas dulunya mengandalkan perahu layar buatan sendiri. Namun pada masa [[Orde Baru]], mereka mulai menggunakan [[perahu motor]]. Ini sekarang menjadi sumber utama transportasi.<ref>{{harvnb|Ulaen|Wulandari|Tangkilisan|2012|pp=137–138}}</ref> Pada Oktober 2016, [[Bandar Udara Miangas|Bandara Miangas]] diresmikan oleh [[Presiden Indonesia|Presiden]] [[Joko Widodo]]. Penerbangan perdana melayani bandara ini beberapa bulan kemudian.<ref>{{cite news |url=http://www.ina.or.id/services/news/2594-president-inaugurates-airport-in-miangas |publisher=Indonesian Benelux Chamber of Commerce |title=President inaugurates airport in Miangas |access-date=18 July 2017 |archive-date=2017-05-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20170528221835/http://www.ina.or.id/services/news/2594-president-inaugurates-airport-in-miangas |dead-url=yes }}</ref><ref>{{cite news |url=http://www.en.netralnews.com/news/business/read/2519/wings.air.flies.inaugural.flight.to.miangas.island |publisher=netralnews.com |title=Wings Air Flies Inaugural Flight to Miangas Island |access-date=18 July 2017 |archive-date=2017-09-21 |archive-url=https://web.archive.org/web/20170921095702/http://www.en.netralnews.com/news/business/read/2519/wings.air.flies.inaugural.flight.to.miangas.island |dead-url=yes }}</ref> |
|||
== Catatan == |
|||
{{notelist}} |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
<references /> |
|||
{{reflist}} |
|||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
* {{id}} [http://www.iagi.or.id/index.php?name=News&file=article&sid=180&theme=Printer 12 pulau terluar rawan dikuasai negara tetangga] |
* {{id}} [http://www.iagi.or.id/index.php?name=News&file=article&sid=180&theme=Printer 12 pulau terluar rawan dikuasai negara tetangga] |
||
*Zenith Timotius Malli Anaada (2013) "Kekuasaan Negara dalam Struktur Adat Masyarakat Miangas" Politico : Jurnal Ilmu Politik<nowiki/>https://www.neliti.com/id/publications/1006/kekuasaan-negara-dalam-struktur-adat-masyarakat-miangas |
|||
{{Pulau di Sulawesi Utara}} |
|||
{{DEFAULTSORT:Miangas}} |
{{DEFAULTSORT:Miangas}} |
||
{{indo-pulau-stub}} |
{{indo-pulau-stub}} |
||
[[Kategori:Pulau di |
[[Kategori:Pulau di Sulawesi Utara]] |
||
[[Kategori:Pulau terluar Indonesia]] |
[[Kategori:Pulau terluar Indonesia]] |
||
[[Kategori:Kabupaten Kepulauan Talaud]] |
[[Kategori:Kabupaten Kepulauan Talaud]] |
Revisi per 7 Maret 2024 15.23
Geografi | |
---|---|
Lokasi | Asia Tenggara |
Koordinat | 5°34′2″N 126°34′54″E / 5.56722°N 126.58167°E |
Kepulauan | Kepulauan Talaud |
Luas | 3,15 km2 |
Panjang | 3 km |
Lebar | 1,2 km |
Titik tertinggi | Gunung Batu (111 m) |
Pemerintahan | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sulawesi Utara |
Kabupaten | Kepulauan Talaud |
Kependudukan | |
Penduduk | 728 jiwa (2010) |
Kepadatan | 231 jiwa/km2 |
Pulau Miangas adalah salah satu pulau terluar Indonesia yang terletak di paling utara wilayah Indonesia, sebagai tapal batas antara Indonesia dengan Filipina. Pulau ini termasuk ke dalam Desa Miangas, Kecamatan Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Miangas adalah salah satu pulau yang tergabung dalam gugusan Kepulauan Nanusa yang berbatasan langsung dengan kawasan Filipina. Pulau ini sering menjadi persengketaan kepemilikan dan persengketaan batas wilayah antara Indonesia dan Filipina. Masyarakat Pulau Miangas menggunakan dua mata uang yang berbeda sebagai alat transaksi, yakni mata uang milik Republik Indonesia (Rupiah) dan juga mata uang milik Filipina (Peso Filipina).
Pulau ini merupakan salah satu pulau terluar Indonesia sehingga rawan masalah perbatasan, terorisme serta penyelundupan. Pulau ini memiliki luas sekitar 3,15 km². Pulau Miangas memiliki jumlah penduduk sebanyak 678 jiwa (2003) dengan mayoritas adalah Suku Talaud. Perkawinan dengan warga Filipina tidak bisa dihindarkan lagi dikarenakan kedekatan jarak dengan Filipina. Bahkan beberapa laporan mengatakan mata uang yang digunakan di pulau ini adalah peso.
Belanda menguasai pulau ini sejak tahun 1677. Filipina sejak 1891 memasukkan Miangas ke dalam wilayahnya. Miangas dikenal dengan nama Las Palmas dalam peta Filipina. Belanda kemudian bereaksi dengan mengajukan masalah Miangas ke Mahkamah Arbitrase Antarabangsa. Mahkamah Arbitrase Internasional dengan hakim Max Huber pada tanggal 4 April 1928 kemudian memutuskan Miangas menjadi milik sah Belanda (Hindia Belanda). Filipina kemudian menerima keputusan tersebut.
Pulau Miangas dapat ditempuh menggunakan kapal angkutan dari pelabuhan Bitung, sebanyak dua kali sebulan kapal ini melayani trayek Bitung-Siau-Lirung-Tahuna-Melong-Karatung-Miangas-Marore.[1]
Etimologi
Miangas berarti "terkena pembajakan", karena bajak laut dari Mindanao biasa mengunjungi pulau tersebut.[2] Pada abad ke-16, pulau ini dinamai dalam bahasa Spanyol Isla de las Palmas, dan dalam bahasa Portugis Ilha de Palmeiras.[3] Dalam bahasa Sasahara,[a] pulau ini disebut Tinonda atau Poilaten dalam bahasa Minahasa yang berarti "orang yang tinggal terpisah dari kepulauan utama" dan "pulau kita".[4]
Sejarah
Menurut tradisi setempat, ada sejumlah kerajaan di daerah tersebut. Sangir, Talaud dan Sitaro milik dua kerajaan, Tabukan dan Kalongan. Untuk membenarkan kedaulatan mereka atas Miangas, Belanda berargumen bahwa pulau itu telah berada di bawah kekuasaan para pangeran Sangir.[5]
Era modern awal
Pada bulan Oktober 1526, Garcia Jofre de Loaísa, pelaut dan peneliti Spanyol, adalah orang Eropa pertama yang mengunjungi pulau tersebut.[6][7][8][9]
Pulau ini digunakan sebagai tempat pertahanan oleh orang-orang Talaud ketika diserang oleh Kesultanan Sulu.[10]
Pulau ini terkena wabah kolera pada tahun 1885, menyebabkan ratusan penduduk pindah ke Pulau Karakelang.[11]
Pada tahun 1895, E. J. Jellesma, penduduk Oud Manado, mengunjungi Miangas untuk memuji penduduk dan kapiten laut karena menolak bendera Spanyol. Jellesma memberi mereka medali dan bendera Belanda. Bersama Jellesma adalah Pendeta Kroll, yang membaptis 254 penduduk sebagai Protestan. Setelah kunjungan Jellesma, seorang asisten residen Tahuna dan Pendeta Pannings mengunjungi pulau itu pada bulan April dan Oktober 1909.[12]
Kasus Pulau Palmas
Menurut Perjanjian Paris, wilayah Filipina adalah semua wilayah dalam kotak geografis yang luas. Miangas terletak di dalam batas selatan kotak. Pada 21 Januari 1906, Jenderal Leonard Wood, Gubernur Jenderal Moro, secara resmi mengunjungi pulau itu untuk pertama kalinya.[13][14] Ia menemukan bendera Belanda berkibar di sana dan pulau itu diklaim sebagai bagian dari Hindia Belanda.[15] Ketika Wood kembali ke Zamboanga, dia melaporkannya ke Sekretaris Militer Amerika Serikat, pada 26 Januari 1906. Pemerintah Amerika Serikat menyerahkan masalah tersebut ke Belanda melalui kedutaan mereka di Den Haag pada 31 Maret 1906. Pada 17 Oktober 1906 Kementerian Luar Negeri Belanda menjawab dengan alasan mengapa pulau itu dimasukkan ke dalam Hindia Belanda.[16] Pada tanggal 23 Januari 1925, Belanda dan Amerika Serikat membawa kasus tersebut ke Pengadilan Arbitrase Permanen, di bawah arbiter tunggal Max Huber dari Swiss.[14][17] Pada 4 April 1928 Huber memutuskan bahwa pulau itu "secara keseluruhan merupakan bagian dari wilayah Belanda".[18][19][20]
Dilaporkan pada tahun 2003 bahwa anggota kongres Filipina Harry Roque berpendapat bahwa Spanyol tidak dapat secara legal menyerahkan Palmas atau bagian mana pun dari Filipina ke Amerika Serikat karena orang Filipina telah mendirikan Republik Filipina pada 12 Juni 1898 sebelum Perjanjian Paris ditandatangani pada 10 Desember 1898.[21]
Pasca kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 4 Juli 1956, Indonesia dan Filipina menandatangani Perjanjian Keimigrasian Antara Republik Filipina dan Republik Indonesia, yang mengizinkan penduduk perbatasan di Sangihe, Talaud , Nunukan, Balut, dan Sarangani, yang memiliki laissez-passer, melintasi perbatasan untuk berdagang, mengunjungi keluarga, beribadah, dan berwisata. Pada tanggal 16 September 1965, Jusuf Ronodipuro dari Indonesia dan Leon T. Garcia dari Filipina menandatangani Arahan dan Pedoman Pelaksanaan Perjanjian Keimigrasian tentang Pengaturan Repatriasi dan Pelintasan Perbatasan Antara Republik Indonesia dan Republik Filipina, untuk memperjelas kesepakatan yang pertama, menjadikan Marore, Miangas, Mabila, dan Balut sebagai pos pemeriksaan.[22]
Pada tahun 1972, pulau ini dilanda tsunami, dan akibatnya 90 kepala keluarga dipindahkan oleh pemerintah ke Kabupaten Bolaang-Mongondow.[11]
Pada tahun 2005, pemerintah Indonesia menolak jalur pelayaran dari Miangas ke Davao (bagian dari Filipina). Pada tahun yang sama, Sekretaris Desa Miangas Jhonlyi Awala meninggal akibat pemukulan di tangan Kapolsek Miangas. Sekitar 200 orang, berpakaian hitam, berdemonstrasi untuk mengungkapkan kemarahan mereka atas kematian yang tidak masuk akal dan pengabaian pulau itu oleh negara Indonesia. Mereka menurunkan bendera Indonesia di dermaga Miangas dan malah mengibarkan bendera Filipina. Bupati Talaud Elly Engelbert Lasut, yang datang dari Manado, meredakan situasi.[23]
Menurut Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Otoritas Pariwisata Filipina pada Februari 2009 menerbitkan peta yang memasukkan Miangas ke dalam wilayah Filipina.[24]
Sebuah monumen bernama Monumen Patung Santiago dibangun dan diresmikan di pulau ini pada tahun 2009 untuk mengenang Santiago yang mempertahankan pulau tersebut dari penjajahan Belanda.[10][25][26] Pada tahun 2011, pulau ini dapat dicapai dengan kapal yang dioperasikan oleh Pelni.[27]
Pada tahun 2014, baik pemerintah Filipina maupun Indonesia secara resmi mendemarkasi perbatasan laut mereka, dengan Miangas diakui sebagai bagian dari perairan Indonesia.[28]
Mulai 12 Maret 2017, penerbangan dari Manado melayani pulau ini seminggu sekali. Penerbangan yang dioperasikan oleh Wings Air mendarat di Bandara Miangas setiap hari Minggu.[29]
Geografi
Miangas terletak 521 km (324 mil) dari Manado, ibu kota Sulawesi Utara dan 126 km (78 mil) dari Kota Davao di Filipina.[30] Itu juga terletak 80 km (50 mil) tenggara Mindanao.[15] Panjangnya 3 km (2 mil) dan lebar 1,2 km (3⁄4 mil),[31] dengan luas 3,15 km2.[24] Miangas, yang terletak di sebelah utara Kepulauan Nanusa, merupakan distrik tersendiri di dalam Kabupaten Kepulauan Talaud.[27][32] Pulau ini sebagian besar merupakan dataran rendah, sekitar 1,5 meter di atas permukaan laut. Titik tertinggi yang disebut Gunung Batu setinggi 111 meter terletak di bagian timur laut pulau. Daerah ini ditumbuhi pohon palem. Di sudut timur laut pulau, terdapat tebing setinggi 46 meter (151 kaki), dengan pantai timur laut dibatasi oleh karang setinggi 320 m (0,2 mil).[33]
Demografi
Menurut Sensus 2010, populasi pulau ini adalah 728 orang.[24] Penduduk Miangas berbahasa Indonesia dan Bisaya; generasi yang lebih tua biasanya juga berbicara bahasa Tagalog.[2][10]
Pulau ini memiliki kantor polisi dan dua pos militer. Ada juga pasar, kantor pelabuhan, dan kantor bank.[10]
Ekonomi
Penduduk Miangas memperoleh penghasilan utama dari menangkap ikan. Perempuan juga menganyam tikar dari daun pandan.[34]
Transportasi
Untuk transportasi, penduduk Miangas dulunya mengandalkan perahu layar buatan sendiri. Namun pada masa Orde Baru, mereka mulai menggunakan perahu motor. Ini sekarang menjadi sumber utama transportasi.[35] Pada Oktober 2016, Bandara Miangas diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Penerbangan perdana melayani bandara ini beberapa bulan kemudian.[36][37]
Catatan
- ^ Bahasa Sasahara atau bahasa laut merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Sangi saat berlayar.
Referensi
- ^ "Pulau MIANGAS". www.ppk-kp3k.kkp.go.id. Diakses tanggal 2022-12-17.
- ^ a b Ganesan & Amer 2010, hlm. 297
- ^ Ulaen, Wulandari & Tangkilisan 2012, hlm. 10–11
- ^ Ulaen, Wulandari & Tangkilisan 2012, hlm. 14–15
- ^ M. P. H. Roessingh, "Dutch relations with the Philippines:a survey of sources in the General States Archives, The Hague, Netherlands", Asian Studies 5, No. 2, pp. 377-407
- ^ Ulaen, Wulandari & Tangkilisan 2012, hlm. 10
- ^ Berguno, Jorge (1990). "The South and Mid-Pacific Voyages". Dalam Hardy, John; Frost, Alan. European Voyaging towards Australia. Australian Academy of the Humanities. ISBN 0909897190.
- ^ Kelsey, Harry (April 1986). "Finding the Way Home: Spanish Exploration of the Round-Trip Route across the Pacific Ocean". The Western Historical Quarterly. United States: Utah State University. 17 (2): 145–164. doi:10.2307/969278. JSTOR 969278.
- ^ Nowell, Charles E. (December 1936). "The Loaisa Expedition and the Ownership of the Moluccas". Pacific Historical Review. United States: University of California Press. 5 (4): 325–336. doi:10.2307/3632888. JSTOR 3632888.
- ^ a b c d Raharjo, Sandy Nur Ikfal (17 January 2012). "Menilik Perbatasan Indonesia-Filipina: Pulau Miangas". LIPI. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-08-28. Diakses tanggal 16 June 2012.
- ^ a b Ulaen, Wulandari & Tangkilisan 2012, hlm. 139
- ^ Ulaen, Wulandari & Tangkilisan 2012, hlm. 61–62
- ^ Ulaen, Wulandari & Tangkilisan 2012, hlm. 84
- ^ a b Hong & van Dyke 2009, hlm. 139
- ^ a b Rothwell et al. 2010, hlm. 272
- ^ Ulaen, Wulandari & Tangkilisan 2012, hlm. 84–85
- ^ Ulaen, Wulandari & Tangkilisan 2012, hlm. 85
- ^ Huber, Max (4 April 1928). "Island of Palmas (or Miangas) (The United States of America v. The Netherlands)". PCA Case Repository. The Hague: Permanent Court of Arbitration. Diakses tanggal 8 October 2016.
- ^ "Island of Palmas Case" (PDF). Reports of International Arbitral Awards. II: 829–871. 4 April 1928.
- ^ Ulaen, Wulandari & Tangkilisan 2012, hlm. 86
- ^ "Special Report: The legal battle for Palmas island (conclusion)". The Philippine Star. February 3, 2003.
- ^ Ulaen, Wulandari & Tangkilisan 2012, hlm. 121–123
- ^ Velasco, Djorina (28 January 2007). "Between Manado and Davao: How the Indonesian island of Miangas is making use of its Philippine ties". News Break Archives. Public Trust Media Group. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-10-30. Diakses tanggal 20 February 2017.
- ^ a b c "Private mapmaker suspected in border blunder". The Jakarta Post. 14 February 2009. Diakses tanggal 15 June 2012.
- ^ VIVA, PT VIVA MEDIA BARU- (2009-05-29). "Mabes TNI Segera Bangun Monumen Santiago". www.viva.co.id. Diakses tanggal 2021-03-24.
- ^ Media, Kompas Cyber (2009-08-21). "Patung Santiago Diresmikan di Pulau Miangas". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2021-03-24.
- ^ a b Harsaputra, Indra (28 June 2011). "Two ports to become world-class harbors". The Jakarta Post. Diakses tanggal 15 June 2012.
- ^ "Philippines, Indonesia seal historic maritime deal". Rappler.
- ^ "Wings Air to Open Inaugural Flight to Miangas". Antaranews.com (in Indonesian). 12 March 2017. Diakses tanggal 24 June 2018.
- ^ Ganesan & Amer 2010, hlm. 293
- ^ Hong & van Dyke 2009, hlm. 94
- ^ "KM Sangiang-Berlayar Hingga Tapal Batas Miangas KM Sangiang-Berlayar Hingga Tapal Batas Miangas". Pelni. 19 May 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 October 2012. Diakses tanggal 15 June 2012.
- ^ National Geospatial-intelligence Agency 2004, hlm. 3
- ^ Ulaen, Wulandari & Tangkilisan 2012, hlm. 136–137
- ^ Ulaen, Wulandari & Tangkilisan 2012, hlm. 137–138
- ^ "President inaugurates airport in Miangas". Indonesian Benelux Chamber of Commerce. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-05-28. Diakses tanggal 18 July 2017.
- ^ "Wings Air Flies Inaugural Flight to Miangas Island". netralnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-09-21. Diakses tanggal 18 July 2017.
Pranala luar
- (Indonesia) 12 pulau terluar rawan dikuasai negara tetangga
- Zenith Timotius Malli Anaada (2013) "Kekuasaan Negara dalam Struktur Adat Masyarakat Miangas" Politico : Jurnal Ilmu Politikhttps://www.neliti.com/id/publications/1006/kekuasaan-negara-dalam-struktur-adat-masyarakat-miangas