Pakubuwana XII: Perbedaan antara revisi
Amangkubumi (bicara | kontrib) Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Amangkubumi (bicara | kontrib) Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(35 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Refimprove-bio-tokohmuslim}}{{Infobox royalty |
{{Refimprove-bio-tokohmuslim}}{{Infobox royalty |
||
|name = Pakubuwana XII <br />{{java| |
|name = Pakubuwana XII <br />{{java|ꦦꦑꦸꦨꦸꦮꦟ꧇꧑꧒꧇}} |
||
|title = Sri Susuhunan Pakubuwana XII |
|title = Sri Susuhunan Pakubuwana XII |
||
|image = SSISKS Pakubuwono XII.jpg |
|image = SSISKS Pakubuwono XII.jpg |
||
Baris 12: | Baris 12: | ||
|reg-type2 = [[Presiden Indonesia|Presiden]] |
|reg-type2 = [[Presiden Indonesia|Presiden]] |
||
|regent2 = [[Soekarno]] <br /> [[Soeharto]] <br /> [[Bacharuddin Jusuf Habibie|B.J Habibie]] <br /> [[Abdurrahman Wahid]] <br /> [[Megawati Soekarnoputri]] |
|regent2 = [[Soekarno]] <br /> [[Soeharto]] <br /> [[Bacharuddin Jusuf Habibie|B.J Habibie]] <br /> [[Abdurrahman Wahid]] <br /> [[Megawati Soekarnoputri]] |
||
|succession3 = [[Daerah Istimewa Surakarta| |
|succession3 = [[Daerah Istimewa Surakarta|Gubernur Daerah Istimewa Surakarta]] |
||
|reign3 = [[1945]] – [[1946]] |
|reign3 = [[1945]] – [[1946]] |
||
|reg-type3 = [[Presiden Indonesia|Presiden]] |
|reg-type3 = [[Presiden Indonesia|Presiden]] |
||
Baris 44: | Baris 44: | ||
|burial_place= [[Pemakaman Imogiri|Astana Girimulya]], [[Imogiri, Bantul]], [[Yogyakarta]]}} |
|burial_place= [[Pemakaman Imogiri|Astana Girimulya]], [[Imogiri, Bantul]], [[Yogyakarta]]}} |
||
[[Letnan Jenderal|Letnan Jenderal TNI]]{{refn|Selain pangkat tituler, PB XII juga pernah mengikuti dinas kemiliteran dan lulus dari [[Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat|Sesko]] tahun 1963. Pangkat efektif PB XII yang terakhir adalah Kolonel.<ref name="detikPB">{{cite web |url=https://news.detik.com/berita/d-162554/ada-upacara-adat-dan-militer-di-pemakaman-pb-xii |title=Ada Upacara Adat dan Militer di Pemakaman PB XII |author=<!--Not stated--> |date= 12 Juni 2024 |website= detiknews |access-date= 26 Februari 2004}}</ref>}} ([[Tituler|Tit.]]) '''Sri Susuhunan Pakubuwana XII''' (disingkat sebagai '''PB XII''', {{lang-jv| |
[[Letnan Jenderal|Letnan Jenderal TNI]]{{refn|Selain pangkat tituler, PB XII juga pernah mengikuti dinas kemiliteran dan lulus dari [[Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat|Sesko]] tahun 1963. Pangkat efektif PB XII yang terakhir adalah Kolonel.<ref name="detikPB">{{cite web |url=https://news.detik.com/berita/d-162554/ada-upacara-adat-dan-militer-di-pemakaman-pb-xii |title=Ada Upacara Adat dan Militer di Pemakaman PB XII |author=<!--Not stated--> |date= 12 Juni 2024 |website= detiknews |access-date= 26 Februari 2004}}</ref>}} ([[Tituler|Tit.]]) '''Sri Susuhunan Pakubuwana XII''' (disingkat sebagai '''PB XII''', {{lang-jv|ꦯꦩ꧀ꦥꦺꦪꦤ꧀ꦢꦊꦩ꧀ꦲꦶꦁꦏꦁꦯꦶꦤꦸꦲꦸꦤ꧀ꦑꦁꦗꦼꦁꦯꦸꦱꦸꦲꦸꦤꦤ꧀ꦦꦏꦸꦧꦸꦮꦤ XII}}; {{lahirmati|[[Surakarta]]|14|4|1925|[[Surakarta]]|11|6|2004}}) adalah [[susuhunan]] [[Kesunanan Surakarta|Surakarta]] dan sempat menjadi Gubernur Daerah Istimewa Surakarta Dari tahun 1945 - 1946. yang masa pemerintahannya paling lama di antara raja-raja Jawa, yaitu selama 59 tahun, tepatnya mulai tahun [[1945]] hingga [[2004]]. |
||
== Awal Kehidupan == |
== Awal Kehidupan == |
||
⚫ | |||
Nama aslinya adalah Raden Mas Suryo Guritno, putra [[Pakubuwana XI]] yang lahir dari permaisuri KRAy. Koespariyah (bergelar GKR. Pakubuwana) pada tanggal [[14 April]] [[1925]]. Ia juga memiliki seorang saudara perempuan seibu bernama GRAy. Koes Sapariyam (bergelar GKR. Kedaton). |
Nama aslinya adalah Raden Mas Suryo Guritno, putra [[Pakubuwana XI]] yang lahir dari permaisuri KRAy. Koespariyah (bergelar GKR. Pakubuwana) pada tanggal [[14 April]] [[1925]]. Ia juga memiliki seorang saudara perempuan seibu bernama GRAy. Koes Sapariyam (bergelar GKR. Kedaton). |
||
Baris 59: | Baris 62: | ||
== Menyatakan Bergabung Dengan Republik Indonesia == |
== Menyatakan Bergabung Dengan Republik Indonesia == |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
Raden Mas Suryo Guritno naik takhta sebagai Pakubuwana XII pada tanggal [[11 Juni]] [[1945]]. Awal pemerintahan Pakubuwana XII hampir bersamaan dengan lahirnya [[Republik Indonesia]]. Karena masih berusia sangat muda, dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari, ia sering kali didampingi ibunya, GKR. Pakubuwana, yang dikenal dengan julukan ''Ibu Ageng''. Pakubuwana XII dijuluki '''Sinuhun Hamardika''' karena merupakan Susuhunan Surakarta pertama yang memerintah pada era kemerdekaan. |
Raden Mas Suryo Guritno naik takhta sebagai Pakubuwana XII pada tanggal [[11 Juni]] [[1945]]. Awal pemerintahan Pakubuwana XII hampir bersamaan dengan lahirnya [[Republik Indonesia]]. Karena masih berusia sangat muda, dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari, ia sering kali didampingi ibunya, GKR. Pakubuwana, yang dikenal dengan julukan ''Ibu Ageng''. Pakubuwana XII dijuluki '''Sinuhun Hamardika''' karena merupakan Susuhunan Surakarta pertama yang memerintah pada era kemerdekaan. |
||
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan, pada [[1 September]] [[1945]] Pakubuwana XII bersama [[Mangkunegara VIII]], secara terpisah mengeluarkan dekret (maklumat) resmi kerajaan yang berisi pernyataan ucapan selamat dan dukungan terhadap [[Republik Indonesia]], empat hari sebelum maklumat [[Hamengkubuwana IX]] dan [[Pakualam VIII]]. Lima hari kemudian, [[6 September]] [[1945]], [[Kesunanan Surakarta]] dan [[Praja Mangkunegaran]] mendapat Piagam Penetapan [[Daerah Istimewa Surakarta|Daerah Istimewa]] dari [[Soekarno|Presiden Soekarno]]. |
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan, pada [[1 September]] [[1945]] Pakubuwana XII bersama [[Mangkunegara VIII]], secara terpisah mengeluarkan dekret (maklumat) resmi kerajaan yang berisi pernyataan ucapan selamat dan dukungan terhadap [[Republik Indonesia]], empat hari sebelum maklumat [[Hamengkubuwana IX]] dan [[Pakualam VIII]]. Lima hari kemudian, [[6 September]] [[1945]], [[Kesunanan Surakarta]] dan [[Praja Mangkunegaran]] mendapat Piagam Penetapan [[Daerah Istimewa Surakarta|Daerah Istimewa]] dari [[Soekarno|Presiden Soekarno]]. |
||
⚫ | |||
== Masa Revolusi Fisik == |
== Masa Revolusi Fisik == |
||
Selama [[Revolusi Nasional Indonesia|revolusi fisik]] Pakubuwana XII memperoleh pangkat militer kehormatan (tituler) Letnan Jenderal dari [[Soekarno|Presiden Soekarno]]<ref>{{cite news |
Selama [[Revolusi Nasional Indonesia|revolusi fisik]] Pakubuwana XII memperoleh pangkat militer kehormatan (tituler) Letnan Jenderal dari [[Soekarno|Presiden Soekarno]]<ref>{{cite news |
||
| last = Ricky |
| last = Ricky |
||
Baris 76: | Baris 80: | ||
| accessdate = 12 Maret 2024 }}</ref>. Kedudukannya itu menjadikan ia sering diajak mendampingi [[Soekarno|Presiden Soekarno]] meninjau ke beberapa medan pertempuran. Tanggal [[12]]-[[13]] [[Oktober]] [[1945]], Pakubuwana XII sendiri bahkan ikut serta menyerbu markas Kenpetai di Kemlayan. Ia juga berkenan ikut melakukan penyerbuan ke markas Kenpetai di Timuran. Sewaktu melakukan penyerbuan ke markas Kido Butai di daerah Mangkubumen, Pakubuwana XII juga menyempatkan berangkat bersama anggota [[KNIL|KNI]] dan berhasil kembali dengan selamat. |
| accessdate = 12 Maret 2024 }}</ref>. Kedudukannya itu menjadikan ia sering diajak mendampingi [[Soekarno|Presiden Soekarno]] meninjau ke beberapa medan pertempuran. Tanggal [[12]]-[[13]] [[Oktober]] [[1945]], Pakubuwana XII sendiri bahkan ikut serta menyerbu markas Kenpetai di Kemlayan. Ia juga berkenan ikut melakukan penyerbuan ke markas Kenpetai di Timuran. Sewaktu melakukan penyerbuan ke markas Kido Butai di daerah Mangkubumen, Pakubuwana XII juga menyempatkan berangkat bersama anggota [[KNIL|KNI]] dan berhasil kembali dengan selamat. |
||
⚫ | [[Berkas:President Sukarno, Paku Buwono XII, and Prince Mangkunegoro having dinner TimeLife image 651020.jpg|jmpl|250x250px|Susuhunan Pakubuwana XII menerima kunjungan [[Soekarno|Presiden Soekarno]] dan para pejabat pemerintah [[Republik Indonesia]] di [[Keraton Surakarta|Sasana Handrawina, Keraton Surakarta]], tahun [[1946]]. Tampak duduk di sebelah susuhunan, adalah [[Mangkunegara VIII|Adipati Mangkunegara VIII]] dan [[Soeroso|R.P. Soeroso]].]] |
||
[[Belanda]] yang tidak merelakan kemerdekaan [[Indonesia]] berusaha merebut kembali negeri ini dengan kekerasan. Pada bulan [[Januari]] [[1946]] [[ibu kota Indonesia]] terpaksa pindah ke [[Yogyakarta]] karena [[Jakarta]] jatuh ke tangan [[Belanda]]. Pemerintahan [[Indonesia]] saat itu dipegang oleh [[Sutan Syahrir]] sebagai [[perdana menteri]], selain [[Soekarno|Presiden Soekarno]] selaku kepala negara. Sebagaimana umumnya pemerintahan suatu negara, muncul golongan oposisi yang tidak mendukung sistem pemerintahan [[Sutan Syahrir|Perdana Menteri Sutan Syahrir]], misalnya kelompok [[Jenderal Sudirman]]. |
[[Belanda]] yang tidak merelakan kemerdekaan [[Indonesia]] berusaha merebut kembali negeri ini dengan kekerasan. Pada bulan [[Januari]] [[1946]] [[ibu kota Indonesia]] terpaksa pindah ke [[Yogyakarta]] karena [[Jakarta]] jatuh ke tangan [[Belanda]]. Pemerintahan [[Indonesia]] saat itu dipegang oleh [[Sutan Syahrir]] sebagai [[perdana menteri]], selain [[Soekarno|Presiden Soekarno]] selaku kepala negara. Sebagaimana umumnya pemerintahan suatu negara, muncul golongan oposisi yang tidak mendukung sistem pemerintahan [[Sutan Syahrir|Perdana Menteri Sutan Syahrir]], misalnya kelompok [[Jenderal Sudirman]]. |
||
=== Serangan Umum Surakarta === |
|||
Sekitar [[5 Agustus 1949]] sempat terjadi perundingan antara [[Belanda]] dengan [[Keraton]], namun sesungguhnya pertemuan itu tidak lebih merupakan taktik pendekatan sebagai bagian dari kegiatan sandi [[TNI]] guna mengetahui |
|||
strategi musuh. Hal ini dapat dijelaskan dari dokumen [[Gubernur Militer]] TNI yang mengatur tentang mekanisme hubungan Kasunanan dan [[Mangkunegaran]] melalui perwira teritorial (P.T.) Mayor Achmadi selaku [[Komandan Daerah Teritorial Militer]] (Cdt.Mil) kota yang termuat dalam Surat Keputusan Gubernur Militer Istimewa II No.23/G.M./49 yang dikeluarkan pada tanggal 27 April 1949. Surat Keputusan tersebut menetapkan bahwa |
|||
* Cdt. Mil. Kota Surakarta sebagai satu-satunya instansi yang bernama G.M.SSPM./Div.II berhubungan dengan kedua Raja di Surakarta mengenai urusan Daerah Istimewa (politik) |
|||
* Semua instansi baik Mil. maupun Civiel yang hendak berhubungan dengan kedua Raja tersebut diwajibkan melalui dan dengan sepengetahuan Pt.Cdt. Mil. Kota Surakarta yang memberikan laporan-laporan kepada G.M.SSPM./Div.II<ref>{{cite journal |last1=Sasono |first1=MA |last2= |first2= |date=2017 |title=PERAN SRI SUSUHUNAN PAKUBUWONO XII DALAM |
|||
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN |
|||
INDONESIA (1945-1949) |url=https://journal.student.uny.ac.id/index.php/risalah/article/view/9685 |journal=Risalah |volume=4 |issue= |pages=711-725 |doi= |access-date=21 Maret 2024}}</ref> |
|||
== Dibekukannya Daerah Istimewa Surakarta == |
== Dibekukannya Daerah Istimewa Surakarta == |
||
⚫ | Karena [[Yogyakarta]] menjadi pusat pemerintahan, secara otomatis [[Surakarta]] yang merupakan saingan lama menjadi pusat oposisi. Kaum radikal bernama Barisan Banteng yang dipimpin Dr. Muwardi dengan berani menculik Pakubuwana XII dan [[Sutan Syahrir]] sebagai bentuk protes terhadap pemerintah [[Indonesia]] |
||
⚫ | [[Berkas:President Sukarno, Paku Buwono XII, and Prince Mangkunegoro having dinner TimeLife image 651020.jpg|jmpl|250x250px|Susuhunan Pakubuwana XII menerima kunjungan [[Soekarno|Presiden Soekarno]] dan para pejabat pemerintah [[Republik Indonesia]] di [[Keraton Surakarta|Sasana Handrawina, Keraton Surakarta]], sekitar awal tahun [[1946]]. Tampak duduk di sebelah susuhunan, adalah [[Mangkunegara VIII|Adipati Mangkunegara VIII]] dan [[Soeroso|R.P. Soeroso]].]] |
||
⚫ | Karena [[Yogyakarta]] menjadi pusat pemerintahan, secara otomatis [[Surakarta]] yang merupakan saingan lama menjadi pusat oposisi. Kaum radikal bernama Barisan Banteng yang dipimpin Dr. Muwardi dengan berani menculik Pakubuwana XII dan [[Sutan Syahrir]] sebagai bentuk protes terhadap pemerintah [[Indonesia]]<ref>{{cite book |
||
| last = Ricklefs |
|||
| first = Merle Calvin |
|||
| authorlink = MC Ricklefs |
|||
| title = Sejarah Indonesia Modern (1200-2004) |
|||
| publisher = Serambi Ilmu Semesta |
|||
| date = April 2005 |
|||
| pages = 440-447 |
|||
| doi = |
|||
| isbn = 979-16-0012-0 }}. |
|||
</ref> |
|||
Barisan Banteng berhasil menguasai [[Surakarta]] sedangkan pemerintah [[Indonesia]] tidak menumpasnya karena pembelaan [[Jenderal Sudirman]]. Bahkan, [[Jenderal Sudirman]] juga berhasil mendesak pemerintah sehingga membekukan status daerah istimewa yang disandang [[Surakarta]].<ref>Gie, Liang: "Pertumbuhan pemerintah daerah di Indonesia", halaman 232. Liberty, 1993</ref> Sejak tanggal [[1 Juni]] [[1946]] [[Kesunanan Surakarta]] hanya berstatus karesidenan yang menjadi bagian wilayah provinsi [[Jawa Tengah]]. Pemerintahan dipegang oleh kaum sipil, sedangkan kedudukan Pakubuwana XII berubah menjadi sebagai simbol dan pemangku adat Surakarta. |
Barisan Banteng berhasil menguasai [[Surakarta]] sedangkan pemerintah [[Indonesia]] tidak menumpasnya karena pembelaan [[Jenderal Sudirman]]. Bahkan, [[Jenderal Sudirman]] juga berhasil mendesak pemerintah sehingga membekukan status daerah istimewa yang disandang [[Surakarta]].<ref>Gie, Liang: "Pertumbuhan pemerintah daerah di Indonesia", halaman 232. Liberty, 1993</ref> Sejak tanggal [[1 Juni]] [[1946]] [[Kesunanan Surakarta]] hanya berstatus karesidenan yang menjadi bagian wilayah provinsi [[Jawa Tengah]]. Pemerintahan dipegang oleh kaum sipil, sedangkan kedudukan Pakubuwana XII berubah menjadi sebagai simbol dan pemangku adat Surakarta. |
||
== Usaha mempertahankan Kemerdekaan Indonesia == |
== Usaha mempertahankan Kemerdekaan Indonesia == |
||
[[Berkas:Soesoehoenan Pakoe Boewono XII van Solo bij gewonde soldaten.jpg|jmpl|285x285px|Susuhunan Pakubuwana XII menjenguk tentara yang terluka pada tahun [[1949]].]] |
[[Berkas:Soesoehoenan Pakoe Boewono XII van Solo bij gewonde soldaten.jpg|jmpl|285x285px|Susuhunan Pakubuwana XII menjenguk tentara republik yang terluka pada tahun [[1949]].]] |
||
Pakubuwana XII juga ikut berjuang bersama rakyat mempertahankan Kemerdekaan Indonesia karena ia menyadari kedudukannya sebagai tokoh masyarakat adat terlebih dirinya adalah seorang Letnan Jenderal (tituler) TKR. Maka Pakubuwana XII bertekad untuk ikut berjuang, salah satunya adalah dengan memberikan asset keraton Surakarta, untuk mendukung kebutuhan perjuangan nasional. Pakubuwana XII juga banyak memberikan asset-asset dan inventaris baik barang maupun keuangan dalam mensuplai kebutuhan logistik dan dana, serta berbagai macam persenjataan. Hampir seluruh kekayaan keraton diberikan tanpa sisa untuk kepentingan perjuangan nasional.<ref>Setiadi, B. Had:Raja di Alam Republik: Keraton Kasunanan Surakarta dan Pakubuwono XII” halaman 56, Bina Rena Pariwara, 2000</ref> |
Pakubuwana XII juga ikut berjuang bersama rakyat mempertahankan Kemerdekaan Indonesia karena ia menyadari kedudukannya sebagai tokoh masyarakat adat terlebih dirinya adalah seorang Letnan Jenderal (tituler) TKR. Maka Pakubuwana XII bertekad untuk ikut berjuang, salah satunya adalah dengan memberikan asset keraton Surakarta, untuk mendukung kebutuhan perjuangan nasional. Pakubuwana XII juga banyak memberikan asset-asset dan inventaris baik barang maupun keuangan dalam mensuplai kebutuhan logistik dan dana, serta berbagai macam persenjataan. Hampir seluruh kekayaan keraton diberikan tanpa sisa untuk kepentingan perjuangan nasional.<ref>Setiadi, B. Had:Raja di Alam Republik: Keraton Kasunanan Surakarta dan Pakubuwono XII” halaman 56, Bina Rena Pariwara, 2000</ref> |
||
Baris 91: | Baris 118: | ||
Tidak berhenti di situ, Pakubuwana XII juga melibatkan dirinya menjadi salah satu pendamping delegasi Indonesia di [[Konferensi Meja Bundar]] di [[Den Haag]].<ref>Setiadi, B. Hadi:Raja di Alam Republik: Keraton Kasunanan Surakarta dan Pakubuwono XII” halaman 105, Bina Rena Pariwara, 2000</ref> |
Tidak berhenti di situ, Pakubuwana XII juga melibatkan dirinya menjadi salah satu pendamping delegasi Indonesia di [[Konferensi Meja Bundar]] di [[Den Haag]].<ref>Setiadi, B. Hadi:Raja di Alam Republik: Keraton Kasunanan Surakarta dan Pakubuwono XII” halaman 105, Bina Rena Pariwara, 2000</ref> |
||
⚫ | [[File:Pakubuwana XII selepas kembali dari KMB di Belanda (Foto telah di kompres resolusi oleh uploader untuk menghindari penyalahgunaan).jpg|thumb|Anggota [[KMB]] |
||
=== Era Kemerdekaan === |
=== Era Kemerdekaan === |
||
⚫ | [[File:Pakubuwana XII selepas kembali dari KMB di Belanda (Foto telah di kompres resolusi oleh uploader untuk menghindari penyalahgunaan).jpg|thumb|Anggota delegasi Indonesia dalam [[KMB]] kembali ke [[Jakarta]] (berkostum putih [[Soekiman Wirjosandjojo]], pimpinan [[Partai Masyumi]], dan di tengah adalah Susuhunan Pakubuwana XII).]] |
||
Pada awal pemerintahannya, Pakubuwana XII dinilai gagal mengambil peran penting dan memanfaatkan situasi politik [[Republik Indonesia]], sehingga pamornya di mata rakyat kalah dibanding [[Hamengkubuwana IX]] di [[Yogyakarta]]. |
Pada awal pemerintahannya, Pakubuwana XII dinilai gagal mengambil peran penting dan memanfaatkan situasi politik [[Republik Indonesia]], sehingga pamornya di mata rakyat kalah dibanding [[Hamengkubuwana IX]] di [[Yogyakarta]]. |
||
Baris 103: | Baris 132: | ||
==Mendapat Medali Penghargaan Angkatan 45== |
==Mendapat Medali Penghargaan Angkatan 45== |
||
⚫ | |||
Pada [[26 September]] [[1995]], lima puluh tahun setelah kemerdekaan [[Indonesia]], berdasarkan SK No. 70/SKEP/IX/1995, Pakubuwana XII mendapat pemberian Penghargaan dan Medali Perjuangan Angkatan '45 dari pemerintah pusat. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk penghormatan kepada Pakubuwana XII yang pada masa awal kemerdekaan merupakan raja pertama di [[Indonesia]] yang menyatakan setia dan berdiri di belakang pemerintah republik. Pakubuwana XII juga secara sukarela menyumbangkan sebagian kekayaan pribadinya maupun kekayaan [[Keraton Surakarta]] kepada pemerintah pusat saat itu.<ref>{{cite news |
Pada [[26 September]] [[1995]], lima puluh tahun setelah kemerdekaan [[Indonesia]], berdasarkan SK No. 70/SKEP/IX/1995, Pakubuwana XII mendapat pemberian Penghargaan dan Medali Perjuangan Angkatan '45 dari pemerintah pusat. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk penghormatan kepada Pakubuwana XII yang pada masa awal kemerdekaan merupakan raja pertama di [[Indonesia]] yang menyatakan setia dan berdiri di belakang pemerintah republik. Pakubuwana XII juga secara sukarela menyumbangkan sebagian kekayaan pribadinya maupun kekayaan [[Keraton Surakarta]] kepada pemerintah pusat saat itu.<ref>{{cite news |
||
| last = Nugroho |
| last = Nugroho |
||
Baris 112: | Baris 144: | ||
| url = https://klik7tv.co.id/pakubowono-xii-raja-di-alam-republik/ |
| url = https://klik7tv.co.id/pakubowono-xii-raja-di-alam-republik/ |
||
| accessdate = 12 Maret 2024 }}</ref> |
| accessdate = 12 Maret 2024 }}</ref> |
||
⚫ | |||
Meskipun pada awal pemerintahannya Pakubuwana XII dapat dikatakan kurang berhasil secara politik, tetapi Pakubuwana XII tetap menjadi sosok figur pelindung kebudayaan [[Jawa]]. Pada zaman [[reformasi]], para tokoh nasional, seperti [[Abdurrahman Wahid|Presiden Abdurrahman Wahid]], tetap menghormatinya sebagai salah satu sesepuh tanah [[Jawa]].<ref name=santrigusdur.com>[http://santrigusdur.com/2015/12/keraton-dan-perjalanan-budayanya/ Abdurrahman Wahid: Keraton dan Perjalanan Budayanya.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200714044651/http://santrigusdur.com/2015/12/keraton-dan-perjalanan-budayanya/ |date=2020-07-14 }} dari situs Santri Gus Dur - Komunitas Pemikiran Gusdur</ref> |
Meskipun pada awal pemerintahannya Pakubuwana XII dapat dikatakan kurang berhasil secara politik, tetapi Pakubuwana XII tetap menjadi sosok figur pelindung kebudayaan [[Jawa]]. Pada zaman [[reformasi]], para tokoh nasional, seperti [[Abdurrahman Wahid|Presiden Abdurrahman Wahid]], tetap menghormatinya sebagai salah satu sesepuh tanah [[Jawa]].<ref name=santrigusdur.com>[http://santrigusdur.com/2015/12/keraton-dan-perjalanan-budayanya/ Abdurrahman Wahid: Keraton dan Perjalanan Budayanya.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200714044651/http://santrigusdur.com/2015/12/keraton-dan-perjalanan-budayanya/ |date=2020-07-14 }} dari situs Santri Gus Dur - Komunitas Pemikiran Gusdur</ref> |
||
== Mangkat == |
== Mangkat == |
||
⚫ | |||
Pada pertengahan tahun [[2004]], Pakubuwana XII mengalami koma dan menjalani perawatan intensif di [[Rumah Sakit dr. Oen Surakarta|Rumah Sakit Panti Kosala Dr. Oen Surakarta]]. Akhirnya pada tanggal [[11 Juni]] [[2004]], Pakubuwana XII dinyatakan wafat.<ref name=liputan6.com>[https://www.liputan6.com/news/read/79999/paku-buwono-xii-mangkat Solo: Paku Buwono XII Mangkat.] dari situs Liputan6.com</ref> Wafatnya Pakubuwana XII bersamaan dengan keramaian kampanye [[Pemilihan umum Presiden Indonesia 2004|Pemilihan Umum Presiden]] di [[Surakarta]]. Sepeninggalnya sempat terjadi perebutan takhta antara [[KGPH. Hangabehi]] dangan [[KGPH. Tejowulan]], yang masing-masing menyatakan diri sebagai [[Pakubuwana XIII]]. |
Pada pertengahan tahun [[2004]], Pakubuwana XII mengalami koma dan menjalani perawatan intensif di [[Rumah Sakit dr. Oen Surakarta|Rumah Sakit Panti Kosala Dr. Oen Surakarta]]. Akhirnya pada tanggal [[11 Juni]] [[2004]], Pakubuwana XII dinyatakan wafat.<ref name=liputan6.com>[https://www.liputan6.com/news/read/79999/paku-buwono-xii-mangkat Solo: Paku Buwono XII Mangkat.] dari situs Liputan6.com</ref> Wafatnya Pakubuwana XII bersamaan dengan keramaian kampanye [[Pemilihan umum Presiden Indonesia 2004|Pemilihan Umum Presiden]] di [[Surakarta]]. Sepeninggalnya sempat terjadi perebutan takhta antara [[KGPH. Hangabehi]] dangan [[KGPH. Tejowulan]], yang masing-masing menyatakan diri sebagai [[Pakubuwana XIII]]. |
||
⚫ | |||
== |
== Kehidupan Pribadi == |
||
=== Silsilah === |
|||
* Anak laki-laki pertama dari [[Pakubuwana XI|Susuhunan Pakubuwana XI]] dan permaisuri GKR. Pakubuwana, atau anak terakhir dari kesebelas putra-putri [[Pakubuwana XI|Susuhunan Pakubuwana XI]]. |
* Anak laki-laki pertama dari [[Pakubuwana XI|Susuhunan Pakubuwana XI]] dan permaisuri GKR. Pakubuwana, atau anak terakhir dari kesebelas putra-putri [[Pakubuwana XI|Susuhunan Pakubuwana XI]]. |
||
* Memiliki enam istri:<ref name=royalark.net>[https://www.royalark.net/Indonesia/solo9.htm ''The Surakarta Dynasty: GENEALOGY''.] dari situs The Royal Ark</ref> |
* Memiliki enam istri:<ref name=royalark.net>[https://www.royalark.net/Indonesia/solo9.htm ''The Surakarta Dynasty: GENEALOGY''.] dari situs The Royal Ark</ref> |
||
Baris 154: | Baris 188: | ||
# GRM. Surya Suharsa/GPH. Madukusuma |
# GRM. Surya Suharsa/GPH. Madukusuma |
||
# GRM. Surya Sudarsana/GPH. Wijaya Sudarsana |
# GRM. Surya Sudarsana/GPH. Wijaya Sudarsana |
||
# |
# GRAy. Koes Murtiyah/[[GKR Wandansari|GKR. Wandansari]] |
||
# GRAy. Koes Sabandiyah |
# GRAy. Koes Sabandiyah |
||
# GRAy. Koes Triniyah |
# GRAy. Koes Triniyah |
||
Baris 167: | Baris 201: | ||
== Galeri == |
== Galeri == |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
<gallery> |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
* Pangkat Letnan Jenderal Tituler pada [[1 November]] [[1945]] |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
File:Penyerahan kedaulatan Daerah Surakarta oleh Belanda pasca Serangan Umum Surakarta.jpg|thumb|Pakubuwana XII menghadiri prosesi penyerahan [[Karesidenan Surakarta]] oleh [[Belanda]] pasca [[Serangan Umum Surakarta]] tahun [[1949]] |
|||
⚫ | |||
File:Aankomst Mohammed Hatta met Minister Maarseveen, Bestanddeelnr 903-5388.jpg|Kedatangan Susuhunan Pakubuwana XII, Adipati [[Mangkunegara VIII]] dan Perdana Menteri [[Mohammad Hatta]] di Belanda dalam rangka mengikuti [[Konferensi Meja Bundar]] pada tahun [[1949]] |
|||
⚫ | |||
File:Soekarno mendatangi ibundanya untuk meminta doa dan restu.jpg|thumb|Pakubuwana XII ikut dalam rombongan [[Presiden Soekarno]] saat sowan ke Ibunda Soekarno yakni [[Ida Ayu Nyoman Rai]] |
|||
⚫ | |||
</gallery> |
|||
⚫ | |||
* [[File:Letjen pdh ad.png|40px]][[Letnan Jenderal]] [[Tituler]] |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
* Mendapat Kartu Tanda Veteran Perjuangan RI pada [[8 Juni]] [[1968]] |
* Mendapat Kartu Tanda Veteran Perjuangan RI pada [[8 Juni]] [[1968]] |
||
* Knight Grand Cross of the [[Orde Oranye-Nassau|Order of Orange-Nassau]] (1997)<ref>{{Cite book|last=Bina Rena Pariwara|first=Indonesia|date=2001|url=https://www.google.co.id/books/edition/Raja_di_alam_republik/7_9wAAAAMAAJ?hl=id&gbpv=1&bsq=bintang+orde+oranje-nassau+dari+belanda&dq=bintang+orde+oranje-nassau+dari+belanda&printsec=frontcover|title=Raja di alam republik |
* [[File:Order of Orange-Nassau ribbon - Knight Grand Cross Ribbon.png|60px]] Knight Grand Cross of the [[Orde Oranye-Nassau|Order of Orange-Nassau]] (1997)<ref>{{Cite book|last=Bina Rena Pariwara|first=Indonesia|date=2001|url=https://www.google.co.id/books/edition/Raja_di_alam_republik/7_9wAAAAMAAJ?hl=id&gbpv=1&bsq=bintang+orde+oranje-nassau+dari+belanda&dq=bintang+orde+oranje-nassau+dari+belanda&printsec=frontcover|title=Raja di alam republik |
||
Keraton Kasunanan Surakarta dan Paku Buwono XII|location=Indonesia|publisher=Bram Setiadi, Qomarul Hadi, Danang Suryo Tri Handayani|pages=97|url-status=live}}</ref> |
Keraton Kasunanan Surakarta dan Paku Buwono XII|location=Indonesia|publisher=Bram Setiadi, Qomarul Hadi, Danang Suryo Tri Handayani|pages=97|url-status=live}}</ref> |
||
* Rekor [[MURI]]: Raja Pertama yang Mendukung dan Mengakui Kemerdekaan Indonesia (2023) <ref>{{cite news |
|||
| last = |
|||
| first = IMNews |
|||
| coauthors = |
|||
| title = Maklumat PB XII 1 September 1945, Bagian Penting Eksistensi NKRI (seri 1 – bersambung) |
|||
| publisher = IMNews |
|||
| date = 4 September 2023 |
|||
| url = https://imnews.id/2023/09/04/maklumat-pb-xii-1-september-1945-bagian-penting-eksistensi-nkri-seri-1-bersambung/ |
|||
| accessdate = 31 Agustus 2024 }}</ref> |
|||
== Kepustakaan == |
== Kepustakaan == |
||
Baris 240: | Baris 291: | ||
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]] |
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]] |
||
[[Kategori:Pejuang kemerdekaan Indonesia]] |
[[Kategori:Pejuang kemerdekaan Indonesia]] |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Susuhunan Surakarta|12]] |
||
[[Kategori:Tokoh Jawa]] |
[[Kategori:Tokoh Jawa]] |
||
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]] |
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]] |
||
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]] |
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]] |
||
[[Kategori:Penerima Bintang Dharma]] |
|||
[[Kategori:Penerima Bintang Gerilya]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Angkatan 45]] |
[[Kategori:Tokoh Angkatan 45]] |
Revisi per 31 Agustus 2024 09.27
Pakubuwana XII ꦦꦑꦸꦨꦸꦮꦟ꧇꧑꧒꧇ | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Sri Susuhunan Pakubuwana XII | |||||||||
Susuhunan Surakarta ke-11 | |||||||||
Pendahulu | Susuhunan Pakubuwana XI | ||||||||
Penerus | Susuhunan Pakubuwana XIII | ||||||||
Gubernur Militer Jepang | Yuichiro Nagano | ||||||||
Presiden | Soekarno Soeharto B.J Habibie Abdurrahman Wahid Megawati Soekarnoputri | ||||||||
Gubernur Daerah Istimewa Surakarta | |||||||||
Berkuasa | 1945 – 1946 | ||||||||
Presiden | Soekarno | ||||||||
Kelahiran | Surakarta, Hindia Belanda[1] | 14 April 1925||||||||
Kematian | 11 Juni 2004 Surakarta, Indonesia[2] | (umur 79)||||||||
Pemakaman | |||||||||
Pasangan | KRAy. Mandayaningrum KRAy. Rogasmara KRAy. Pradapaningrum/K.R. Ageng KRAy. Kusumaningrum KRAy. Retnadiningrum KRAy. Pujaningrum | ||||||||
| |||||||||
Wangsa | Mataram | ||||||||
Ayah | Susuhunan Pakubuwana XI | ||||||||
Ibu | GKR. Pakubuwana |
Letnan Jenderal TNI[4] (Tit.) Sri Susuhunan Pakubuwana XII (disingkat sebagai PB XII, bahasa Jawa: ꦯꦩ꧀ꦥꦺꦪꦤ꧀ꦢꦊꦩ꧀ꦲꦶꦁꦏꦁꦯꦶꦤꦸꦲꦸꦤ꧀ꦑꦁꦗꦼꦁꦯꦸꦱꦸꦲꦸꦤꦤ꧀ꦦꦏꦸꦧꦸꦮꦤ XII; 14 April 1925 – 11 Juni 2004) adalah susuhunan Surakarta dan sempat menjadi Gubernur Daerah Istimewa Surakarta Dari tahun 1945 - 1946. yang masa pemerintahannya paling lama di antara raja-raja Jawa, yaitu selama 59 tahun, tepatnya mulai tahun 1945 hingga 2004.
Awal Kehidupan
Nama aslinya adalah Raden Mas Suryo Guritno, putra Pakubuwana XI yang lahir dari permaisuri KRAy. Koespariyah (bergelar GKR. Pakubuwana) pada tanggal 14 April 1925. Ia juga memiliki seorang saudara perempuan seibu bernama GRAy. Koes Sapariyam (bergelar GKR. Kedaton).
Suryo Guritno pada masa kecilnya pernah bersekolah di ELS (Europeesche Lagere School) Pasar Legi, Surakarta. Oleh teman-temannya, Suryo Guritno sering dipanggil dengan nama Bobby. Di sekolah yang sama ini pula beberapa pamannya, putra Pakubuwana X yang sebaya dengannya menempuh pendidikan. Suryo Guritno termasuk murid yang mudah bergaul dan hubungannya dengan teman-teman berlangsung akrab, bahkan ketika di sekolah pun ia bergaul tanpa memandang status sosial yang disandangnya. Waktu kecil ia gemar mempelajari tari-tarian klasik, dan yang paling digemari adalah Tari Handaga dan Tari Garuda. Ia juga pemuda yang gemar mengaji pada Bapak Pradjawijata dan Bapak Tjandrawijata dari Mambaul Ulum. Kegemarannya yang lain adalah olahraga panahan. Mulai tahun 1938 Suryo Guritno terpaksa berhenti sekolah cukup lama, sekitar lima bulan, karena harus mengikuti ayahandanya yang memperoleh mandat mewakili kakeknya, Pakubuwana X, pergi ke Belanda bersama raja-raja di Hindia Belanda saat itu untuk menghadiri undangan perayaan peringatan 40 tahun kenaikan takhta Ratu Wilhelmina.
Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan ke Hoogere Burgerschool te Bandoeng (HBS Bandung, sekarang ditempati SMA Negeri 3 Bandung dan SMA Negeri 5 Bandung) bersama beberapa pamannya. Baru dua setengah tahun ia belajar, pecah Perang Pasifik, dan waktu itu bala tentara Jepang menang melawan sekutu dan Hindia Belanda pun jatuh ke tangan Jepang.
Pakubuwana XI memintanya pulang dari Bandung ke Surakarta. Kemudian, ia harus menerima kenyataan menyedihkan lantaran pada Sabtu, 1 Juni 1945, Pakubuwana XI wafat. Berdasarkan tradisi maka KGPH. Mangkubumi, putra sulung Pakubuwana XI, sesungguhnya yang paling berhak meneruskan takhta. Namun peluang itu tertutup setelah ibundanya, GKR. Kencana (istri pertama Pakubuwana XI), telah mendahului wafat pada tahun 1910 sehingga tidak berkesempatan diangkat sebagai permaisuri tatkala suaminya mewarisi takhta kerajaan. Maka terbukalah peluang untuk Suryo Guritno bisa menggantikan Pakubuwana XI sekalipun berumur paling muda.
Teka-teki itu kian terkuak waktu jenazah Pakubuwana XI dimakamkan di Astana Imogiri, Suryo Guritno tidak terlihat hadir di pemakaman. Sebelum naik takhta sebagai raja, Suryo Guritno diangkat sebagai putra mahkota dengan gelar KGPH. Puruboyo. Terlepas setuju atau tidak, keluarga keraton harus mulai bisa menerima pertanda itu, sebab berdasarkan kepercayaan adat keraton, bakal raja dipantangkan datang ke pemakaman. Namun versi lain menyebutkan, pengangkatan Suryo Guritno itu berkaitan erat dengan peran yang dimainkan Presiden Soekarno. Pakubuwana XII dipilih karena masih muda dan mampu mengikuti perkembangan serta tahan terhadap situasi. Meski raja baru telah disepakati, tetapi bukan berarti seluruh persoalan terselesaikan. Rencana penobatan Suryo Guritno itu sempat mendapat tentangan keras dari Kooti Jimu Kyoku Tyokan, Pemerintah Gubernur Jepang. Jepang menyatakan tidak berani menjamin keselamatan calon raja.
Menyatakan Bergabung Dengan Republik Indonesia
Raden Mas Suryo Guritno naik takhta sebagai Pakubuwana XII pada tanggal 11 Juni 1945. Awal pemerintahan Pakubuwana XII hampir bersamaan dengan lahirnya Republik Indonesia. Karena masih berusia sangat muda, dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari, ia sering kali didampingi ibunya, GKR. Pakubuwana, yang dikenal dengan julukan Ibu Ageng. Pakubuwana XII dijuluki Sinuhun Hamardika karena merupakan Susuhunan Surakarta pertama yang memerintah pada era kemerdekaan.
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan, pada 1 September 1945 Pakubuwana XII bersama Mangkunegara VIII, secara terpisah mengeluarkan dekret (maklumat) resmi kerajaan yang berisi pernyataan ucapan selamat dan dukungan terhadap Republik Indonesia, empat hari sebelum maklumat Hamengkubuwana IX dan Pakualam VIII. Lima hari kemudian, 6 September 1945, Kesunanan Surakarta dan Praja Mangkunegaran mendapat Piagam Penetapan Daerah Istimewa dari Presiden Soekarno.
Masa Revolusi Fisik
Selama revolusi fisik Pakubuwana XII memperoleh pangkat militer kehormatan (tituler) Letnan Jenderal dari Presiden Soekarno[5]. Kedudukannya itu menjadikan ia sering diajak mendampingi Presiden Soekarno meninjau ke beberapa medan pertempuran. Tanggal 12-13 Oktober 1945, Pakubuwana XII sendiri bahkan ikut serta menyerbu markas Kenpetai di Kemlayan. Ia juga berkenan ikut melakukan penyerbuan ke markas Kenpetai di Timuran. Sewaktu melakukan penyerbuan ke markas Kido Butai di daerah Mangkubumen, Pakubuwana XII juga menyempatkan berangkat bersama anggota KNI dan berhasil kembali dengan selamat.
Belanda yang tidak merelakan kemerdekaan Indonesia berusaha merebut kembali negeri ini dengan kekerasan. Pada bulan Januari 1946 ibu kota Indonesia terpaksa pindah ke Yogyakarta karena Jakarta jatuh ke tangan Belanda. Pemerintahan Indonesia saat itu dipegang oleh Sutan Syahrir sebagai perdana menteri, selain Presiden Soekarno selaku kepala negara. Sebagaimana umumnya pemerintahan suatu negara, muncul golongan oposisi yang tidak mendukung sistem pemerintahan Perdana Menteri Sutan Syahrir, misalnya kelompok Jenderal Sudirman.
Serangan Umum Surakarta
Sekitar 5 Agustus 1949 sempat terjadi perundingan antara Belanda dengan Keraton, namun sesungguhnya pertemuan itu tidak lebih merupakan taktik pendekatan sebagai bagian dari kegiatan sandi TNI guna mengetahui strategi musuh. Hal ini dapat dijelaskan dari dokumen Gubernur Militer TNI yang mengatur tentang mekanisme hubungan Kasunanan dan Mangkunegaran melalui perwira teritorial (P.T.) Mayor Achmadi selaku Komandan Daerah Teritorial Militer (Cdt.Mil) kota yang termuat dalam Surat Keputusan Gubernur Militer Istimewa II No.23/G.M./49 yang dikeluarkan pada tanggal 27 April 1949. Surat Keputusan tersebut menetapkan bahwa
- Cdt. Mil. Kota Surakarta sebagai satu-satunya instansi yang bernama G.M.SSPM./Div.II berhubungan dengan kedua Raja di Surakarta mengenai urusan Daerah Istimewa (politik)
- Semua instansi baik Mil. maupun Civiel yang hendak berhubungan dengan kedua Raja tersebut diwajibkan melalui dan dengan sepengetahuan Pt.Cdt. Mil. Kota Surakarta yang memberikan laporan-laporan kepada G.M.SSPM./Div.II[6]
Dibekukannya Daerah Istimewa Surakarta
Karena Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan, secara otomatis Surakarta yang merupakan saingan lama menjadi pusat oposisi. Kaum radikal bernama Barisan Banteng yang dipimpin Dr. Muwardi dengan berani menculik Pakubuwana XII dan Sutan Syahrir sebagai bentuk protes terhadap pemerintah Indonesia[7]
Barisan Banteng berhasil menguasai Surakarta sedangkan pemerintah Indonesia tidak menumpasnya karena pembelaan Jenderal Sudirman. Bahkan, Jenderal Sudirman juga berhasil mendesak pemerintah sehingga membekukan status daerah istimewa yang disandang Surakarta.[8] Sejak tanggal 1 Juni 1946 Kesunanan Surakarta hanya berstatus karesidenan yang menjadi bagian wilayah provinsi Jawa Tengah. Pemerintahan dipegang oleh kaum sipil, sedangkan kedudukan Pakubuwana XII berubah menjadi sebagai simbol dan pemangku adat Surakarta.
Usaha mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
Pakubuwana XII juga ikut berjuang bersama rakyat mempertahankan Kemerdekaan Indonesia karena ia menyadari kedudukannya sebagai tokoh masyarakat adat terlebih dirinya adalah seorang Letnan Jenderal (tituler) TKR. Maka Pakubuwana XII bertekad untuk ikut berjuang, salah satunya adalah dengan memberikan asset keraton Surakarta, untuk mendukung kebutuhan perjuangan nasional. Pakubuwana XII juga banyak memberikan asset-asset dan inventaris baik barang maupun keuangan dalam mensuplai kebutuhan logistik dan dana, serta berbagai macam persenjataan. Hampir seluruh kekayaan keraton diberikan tanpa sisa untuk kepentingan perjuangan nasional.[9]
Ketika Agresi Militer Belanda II pecah, ia berulangkali mendampingi Presiden Soekarno melihat front pertempuran di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain mendampingi Presiden Soekarno dalam melakukan inspeksi ke berbagai garis depan pertempuran, Pakubuwana XII juga kerap bersinergi dan berkonsolidasi dengan pimpinan TKR di wilayah Surakarta seperti Kolonel Gatot Subroto pada masa masa Agresi Militer Belanda II. Ia juga salah satu tokoh penyusun strategi dan kekuatan, bersama dengan Letnan Kolonel Slamet Riyadi, dan Mayor Achmadi Hadisoemarto dalam memimpin prajurit TKR pada Serangan Umum 4 Hari Surakarta pada tahun 1949. Pakubuwana XII juga banyak membantu membebaskan sejumlah besar pegawai RI dan Tentara Pelajar (TP) yang semula menjadi tawanan politik maupun tawanan perang Belanda.
Tidak berhenti di situ, Pakubuwana XII juga melibatkan dirinya menjadi salah satu pendamping delegasi Indonesia di Konferensi Meja Bundar di Den Haag.[10]
Era Kemerdekaan
Pada awal pemerintahannya, Pakubuwana XII dinilai gagal mengambil peran penting dan memanfaatkan situasi politik Republik Indonesia, sehingga pamornya di mata rakyat kalah dibanding Hamengkubuwana IX di Yogyakarta.
Sebenarnya Pakubuwana XII sudah berusaha untuk mengembalikan status Daerah Istimewa Surakarta. Pada 15 Januari 1952 Pakubuwana XII pernah memberi penjelasan tentang Wilayah Swapraja Surakarta secara panjang lebar pada Dewan Menteri di Jakarta, dalam kesempatan ini ia menjelaskan bahwa Pemerintah Swapraja tidak mampu mengatasi gejolak dan rongrongan yang disertai ancaman bersenjata, sementara Pemerintah Swapraja sendiri tidak mempunyai alat kekuasaan. Namun usaha itu tersendat-sendat karena tak kunjung menemui titik temu. Pada tahun 1954, akhirnya Pakubuwana XII sendiri memutuskan untuk meninggalkan keraton guna menempuh pendidikan di Jakarta. Ia menunjuk KGPH. Kusumayudha, pamannya, sebagai wakil sementara di keraton.[11]
Pada masa pemerintahannya, terjadi dua kali musibah yang melanda Keraton Surakarta. Pada tanggal 19 November 1954, bangunan tertinggi di kompleks keraton, yaitu Panggung Sangga Buwana, mengalami kebakaran yang menghancurkan sebagian besar bangunan termasuk atap dan hiasan di puncak bangunan. Selanjutnya pada tanggal 31 Januari 1985, di malam Jumat Wage, kompleks inti keraton terbakar pada pukul 21.00 WIB. Kebakaran terjadi di bangunan Sasana Parasdya, Sasana Sewaka, Sasana Handrawina, Dalem Ageng Prabasuyasa, Dayinta, dan Paningrat. Seluruh bangunan termasuk segala isi dan perabotannya tersebut musnah dilalap api.[12]
Akhirnya, pada tanggal 5 Februari 1985, Pakubuwana XII melapor kepada Presiden Soeharto atas musibah yang melanda Keraton Surakarta. Presiden Soeharto pun menindaklanjuti dengan membentuk Panitia 13 guna mengemban tugas untuk melaksanakan rehabilitasi keraton. KRT. Harjanagara, budayawan nasional sekaligus sahabat Pakubuwana XII, termasuk dalam jajaran Panitia 13 ini. Keraton Surakarta berhasil pulih setelah mendapat dana 4 miliar rupiah dari pemerintah pusat, dan pembangunan kembali kompleks inti keraton dapat diselesaikan dan diresmikan pada tahun 1987.
Mendapat Medali Penghargaan Angkatan 45
Pada 26 September 1995, lima puluh tahun setelah kemerdekaan Indonesia, berdasarkan SK No. 70/SKEP/IX/1995, Pakubuwana XII mendapat pemberian Penghargaan dan Medali Perjuangan Angkatan '45 dari pemerintah pusat. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk penghormatan kepada Pakubuwana XII yang pada masa awal kemerdekaan merupakan raja pertama di Indonesia yang menyatakan setia dan berdiri di belakang pemerintah republik. Pakubuwana XII juga secara sukarela menyumbangkan sebagian kekayaan pribadinya maupun kekayaan Keraton Surakarta kepada pemerintah pusat saat itu.[13]
Meskipun pada awal pemerintahannya Pakubuwana XII dapat dikatakan kurang berhasil secara politik, tetapi Pakubuwana XII tetap menjadi sosok figur pelindung kebudayaan Jawa. Pada zaman reformasi, para tokoh nasional, seperti Presiden Abdurrahman Wahid, tetap menghormatinya sebagai salah satu sesepuh tanah Jawa.[14]
Mangkat
Pada pertengahan tahun 2004, Pakubuwana XII mengalami koma dan menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Panti Kosala Dr. Oen Surakarta. Akhirnya pada tanggal 11 Juni 2004, Pakubuwana XII dinyatakan wafat.[15] Wafatnya Pakubuwana XII bersamaan dengan keramaian kampanye Pemilihan Umum Presiden di Surakarta. Sepeninggalnya sempat terjadi perebutan takhta antara KGPH. Hangabehi dangan KGPH. Tejowulan, yang masing-masing menyatakan diri sebagai Pakubuwana XIII.
Kehidupan Pribadi
Silsilah
- Anak laki-laki pertama dari Susuhunan Pakubuwana XI dan permaisuri GKR. Pakubuwana, atau anak terakhir dari kesebelas putra-putri Susuhunan Pakubuwana XI.
- Memiliki enam istri:[11]
- KRAy. Mandayaningrum
- KRAy. Rogasmara
- KRAy. Pradapaningrum
- KRAy. Kusumaningrum
- KRAy. Retnadiningrum
- KRAy. Pujaningrum
- Memiliki lima belas putra dan dua puluh putri:[11]
- GRAy. Koes Handawiyah/GKR. Alit
- GRM. Surya Partana/KGPH. Hangabehi (naik takhta sebagai Susuhunan Pakubuwana XIII)
- GRM. Surya Suprapta/KGPH. Hadi Prabawa
- GRAy. Koes Supiyah/GKR. Galuh Kencana
- GRM. Suryana/KGPH. Puspa Hadikusuma
- GRAy. Koes Rahmaniyah
- GRAy. Koes Saparniyah
- GRAy. Koes Handariyah/GKR. Sekar Kencana
- GRAy. Koes Kristiyah
- GRAy. Koes Sapardiyah
- GRAy. Koes Raspiyah
- GRM. Surya Susena/KGPH. Kusumayudha
- GRAy. Koes Sutriyah
- GRAy. Koes Isbandiyah/GKR. Retna Dumilah
- GRM. Surya Suteja/KGPH. Panembahan Agung Tejawulan
- GRM. Surya Bandana/KGPH. Puger
- GRAy. Koes Partinah
- GRM. Surya Suparta/KGPH. Dipakusuma
- GRM. Surya Sarasa
- GRM. Surya Bandriya/KGPH. Benawa
- GRAy. Koes Niyah
- GRM. Surya Sudhira/GPH. Natakusuma
- GRM. Surya Suharsa/GPH. Madukusuma
- GRM. Surya Sudarsana/GPH. Wijaya Sudarsana
- GRAy. Koes Murtiyah/GKR. Wandansari
- GRAy. Koes Sabandiyah
- GRAy. Koes Triniyah
- GRAy. Koes Indriyah/GKR. Ayu
- GRM. Surya Sutrisna/GPH. Surya Wicaksana
- GRM. Nur Muhammad/GPH. Cahyaningrat
- GRAy. Koes Suwiyah
- GRAy. Koes Ismaniyah
- GRAy. Koes Samsiyah
- GRAy. Koes Saparsiyah
- GRM. Surya Wahana/GPH. Surya Mataram
Galeri
-
Pakubuwono XII menghadiri prosesi penyerahan Karesidenan Surakarta oleh Belanda pada 12 November 1949 pasca Serangan Umum Empat Hari
-
Pakubuwana XII menghadiri prosesi penyerahan Karesidenan Surakarta oleh Belanda pasca Serangan Umum Surakarta tahun 1949
-
Kedatangan Susuhunan Pakubuwana XII, Adipati Mangkunegara VIII dan Perdana Menteri Mohammad Hatta di Belanda dalam rangka mengikuti Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949
-
Pakubuwana XII ikut dalam rombongan Presiden Soekarno saat sowan ke Ibunda Soekarno yakni Ida Ayu Nyoman Rai
Penghargaan
- Letnan Jenderal Tituler
- Satyalancana Perang Kemerdekaan I pada 17 Agustus 1958
- Satyalancana Perang Kemerdekaan II pada 17 Agustus 1958
- Penghargaan atas Darma Bakti Pembinaan Angkatan Perang RI yang dikeluarkan Presiden Soekarno pada 5 Oktober 1958
- Tanda Jasa Pahlawan dalam Perjuangan Gerilya Membela Kemerdekaan yang dikeluarkan Presiden Soekarno pada 10 November 1958
- Mendapat Kartu Tanda Veteran Perjuangan RI pada 8 Juni 1968
- Knight Grand Cross of the Order of Orange-Nassau (1997)[16]
- Rekor MURI: Raja Pertama yang Mendukung dan Mengakui Kemerdekaan Indonesia (2023) [17]
Kepustakaan
- M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
- Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
Pranala luar
- (Indonesia) Biografi Sri Susuhunan Pakubuwono XII (1925-2004) [1]
Referensi
- ^ Ningsih, Widya Lestari (5 Februari 2023). "Sri Susuhunan Pakubuwono XII, Pernah Diculik Barisan Banteng". Kompas.com. Diakses tanggal 12 Maret 2024.
- ^ Ningsih, Widya Lestari (5 Februari 2023). "Sri Susuhunan Pakubuwono XII, Pernah Diculik Barisan Banteng". Kompas.com. Diakses tanggal 12 Maret 2024.
- ^ "Ada Upacara Adat dan Militer di Pemakaman PB XII". detiknews. 12 Juni 2024. Diakses tanggal 26 Februari 2004.
- ^ Selain pangkat tituler, PB XII juga pernah mengikuti dinas kemiliteran dan lulus dari Sesko tahun 1963. Pangkat efektif PB XII yang terakhir adalah Kolonel.[3]
- ^ Ricky, Mariyana (10 Desember 2022). "Paku Buwono X & XII serta Mangkunegara VII & VIII Pernah Diberi Gelar Tituler". Solo Pos. Diakses tanggal 12 Maret 2024.
- ^ Sasono, MA (2017). "PERAN SRI SUSUHUNAN PAKUBUWONO XII DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA (1945-1949)". Risalah. 4: 711–725. Diakses tanggal 21 Maret 2024. line feed character di
|title=
pada posisi 42 (bantuan) - ^ Ricklefs, Merle Calvin (April 2005). Sejarah Indonesia Modern (1200-2004). Serambi Ilmu Semesta. hlm. 440–447. ISBN 979-16-0012-0..
- ^ Gie, Liang: "Pertumbuhan pemerintah daerah di Indonesia", halaman 232. Liberty, 1993
- ^ Setiadi, B. Had:Raja di Alam Republik: Keraton Kasunanan Surakarta dan Pakubuwono XII” halaman 56, Bina Rena Pariwara, 2000
- ^ Setiadi, B. Hadi:Raja di Alam Republik: Keraton Kasunanan Surakarta dan Pakubuwono XII” halaman 105, Bina Rena Pariwara, 2000
- ^ a b c The Surakarta Dynasty: GENEALOGY. dari situs The Royal Ark
- ^ "Paku Buwono - Keraton Surakarta". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-15. Diakses tanggal 2020-04-13.
- ^ Nugroho, Sus Yuto (23 Maret 2021). "Pakubowono XII Raja di Alam Republik". Klik7tv. Diakses tanggal 12 Maret 2024.
- ^ Abdurrahman Wahid: Keraton dan Perjalanan Budayanya. Diarsipkan 2020-07-14 di Wayback Machine. dari situs Santri Gus Dur - Komunitas Pemikiran Gusdur
- ^ Solo: Paku Buwono XII Mangkat. dari situs Liputan6.com
- ^ Bina Rena Pariwara, Indonesia (2001). Raja di alam republik Keraton Kasunanan Surakarta dan Paku Buwono XII. Indonesia: Bram Setiadi, Qomarul Hadi, Danang Suryo Tri Handayani. hlm. 97. line feed character di
|title=
pada posisi 22 (bantuan) - ^ "Maklumat PB XII 1 September 1945, Bagian Penting Eksistensi NKRI (seri 1 – bersambung)". IMNews. 4 September 2023. Diakses tanggal 31 Agustus 2024.
Lihat pula
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Jabatan Baru |
Kepala Daerah Istimewa Surakarta 1945–1946 |
Diteruskan oleh: Jabatan Dihapus |
Gelar kebangsawanan | ||
Didahului oleh: Susuhunan Pakubuwana XI |
Susuhunan Surakarta 1945–2004 |
Diteruskan oleh: Susuhunan Pakubuwana XIII |
|}