Lompat ke isi

I Gusti Ngurah Made Agung: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Fazily (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh Aseli Nosa (bicara) ke revisi terakhir oleh Nyilvoskt
Tag: Pengembalian
 
(24 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Officeholder
{{Infobox royalty
| embed =
|name = I Gusti Ngurah Made Agung
|image = Raja Badung, I Gusti Ngurah Made Agung.jpg
| name = I Gusti Ngurah Made Agung<br/>{{jav|ᬳᬶ ᬕᬸᬲ᭄ᬢᬶ ᬗᬸᬭᬄ ᬫᬤᬾ ᬅᬕᬸᬂ}}
| image = Raja Badung, I Gusti Ngurah Made Agung.jpg
|birth_date = {{birth date|1876|4|5}}
| image_size = 250px
|birth_place = {{flagicon|Belanda}} [[Denpasar]], [[Bali]]
| caption = I Gusti Ngurah Made Agung
|death_date = {{death date and age|1906|9|22|1876|1|1}}
| title = Ida Tjokorda Ngurah Made Agung
|death_place = {{flagicon|Belanda}} [[Badung]], [[Bali]]
|party =
| titletext =
|spouse =
| more =
|children =
| type =
| succession = Raja [[Kerajaan Badung]]
|residence =[[Puri Agung Denpasar]], [[Denpasar]], [[Bali]]
|alma_mater =
| moretext = ke-6
| reign = 1902 - 20 September 1906
|occupation =[[Raja (gelar)|Raja]] [[Kerajaan Badung]]{{br}}[[Sastrawan]]
| reign-type = Bertakhta
|religion = [[Hindu]]
| coronation = 1902
|successor=I Gusti Alit Ngurah (Tjokorda Alit Ngurah)|predecessor=I Gusti Alit Ngurah Pemecutan <ref name=":0">{{Cite web|title=SEJARAH SINGKAT PURI AGUNG DENPASAR (913 – sekarang) – Puri Agung Denpasar ( Puri Satria )|url=http://puriagungdenpasar.com/?page_id=12|language=id|access-date=2023-01-11}}</ref>}}
| cor-type = Penobatan

| predecessor = I Gusti Alit Ngurah Pemecutan
'''I Gusti Ngurah Made Agung''' atau yang setelah gugur bergelar '''Ida Bhatara''' '''Cokorda Mantuk Ring Rana''' ({{lahirmati|[[Denpasar]], [[Bali]]|5|4|1876|[[Badung]], [[Bali]]|22|9|1906}}) adalah [[Raja (gelar)|Raja]] [[Kerajaan Badung|Badung]] VII (atau [[Raja (gelar)|Raja]] [[Denpasar]] VI <ref name=":0">{{Cite web|title=SEJARAH SINGKAT PURI AGUNG DENPASAR (913 – sekarang) – Puri Agung Denpasar ( Puri Satria )|url=http://puriagungdenpasar.com/?page_id=12|language=id|access-date=2023-01-11}}</ref>) dan seorang pejuang yang menentang pemerintahan [[Hindia Belanda]] di [[Bali]] yang diangkat sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia]] oleh Presiden [[Joko Widodo]] pada tanggal [[5 November]] [[2015]]. <ref name=":1">http://cnnindonesia.com/nasional/20151105124500-20-89659/jokowi-anugerahkan-gelar-pahlawan-nasional-ke-lima-tokoh/</ref>
| successor = I Gusti Alit Ngurah (Tjokorda Alit Ngurah)
| suc-type =
| regent =
| reg-type = Pemahkotaan
| birth_name =
| birth_date = 5 April 1876
| birth_place = {{negara|Belanda}} [[Puri Agung Denpasar]], [[Badung]], [[Bali]]
| death_date = {{death date and age|1906|9|20|1876|4|5|df=y}}
| death_place = {{negara|Belanda}} [[Badung]], [[Bali]]
| burial_place =
| spouse =
| spouse-type =
| consort =
| issue =
| issue-link =
| issue-pipe =
| issue-type =
| full name =
| era name =
| era dates =
| regnal name =
| posthumous name = Ida Tjokorda Mantuk Ring Rana
| temple name =
| house =
| father = I Gusti Gede Ngurah Pemecutan (Raja Badung IV)
| mother =
| religion = Hindu
| occupation =
| signature_type = Tanda tangan
| signature =
| module =
}}
'''I Gusti Ngurah Made Agung''' atau yang setelah gugur bergelar '''Ida Tjokorda Mantuk Ring Rana''' ({{lahirmati|[[Denpasar]], [[Bali]]|5|4|1876|[[Badung]], [[Bali]]|20|9|1906}}) adalah [[Raja (gelar)|Raja]] [[Kerajaan Badung|Badung]] atau Raja [[Denpasar]] ke-VI dan seorang pejuang yang menentang pemerintahan [[Hindia Belanda]] di [[Bali]] yang diangkat sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia]] oleh Presiden [[Joko Widodo]] pada tanggal [[5 November]] [[2015]].<ref name=":1">{{Cite web|last=Armenia|first=Resty|title=Jokowi Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional Ke Lima Tokoh|url=https://www.cnnindonesia.com/nasional/20151105124500-20-89659/jokowi-anugerahkan-gelar-pahlawan-nasional-ke-lima-tokoh|website=nasional|language=id-ID|access-date=2023-05-19}}</ref> Ia merupakan putra dari I Gusti Gede Ngurah Pemecutan, raja Badung ke-IV.<ref>{{Cite web|title=Patung Raja Badung VII I Gusti Ngurah Made Agung - https://www.denpasarkota.go.id|url=https://www.denpasarkota.go.id/wisata/patung-raja-badung-vii-i-gusti-ngurah-made-agung|website=PEMERINTAH KOTA DENPASAR|language=id|access-date=2024-02-03}}</ref>


== Penobatan ==
== Penobatan ==
Pada tahun 1902, I Gusti Ngurah Made Agung dilantik sebagai Raja menggantikan Raja sebelumnya, yakni I Gusti Alit Ngurah Pemecutan.
Pada tahun 1902, I Gusti Ngurah Made Agung dilantik sebagai Raja ke-VI menggantikan Raja sebelumnya, yakni I Gusti Alit Ngurah Pemecutan.


Sebenarnya, yang berhak menggantikan mendiang I Gusti Alit Ngurah Pemecutan adalah I Gusti Alit Ngurah yang merupakan putra mahkota dari Raja Denpasar V, akan tetapi karena umurnya pada saat itu baru berusia 6 tahun dan belum cukup umur untuk dinobatkan sebagai Raja, maka untuk sementara jabatan Raja dipegang oleh I Gusti Ngurah Made Agung yang merupakan saudara tiri Raja Denpasar V. <ref name=":0" />
Sebenarnya, yang berhak menggantikan mendiang I Gusti Alit Ngurah Pemecutan adalah I Gusti Alit Ngurah (Tjokorda Alit Ngurah) yang merupakan putra mahkota dari Raja Denpasar V, akan tetapi karena umurnya pada saat itu baru berusia 6 tahun dan belum cukup umur untuk dinobatkan sebagai Raja, maka untuk sementara jabatan Raja dipegang oleh I Gusti Ngurah Made Agung yang merupakan saudara tiri Raja Denpasar V.<ref name=":0">{{Cite web|title=SEJARAH SINGKAT PURI AGUNG DENPASAR (913 – sekarang) – Puri Agung Denpasar ( Puri Satria )|url=http://puriagungdenpasar.com/?page_id=12|language=id|access-date=2023-01-11}}</ref>


== Meletusnya [[Puputan Badung]] ==
== Meletusnya [[Puputan Badung]] ==
{{utama|Intervensi Belanda di Bali (1906)}}
I Gusti Ngurah Made Agung menentang penjajahan Hindia Belanda ketika terjadi peristiwa kandasnya sebuah kapal dagang berbendera [[Hindia Belanda]] milik seorang pedagang [[Tionghoa]] bernama Kwee Tek Tjiang yang berlayar dari [[Banjarmasin]] di [[pantai Sanur]] pada tahun 1904. Kapal tersebut bernama Sri Komala. Peristiwa kandasnya kapal dagang tersebut membuat prahaya besar di [[Kerajaan Badung]] karena Raja Badung tidak mau mengikuti kehendak pemilik kapal yang didukung oleh [[Hindia Belanda|Pemerintah Hindia Belanda]] di [[Batavia]]. Pada peristiwa tersebut, rakyat Sanur dituduh mencuri isi kapal hingga menyebabkan kerugian di pihak pemilik kapal. Pemilik kapal melaporkan kejadian tersebut ke [[Pemerintah Hindia Belanda]] dan Pemerintah Hindia Belanda menuntut Raja Badung untuk bertanggung Jawab terhadap pencurian tersebut mengingat peristiwa tersebut berada di wilayah Kerajaan Badung. Raja Badung dituntut untuk membayar ganti rugi atas kejadian tersebut sebesar 3.000 dolar perak. Raja Badung menolak klaim sepihak Pemerintah Hindia Belanda karena berdasarkan pengakuan Rakyat Sanur, klaim tersebut tidak benar dan rakyat sanur merasa difitnah oleh Pemerintah Hindia Belanda. <ref name=":2">{{Cite web|title=I GUSTI NGURAH MADE AGUNG – Puri Agung Denpasar ( Puri Satria )|url=http://puriagungdenpasar.com/?page_id=1557|language=id|access-date=2023-01-11}}</ref>


I Gusti Ngurah Made Agung menentang penjajahan Hindia Belanda ketika terjadi peristiwa kandasnya sebuah kapal dagang berbendera [[Hindia Belanda]] milik seorang pedagang [[Tionghoa]] bernama Kwee Tek Tjiang yang berlayar dari [[Banjarmasin]] di [[pantai Sanur]] pada tahun 1904. Kapal tersebut bernama Sri Komala. Peristiwa kandasnya kapal dagang tersebut membuat prahaya besar di [[Kerajaan Badung]] karena Raja Badung tidak mau mengikuti kehendak pemilik kapal yang didukung oleh [[Hindia Belanda|Pemerintah Hindia Belanda]] di [[Batavia]]. Pada peristiwa tersebut, rakyat Sanur dituduh mencuri isi kapal hingga menyebabkan kerugian di pihak pemilik kapal. Pemilik kapal melaporkan kejadian tersebut ke [[Pemerintah Hindia Belanda]] dan Pemerintah Hindia Belanda menuntut Raja Badung untuk bertanggung Jawab terhadap pencurian tersebut mengingat peristiwa tersebut berada di wilayah Kerajaan Badung. Raja Badung dituntut untuk membayar ganti rugi atas kejadian tersebut sebesar 3.000 dolar perak. Raja Badung menolak klaim sepihak Pemerintah Hindia Belanda karena berdasarkan pengakuan Rakyat Sanur, klaim tersebut tidak benar dan rakyat sanur merasa difitnah oleh Pemerintah Hindia Belanda.<ref name=":2">{{Cite web|title=I GUSTI NGURAH MADE AGUNG – Puri Agung Denpasar ( Puri Satria )|url=http://puriagungdenpasar.com/?page_id=1557|language=id|access-date=2023-01-11}}</ref>
Pada September 1906, Pemerintah Hindia Belanda membentuk pasukan besar di bawah pimpinan [[Marinus Bernardus Rost van Tonningen|Jenderal Mayor M. B. Rost van Tonningen]] karena blokade ekonomi tidak berhasil menghancurkan Kerajaan Badung. Pembentukan pasukan ini tidak membuat I Gusti Ngurah Made Agung menyerah. Sebaliknya, ia memilih untuk berperang melawan pasukan Belanda tersebut hingga gugur di medan pertempuran pada 20 September 1906. Pertempuran ini lebih dikenal dengan nama [[Puputan Badung]]. <ref name=":1" />
[[Berkas:Body of the Raja Denpasar 1906.jpg|thumb|Jenazah I Gusti Ngurah Made Agung yang gugur saat perang Puputan Badung berkecamuk.]]
Pada September 1906, Pemerintah Hindia Belanda membentuk pasukan besar di bawah pimpinan [[Marinus Bernardus Rost van Tonningen|Jenderal Mayor M. B. Rost van Tonningen]] karena blokade ekonomi tidak berhasil menghancurkan Kerajaan Badung. Pembentukan pasukan ini tidak membuat I Gusti Ngurah Made Agung menyerah. Sebaliknya, ia memilih untuk berperang melawan pasukan Belanda tersebut hingga gugur di medan pertempuran pada 20 September 1906. Pertempuran ini lebih dikenal dengan nama [[Puputan Badung]].<ref name=":1" />


== Penghargaan ==
== Penghargaan ==
Atas jasanya tersebut, maka pada tanggal 5 November 2015, I Gusti Ngurah Made Agung ditetapkan menjadi [[Pahlawan Nasional Indonesia]] pada tanggal [[5 November]] [[2015]] berdasarkan [[Keputusan Presiden (Indonesia)|Keputusan Presiden (Keppres)]] Nomor 116/TK/Tahun 2015 yang ditandatangani pada Rabu, 4 November 2015 oleh [[Presiden Joko Widodo|Presiden Joko Widodo.]] <ref name=":1" />
Atas jasanya tersebut, I Gusti Ngurah Made Agung ditetapkan menjadi [[Pahlawan Nasional Indonesia]] pada tanggal [[5 November]] [[2015]] berdasarkan [[Keputusan Presiden (Indonesia)|Keputusan Presiden (Keppres)]] Nomor 116/TK/Tahun 2015 yang ditandatangani pada Rabu, 4 November 2015 oleh [[Presiden Joko Widodo]].<ref name=":1" />

Pemkot Denpasar mengabadikan nama I Gusti Ngurah Made Agung melalui nama lapangan yang dulunya bernama "Lapangan Puputan Badung" kini bernama "Lapangan I Gusti Ngurah Made Agung", dimana ditempat tersebut terjadi perang [[Puputan Badung]] tahun [[1906]].<ref name=":3">{{Cite web|title=Patung Pahlawan Nasional, I Gusti Ngurah Made Agung di perempatan jalan Veteran-jalan Patimura - https://www.denpasarkota.go.id|url=https://www.denpasarkota.go.id/wisata/patung-pahlawan-nasional-i-gusti-ngurah-made-agung-di-perempatan-jalan-veteran-jalan-patimura|website=PEMERINTAH KOTA DENPASAR|language=id|access-date=2023-02-20}}</ref>

Sosok I Gusti Ngurah Made Agung juga diabadikan dalam monumen patung yang berada di perempatan jalan Veteran-jalan Patimura.<ref name=":3" />


== Karya Sastra ==
== Karya Sastra ==
Selain sebagai Raja Badung, I Gusti Ngurah Made Agung dikenal pula sebagai seorang sastrawan besar pada masanya. Adapun karya-karya sastra beliau diantaranya Geguritan Dharma Sasana, Geguritan Niti Raja Sasana, Geguritan Nengah Jimbaran, Kidung Loda, Kakawin Atlas, dan Geguritan Hredaya Sastra. <ref name=":2" />
Selain sebagai Raja Badung, I Gusti Ngurah Made Agung dikenal pula sebagai seorang sastrawan besar pada masanya. Adapun karya-karya sastra beliau diantaranya Geguritan Dharma Sasana, Geguritan Niti Raja Sasana, Geguritan Nengah Jimbaran, Kidung Loda, Kakawin Atlas, dan Geguritan Hredaya Sastra.<ref name=":2" />

I Gusti Ngurah Made Agung juga diketahui merupakan sosok dibalik sebuah lagu yang sangat legendaris dan terkenal di kalangan masyarakat Bali, yakni [[Ratu Anom]].<ref>{{Cite web|title=RATU ANOM – Puri Agung Denpasar ( Puri Satria )|url=https://puriagungdenpasar.com/?page_id=1438|language=en-US|access-date=2023-08-30}}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 40: Baris 81:
[[Kategori:Tokoh Bali]]
[[Kategori:Tokoh Bali]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Raja kerajaan di Nusantara]]

[[Kategori:Sastrawan]]

{{Bio-stub}}

Revisi terkini sejak 1 Mei 2024 03.45

I Gusti Ngurah Made Agung
ᬳᬶ ᬕᬸᬲ᭄ᬢᬶ ᬗᬸᬭᬄ ᬫᬤᬾ ᬅᬕᬸᬂ
Ida Tjokorda Ngurah Made Agung
I Gusti Ngurah Made Agung
Raja Kerajaan Badung
ke-6
Bertakhta1902 - 20 September 1906
Penobatan1902
PendahuluI Gusti Alit Ngurah Pemecutan
PenerusI Gusti Alit Ngurah (Tjokorda Alit Ngurah)
Informasi pribadi
Kelahiran5 April 1876
Belanda Puri Agung Denpasar, Badung, Bali
Kematian20 September 1906(1906-09-20) (umur 30)
Belanda Badung, Bali
Nama anumerta
Ida Tjokorda Mantuk Ring Rana
AyahI Gusti Gede Ngurah Pemecutan (Raja Badung IV)
AgamaHindu

I Gusti Ngurah Made Agung atau yang setelah gugur bergelar Ida Tjokorda Mantuk Ring Rana (5 April 1876 – 20 September 1906) adalah Raja Badung atau Raja Denpasar ke-VI dan seorang pejuang yang menentang pemerintahan Hindia Belanda di Bali yang diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 5 November 2015.[1] Ia merupakan putra dari I Gusti Gede Ngurah Pemecutan, raja Badung ke-IV.[2]

Penobatan[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1902, I Gusti Ngurah Made Agung dilantik sebagai Raja ke-VI menggantikan Raja sebelumnya, yakni I Gusti Alit Ngurah Pemecutan.

Sebenarnya, yang berhak menggantikan mendiang I Gusti Alit Ngurah Pemecutan adalah I Gusti Alit Ngurah (Tjokorda Alit Ngurah) yang merupakan putra mahkota dari Raja Denpasar V, akan tetapi karena umurnya pada saat itu baru berusia 6 tahun dan belum cukup umur untuk dinobatkan sebagai Raja, maka untuk sementara jabatan Raja dipegang oleh I Gusti Ngurah Made Agung yang merupakan saudara tiri Raja Denpasar V.[3]

Meletusnya Puputan Badung[sunting | sunting sumber]

I Gusti Ngurah Made Agung menentang penjajahan Hindia Belanda ketika terjadi peristiwa kandasnya sebuah kapal dagang berbendera Hindia Belanda milik seorang pedagang Tionghoa bernama Kwee Tek Tjiang yang berlayar dari Banjarmasin di pantai Sanur pada tahun 1904. Kapal tersebut bernama Sri Komala. Peristiwa kandasnya kapal dagang tersebut membuat prahaya besar di Kerajaan Badung karena Raja Badung tidak mau mengikuti kehendak pemilik kapal yang didukung oleh Pemerintah Hindia Belanda di Batavia. Pada peristiwa tersebut, rakyat Sanur dituduh mencuri isi kapal hingga menyebabkan kerugian di pihak pemilik kapal. Pemilik kapal melaporkan kejadian tersebut ke Pemerintah Hindia Belanda dan Pemerintah Hindia Belanda menuntut Raja Badung untuk bertanggung Jawab terhadap pencurian tersebut mengingat peristiwa tersebut berada di wilayah Kerajaan Badung. Raja Badung dituntut untuk membayar ganti rugi atas kejadian tersebut sebesar 3.000 dolar perak. Raja Badung menolak klaim sepihak Pemerintah Hindia Belanda karena berdasarkan pengakuan Rakyat Sanur, klaim tersebut tidak benar dan rakyat sanur merasa difitnah oleh Pemerintah Hindia Belanda.[4]

Jenazah I Gusti Ngurah Made Agung yang gugur saat perang Puputan Badung berkecamuk.

Pada September 1906, Pemerintah Hindia Belanda membentuk pasukan besar di bawah pimpinan Jenderal Mayor M. B. Rost van Tonningen karena blokade ekonomi tidak berhasil menghancurkan Kerajaan Badung. Pembentukan pasukan ini tidak membuat I Gusti Ngurah Made Agung menyerah. Sebaliknya, ia memilih untuk berperang melawan pasukan Belanda tersebut hingga gugur di medan pertempuran pada 20 September 1906. Pertempuran ini lebih dikenal dengan nama Puputan Badung.[1]

Penghargaan[sunting | sunting sumber]

Atas jasanya tersebut, I Gusti Ngurah Made Agung ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 5 November 2015 berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 116/TK/Tahun 2015 yang ditandatangani pada Rabu, 4 November 2015 oleh Presiden Joko Widodo.[1]

Pemkot Denpasar mengabadikan nama I Gusti Ngurah Made Agung melalui nama lapangan yang dulunya bernama "Lapangan Puputan Badung" kini bernama "Lapangan I Gusti Ngurah Made Agung", dimana ditempat tersebut terjadi perang Puputan Badung tahun 1906.[5]

Sosok I Gusti Ngurah Made Agung juga diabadikan dalam monumen patung yang berada di perempatan jalan Veteran-jalan Patimura.[5]

Karya Sastra[sunting | sunting sumber]

Selain sebagai Raja Badung, I Gusti Ngurah Made Agung dikenal pula sebagai seorang sastrawan besar pada masanya. Adapun karya-karya sastra beliau diantaranya Geguritan Dharma Sasana, Geguritan Niti Raja Sasana, Geguritan Nengah Jimbaran, Kidung Loda, Kakawin Atlas, dan Geguritan Hredaya Sastra.[4]

I Gusti Ngurah Made Agung juga diketahui merupakan sosok dibalik sebuah lagu yang sangat legendaris dan terkenal di kalangan masyarakat Bali, yakni Ratu Anom.[6]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Armenia, Resty. "Jokowi Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional Ke Lima Tokoh". nasional. Diakses tanggal 2023-05-19. 
  2. ^ "Patung Raja Badung VII I Gusti Ngurah Made Agung - https://www.denpasarkota.go.id". PEMERINTAH KOTA DENPASAR. Diakses tanggal 2024-02-03.  Hapus pranala luar di parameter |title= (bantuan)
  3. ^ "SEJARAH SINGKAT PURI AGUNG DENPASAR (913 – sekarang) – Puri Agung Denpasar ( Puri Satria )". Diakses tanggal 2023-01-11. 
  4. ^ a b "I GUSTI NGURAH MADE AGUNG – Puri Agung Denpasar ( Puri Satria )". Diakses tanggal 2023-01-11. 
  5. ^ a b "Patung Pahlawan Nasional, I Gusti Ngurah Made Agung di perempatan jalan Veteran-jalan Patimura - https://www.denpasarkota.go.id". PEMERINTAH KOTA DENPASAR. Diakses tanggal 2023-02-20.  Hapus pranala luar di parameter |title= (bantuan)
  6. ^ "RATU ANOM – Puri Agung Denpasar ( Puri Satria )" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-08-30.