Lompat ke isi

Kangsa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Widiani (bicara | kontrib)
M. Adiputra (bicara | kontrib)
 
(34 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{TMH Infobox|
{{TMH Infobox|
| Image = Kamsasend.jpg
| Image = KRISHNA KILLS KANSA.jpg
| Caption = [[Kresna]] mengakhiri nyawa Kamsa dalam pertandingan gulat
| Caption = Ilustrasi yang menggambarkan adegan [[Kresna]] mengakhiri nyawa Kangsa dalam pertandingan [[gulat]].
| Nama = Kamsa
| Nama = Kangsa
| Nama_lain = Kans; Kansa; Kangsa;{{br}}Kangsadewa
| Nama_lain = Kangsadewa; Bhojapati
| Asal = [[Mathura]]
| Asal = [[Mathura]]
| Kitab = ''[[Mahabharata]]'', ''[[Purana]]''
| Devanagari = कसं
| Ayah = [[Ugrasena]]
| Ibu = [[Padmawati]]
| Kasta = kesatria
| Golongan = [[Yadawa]]
| Klan = Bhoja
| Devanagari = कंस
| Ejaan_Sanskerta = Kaṅsa
}}
}}
'''Kangsa''' {{Sanskerta|कंस|Kaṅsa|kadang dieja '''Kamsa'''}} adalah seorang tokoh dalam [[mitologi Hindu]], yang dikisahkan sebagai musuh pertama [[Kresna]]. Kitab ''[[Hariwangsa]]'' menyebutkan bahwa ia adalah [[asura]] yang terlahir kembali dalam tubuh manusia.<ref name="Aiyangar1901"/> Ia terlahir dalam [[klan]] bangsawan yang disebut Bhoja; maka setelah menjadi pemimpin, ia menyandang gelar '''Bhojapati''' yang berarti "Pemimpin [Kaum] Bhoja".<ref>{{cite book |author=Madan Gopal |title=India through the ages |editor=K.S. Gautam |page=78 |publisher=Publication Division, Ministry of Information and Broadcasting, Government of India |year=1990 |url=https://archive.org/details/indiathroughages00mada/page/78 |quote=Bhojapati. An epithet of Kamsa.}}</ref> Ia merebut takhta [[Mathura]] dari tangan ayahnya, [[Ugrasena]], serta memenjarakan ayahnya itu. Ia juga memenjarakan sepupunya, [[Dewaki]], beserta suaminya, [[Basudewa]], karena suatu [[ramalan]] bahwa ia akan terbunuh di tangan putra Basudewa dan Dewaki.
'''Kamsa''' ([[Bahasa Sansekerta|Sansekerta]]: कसं), atau yang dalam [[bahasa Hindi]] disebut '''Kans''', adalah seorang tokoh kesusastraan [[agama Hindu]] yang menjadi musuh pertama [[Kresna]]. Ia merebut takhta [[Mathura]] dari tangan [[Ugrasena]] serta memenjarakan ayahnya itu, beserta [[Basudewa]] ayah Kresna.


Dalam pewayangan [[Jawa]], tokoh ini disebut dengan nama '''Kangsadewa''' dan merupakan anak tertua dari Basudewa.
Dalam [[pewayangan]] [[Jawa]], tokoh ini disebut dengan nama '''Kangsadewa''' ([[Hanacaraka]]: {{unicode|ꦏꦁꦱꦢꦺꦮ}}) dan merupakan anak tertua dari Basudewa.


== Kelahiran ==
== Kelahiran ==
Kamsa sesungguhnya bukanlah putra kandung [[Ugrasena]]. Dalam ''[[Bhagawata Purana]]'' dikisahkan, ada seorang [[rakshasa]] yang terbang di atas kota [[Mathura]] dan terpesona melihat [[Padmawati]], istri Ugrasena. Raksasa itu kemudian menjelma menjadi Ugrasena dan bersetubuh dengan Padmawati. Dari hubungan itu lahirlah Kamsa. Kitab ''[[Padmapurana]]'' menyebutkan bahwa Gobila, teman dewa [[Kuwera]] terpesona dengan Padmawati saat sang putri berada di [[kerajaan Widarbha|Widarbha]]. Gobila menyamar menjadi Ugrasena, lalu merayu Padmawati. Mereka tinggal di Widarbha selama beberapa tahun. Saat Padmawati hamil, Gobila mengakui hal yang sebenarnya karena didesak Padmawati. Akhirnya ia meninggalkan Padmawati, sementara Padmawati kembali ke [[Mathura]]. Tidak ada seorang pun yang mengetahui kenyataan ini, termasuk Kamsa sendiri.
Menurut [[legenda]] dalam sastra ''[[Purana]]'', Kangsa sesungguhnya bukan putra kandung [[Ugrasena]].<ref name="Williams2008"/><ref name="HawleyWulff1982">{{cite book|author1=John Stratton Hawley|author2=Donna Marie Wulff|title=The Divine Consort: Rādhā and the Goddesses of India|url=https://archive.org/details/divineconsortrad0000unse|date=1982|publisher=Motilal Banarsidass |isbn=978-0-89581-102-8|page=[https://archive.org/details/divineconsortrad0000unse/page/374 374]}}</ref> Dalam ''[[Bhagawatapurana]]'' dikisahkan bahwa pada suatu hari, ada seorang [[rakshasa]] yang terbang di atas kota [[Mathura]] dan terpesona melihat [[Padmawati]], istri Ugrasena. Raksasa itu kemudian menjelma menjadi Ugrasena dan [[bersetubuh]] dengan Padmawati. Dari hubungan itu lahirlah Kangsa.<ref name="Pattanaik2018"/> Kitab ''[[Padmapurana]]'' menyebutkan bahwa Gobila, teman dewa [[Kuwera]] terpesona dengan Padmawati saat sang putri berada di [[kerajaan Widarbha|Widarbha]]. Gobila menyamar menjadi Ugrasena, lalu merayu Padmawati. Mereka tinggal di Widarbha selama beberapa tahun. Saat Padmawati hamil, Gobila mengakui hal yang sebenarnya karena didesak Padmawati. Akhirnya ia meninggalkan Padmawati, sementara Padmawati kembali ke [[Mathura]]. Tidak ada seorang pun yang mengetahui kenyataan ini, termasuk Kangsa sendiri.


==Kepribdian==
== Politik ==
Setelah dewasa, Kangsa sangat berambisi untuk segera menggantikan [[Ugrasena]] sebagai raja di [[Mathura]]. Ia sering dihasut oleh orang kepercayaannya yang bernama Banasura. Penasihatnya yang lain, yaitu Canura menyarankan agar Kangsa menikahi dua orang putri [[Jarasanda]], Raja [[Kerajaan Magadha|Magadha]], yang juga sahabat Banasura. Nama kedua putri itu adalah Asti dan Prapti. Karena pernikahan tersebut, Kangsa menjadi menantu dan sekutu Jarasanda. Pasukan Magadha yang dikirim Jarasanda untuk mengawal kedua putri digunakan Kangsa untuk memaksa Ugrasena turun dari takhta Mathura. Ugrasena kemudian dijebloskan ke dalam penjara istana.
Kamsa adalah putra padmawati dan Gobila yang menyamar sebagai Ugraena. Kamsa sanga menyayangi
Dewaki seperti adik sendiri.suatu hari Dewaki menikah dengan Basudewa.saat mengiringi Basudewa
dan Dewaki terdengar bisikan gaib bahwa salah satu putra Dewaki akan membunuhnya. karena kuatir
dengan nyawanya Kamsa memenjarakan Dewaki dan Basudewa.


== Merebut Takhta ==
== Ramalan kematian ==
[[Berkas:Raja Ravi Varma, Kamsa maya (1890).jpg|ka|jmpl|Dewi [[Yogamaya]] mengabarkan kelahiran putra kedelapan Dewaki kepada Kangsa yang ketakutan (kiri), sementara [[Basudewa]] dan [[Dewaki]] tertegun dengan takzim (kanan). Lukisan karya [[Raja Ravi Varma]] (1890).]]
Setelah dewasa, Kamsa sangat berambisi untuk segera menggantikan [[Ugrasena]] sebagai raja di [[Mathura]]. Apalagi ia sering dihasut oleh orang kepercayaannya, yang bernama Banasura. Penasihatnya yang lain, yaitu Canur menyarankan agar Kamsa menikahi dua orang puteri [[Jarasanda]] raja [[Kerajaan Magadha]], yang juga sahabat Banasura. Nama kedua putri itu adalah Asti dan Prapti.
Kangsa memiliki sepupu bernama [[Dewaki]] yang dianggapnya sebagai adik kandungnya sendiri. Dewaki menikah dengan [[Basudewa]] dan pernikahan mereka dirayakan secara meriah oleh Kangsa. Tiba-tiba terdengar suara dari langit bahwa kelak Kangsa akan mati di tangan putra Dewaki.<ref name="Shome2011"/>{{rp|33}} Kangsa pun menjebloskan Basudewa dan Dewaki ke dalam penjara. Setiap kali Dewaki melahirkan anak laki-laki, maka Kangsa langsung membunuh bayi tersebut. Hal ini berlangsung sampai enam kali. Pada kehamilan ketujuh, istri pertama Basudewa yang bernama [[Rohini]] datang menjenguk. Secara ajaib, kandungan Dewaki berpindah ke dalam rahim Rohini.


Pada saat kelahiran bayinya yang kedelapan—yang terjadi pada malam hari dan berjenis kelamin laki-laki—[[dewata]] memberikan bantuan kepada pasangan Basudewa dan Dewaki. Pintu penjara terbuka dan seluruh penjaga tertidur lelap. Dengan mudah, Basudewa membawa bayinya pergi untuk dititipkan kepada sahabatnya yaitu [[Nanda (mitologi)|Nanda]] (Nandagopa) di [[Gokula]]. Setelah itu, Basudewa kembali ke penjara sambil membawa bayi perempuan anak Nandagopa.<ref name="Shome2011"/>{{rp|48}}
Kamsa akhirnya berhasil menjadi menantu dan sekutu Jarasanda. Pasukan Magadha yang dikirim Jarasanda untuk mengawal kedua putri digunakan Kamsa untuk memaksa Ugrasena turun dari takhta Mathura. Ugrasena kemudian dijebloskan ke dalam penjara istana.


Esok paginya, Kangsa datang ke penjara untuk membunuh bayi Dewaki yang baru lahir. Saat hendak membunuhnya, bayi tersebut berubah menjadi Dewi [[Yogamaya]], manifestasi Dewa [[Wisnu]].<ref name="Prasad2010"/> Sang dewi mengabarkan bahwa pembunuh Kangsa telah lahir, dan kini sedang berada dengan selamat di Gokula.<ref name="Prasad2010"/> Bayi yang dilahirkan oleh Rohini dan Dewaki masing-masing tumbuh menjadi pemuda bernama [[Balarama]] dan [[Kresna]]. Keduanya dibesarkan oleh pasangan [[Nanda (mitologi)|Nanda]] dan [[Yasoda]] di lingkungan pedesaan.<ref name="Shome2011"/>{{rp|48}}
== Ramalan dari Langit ==
Kamsa memiliki sepupu bernama [[Dewaki]] yang dianggapnya sebagai adik kandungnya sendiri. Dewaki menikah dengan [[Basudewa]] dan pernikahan mereka dirayakan secara meriah oleh Kamsa. Tiba-tiba terdengar suara dari langit bahwa kelak Kamsa akan mati di tangan anak Dewaki.

Karena panik, Kamsa pun menjebloskan Basudewa dan Dewaki ke dalam penjara. Setiap kali Dewaki melahirkan, Kamsa langsung membunuh bayinya. Hal ini berlangsung sampai enam kali. Pada kehamilan ketujuh, istri pertama Basudewa yang bernama Rohini datang menjenguk. Secara ajaib, kandungan Dewaki pun berpindah ke dalam rahim Rohini.

Pada kelahiran bayi kedelapan, tiba-tiba datanglah pertolongan dewata. Pintu penjara terbuka dan seluruh penjaga tertidur lelap. Basudewa pun dengan mudah membawa bayinya pergi untuk dititipkan kepada sahabatnya yaitu [[Nanda (mitologi)]]. Setelah itu, Basudewa membawa bayi perempuan anak Nandagopa kembali ke penjara.

Esok paginya, Kamsa datang ke penjara untuk membunuh bayi Dewaki yang baru lahir. Ketika melihat bayi tersebut ternyata perempuan, ia pun merasa menang atas ramalan dewata.


== Kematian ==
== Kematian ==
[[File:Kalighat Krishna killing Kansa.jpg|right|thumb|Lukisan khas Kalighat dari [[India]] yang menggambarkan adegan [[Kresna]] membunuh Kangsa.]]
Bayi yang dilahirkan oleh [[Rohini]] dan [[Dewaki]] masing-masing tumbuh menjadi pemuda bernama [[Balarama]] dan [[Kresna]]. Keduanya dibesarkan oleh pasangan [[Nanda (Mitologi)]] dan [[Yasoda]] di lingkungan pedesaan. Kamsa akhirnya mengetahui keberadaan keduanya. Mereka pun diundang ke [[Mathura]] untuk menghadiri pesta perayaan.
Dalam ''[[Bhagawatapurana]]'' dikisahkan bahwa Kangsa akhirnya mengetahui keberadaan dua putra [[Basudewa]] dan [[Dewaki]] yang selamat. Ia pun mengutus berbagai raksasa (antara lain [[Putana]], [[Agasura]], [[Kesin]], [[Bakasura]]) untuk membunuh mereka, tetapi semuanya tidak berhasil. Pada akhirnya, Kangsa mengundang kedua anak tersebut ke [[Mathura]] dengan dalih menghadiri pesta perayaan. Ia mengutus [[Akrura]] untuk menjemput mereka. Ketika keduanya tiba di Mathura, Kangsa mencoba untuk membunuh mereka dalam suatu laga tarung melawan [[gajah perang|gajah]] dan [[pegulat]]. Namun ramalan dewata benar-benar menjadi kenyataan. Dalam sebuah perkelahian, justru Kresna yang berhasil membunuh Kangsa.


== Pewayangan Jawa ==
Ketika keduanya tiba di Mathura, Kamsa mencoba untuk membunuh mereka. Namun ramalan dewata benar-benar menjadi kenyataan. Dalam sebuah perkelahian, justru Kresna yang berhasil membunuh Kamsa.
[[File:Puppet (AM 2004.89.195-1).jpg|right|thumb|Tokoh Kangsadewa yang diadaptasi ke dalam pertunjukan [[wayang golek]].]]
Dalam pewayangan Jawa, Kangsa merupakan anak [[Basudewa]] raja [[Kerajaan Mandura]]. Adapun [[Ugrasena]] versi Jawa bukanlah mertua Basudewa, melainkan adik bungsunya. Dikisahkan bahwa Basudewa memiliki empat orang istri, yaitu Mahira, Rohini, Dewaki, dan Badraini. Suatu hari ketika Basudewa berburu di hutan, muncul seorang raja raksasa dari Kerajaan Guargra, bernama Gorawangsa yang menyamar sebagai dirinya dan bersetubuh dengan Mahira. Hal ini diketahui oleh [[Rukma]] adik Basudewa. Gorawangsa pun dibunuhnya. Basudewa yang mendengar laporan Rukma segera membuang Mahira ke hutan. Di sana ia melahirkan Kangsa dengan bantuan seorang pendeta raksasa bernama Anggawangsa. Mahira sendiri kemudian meninggal dunia.


Bayi Kangsa diubah menjadi dewasa dalam sekejap oleh Anggawangsa. Kangsa kemudian mendatangi Basudewa di Mandura untuk minta diakui sebagai anak. Kebetulan saat itu Mandura diserang oleh Suratrimantra adik Gorawangsa yang ingin menuntut balas. Kangsa berhasil mengalahkan Suratrimantra dan mendapat pengakuan dari Basudewa. Basudewa yang cemas melihat ambisi dan kesaktian Kangsa memutuskan untuk menitipkan anak-anaknya, yaitu [[Baladewa]], [[Kresna]], dan [[Subadra]] kepada pembantunya yang tinggal di desa Widarakandang, bernama Antagopa dan Sagopi.
== Versi Pewayangan Jawa ==
Dalam pewayangan Jawa, Kamsa dieja dengan sebutan Kangsa, dan merupakan anak [[Basudewa]] raja [[Kerajaan Mandura]]. Adapun [[Ugrasena]] versi Jawa bukanlah mertua Basudewa, melainkan adik bungsunya.


Sementara itu, Kangsa telah diberi kedudukan sebagai adipati di Sengkapura oleh Basudewa. Suratrimantra yang kini mengabdi sebagai patih memberi tahu Kangsa bahwa ia sebenarnya adalah anak kandung Gorawangsa. Kangsa pun memutuskan untuk merebut takhta dari tangan Basudewa. Kangsa juga mengetahui kalau anak-anak Basudewa disembunyikan di Widarakandang. Ia mengirim prajurit untuk membunuh mereka. Namun karena tidak ada, yang jadi sasaran adalah Antagopa, yang ditangkap dan dibawa ke tempat Kangsa. Sedangkan Sagopi dan Subadra berhasil meloloskan diri. Sagopi dan Subadra yang dikejar prajurit Kangsa berhasil diselamatkan oleh [[Arjuna]] keponakan Basudewa. Mereka juga bertemu Baladewa dan Kresna yang masing-masing baru saja berguru ilmu kesaktian. Bersama-sama mereka menuju tempat Kangsa untuk membebaskan Antagopa.
Dikisahkan, Basudewa memiliki empat orang istri, yaitu Mahira, Rohini, Dewaki, dan Badraini. Suatu hari ketika Basudewa berburu di hutan, muncul seorang raja raksasa dari Kerajaan Guargra, bernama Gorawangsa yang menyamar sebagai dirinya dan bersetubuh dengan Mahira. Hal ini diketahui oleh [[Rukma]] adik Basudewa. Gorawangsa pun dibunuhnya.


Kangsa sendiri menantang Basudewa untuk mengadu jagoan, dengan syarat bahwa pihak yang jagoannya kalah harus menyerahkan takhta Mandura. Jagoan Kangsa tidak lain adalah Suratrimantra, sementara jagoan Basudewa adalah [[Bimasena|Bima]] (Bimasena), kakak Arjuna. Dalam pertandingan di atas panggung, Bima berhasil mengalahkan Suratrimantra. Namun begitu melihat Baladewa datang, Suratrimantra segera turun untuk membunuhnya. Baladewa dengan cepat lebih dulu membunuh raksasa itu. Melihat kematian pamannya, Kangsa segera menangkap Baladewa. Kresna mencoba menolong tetapi ikut tertangkap pula. Keduanya dicekik sampai lemas. Untuk menolong kedua kakaknya, Subadra berdiri di hadapan Kangsa, membuatnya terpesona sehingga lengah. Arjuna pun memanah dada Kangsa, sehingga Baladewa dan Kresna terlepas. Pada saat itulah Baladewa dan Kresna bangkit menyerang Kangsa dengan senjata masing-masing sehingga Kangsa tewas. Peristiwa ini dalam pewayangan dikenal dengan kisah ''Kangsa Adu Jago''.
Basudewa yang mendengar laporan Rukma segera membuang Mahira ke hutan. Di sana ia melahirkan Kangsa dengan bantuan seorang pendeta raksasa bernama Anggawangsa. Mahira sendiri kemudian meninggal dunia.


Kangsa meninggalkan gada yang sangat berat bernama Rujakpolo dan tidak ada seorang pun yang bisa memindahkannya, kecuali Bimasena. Oleh karena itu, gada pusaka tersebut kemudian menjadi milik Bima.
Bayi Kangsa diubah menjadi dewasa dalam sekejap oleh Anggawangsa. Kangsa kemudian mendatangi Basudewa di Mandura untuk minta diakui sebagai anak. Kebetulan saat itu Mandura diserang oleh Suratrimantra adik Gorawangsa yang ingin menuntut balas. Kangsa berhasil mengalahkan Suratrimantra dan mendapat pengakuan dari Basudewa.


== Silsilah ==
Basudewa yang cemas melihat ambisi dan kesaktian Kangsa memutuskan untuk menitipkan anak-anaknya, yaitu [[Baladewa]], [[Kresna]], dan [[Subadra]] kepada pembantunya yang tinggal di desa Widarakandang, bernama [[Antagopa]] dan [[Sagopi]].


{{keluarga Kresna}}
Sementara itu, Kangsa telah diberi kedudukan sebagai adipati di Sengkapura oleh Basudewa. Suratrimantra yang kini mengabdi sebagai patih memberi tahu Kangsa bahwa ia sebenarnya adalah anak kandung Gorawangsa. Kangsa pun memutuskan untuk merebut takhta dari tangan Basudewa.


==Referensi==
Kangsa juga mengetahui kalau anak-anak Basudewa disembunyikan di Widarakandang. Ia mengirim prajurit untuk membunuh mereka. Namun karena tidak ada, yang jadi sasaran adalah Antagopa, yang ditangkap dan dibawa ke tempat Kangsa. Sedangkan Sagopi dan Subadra berhasil meloloskan diri.
{{refbegin|30em}}
<references>
<ref name="Aiyangar1901">{{cite book |author=Narayan Aiyangar |title=Essays On Indo-Aryan Mythology |chapter=Krishna |url=https://books.google.com/books?id=Oym17qIeB-0C&pg=PA503 |isbn=978-81-206-0140-6 |pages=502–503 |publisher=Asian Educational Services |location=New Delhi |year=1987 |orig-year=1901}}</ref>


<ref name="Pattanaik2018">{{cite book |author=Devdutt Pattanaik |title=Shyam: An Illustrated Retelling of the Bhagavata |url=https://books.google.com/books?id=Ux1eDwAAQBAJ |date=2018 |publisher=Penguin Random House India |isbn=978-93-5305-100-6}}</ref>
[[Sagopi]] dan [[Subadra]] yang dikejar prajurit Kangsa berhasil diselamatkan oleh [[Arjuna]] keponakan Basudewa. Mereka juga bertemu Baladewa dan Kresna yang masing-masing baru saja berguru ilmu kesaktian. Bersama-sama mereka menuju tempat Kangsa untuk membebaskan Antagopa.


<ref name="Prasad2010">{{cite book |author=Dev Prasad |title=Krishna: A Journey through the Lands & Legends of Krishna |publisher=Jaico Publishing House |year=2010 |isbn=9788184951707 |url=https://books.google.com/books?id=o0_5caqiUH0C&pg=PT25}}</ref>
Kangsa sendiri menantang Basudewa untuk mengadu jago. Jika jagoan Basudewa kalah, ia harus menyerahkan takhta Mathura kepada Kangsa. Jagoan Kangsa tidak lain adalah Suratrimantra, sementara jagoan Basudewa adalah [[Bimasena]], kakak Arjuna.


<ref name="Shome2011">{{cite book |author1=Alo Shome |author2=Bankim Chandra Chattopadhyaya |title=Krishna Charitra |publisher=V&S Publishers |year=2011 |isbn=9789381384879 |url=https://books.google.com/books?id=ASNmhKlL0ioC&pg=PA52}}{{self-published source|date=June 2022}}</ref>
Dalam pertandingan di atas panggung, Bima berhasil mengalahkan Suratrimantra. Namun begitu melihat Baladewa datang, Suratrimantra segera turun untuk membunuhnya. Baladewa dengan cepat lebih dulu membunuh raksasa itu.


<ref name="Williams2008">{{cite book |author=George M. Williams |title=Handbook of Hindu Mythology |url=https://archive.org/details/liang.handbookofhindum0000will |publisher=Oxford University Press |year=2008 |isbn=978-0-19-533261-2 |page=178}}</ref>
Melihat kematian pamannya, Kangsa segera menangkap Baladewa. Kresna mencoba menolong tapi ikut tertangkap pula. Keduanya dicekik sampai lemas. Untuk menolong kedua kakaknya, Subadra berdiri di hadapan Kangsa. Kangsa pun terpesona sehingga lengah. Arjuna pun memanah dadanya, sehingga Baladewa dan Kresna pun terlepas.
</references>
{{refend}}


== Pranala luar ==
Pada saat itulah Baladewa dan Kresna bangkit menyerang Kangsa dengan senjata masing-masing. Kangsa pun tewas. Peristiwa ini dalam pewayangan dikenal dengan kisah ''Kangsa Adu Jago''.
* {{en}} [https://www.vedantu.com/stories/kansa Story of Kansa for Children]
* {{en}} [https://mythlok.com/kamsa/ Kamsa: The Evil Uncle]


{{Tokoh Mahabharata}}
Kangsa meninggalkan gada yang sangat berat bernama Rujakpolo dan tidak ada seorang pun yang bisa memindahkannya, kecuali Bimasena. Oleh karena itu, gada pusaka tersebut kemudian menjadi milik Bima.

== Silsilah ==

{{keluarga Kresna}}


== Lihat pula ==
* [[Dewaki]]
* [[Ugrasena]]


[[Kategori:Tokoh yang terkait dengan Kresna]]
[[Kategori:Tokoh yang terkait dengan Kresna]]
[[Kategori:Raja dalam mitologi Hindu]]

[[bn:কংস]]
[[en:Kamsa]]
[[es:Kamsa]]
[[fr:Kamsa]]
[[mr:कंस]]
[[pt:Kansa]]
[[ru:Камса]]
[[sv:Kamsa]]

Revisi terkini sejak 6 Juni 2024 05.13

Kangsa
कंस
Ilustrasi yang menggambarkan adegan Kresna mengakhiri nyawa Kangsa dalam pertandingan gulat.
Ilustrasi yang menggambarkan adegan Kresna mengakhiri nyawa Kangsa dalam pertandingan gulat.
Tokoh dalam mitologi Hindu
NamaKangsa
Ejaan Dewanagariकंस
Ejaan IASTKaṅsa
Nama lainKangsadewa; Bhojapati
Kitab referensiMahabharata, Purana
AsalMathura
GolonganYadawa
Kastakesatria
KlanBhoja
AyahUgrasena
IbuPadmawati

Kangsa (Dewanagari: कंस; ,IASTKaṅsa,; kadang dieja Kamsa) adalah seorang tokoh dalam mitologi Hindu, yang dikisahkan sebagai musuh pertama Kresna. Kitab Hariwangsa menyebutkan bahwa ia adalah asura yang terlahir kembali dalam tubuh manusia.[1] Ia terlahir dalam klan bangsawan yang disebut Bhoja; maka setelah menjadi pemimpin, ia menyandang gelar Bhojapati yang berarti "Pemimpin [Kaum] Bhoja".[2] Ia merebut takhta Mathura dari tangan ayahnya, Ugrasena, serta memenjarakan ayahnya itu. Ia juga memenjarakan sepupunya, Dewaki, beserta suaminya, Basudewa, karena suatu ramalan bahwa ia akan terbunuh di tangan putra Basudewa dan Dewaki.

Dalam pewayangan Jawa, tokoh ini disebut dengan nama Kangsadewa (Hanacaraka: ꦏꦁꦱꦢꦺꦮ) dan merupakan anak tertua dari Basudewa.

Kelahiran[sunting | sunting sumber]

Menurut legenda dalam sastra Purana, Kangsa sesungguhnya bukan putra kandung Ugrasena.[3][4] Dalam Bhagawatapurana dikisahkan bahwa pada suatu hari, ada seorang rakshasa yang terbang di atas kota Mathura dan terpesona melihat Padmawati, istri Ugrasena. Raksasa itu kemudian menjelma menjadi Ugrasena dan bersetubuh dengan Padmawati. Dari hubungan itu lahirlah Kangsa.[5] Kitab Padmapurana menyebutkan bahwa Gobila, teman dewa Kuwera terpesona dengan Padmawati saat sang putri berada di Widarbha. Gobila menyamar menjadi Ugrasena, lalu merayu Padmawati. Mereka tinggal di Widarbha selama beberapa tahun. Saat Padmawati hamil, Gobila mengakui hal yang sebenarnya karena didesak Padmawati. Akhirnya ia meninggalkan Padmawati, sementara Padmawati kembali ke Mathura. Tidak ada seorang pun yang mengetahui kenyataan ini, termasuk Kangsa sendiri.

Politik[sunting | sunting sumber]

Setelah dewasa, Kangsa sangat berambisi untuk segera menggantikan Ugrasena sebagai raja di Mathura. Ia sering dihasut oleh orang kepercayaannya yang bernama Banasura. Penasihatnya yang lain, yaitu Canura menyarankan agar Kangsa menikahi dua orang putri Jarasanda, Raja Magadha, yang juga sahabat Banasura. Nama kedua putri itu adalah Asti dan Prapti. Karena pernikahan tersebut, Kangsa menjadi menantu dan sekutu Jarasanda. Pasukan Magadha yang dikirim Jarasanda untuk mengawal kedua putri digunakan Kangsa untuk memaksa Ugrasena turun dari takhta Mathura. Ugrasena kemudian dijebloskan ke dalam penjara istana.

Ramalan kematian[sunting | sunting sumber]

Dewi Yogamaya mengabarkan kelahiran putra kedelapan Dewaki kepada Kangsa yang ketakutan (kiri), sementara Basudewa dan Dewaki tertegun dengan takzim (kanan). Lukisan karya Raja Ravi Varma (1890).

Kangsa memiliki sepupu bernama Dewaki yang dianggapnya sebagai adik kandungnya sendiri. Dewaki menikah dengan Basudewa dan pernikahan mereka dirayakan secara meriah oleh Kangsa. Tiba-tiba terdengar suara dari langit bahwa kelak Kangsa akan mati di tangan putra Dewaki.[6]:33 Kangsa pun menjebloskan Basudewa dan Dewaki ke dalam penjara. Setiap kali Dewaki melahirkan anak laki-laki, maka Kangsa langsung membunuh bayi tersebut. Hal ini berlangsung sampai enam kali. Pada kehamilan ketujuh, istri pertama Basudewa yang bernama Rohini datang menjenguk. Secara ajaib, kandungan Dewaki berpindah ke dalam rahim Rohini.

Pada saat kelahiran bayinya yang kedelapan—yang terjadi pada malam hari dan berjenis kelamin laki-laki—dewata memberikan bantuan kepada pasangan Basudewa dan Dewaki. Pintu penjara terbuka dan seluruh penjaga tertidur lelap. Dengan mudah, Basudewa membawa bayinya pergi untuk dititipkan kepada sahabatnya yaitu Nanda (Nandagopa) di Gokula. Setelah itu, Basudewa kembali ke penjara sambil membawa bayi perempuan anak Nandagopa.[6]:48

Esok paginya, Kangsa datang ke penjara untuk membunuh bayi Dewaki yang baru lahir. Saat hendak membunuhnya, bayi tersebut berubah menjadi Dewi Yogamaya, manifestasi Dewa Wisnu.[7] Sang dewi mengabarkan bahwa pembunuh Kangsa telah lahir, dan kini sedang berada dengan selamat di Gokula.[7] Bayi yang dilahirkan oleh Rohini dan Dewaki masing-masing tumbuh menjadi pemuda bernama Balarama dan Kresna. Keduanya dibesarkan oleh pasangan Nanda dan Yasoda di lingkungan pedesaan.[6]:48

Kematian[sunting | sunting sumber]

Lukisan khas Kalighat dari India yang menggambarkan adegan Kresna membunuh Kangsa.

Dalam Bhagawatapurana dikisahkan bahwa Kangsa akhirnya mengetahui keberadaan dua putra Basudewa dan Dewaki yang selamat. Ia pun mengutus berbagai raksasa (antara lain Putana, Agasura, Kesin, Bakasura) untuk membunuh mereka, tetapi semuanya tidak berhasil. Pada akhirnya, Kangsa mengundang kedua anak tersebut ke Mathura dengan dalih menghadiri pesta perayaan. Ia mengutus Akrura untuk menjemput mereka. Ketika keduanya tiba di Mathura, Kangsa mencoba untuk membunuh mereka dalam suatu laga tarung melawan gajah dan pegulat. Namun ramalan dewata benar-benar menjadi kenyataan. Dalam sebuah perkelahian, justru Kresna yang berhasil membunuh Kangsa.

Pewayangan Jawa[sunting | sunting sumber]

Tokoh Kangsadewa yang diadaptasi ke dalam pertunjukan wayang golek.

Dalam pewayangan Jawa, Kangsa merupakan anak Basudewa raja Kerajaan Mandura. Adapun Ugrasena versi Jawa bukanlah mertua Basudewa, melainkan adik bungsunya. Dikisahkan bahwa Basudewa memiliki empat orang istri, yaitu Mahira, Rohini, Dewaki, dan Badraini. Suatu hari ketika Basudewa berburu di hutan, muncul seorang raja raksasa dari Kerajaan Guargra, bernama Gorawangsa yang menyamar sebagai dirinya dan bersetubuh dengan Mahira. Hal ini diketahui oleh Rukma adik Basudewa. Gorawangsa pun dibunuhnya. Basudewa yang mendengar laporan Rukma segera membuang Mahira ke hutan. Di sana ia melahirkan Kangsa dengan bantuan seorang pendeta raksasa bernama Anggawangsa. Mahira sendiri kemudian meninggal dunia.

Bayi Kangsa diubah menjadi dewasa dalam sekejap oleh Anggawangsa. Kangsa kemudian mendatangi Basudewa di Mandura untuk minta diakui sebagai anak. Kebetulan saat itu Mandura diserang oleh Suratrimantra adik Gorawangsa yang ingin menuntut balas. Kangsa berhasil mengalahkan Suratrimantra dan mendapat pengakuan dari Basudewa. Basudewa yang cemas melihat ambisi dan kesaktian Kangsa memutuskan untuk menitipkan anak-anaknya, yaitu Baladewa, Kresna, dan Subadra kepada pembantunya yang tinggal di desa Widarakandang, bernama Antagopa dan Sagopi.

Sementara itu, Kangsa telah diberi kedudukan sebagai adipati di Sengkapura oleh Basudewa. Suratrimantra yang kini mengabdi sebagai patih memberi tahu Kangsa bahwa ia sebenarnya adalah anak kandung Gorawangsa. Kangsa pun memutuskan untuk merebut takhta dari tangan Basudewa. Kangsa juga mengetahui kalau anak-anak Basudewa disembunyikan di Widarakandang. Ia mengirim prajurit untuk membunuh mereka. Namun karena tidak ada, yang jadi sasaran adalah Antagopa, yang ditangkap dan dibawa ke tempat Kangsa. Sedangkan Sagopi dan Subadra berhasil meloloskan diri. Sagopi dan Subadra yang dikejar prajurit Kangsa berhasil diselamatkan oleh Arjuna keponakan Basudewa. Mereka juga bertemu Baladewa dan Kresna yang masing-masing baru saja berguru ilmu kesaktian. Bersama-sama mereka menuju tempat Kangsa untuk membebaskan Antagopa.

Kangsa sendiri menantang Basudewa untuk mengadu jagoan, dengan syarat bahwa pihak yang jagoannya kalah harus menyerahkan takhta Mandura. Jagoan Kangsa tidak lain adalah Suratrimantra, sementara jagoan Basudewa adalah Bima (Bimasena), kakak Arjuna. Dalam pertandingan di atas panggung, Bima berhasil mengalahkan Suratrimantra. Namun begitu melihat Baladewa datang, Suratrimantra segera turun untuk membunuhnya. Baladewa dengan cepat lebih dulu membunuh raksasa itu. Melihat kematian pamannya, Kangsa segera menangkap Baladewa. Kresna mencoba menolong tetapi ikut tertangkap pula. Keduanya dicekik sampai lemas. Untuk menolong kedua kakaknya, Subadra berdiri di hadapan Kangsa, membuatnya terpesona sehingga lengah. Arjuna pun memanah dada Kangsa, sehingga Baladewa dan Kresna terlepas. Pada saat itulah Baladewa dan Kresna bangkit menyerang Kangsa dengan senjata masing-masing sehingga Kangsa tewas. Peristiwa ini dalam pewayangan dikenal dengan kisah Kangsa Adu Jago.

Kangsa meninggalkan gada yang sangat berat bernama Rujakpolo dan tidak ada seorang pun yang bisa memindahkannya, kecuali Bimasena. Oleh karena itu, gada pusaka tersebut kemudian menjadi milik Bima.

Silsilah[sunting | sunting sumber]

Klan
Andaka
Bangsa
Yadawa
Klan
Wresni
PunarbasuNandiniSwapalkaSiniHerdika
AhukaAkruraSatyakaMandisaDewamidaWesyawarnaSatadanwaKertawarma
UgrasenaDewaka2 putraSatyakiSurasenaMarisaRaja ChediParjanya
KangsaDewakiBasudewaRohiniKuntiPanduSrutakertiDamagosaNandaYasoda
KresnaBaladewaSubadraYudistiraBimaArjunaSisupalaYogamaya

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Narayan Aiyangar (1987) [1901]. "Krishna". Essays On Indo-Aryan Mythology. New Delhi: Asian Educational Services. hlm. 502–503. ISBN 978-81-206-0140-6. 
  2. ^ Madan Gopal (1990). K.S. Gautam, ed. India through the ages. Publication Division, Ministry of Information and Broadcasting, Government of India. hlm. 78. Bhojapati. An epithet of Kamsa. 
  3. ^ George M. Williams (2008). Handbook of Hindu Mythology. Oxford University Press. hlm. 178. ISBN 978-0-19-533261-2. 
  4. ^ John Stratton Hawley; Donna Marie Wulff (1982). The Divine Consort: Rādhā and the Goddesses of India. Motilal Banarsidass. hlm. 374. ISBN 978-0-89581-102-8. 
  5. ^ Devdutt Pattanaik (2018). Shyam: An Illustrated Retelling of the Bhagavata. Penguin Random House India. ISBN 978-93-5305-100-6. 
  6. ^ a b c Alo Shome; Bankim Chandra Chattopadhyaya (2011). Krishna Charitra. V&S Publishers. ISBN 9789381384879. [rujukan terbitan sendiri]
  7. ^ a b Dev Prasad (2010). Krishna: A Journey through the Lands & Legends of Krishna. Jaico Publishing House. ISBN 9788184951707. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]