Lompat ke isi

Aksara Sunda Kuno: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Benedettou (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(32 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 11: Baris 11:
|sample = Old_sundanese_script.svg
|sample = Old_sundanese_script.svg
|sample_desc = Huruf-huruf konsonan dasar dalam aksara Sunda kuno. Huruf konsonan baru tidak dimasukkan.
|sample_desc = Huruf-huruf konsonan dasar dalam aksara Sunda kuno. Huruf konsonan baru tidak dimasukkan.
|children=[[Aksara Sunda Baku]]|altname=''Aksara Sunda Buhun''<br>{{Sund|ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮥᮠᮥᮔ᮪}}}}
|children=[[Aksara Sunda Baku]]|altname=''Aksara Sunda Buhun''<br>{{Sund|ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮥᮠᮥᮔ᮪}}
<br>{{Sund|ᮃᮾᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮥᮠᮥᮔ᮪}}}}


'''Aksara Sunda Kuno''' ({{Lang-su|{{Sund|ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮥᮠᮥᮔ᮪}}|Aksara Sunda Buhun}}) merupakan [[aksara]] yang berkembang di wilayah barat [[Jawa|pulau Jawa]] pada [[Abad ke 14|abad ke-14]] sampai [[Abad ke 18|abad ke-18]] yang pada awalnya digunakan untuk menuliskan [[bahasa Sunda Kuno]]. Aksara Sunda Kuno merupakan perkembangan dari [[Aksara Pallawa]] yang mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah lontar pada [[abad ke-16|Abad XVI]].
'''Aksara Sunda Kuno''' ({{Lang-su|{{Sund|ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮥᮠᮥᮔ᮪}}|Aksara Sunda Buhun}}) merupakan [[aksara]] yang berkembang di wilayah barat [[Jawa|Pulau Jawa]] pada [[abad ke-14|abad ke-14]] sampai [[abad ke-18|abad ke-18]] yang pada awalnya digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Sunda Kuno]]. Aksara Sunda Kuno merupakan perkembangan dari [[Aksara Pallawa]] yang mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah lontar pada [[abad ke-16|abad ke-16]].


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Penggunaan Aksara Sunda Kuno dalam bentuk paling awal antara lain dijumpai pada prasasti-prsasasti yang terdapat di Astana Gede, [[Kawali, Ciamis|Kecamatan Kawali]], [[Kabupaten Ciamis]], dan Prasasti Kebantenan yang ditemukan di [[Jati Asih, Bekasi|Kecamatan Jatiasih]], [[Kota Bekasi]].
[[Berkas:Aksara Sunda Kuno.svg|kiri|jmpl|Tabel konsonan dalam aksara Sunda kuno, dari ''ka'' sampai ''ha'']]
Penggunaan Aksara Sunda Kuno dalam bentuk paling awal antara lain dijumpai pada prasasti-prsasasti yang terdapat di Astana Gede, [[Kawali, Ciamis|Kecamatan Kawali]], [[Kabupaten Ciamis]], dan Prasasti Kebantenan yang terdapat di [[Jati Asih, Bekasi|Kecamatan Jatiasih]], [[Kota Bekasi]].


[[Edi S. Ekajati]] mengungkapkan bahwa keberadaan Aksara Sunda Kuno sudah begitu lama tergeser karena adanya ekspansi [[Kerajaan Mataram Islam]] ke wilayah Priangan kecuali [[Cirebon]] dan [[Banten]]. Pada waktu itu para menak [[Sunda]] lebih banyak menjadikan budaya [[Jawa]] sebagai anutan dan tipe ideal. Akibatnya, kebudayaan Sunda tergeser oleh kebudayaan Jawa. Bahkan banyak para penulis dan budayawan Sunda yang memakai tulisan dan ikon-ikon Jawa.
[[Edi S. Ekajati]] mengungkapkan bahwa keberadaan Aksara Sunda Kuno sudah begitu lama tergeser karena adanya ekspansi [[Kerajaan Mataram Islam]] ke wilayah Priangan kecuali [[Cirebon]] dan [[Banten]]. Pada waktu itu para menak [[Sunda]] lebih banyak menjadikan budaya [[Jawa]] sebagai anutan dan tipe ideal. Akibatnya, kebudayaan Sunda tergeser oleh kebudayaan Jawa. Bahkan banyak para penulis dan budayawan Sunda yang memakai aksara dan ikon-ikon Jawa.


Bahkan [[VOC]] pun membuat surat keputusan, bahwa aksara resmi di daerah Jawa Barat hanya meliputi [[Aksara Latin]], [[Aksara Arab Gundul]] (Pegon) dan [[Aksara Jawa]] ([[Cacarakan]]). Keputusan itu ditetapkan pada tanggal 3 November 1705. Keputusan itu pun didukung para penguasa Cirebon yang menerbitkan surat keputusan serupa pada tanggal 9 Februari 1706. Sejak saat itu Aksara Sunda Kuno terlupakan selama berabad-abad. Masyarakat Sunda tidak lagi mengenal aksaranya. Kalaupun masih diajarkan di sekolah sampai penghujung tahun 1950-an, rupanya salah kaprah. Pasalnya, yang dipelajari saat itu bukanlah Aksara Sunda Kuno, melainkan Aksara Jawa yang diadopsi dari Mataram dan disebut dengan Aksara Cacarakan.
Bahkan [[VOC]] pun membuat surat keputusan, bahwa aksara resmi di daerah Jawa Barat hanya meliputi [[Aksara Latin]], [[Aksara Arab Gundul]] (Pegon) dan [[Aksara Jawa]] ([[Cacarakan]]). Keputusan itu ditetapkan pada tanggal 3 November 1705. Keputusan itu pun didukung para penguasa Cirebon yang menerbitkan surat keputusan serupa pada tanggal 9 Februari 1706. Sejak saat itu Aksara Sunda Kuno terlupakan selama berabad-abad. Masyarakat Sunda tidak lagi mengenal aksaranya. Kalaupun masih diajarkan di sekolah sampai penghujung tahun 1990-an, rupanya salah kaprah. Pasalnya, yang dipelajari saat itu bukanlah Aksara Sunda Kuno, melainkan Aksara Jawa yang diadopsi dari Mataram dan disebut dengan Aksara [[Cacarakan]].


Usaha memperkenalkan kembali Aksara Sunda Kuno dilakukan di antaranya dengan mengadakan seminar-seminar di perguruan tinggi pada dasawarsa 1990-an. Pada awal tahun 2000-an sebuah surat kabar berbahasa Sunda yaitu surat kabar Mandiri memiliki satu rubrik tetap yang berisi latihan membaca Aksara Sunda Kuno sebagaimana digunakan dalam naskah Carita Ratu Pakuan yang disebut Aksara Sunda Ratu Pakuan.
Aksara Sunda Kuno umumnya dijumpai pada naskah-naskah berbahan daun lontar yang tulisannya digoreskan dengan pisau. Naskah yang ditulis menggunakan aksara ini di antaranya adalah [[Bujangga Manik]], Sewa ka Darma, Carita Ratu Pakuan, Carita Parahyangan, Fragmen Carita Parahyangan, dan Carita Waruga Guru. Aksara Sunda Kuno terdapat pada kolom 89 92 di dalam ''Table van Oud en Nieuw Indische Alphabetten'' (Holle, 1882).

Aksara Sunda Kuno umumnya dijumpai pada naskah-naskah berbahan daun lontar yang tulisannya digoreskan dengan pisau yang disebut peso pangot. Naskah pada daun lontar yang ditulis menggunakan aksara ini di antaranya adalah [[Bujangga Manik]], Sewaka Darma, Pakeling, Carita Ratu Pakuan, Carita Parahyangan, dan Fragmen Carita Parahyangan. Sedangkan naskah pada kertas daluwang yang ditulis menggunakan aksara ini di antaranya adalah Carita Waruga Guru dan Wirid Nur Muhammad. Aksara Sunda Kuno terdapat pada kolom 89 - 92 di dalam ''Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten'' karya Karel Frederik Holle yang diterbitkan pada tahun 1882.


Dalam perkembangannya, Aksara Sunda Kuno tidak mempertahankan huruf-huruf dari Aksara Kawi yang tidak digunakan dalam Bahasa Sunda Kuno. Huruf-huruf Aksara Kawi yang punah pada Aksara Sunda Kuno yaitu:
Dalam perkembangannya, Aksara Sunda Kuno tidak mempertahankan huruf-huruf dari Aksara Kawi yang tidak digunakan dalam Bahasa Sunda Kuno. Huruf-huruf Aksara Kawi yang punah pada Aksara Sunda Kuno yaitu:
Baris 33: Baris 35:
Pada awal tahun 2000-an pada umumnya masyarakat Sunda hanya mengenal adanya satu jenis aksara di [[Tatar Sunda]] yang disebut sebagai Aksara Sunda. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa setidaknya ada empat jenis aksara yang menyandang nama Aksara Sunda, yaitu Aksara Sunda Kuno, [[Cacarakan|Aksara Sunda Cacarakan]], [[Abjad Pegon|Aksara Sunda Pegon]], dan [[Aksara Sunda Baku]]. Dari empat jenis Aksara Sunda ini, Aksara Sunda Kuno dan Aksara Sunda Baku dapat disebut serupa tetapi tak sama. Aksara Sunda Baku merupakan modifikasi Aksara Sunda Kuno yang telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk menuliskan Bahasa Sunda kontemporer. Modifikasi tersebut meliputi penambahan huruf (misalnya huruf va dan fa), pengurangan huruf (misalnya huruf re pepet dan le pepet), dan perubahan bentuk huruf (misalnya huruf na dan ma).
Pada awal tahun 2000-an pada umumnya masyarakat Sunda hanya mengenal adanya satu jenis aksara di [[Tatar Sunda]] yang disebut sebagai Aksara Sunda. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa setidaknya ada empat jenis aksara yang menyandang nama Aksara Sunda, yaitu Aksara Sunda Kuno, [[Cacarakan|Aksara Sunda Cacarakan]], [[Abjad Pegon|Aksara Sunda Pegon]], dan [[Aksara Sunda Baku]]. Dari empat jenis Aksara Sunda ini, Aksara Sunda Kuno dan Aksara Sunda Baku dapat disebut serupa tetapi tak sama. Aksara Sunda Baku merupakan modifikasi Aksara Sunda Kuno yang telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk menuliskan Bahasa Sunda kontemporer. Modifikasi tersebut meliputi penambahan huruf (misalnya huruf va dan fa), pengurangan huruf (misalnya huruf re pepet dan le pepet), dan perubahan bentuk huruf (misalnya huruf na dan ma).


== Galeri ==
<gallery>
{| class="wikitable" style="margin:0 auto;" align="center" colspan="2" cellpadding="3" style="font-size: 80%; width: 100%;"
|-
|state = {{{1<includeonly>|collapsed</includeonly>}}} align=center colspan=2 style="background:#D3D3D3; font-size: 100%;"| '''Contoh-contoh penggunaan aksara Sunda kuno'''
|-
|align=center colspan=2|
<gallery mode="packed" heights="200">
Aksara_Sunda_Kuno.jpg|Aksara Sunda Kuno sebagaimana digunakan pada naskah-naskah daun lontar dari Abad XV - XVII.
Aksara_Sunda_Kuno.jpg|Aksara Sunda Kuno sebagaimana digunakan pada naskah-naskah daun lontar dari Abad XV - XVII.
Aksara Sunda Kuno 02.jpg|Perbandingan bentuk huruf antara Aksara Jawa Kuno, Aksara Sunda Kuno, dan Aksara Sunda Baku.
Aksara Sunda Kuno.svg|Tabel konsonan dalam aksara Sunda kuno, dari ''ka'' sampai ''ha''.
426 C (Sanghyang Jati Maha Pitutur).png|Naskah ''Sanghyang Jati Maha Pitutur.
Sasana Maha Guru.jpg|Naskah ''Sasana Maha Guru''.
Bujangga Manik-1.jpg|Naskah ''Bujangga Manik''.
Kawali 6.png|Prasasti Kawali 6
Naskah Sunda Lontar.jpg|Naskah Sunda berbahan [[lontar]].
Kebantenan KERN E42b-az, KERN E42 b.jpg|[[Prasasti Kebantenan]] yang ditemukan di wilayah Kebantenan, [[Kota Bekasi]].
Carita_Waruga_Guru.jpg|Faksimile halaman pertama naskah Carita Waruga Guru yang ditemukan di Kabupaten Galuh.
Carita_Waruga_Guru.jpg|Faksimile halaman pertama naskah Carita Waruga Guru yang ditemukan di Kabupaten Galuh.
Aksara Sunda Kuno pada Naskah Carita Waruga Guru.jpg|thumb|Tabel Aksara Sunda Kuno yang digunakan pada naskah Carita Waruga Guru.
Stamp of Indonesia - 2014 - Colnect 669216 - Prasasti Kawali script.jpeg|Perangko [[Indonesia|Republik Indonesia]] cetakan tahun [[2014]] edisi [[Prasasti Kawali]].
</gallery>
</gallery>
|}


== Sumber ==
== Sumber ==
Baris 45: Baris 62:
* {{nl}} [http://quod.lib.umich.edu/p/philamer/APU0956.0001.001?view=toc Holle, K. F., 1882, ''Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten'': Bijdrage tot de Palaeographie van Nederlansch Indie, Batavia. (University of Michigan)]
* {{nl}} [http://quod.lib.umich.edu/p/philamer/APU0956.0001.001?view=toc Holle, K. F., 1882, ''Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten'': Bijdrage tot de Palaeographie van Nederlansch Indie, Batavia. (University of Michigan)]
* {{nl}} [http://dbooks.bodleian.ox.ac.uk/books/PDFs/590496015.pdf Holle, K. F., 1882, ''Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten'': Bijdrage tot de Palaeographie van Nederlansch Indie, Batavia. (Bodleian Library)]
* {{nl}} [http://dbooks.bodleian.ox.ac.uk/books/PDFs/590496015.pdf Holle, K. F., 1882, ''Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten'': Bijdrage tot de Palaeographie van Nederlansch Indie, Batavia. (Bodleian Library)]
* {{de}} [https://download.digitale-sammlungen.de/pdf/17230043628888bsb11351527.pdf Holle, K. F., 1882, ''Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten'': Bijdrage tot de Palaeographie van Nederlansch Indie, Batavia. (Munich Digital Library)]
* {{en}} [http://sabilulungan.org/aksara/files/rujukan/Sundanese_Writing_System_20081206.htm Nugraha, Dian Tresna, 2008. ''Aksara Sunda: Sundanese Script and Writing System''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141129065126/http://sabilulungan.org/aksara/files/rujukan/Sundanese_Writing_System_20081206.htm |date=2014-11-29 }}
* {{en}} [http://sabilulungan.org/aksara/files/rujukan/Sundanese_Writing_System_20081206.htm Nugraha, Dian Tresna, 2008. ''Aksara Sunda: Sundanese Script and Writing System''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141129065126/http://sabilulungan.org/aksara/files/rujukan/Sundanese_Writing_System_20081206.htm |date=2014-11-29 }}


Baris 56: Baris 74:
* [http://sabilulungan.org/aksara/files/rujukan/Sundanese_Writing_System_20081206_files/image094.gif Tabel Huruf Vokal (Nugraha, 2008)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141129065133/http://sabilulungan.org/aksara/files/rujukan/Sundanese_Writing_System_20081206_files/image094.gif |date=2014-11-29 }}
* [http://sabilulungan.org/aksara/files/rujukan/Sundanese_Writing_System_20081206_files/image094.gif Tabel Huruf Vokal (Nugraha, 2008)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141129065133/http://sabilulungan.org/aksara/files/rujukan/Sundanese_Writing_System_20081206_files/image094.gif |date=2014-11-29 }}
* [http://sabilulungan.org/aksara/files/rujukan/Sundanese_Writing_System_20081206_files/image095.gif Tabel Huruf Konsonan (Nugraha, 2008)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141129065137/http://sabilulungan.org/aksara/files/rujukan/Sundanese_Writing_System_20081206_files/image095.gif |date=2014-11-29 }}
* [http://sabilulungan.org/aksara/files/rujukan/Sundanese_Writing_System_20081206_files/image095.gif Tabel Huruf Konsonan (Nugraha, 2008)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141129065137/http://sabilulungan.org/aksara/files/rujukan/Sundanese_Writing_System_20081206_files/image095.gif |date=2014-11-29 }}
* Noviana, Eka, 2020, ''The Sundanese Script: Visual Analysis of its Development into a Native Austronesian Script'', Institut für Medienforschung, Hochschule für Bildende Künste. https://opus.hbk-bs.de/files/221/Thesis_Noviana_small.pdf
* {{Cite journal|last=Sopian|first=R.|year=2020|title=Old Sundanese Script in Kabuyutan Ciburuy Manuscripts|url=http://repository.tufs.ac.jp/bitstream/10108/94310/1/lacs026008.pdf|journal=言語・地域文化研究|volume=26|issue=1|pages=117-147}}
* Sopian, Rahmat, 2020, ''Old Sundanese Script in Kabuyutan Ciburuy Manuscripts''. https://tufs.repo.nii.ac.jp/record/5172/files/lacs026008.pdf


{{jenis aksara|state=show|state2=show}}
{{jenis aksara|state=show|state2=show}}

Revisi terkini sejak 9 Agustus 2024 04.32

Aksara Sunda Kuno
Aksara Sunda Buhun
ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮥᮠᮥᮔ᮪
ᮃᮾᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮥᮠᮥᮔ᮪
Jenis aksara
Abugida
BahasaSunda Kuno, Sunda Klasik, Cirebon
Periode
sekitar abad ke-14 hingga awal abad ke-18
Arah penulisanKiri ke kanan
Aksara terkait
Silsilah
Menurut hipotesis hubungan antara abjad Aramea dengan Brahmi, maka silsilahnya sebagai berikut:
Dari aksara Brahmi diturunkanlah:
Aksara turunan
Aksara Sunda Baku
Aksara kerabat
Bali
Batak
Baybayin
Bugis
Incung
Jawa
Lampung
Makassar
Rejang
Sunda
ISO 15924
ISO 15924Sund, , ​Sunda
Pengkodean Unicode
Nama Unicode
Sundanese
 Artikel ini mengandung transkripsi fonetik dalam Alfabet Fonetik Internasional (IPA). Untuk bantuan dalam membaca simbol IPA, lihat Bantuan:IPA. Untuk penjelasan perbedaan [ ], / / dan  , Lihat IPA § Tanda kurung dan delimitasi transkripsi.

Aksara Sunda Kuno (bahasa Sunda: ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮥᮠᮥᮔ᮪, translit. Aksara Sunda Buhun) merupakan aksara yang berkembang di wilayah barat Pulau Jawa pada abad ke-14 sampai abad ke-18 yang pada awalnya digunakan untuk menuliskan Bahasa Sunda Kuno. Aksara Sunda Kuno merupakan perkembangan dari Aksara Pallawa yang mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah lontar pada abad ke-16.

Penggunaan Aksara Sunda Kuno dalam bentuk paling awal antara lain dijumpai pada prasasti-prsasasti yang terdapat di Astana Gede, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, dan Prasasti Kebantenan yang ditemukan di Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi.

Edi S. Ekajati mengungkapkan bahwa keberadaan Aksara Sunda Kuno sudah begitu lama tergeser karena adanya ekspansi Kerajaan Mataram Islam ke wilayah Priangan kecuali Cirebon dan Banten. Pada waktu itu para menak Sunda lebih banyak menjadikan budaya Jawa sebagai anutan dan tipe ideal. Akibatnya, kebudayaan Sunda tergeser oleh kebudayaan Jawa. Bahkan banyak para penulis dan budayawan Sunda yang memakai aksara dan ikon-ikon Jawa.

Bahkan VOC pun membuat surat keputusan, bahwa aksara resmi di daerah Jawa Barat hanya meliputi Aksara Latin, Aksara Arab Gundul (Pegon) dan Aksara Jawa (Cacarakan). Keputusan itu ditetapkan pada tanggal 3 November 1705. Keputusan itu pun didukung para penguasa Cirebon yang menerbitkan surat keputusan serupa pada tanggal 9 Februari 1706. Sejak saat itu Aksara Sunda Kuno terlupakan selama berabad-abad. Masyarakat Sunda tidak lagi mengenal aksaranya. Kalaupun masih diajarkan di sekolah sampai penghujung tahun 1990-an, rupanya salah kaprah. Pasalnya, yang dipelajari saat itu bukanlah Aksara Sunda Kuno, melainkan Aksara Jawa yang diadopsi dari Mataram dan disebut dengan Aksara Cacarakan.

Usaha memperkenalkan kembali Aksara Sunda Kuno dilakukan di antaranya dengan mengadakan seminar-seminar di perguruan tinggi pada dasawarsa 1990-an. Pada awal tahun 2000-an sebuah surat kabar berbahasa Sunda yaitu surat kabar Mandiri memiliki satu rubrik tetap yang berisi latihan membaca Aksara Sunda Kuno sebagaimana digunakan dalam naskah Carita Ratu Pakuan yang disebut Aksara Sunda Ratu Pakuan.

Aksara Sunda Kuno umumnya dijumpai pada naskah-naskah berbahan daun lontar yang tulisannya digoreskan dengan pisau yang disebut peso pangot. Naskah pada daun lontar yang ditulis menggunakan aksara ini di antaranya adalah Bujangga Manik, Sewaka Darma, Pakeling, Carita Ratu Pakuan, Carita Parahyangan, dan Fragmen Carita Parahyangan. Sedangkan naskah pada kertas daluwang yang ditulis menggunakan aksara ini di antaranya adalah Carita Waruga Guru dan Wirid Nur Muhammad. Aksara Sunda Kuno terdapat pada kolom 89 - 92 di dalam Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten karya Karel Frederik Holle yang diterbitkan pada tahun 1882.

Dalam perkembangannya, Aksara Sunda Kuno tidak mempertahankan huruf-huruf dari Aksara Kawi yang tidak digunakan dalam Bahasa Sunda Kuno. Huruf-huruf Aksara Kawi yang punah pada Aksara Sunda Kuno yaitu:

  1. Huruf konsonan; meliputi huruf kha, gha, cha, jha, ṭa (cerebral), ṭha (cerebral), ḍa (cerebral), ḍha (cerebral), ṇa (cerebral), tha, dha, pha, bha, ṣa (cerebral), dan śa (palatal).
  2. Huruf vokal; meliputi huruf ā (a panjang), ī (i panjang), ū (u panjang), ṝ (ṛ panjang), dan ḹ (ḷ panjang). Sebagian besar naskah maupun prasasti tidak membedakan huruf dan tanda diakritik antara bunyi ӗ (e pepet) dengan ӧ (e pepet panjang), walaupun demikian beberapa naskah membedakan huruf dan tanda diakritik antara bunyi ӗ dengan ӧ.

Sunda Kuno dan Sunda Baku

[sunting | sunting sumber]

Pada awal tahun 2000-an pada umumnya masyarakat Sunda hanya mengenal adanya satu jenis aksara di Tatar Sunda yang disebut sebagai Aksara Sunda. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa setidaknya ada empat jenis aksara yang menyandang nama Aksara Sunda, yaitu Aksara Sunda Kuno, Aksara Sunda Cacarakan, Aksara Sunda Pegon, dan Aksara Sunda Baku. Dari empat jenis Aksara Sunda ini, Aksara Sunda Kuno dan Aksara Sunda Baku dapat disebut serupa tetapi tak sama. Aksara Sunda Baku merupakan modifikasi Aksara Sunda Kuno yang telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk menuliskan Bahasa Sunda kontemporer. Modifikasi tersebut meliputi penambahan huruf (misalnya huruf va dan fa), pengurangan huruf (misalnya huruf re pepet dan le pepet), dan perubahan bentuk huruf (misalnya huruf na dan ma).

Contoh-contoh penggunaan aksara Sunda kuno

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]