Lompat ke isi

Kabupaten Karawang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
menambah refrensi penyebaran islam, kaitan karawang masa kekuasaan cirebon, uu pemekaran wilayah tahun 1948, 1950 dan 1968
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 12: Baris 12:
| bahasa= [[Bahasa Indonesia|Indonesia]], [[Bahasa Sunda|Sunda]], [[Bahasa Cirebon|Bahasa Cirebon]] (dengan beragam dialek, Bahasa Cirebon dialek Cilamaya menjadi dialek khas wilayah Pesisir Karawang),[[Bahasa Betawi]] (termasuk dialek Bekasi) Penyebarannya terpusat disekitar Kecamatan Tirtajaya dan Batujaya. <ref>Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003</ref><ref>Peta Budaya Provinsi Jawa Barat Tahun 2011</ref>
| bahasa= [[Bahasa Indonesia|Indonesia]], [[Bahasa Sunda|Sunda]], [[Bahasa Cirebon|Bahasa Cirebon]] (dengan beragam dialek, Bahasa Cirebon dialek Cilamaya menjadi dialek khas wilayah Pesisir Karawang),[[Bahasa Betawi]] (termasuk dialek Bekasi) Penyebarannya terpusat disekitar Kecamatan Tirtajaya dan Batujaya. <ref>Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003</ref><ref>Peta Budaya Provinsi Jawa Barat Tahun 2011</ref>
| kodearea=0267, 0264 (Khusus Wilayah Eks-Kawedanan Cikampek)
| kodearea=0267, 0264 (Khusus Wilayah Eks-Kawedanan Cikampek)
| dau = Rp. 1.134.530.200.000.-
| dau = Rp1.134.530.200.000.-
| dauref = (2013)<ref>{{cite web|url=http://www.djpk.depkeu.go.id/regulation/27/tahun/2013/bulan/02/tanggal/04/id/873/|title=Perpres No. 10 Tahun 2013|date=2013-02-04|accessdate=2013-02-15}}</ref>
| dauref = (2013)<ref>{{cite web|url=http://www.djpk.depkeu.go.id/regulation/27/tahun/2013/bulan/02/tanggal/04/id/873/|title=Perpres No. 10 Tahun 2013|date=2013-02-04|accessdate=2013-02-15}}</ref>
| lambang= [[Berkas:Lambang Kabupaten Karawang.png|113px|Lambang Kabupaten Karawang]]
| lambang= [[Berkas:Lambang Kabupaten Karawang.png|113px|Lambang Kabupaten Karawang]]
Baris 50: Baris 50:
R. Tjetjep Soepriadi dalam buku ''Sejarah Karawang''{{cn}} berspekulasi tentang asal-muasal kata ''karawang'', pertama kemungkinan berasal dari kata ''karawaan'' yang mengandung arti bahwa daerah ini terdapat "banyak rawa", dibuktikan dengan banyaknya daerah yang menggunakan kata rawa di depannya seperti, [[Rawa Gabus]], [[Rawa Monyet]], [[Rawa Merta]] dan lain-lain; selain itu berasal dari kata [[kera]] dan [[uang]] yang mengandung arti bahwa daerah ini dulunya merupakan habitat binatang sejenis monyet yang kemudian berubah menjadi kota yang menghasilkan uang; serta istilah serapan yang berasal dari [[bahasa Belanda]] seperti ''[[:nl:Caravan (aanhangwagen)|caravan]]'' dan lainnya.
R. Tjetjep Soepriadi dalam buku ''Sejarah Karawang''{{cn}} berspekulasi tentang asal-muasal kata ''karawang'', pertama kemungkinan berasal dari kata ''karawaan'' yang mengandung arti bahwa daerah ini terdapat "banyak rawa", dibuktikan dengan banyaknya daerah yang menggunakan kata rawa di depannya seperti, [[Rawa Gabus]], [[Rawa Monyet]], [[Rawa Merta]] dan lain-lain; selain itu berasal dari kata [[kera]] dan [[uang]] yang mengandung arti bahwa daerah ini dulunya merupakan habitat binatang sejenis monyet yang kemudian berubah menjadi kota yang menghasilkan uang; serta istilah serapan yang berasal dari [[bahasa Belanda]] seperti ''[[:nl:Caravan (aanhangwagen)|caravan]]'' dan lainnya.


=== Pemukiman Awal ===
=== Pemukiman awal ===


Wilayah Karawang sudah sejak lama dihuni manusia. Peninggalan [[Situs Batujaya]] dan [[Situs Cibuaya]] yang luas menunjukkan pemukiman pada awal masa moderen yang mungkin mendahului masa Kerajaan [[Tarumanagara]]. Penduduk Karawang semula beragama [[Hindu]] dan [[Budha]] dan wilayah ini berada di bawah kekuasaan [[Kerajaan Sunda]].
Wilayah Karawang sudah sejak lama dihuni manusia. Peninggalan [[Situs Batujaya]] dan [[Situs Cibuaya]] yang luas menunjukkan pemukiman pada awal masa moderen yang mungkin mendahului masa Kerajaan [[Tarumanagara]]. Penduduk Karawang semula beragama [[Hindu]] dan [[Budha]] dan wilayah ini berada di bawah kekuasaan [[Kerajaan Sunda]].
Baris 56: Baris 56:
==== Penyebaran Islam ====
==== Penyebaran Islam ====


Agama [[Islam]] mulai dipeluk masyarakat setempat, pada masa Kerajaan Sunda, setelah seorang [[patron]] bernama [[Syekh]] [[Hasanudin bin Yusuf Idofi]], konon dari [[Makkah]], yang terkenal dengan sebutan "Syekh Quro", Syekh Quro merupakan seorang utusan Raja Campa yang mengikuti pelayaran persahabatan ke [[Majaphit]] dari Dinasti Ming yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho ''(Kapal Laksamana Cheng Ho tercatat mendarat di Pelabuhan Muara Jati, Kerajaan Singapura (cikal bakal [[Kesultanan Cirebon]] pada tahun 1415<ref>Yuanzhi Kong, Hembing Wijayakusuma. 2011. Muslim Tionghoa Cheng Ho: misteri perjalanan muhibah di Nusantara. : Yayasan Obor Indonesia. </ref>.)'', ketika kapal sudah berada di Pura, Karawang, Syekh Quro beserta pengikutnya turun dan tinggal untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Pura dan kemudian menikah dengan Putri Ki Gede Karawang yang bernama Ratna sondari<ref>[http://www.westjavakingdom.info/2011/07/kerajaan-pura.html]|Kerajaan Pura</ref> dan meluaskan pengajarannya hingga ke wilayah ''Pura Dalem (Pedalaman Pura)'' kemudian mendirikan pesantren di Desa Pulo Kelapa ''(sekarang masuk kecamatan Lemah Abang, [[Kabupaten Karawang]])''
Agama [[Islam]] mulai dianut masyarakat setempat pada masa Kerajaan Sunda, setelah seorang [[patron]] bernama [[Syekh]] [[Hasanudin bin Yusuf Idofi]], konon dari [[Makkah]], yang terkenal dengan sebutan "Syekh Quro", Syekh Quro merupakan seorang utusan Raja Campa yang mengikuti pelayaran persahabatan ke [[Majaphit]] dari Dinasti Ming yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho ''(Kapal Laksamana Cheng Ho tercatat mendarat di Pelabuhan Muara Jati, Kerajaan Singapura (cikal bakal [[Kesultanan Cirebon]] pada tahun 1415<ref>Yuanzhi Kong, Hembing Wijayakusuma. 2011. Muslim Tionghoa Cheng Ho: misteri perjalanan muhibah di Nusantara. : Yayasan Obor Indonesia. </ref>.)'', ketika kapal sudah berada di Pura, Karawang, Syekh Quro beserta pengikutnya turun dan tinggal untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Pura dan kemudian menikah dengan Putri Ki Gede Karawang yang bernama Ratna sondari<ref>[http://www.westjavakingdom.info/2011/07/kerajaan-pura.html]|Kerajaan Pura</ref> dan meluaskan pengajarannya hingga ke wilayah ''Pura Dalem (Pedalaman Pura)'' kemudian mendirikan pesantren di Desa Pulo Kelapa ''(sekarang masuk kecamatan Lemah Abang, [[Kabupaten Karawang]])''


Dari Pernikahannya dengan Ratna Sondari, Syekh Quro memiliki seorang anak yang diberi nama ''Ahmad'', Ahmad inilah yang kemudian dikenal dengan nama Syekh Ahmad ''(Penghulu Pertama di Karawang)'', Syekh Ahmad pernah diperintahkan oleh ayahnya untuk membantu Syekh Nur Jati di Pesambangan ''(sekarang masuk wilayah kecamatan Gunung Jati, [[Kabupaten Cirebon]])''.
Dari pernikahannya dengan Ratna Sondari, Syekh Quro memiliki seorang anak yang diberi nama ''Ahmad'', Ahmad inilah yang kemudian dikenal dengan nama Syekh Ahmad ''(Penghulu Pertama di Karawang)'', Syekh Ahmad pernah diperintahkan oleh ayahnya untuk membantu Syekh Nur Jati di Pesambangan ''(sekarang masuk wilayah kecamatan Gunung Jati, [[Kabupaten Cirebon]])''.


===== Hubungan Penyebaran Islam di Karawang dengan Kesultanan Cirebon<ref>[www.iaincirebon.ac.id/inv01/?menu=snj]|Sumur Jalatunda - IAIN Syekh Nurjati</ref>. =====
===== Hubungan penyebaran Islam di Karawang dengan Kesultanan Cirebon =====


Puteri Ki Gede Karawang yaitu Ratna sondari memberikan sumbangan hartanya untuk mendirikan sebuah masjid di Gunung Sembung (letaknya berdekatan dengan Gunung Jati) atau dikenal dengan sebutan ''(Nur Giri Cipta Rengga)'' yang bernama Masjid Dog Jumeneng atau Masjid Sang Saka Ratu, yang sampai sekarang masih digunakan dan terawat baik.
Puteri Ki Gede Karawang yaitu Ratna sondari memberikan sumbangan hartanya untuk mendirikan sebuah masjid di Gunung Sembung (letaknya berdekatan dengan Gunung Jati) atau dikenal dengan sebutan ''(Nur Giri Cipta Rengga)'' yang bernama Masjid Dog Jumeneng atau Masjid Sang Saka Ratu, yang sampai sekarang masih digunakan dan terawat baik.<ref>[www.iaincirebon.ac.id/inv01/?menu=snj]|Sumur Jalatunda - IAIN Syekh Nurjati</ref>


Syekh Ahmad ''(Anak Syekh Quro dengan Ratna sondari)'' kemudian berkeluarga dan memiliki seorang putera bernama Musanudin, Musanudin inilah yang kemudian menjadi ''Lebai'' di [[Kesultanan Cirebon]] dan memimpim Masjid Agung Sang Cipta Rasa pada masa kepemimpinan Sunan Gunung Jati
Syekh Ahmad ''(Anak Syekh Quro dengan Ratna sondari)'' kemudian berkeluarga dan memiliki seorang putera bernama Musanudin, Musanudin inilah yang kemudian menjadi ''Lebai'' di [[Kesultanan Cirebon]] dan memimpim Masjid Agung Sang Cipta Rasa pada masa kepemimpinan Sunan Gunung Jati
Baris 68: Baris 68:
Pengangkatan juru kunci di situs makam Syekh Quro dikuatkan oleh pihak [[Keraton Kanoman|Keraton Kanoman, Cirebon]].
Pengangkatan juru kunci di situs makam Syekh Quro dikuatkan oleh pihak [[Keraton Kanoman|Keraton Kanoman, Cirebon]].


Syekh Quro memberikan ajaran yang kemudian dilanjutkan oleh murid-murid [[Wali Songo|Wali Sanga]]. Makam Syeikh Quro terletak di Pulobata, Kecamatan [[Lemahabang, Karawang]].
Syekh Quro memberikan ajaran yang kemudian dilanjutkan oleh murid-murid [[Wali Songo|Wali Sanga]]. Makam Syeikh Quro terletak di Pulobata, [[Lemahabang, Karawang|Kecamatan Lemahabang]].


==== Masa Kekuasaan Kesultanan Cirebon ====
==== Masa kekuasaan Kesultanan Cirebon ====


Setelah Kerajaan Sunda runtuh maka wilayah antara sungai Angke dan sungai Cipunegara terbagi dua. Menurut ''[[Carita Sajarah Banten]]'', [[Sunan Gunung Jati]] pada abad ke 15<ref>[http://www.citarum.org]|Sungai Citarum Sekilas Sejarah, Banjir: Dulu hingga Sekarang, Menuju Tujuan Bersama</ref> membagi wilayah antara sungai Angke dan sungai Cipunegara menjadi dua bagian dengan sungai Citarum sebagai pembatasnya, sebelah timur sungai Citarum hingga sungai Cipunegara masuk wilayah [[Kesultanan Cirebon]] yang sekarang menjadi [[Kabupaten Karawang]], [[Kabupaten Purwakarta]] dan [[Kabupaten Subang]] dan sebelah barat sungai Citarum hingga sungai Angke menjadi wilayah bawahan [[Kesultanan Banten]] dengan nama ''Jayakarta''.<ref>Perang, Dagang, Persahabatan: Surat-surat Sultan Banten, Titik Pudjiastuti, Buku Obor, Jakarta, 2007</ref><ref>[http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1243/Jayakarta]|jayakarta</ref>.
Setelah Kerajaan Sunda runtuh maka wilayah antara sungai Angke dan sungai Cipunegara terbagi dua. Menurut ''[[Carita Sajarah Banten]]'', [[Sunan Gunung Jati]] pada abad ke 15<ref>[http://www.citarum.org]|Sungai Citarum Sekilas Sejarah, Banjir: Dulu hingga Sekarang, Menuju Tujuan Bersama</ref> membagi wilayah antara sungai Angke dan sungai Cipunegara menjadi dua bagian dengan sungai Citarum sebagai pembatasnya, sebelah timur sungai Citarum hingga sungai Cipunegara masuk wilayah [[Kesultanan Cirebon]] yang sekarang menjadi [[Kabupaten Karawang]], [[Kabupaten Purwakarta]] dan [[Kabupaten Subang]] dan sebelah barat sungai Citarum hingga sungai Angke menjadi wilayah bawahan [[Kesultanan Banten]] dengan nama ''Jayakarta''.<ref>Perang, Dagang, Persahabatan: Surat-surat Sultan Banten, Titik Pudjiastuti, Buku Obor, Jakarta, 2007</ref><ref>[http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1243/Jayakarta]|jayakarta</ref>.


=== Pemerintahan Mandiri ===
=== Pemerintahan mandiri ===
Sebagai suatu daerah berpemerintahan sendiri tampaknya dimulai semenjak Karawang diduduki oleh [[Kesultanan Mataram]], di bawah pimpinan [[Wiraperbangsa]] dari [[Sumedang Larang]] tahun 1632. Kesuksesannya menempatkannya sebagai wedana pertama dengan gelar Adipati Kertabumi III. Semenjak masa ini, sistem pertanian melalui pengairan [[irigasi]] mulai dikembangkan di Karawang dan perlahan-lahan daerah ini menjadi daerah pusat penghasil [[beras]] utama di [[Pulau Jawa]] hingga akhir abad ke-20.
Sebagai suatu daerah berpemerintahan sendiri tampaknya dimulai semenjak Karawang diduduki oleh [[Kesultanan Mataram]], di bawah pimpinan [[Wiraperbangsa]] dari [[Sumedang Larang]] tahun 1632. Kesuksesannya menempatkannya sebagai wedana pertama dengan gelar Adipati Kertabumi III. Semenjak masa ini, sistem pertanian melalui pengairan [[irigasi]] mulai dikembangkan di Karawang dan perlahan-lahan daerah ini menjadi daerah pusat penghasil [[beras]] utama di [[Pulau Jawa]] hingga akhir abad ke-20.


Baris 80: Baris 80:
R. Martanegara (R. Singanagara dengan gelar R. A Panatayuda III) 1731-1752, R. Mohamad Soleh (gelar R. A Panatayuda IV) 1752-1786. Pada rentang ini terjadi peralihan penguasa dari Mataram kepada [[VOC]] (Belanda).
R. Martanegara (R. Singanagara dengan gelar R. A Panatayuda III) 1731-1752, R. Mohamad Soleh (gelar R. A Panatayuda IV) 1752-1786. Pada rentang ini terjadi peralihan penguasa dari Mataram kepada [[VOC]] (Belanda).


=== Menjelang Kemerdekaan ===
=== Menjelang kemerdekaan ===
Pada masa menjelang Kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Karawang menyimpan banyak catatan sejarah. [[Rengasdengklok, Karawang|Rengasdengklok]] merupakan tempat disembunyikannya [[Soekarno]] dan [[Mohammad Hatta|Hatta]] oleh para pemuda Indonesia untuk secepatnya merumuskan naskah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] pada tanggal [[16 Agustus 1945]].
Pada masa menjelang Kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Karawang menyimpan banyak catatan sejarah. [[Rengasdengklok, Karawang|Rengasdengklok]] merupakan tempat disembunyikannya [[Soekarno]] dan [[Mohammad Hatta|Hatta]] oleh para pemuda Indonesia untuk secepatnya merumuskan naskah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] pada tanggal [[16 Agustus 1945]].


Baris 87: Baris 87:
Kecamatan [[Rengasdengklok, Karawang|Rengasdengklok]] adalah daerah pertama milik Republik Indonesia yang gagah berani mengibarkan bendera Merah Putih sebelum Proklamasi kemerdekaan Indonesia di Gaungkan.{{fact}} Oleh karena itu selain dikenal dengan sebutan [[Lumbung Padi]] Karawang juga sering disebut sebagai Kota Pangkal Perjuangan. Di Rengasdengklok didirikan sebuah monumen yang dibangun oleh masyarakat sekitar, kemudian pada masa pemerintahan [[Megawati]] didirikan Tugu Kebulatan Tekad untuk mengenang sejarah Republik Indonesia.
Kecamatan [[Rengasdengklok, Karawang|Rengasdengklok]] adalah daerah pertama milik Republik Indonesia yang gagah berani mengibarkan bendera Merah Putih sebelum Proklamasi kemerdekaan Indonesia di Gaungkan.{{fact}} Oleh karena itu selain dikenal dengan sebutan [[Lumbung Padi]] Karawang juga sering disebut sebagai Kota Pangkal Perjuangan. Di Rengasdengklok didirikan sebuah monumen yang dibangun oleh masyarakat sekitar, kemudian pada masa pemerintahan [[Megawati]] didirikan Tugu Kebulatan Tekad untuk mengenang sejarah Republik Indonesia.


=== Setelah Kemerdekaan ===
=== Setelah kemerdekaan ===


Wilayah Karawang pada masa lalu ''(hasil pembagian oleh Sunan Gunung Jati pada abad ke 15)'' kemudian dipecah menjadi dua bagian pada masa perang kemerdekaan sekitar tahun 1948 dengan sungai Citarum dan sungai Cilamaya menjadi pembatasnya, wilayah Kabupaten Karawang Barat meliputi wilayah [[Kabupaten Karawang]] sekarang ditambah desa-desa di sebelah barat Citarum yaitu desa-desa Sukasari dan Kertamanah dengan ibukota di kecamatan Karawang, sementara Kabupaten Karawang Timur meliputi wilayah [[Kabupaten Purwakarta]] dikurangi desa-desa di kecamatan Sukasari (yang dahulu masih bagian dari Kabupaten Karawang) dan [[Kabupaten Subang]] dengan ibukota di kecamatan Subang. <ref>Surat Keputusan DPRD Kabupaten Subang - DPRD No.: 01/SK/DPRD/1977</ref>.
Wilayah Karawang pada masa lalu ''(hasil pembagian oleh Sunan Gunung Jati pada abad ke 15)'' kemudian dipecah menjadi dua bagian pada masa perang kemerdekaan sekitar tahun 1948 dengan sungai Citarum dan sungai Cilamaya menjadi pembatasnya, wilayah Kabupaten Karawang Barat meliputi wilayah [[Kabupaten Karawang]] sekarang ditambah desa-desa di sebelah barat Citarum yaitu desa-desa Sukasari dan Kertamanah dengan ibukota di kecamatan Karawang, sementara Kabupaten Karawang Timur meliputi wilayah [[Kabupaten Purwakarta]] dikurangi desa-desa di kecamatan Sukasari (yang dahulu masih bagian dari Kabupaten Karawang) dan [[Kabupaten Subang]] dengan ibukota di kecamatan Subang. <ref>Surat Keputusan DPRD Kabupaten Subang - DPRD No.: 01/SK/DPRD/1977</ref>.
Baris 94: Baris 94:


Pada tahun 1968 terjadi pemekaran wilayah Kabupaten Purwakarta yang sebelumnya bernama Kabupaten Karawang Timur menjadi [[Kabupaten Subang]] dengan ibukota di kecamatan Subang dan [[Kabupaten Purwakarta]] dengan ibukota di kecamatan Purwakarta, karena pada tahun yang sama berlangsung proyek besar bendungan Ir. Djuanda atau yang dikenal dengan nama Bendungan Jatiluhur maka pemerintah pusat pada masa itu merasa perlu untuk menyatukan wilayah waduk Jatiluhur ke dalam satu wilayah kerja yang akhirnya diputuskan dimasukan ke dalam wilayah Kabupaten Purwakarta sehingga pada tahun 1968 wilayah Kabupaten Krawang harus melepaskan desa-desa yang berada disebelah barat sungai Citarum yang masuk dalam proyek besar bendungan Ir. Djuanda atau Bendungan Jatiluhur, desa-desa tersebut adalah desa-desa Sukasari dan Kertamanah yang sekarang masuk dalam kecamatan Sukasari, [[Kabupaten Purwakarta]], sehingga dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1968 maka wilayah Kabupaten Krawang menjadi berkurang dan wilayah inilah yang dikemudian hari disebut sebagai [[Kabupaten Karawang]]<ref>Undang-Undang No. 4 Tahun 1968 - Pembentukan Kabupaten Purwakarta Dan Kabupaten Subang Dengan Mengubah Undang-Undang NO.14 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat</ref>
Pada tahun 1968 terjadi pemekaran wilayah Kabupaten Purwakarta yang sebelumnya bernama Kabupaten Karawang Timur menjadi [[Kabupaten Subang]] dengan ibukota di kecamatan Subang dan [[Kabupaten Purwakarta]] dengan ibukota di kecamatan Purwakarta, karena pada tahun yang sama berlangsung proyek besar bendungan Ir. Djuanda atau yang dikenal dengan nama Bendungan Jatiluhur maka pemerintah pusat pada masa itu merasa perlu untuk menyatukan wilayah waduk Jatiluhur ke dalam satu wilayah kerja yang akhirnya diputuskan dimasukan ke dalam wilayah Kabupaten Purwakarta sehingga pada tahun 1968 wilayah Kabupaten Krawang harus melepaskan desa-desa yang berada disebelah barat sungai Citarum yang masuk dalam proyek besar bendungan Ir. Djuanda atau Bendungan Jatiluhur, desa-desa tersebut adalah desa-desa Sukasari dan Kertamanah yang sekarang masuk dalam kecamatan Sukasari, [[Kabupaten Purwakarta]], sehingga dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1968 maka wilayah Kabupaten Krawang menjadi berkurang dan wilayah inilah yang dikemudian hari disebut sebagai [[Kabupaten Karawang]]<ref>Undang-Undang No. 4 Tahun 1968 - Pembentukan Kabupaten Purwakarta Dan Kabupaten Subang Dengan Mengubah Undang-Undang NO.14 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat</ref>



<gallery widths="120" heights="120px" style="border: 5px solid #a86; box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0,0,0,0.75); -moz-box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0,0,0,0.75); -webkit-box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0,0,0,0.75); border-radius: 0.5em; -moz-border-radius: 0.5em; -webkit-border-radius: 0.5em;">
<gallery widths="120" heights="120px" style="border: 5px solid #a86; box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0,0,0,0.75); -moz-box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0,0,0,0.75); -webkit-box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0,0,0,0.75); border-radius: 0.5em; -moz-border-radius: 0.5em; -webkit-border-radius: 0.5em;">
Baris 137: Baris 136:
</gallery>
</gallery>


;Penduduk menurut jenis kelamin
===Penduduk menurut jenis kelamin===


{| class="wikitable"
{| class="wikitable"
Baris 187: Baris 186:
|}
|}


;Jumlah penduduk, rumah tangga, dan rata-rata penduduk per rumah tangga
===Jumlah penduduk, rumah tangga, dan rata-rata penduduk per rumah tangga===
{| class="wikitable"
{| class="wikitable"
! style="text-align: left;" | Tahun/{{br}}Rincian
! style="text-align: left;" | Tahun/{{br}}Rincian
Baris 256: Baris 255:
</gallery>
</gallery>


==Fauna Identitas==
==Fauna identitas==
Ayam Ciparage adalah ayam khas asli dari Kabupaten Karawang yang merupakan ayam laga legendaris, Karena ayam ini memiliki gaya bertarung yang cepat seperti ayam Birma. Pukulan tajinya akurat dan bertubi-tubi mengarah ke kepala dan leher lawan. Gaya bertarung seperti ini sangat "mematikan" bagi lawan yang ukuran tubuhnya sama. Bahkan, ayam Ciparage seringkali mampu mengalahkan lawan yang lebih besar.
Ayam Ciparage adalah ayam khas asli dari Kabupaten Karawang yang merupakan ayam laga legendaris, Karena ayam ini memiliki gaya bertarung yang cepat seperti ayam Birma. Pukulan tajinya akurat dan bertubi-tubi mengarah ke kepala dan leher lawan. Gaya bertarung seperti ini sangat "mematikan" bagi lawan yang ukuran tubuhnya sama. Bahkan, ayam Ciparage seringkali mampu mengalahkan lawan yang lebih besar.
Ayam Ciparage adalah varietas ayam petarung lokal terbaik asli Indonesia. Ayam ini berasal dari kampung Ciparage, Desa Cilamaya, Kabupaten [[Karawang]] Provinsi [[Jawa Barat]]. Konon ayam Ciparage adalah keturunan dari ayam milik adipati Singaperbangsa yang melegenda.
Ayam Ciparage adalah varietas ayam petarung lokal terbaik asli Indonesia. Ayam ini berasal dari kampung Ciparage, Desa Cilamaya, Kabupaten [[Karawang]] Provinsi [[Jawa Barat]]. Konon ayam Ciparage adalah keturunan dari ayam milik adipati Singaperbangsa yang melegenda.


== Transportasi ==
== Transportasi ==
Ibukota kabupaten Karawang berada di jalur [[pantura]]. Kabupaten Karawang dilintasi ruas jalan tol Jakarta-Cikampek(Karawang) serta Cipularang (Cikampek(Karawang)-Purwakarta-Padalarang). [[Cikampek, Karawang|Cikampek]] merupakan kecamatan yang berada di bagian timur Kabupaten Karawang. Di Cikampek terdapat [[Stasiun Cikampek|stasiun kereta api]] yang merupakan pertemuan dua jalur utama dari [[Stasiun Bandung|Bandung]] dan dari [[Stasiun Cirebon|Cirebon]] menuju Jakarta.
Ibukota kabupaten Karawang berada di jalur [[pantura]]. Kabupaten Karawang dilintasi ruas jalan tol Jakarta-Cikampek(Karawang) serta Cipularang (Cikampek(Karawang)-Purwakarta-Padalarang). [[Cikampek, Karawang|Cikampek]] merupakan kecamatan yang berada di bagian timur Kabupaten Karawang. Di Cikampek terdapat [[Stasiun Cikampek|stasiun kereta api]] yang merupakan pertemuan dua jalur utama dari [[Stasiun Bandung|Bandung]] dan dari [[Stasiun Cirebon|Cirebon]] menuju Jakarta. Angkutan Bus dari Jakarta-Karawang dengan tarif Rp5.000 sekali jalan.

Angkutan Bus dari Jakarta-Karawang dengan tarif Rp.5000 sekali jalan


== Olahraga ==
== Olahraga ==
* Karawang adalah tuan rumah [[Pekan Olahraga Provinsi Jawa Barat 2006|PORPROV Jabar X]] tahun 2006.
* Karawang adalah tuan rumah [[Pekan Olahraga Provinsi Jawa Barat 2006|PORPROV Jabar X]] tahun 2006.
* Klub olahraga yang berbasis di kabupaten Karawang diantaranya adalah [[Persika Karawang]] dan [[Pelita Jaya FC]] ([[sepak bola]]), Persika Karawang dan Pelita Jaya menggunakan [[Stadion Singaperbangsa]].
* Klub olahraga yang berbasis di kabupaten Karawang diantaranya adalah [[Persika Karawang]] dan [[Pelita Jaya FC]] ([[sepak bola]]), Persika Karawang dan Pelita Jaya menggunakan [[Stadion Singaperbangsa]].

== Referensi ==
{{reflist}}


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
* [[Daftar bupati Karawang]]
* [[Daftar bupati Karawang]]
* [[Jabotabek - Cirangkarta]]
* [[Jabotabek - Cirangkarta]]

== Referensi ==
{{reflist}}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==

Revisi per 20 Oktober 2014 11.30

Karawang beralih ke halaman ini. Untuk kota yang bernama sama, lihat Karawang (kota). Untuk kegunaan lain, lihat Karawang (disambiguasi).
Kabupaten Karawang
Daerah tingkat II
Motto: 
INTERASIH ( Indah Tertib Aman Bersih )
Peta
Peta
Kabupaten Karawang di Jawa
Kabupaten Karawang
Kabupaten Karawang
Peta
Kabupaten Karawang di Indonesia
Kabupaten Karawang
Kabupaten Karawang
Kabupaten Karawang (Indonesia)
Koordinat: 6°18′18″S 107°18′01″E / 6.3050853°S 107.3002579°E / -6.3050853; 107.3002579
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
Tanggal berdiri10 rabi’ul awal tahun 1043 H, atau bertepatan dengan tanggal 14 September 1633 M
Ibu kotaKota Karawang
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 30
  • Kelurahan: 309
Pemerintahan
 • BupatiAde Swara
 • Wakil BupatiDr. Cellica Nurrachdiana
Luas
 • Total1.737,30 km2 (67,080 sq mi)
Populasi
 ((2007)[1])
 • Total2.073.356
 • Kepadatan1,193/km2 (3,090/sq mi)
Demografi
 • BahasaIndonesia, Sunda, Bahasa Cirebon (dengan beragam dialek, Bahasa Cirebon dialek Cilamaya menjadi dialek khas wilayah Pesisir Karawang),Bahasa Betawi (termasuk dialek Bekasi) Penyebarannya terpusat disekitar Kecamatan Tirtajaya dan Batujaya. [2][3]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
3215 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0267, 0264 (Khusus Wilayah Eks-Kawedanan Cikampek)
Kode Kemendagri32.15 Edit nilai pada Wikidata
DAURp1.134.530.200.000.-
Flora resmiJambu Air Cincalo
Fauna resmiAyam Ciparage
Situs webwww.karawangkab.go.id

Kabupaten Karawang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Karawang. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor di barat, Laut Jawa di utara, Kabupaten Subang di timur, Kabupaten Purwakarta di tenggara, serta Kabupaten Cianjur di selatan ini memiliki luas wilayah 1.737,53 km2, dengan jumlah penduduk 2.125.234 jiwa (sensus 2010) yang berarti berkepadatan 1.223 jiwa per km2.[4]

Toponomi dan sejarah

Toponimi

Kata karawang muncul pada Naskah Bujangga Manik dari akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16. Bujangga Manik menuliskan sebagai berikut:

leteng karang ti Karawang,
leteng susuh ti Malayu,
pamuat aki puhawang.
Dipinangan pinang tiwi,
pinang tiwi ngubu cai,

Dalam bahasa Sunda, karawang mempunyai arti "penuh dengan lubang". Bisa jadi pada daerah Karawang zaman dulu banyak ditemui lubang.

Cornelis de Houtman, orang Belanda pertama yang menginjakkan kakinya di pulau Jawa, pada tahun 1596 menuliskan adanya suatu tempat yang bernama Karawang sebagai berikut:

Di tengah jalan antara Pamanukan dan Jayakarta, pada sebuah tanjung terletak Karawang.[5]

Meskipun ada sumber sejarah primer yaitu Naskah Bujangga Manik dan catatan dari Cornelis de Houtman yang menyebutkan kata Karawang, sebagian orang menyebutnya Kerawang adapula yang menyebut Krawang seperti yang ditulis dalam buku Miracle sight West Java[butuh rujukan] yang diterbitkan oleh Provinsi Jawa Barat.

R. Tjetjep Soepriadi dalam buku Sejarah Karawang[butuh rujukan] berspekulasi tentang asal-muasal kata karawang, pertama kemungkinan berasal dari kata karawaan yang mengandung arti bahwa daerah ini terdapat "banyak rawa", dibuktikan dengan banyaknya daerah yang menggunakan kata rawa di depannya seperti, Rawa Gabus, Rawa Monyet, Rawa Merta dan lain-lain; selain itu berasal dari kata kera dan uang yang mengandung arti bahwa daerah ini dulunya merupakan habitat binatang sejenis monyet yang kemudian berubah menjadi kota yang menghasilkan uang; serta istilah serapan yang berasal dari bahasa Belanda seperti caravan dan lainnya.

Pemukiman awal

Wilayah Karawang sudah sejak lama dihuni manusia. Peninggalan Situs Batujaya dan Situs Cibuaya yang luas menunjukkan pemukiman pada awal masa moderen yang mungkin mendahului masa Kerajaan Tarumanagara. Penduduk Karawang semula beragama Hindu dan Budha dan wilayah ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda.

Penyebaran Islam

Agama Islam mulai dianut masyarakat setempat pada masa Kerajaan Sunda, setelah seorang patron bernama Syekh Hasanudin bin Yusuf Idofi, konon dari Makkah, yang terkenal dengan sebutan "Syekh Quro", Syekh Quro merupakan seorang utusan Raja Campa yang mengikuti pelayaran persahabatan ke Majaphit dari Dinasti Ming yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho (Kapal Laksamana Cheng Ho tercatat mendarat di Pelabuhan Muara Jati, Kerajaan Singapura (cikal bakal Kesultanan Cirebon pada tahun 1415[6].), ketika kapal sudah berada di Pura, Karawang, Syekh Quro beserta pengikutnya turun dan tinggal untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Pura dan kemudian menikah dengan Putri Ki Gede Karawang yang bernama Ratna sondari[7] dan meluaskan pengajarannya hingga ke wilayah Pura Dalem (Pedalaman Pura) kemudian mendirikan pesantren di Desa Pulo Kelapa (sekarang masuk kecamatan Lemah Abang, Kabupaten Karawang)

Dari pernikahannya dengan Ratna Sondari, Syekh Quro memiliki seorang anak yang diberi nama Ahmad, Ahmad inilah yang kemudian dikenal dengan nama Syekh Ahmad (Penghulu Pertama di Karawang), Syekh Ahmad pernah diperintahkan oleh ayahnya untuk membantu Syekh Nur Jati di Pesambangan (sekarang masuk wilayah kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon).

Hubungan penyebaran Islam di Karawang dengan Kesultanan Cirebon

Puteri Ki Gede Karawang yaitu Ratna sondari memberikan sumbangan hartanya untuk mendirikan sebuah masjid di Gunung Sembung (letaknya berdekatan dengan Gunung Jati) atau dikenal dengan sebutan (Nur Giri Cipta Rengga) yang bernama Masjid Dog Jumeneng atau Masjid Sang Saka Ratu, yang sampai sekarang masih digunakan dan terawat baik.[8]

Syekh Ahmad (Anak Syekh Quro dengan Ratna sondari) kemudian berkeluarga dan memiliki seorang putera bernama Musanudin, Musanudin inilah yang kemudian menjadi Lebai di Kesultanan Cirebon dan memimpim Masjid Agung Sang Cipta Rasa pada masa kepemimpinan Sunan Gunung Jati

Pengangkatan juru kunci di situs makam Syekh Quro dikuatkan oleh pihak Keraton Kanoman, Cirebon.

Syekh Quro memberikan ajaran yang kemudian dilanjutkan oleh murid-murid Wali Sanga. Makam Syeikh Quro terletak di Pulobata, Kecamatan Lemahabang.

Masa kekuasaan Kesultanan Cirebon

Setelah Kerajaan Sunda runtuh maka wilayah antara sungai Angke dan sungai Cipunegara terbagi dua. Menurut Carita Sajarah Banten, Sunan Gunung Jati pada abad ke 15[9] membagi wilayah antara sungai Angke dan sungai Cipunegara menjadi dua bagian dengan sungai Citarum sebagai pembatasnya, sebelah timur sungai Citarum hingga sungai Cipunegara masuk wilayah Kesultanan Cirebon yang sekarang menjadi Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dan sebelah barat sungai Citarum hingga sungai Angke menjadi wilayah bawahan Kesultanan Banten dengan nama Jayakarta.[10][11].

Pemerintahan mandiri

Sebagai suatu daerah berpemerintahan sendiri tampaknya dimulai semenjak Karawang diduduki oleh Kesultanan Mataram, di bawah pimpinan Wiraperbangsa dari Sumedang Larang tahun 1632. Kesuksesannya menempatkannya sebagai wedana pertama dengan gelar Adipati Kertabumi III. Semenjak masa ini, sistem pertanian melalui pengairan irigasi mulai dikembangkan di Karawang dan perlahan-lahan daerah ini menjadi daerah pusat penghasil beras utama di Pulau Jawa hingga akhir abad ke-20.

Selanjutnya, Karawang menjadi kabupaten dengan bupati pertama Raden Adipati Singaperbangsa bergelar Kertabumi IV yang dilantik 14 September 1633. Tanggal ini dinobatkan menjadi hari jadi Kabupaten Karawang. Selanjutnya, bupatinya berturut-turut adalah R. Anom Wirasuta 1677-1721, R. Jayanegara (gelar R.A Panatayuda II) 1721-1731, R. Martanegara (R. Singanagara dengan gelar R. A Panatayuda III) 1731-1752, R. Mohamad Soleh (gelar R. A Panatayuda IV) 1752-1786. Pada rentang ini terjadi peralihan penguasa dari Mataram kepada VOC (Belanda).

Menjelang kemerdekaan

Pada masa menjelang Kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Karawang menyimpan banyak catatan sejarah. Rengasdengklok merupakan tempat disembunyikannya Soekarno dan Hatta oleh para pemuda Indonesia untuk secepatnya merumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1945.

Kabupaten Karawang juga menjadi inspirasi sastrawan Chairil Anwar menulis karya Antara Karawang-Bekasi karena peristiwa pertempuran di daerah sewaktu pasukan dari Divisi Siliwangi harus meninggalkan Bekasi menuju Karawang yang masih menjadi daerah kekuasaan Republik.

Kecamatan Rengasdengklok adalah daerah pertama milik Republik Indonesia yang gagah berani mengibarkan bendera Merah Putih sebelum Proklamasi kemerdekaan Indonesia di Gaungkan.[butuh rujukan] Oleh karena itu selain dikenal dengan sebutan Lumbung Padi Karawang juga sering disebut sebagai Kota Pangkal Perjuangan. Di Rengasdengklok didirikan sebuah monumen yang dibangun oleh masyarakat sekitar, kemudian pada masa pemerintahan Megawati didirikan Tugu Kebulatan Tekad untuk mengenang sejarah Republik Indonesia.

Setelah kemerdekaan

Wilayah Karawang pada masa lalu (hasil pembagian oleh Sunan Gunung Jati pada abad ke 15) kemudian dipecah menjadi dua bagian pada masa perang kemerdekaan sekitar tahun 1948 dengan sungai Citarum dan sungai Cilamaya menjadi pembatasnya, wilayah Kabupaten Karawang Barat meliputi wilayah Kabupaten Karawang sekarang ditambah desa-desa di sebelah barat Citarum yaitu desa-desa Sukasari dan Kertamanah dengan ibukota di kecamatan Karawang, sementara Kabupaten Karawang Timur meliputi wilayah Kabupaten Purwakarta dikurangi desa-desa di kecamatan Sukasari (yang dahulu masih bagian dari Kabupaten Karawang) dan Kabupaten Subang dengan ibukota di kecamatan Subang. [12].

lalu kemudian pada tahun 1950 nama Kabupaten Karawang Timur diubah menjadi Kabupaten Purwakarta dengan ibukota di kecamatan Subang dan Kabupaten Karawang Barat menjadi Krawang dengan ibukota di kecamatan Karawang.[13].

Pada tahun 1968 terjadi pemekaran wilayah Kabupaten Purwakarta yang sebelumnya bernama Kabupaten Karawang Timur menjadi Kabupaten Subang dengan ibukota di kecamatan Subang dan Kabupaten Purwakarta dengan ibukota di kecamatan Purwakarta, karena pada tahun yang sama berlangsung proyek besar bendungan Ir. Djuanda atau yang dikenal dengan nama Bendungan Jatiluhur maka pemerintah pusat pada masa itu merasa perlu untuk menyatukan wilayah waduk Jatiluhur ke dalam satu wilayah kerja yang akhirnya diputuskan dimasukan ke dalam wilayah Kabupaten Purwakarta sehingga pada tahun 1968 wilayah Kabupaten Krawang harus melepaskan desa-desa yang berada disebelah barat sungai Citarum yang masuk dalam proyek besar bendungan Ir. Djuanda atau Bendungan Jatiluhur, desa-desa tersebut adalah desa-desa Sukasari dan Kertamanah yang sekarang masuk dalam kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, sehingga dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1968 maka wilayah Kabupaten Krawang menjadi berkurang dan wilayah inilah yang dikemudian hari disebut sebagai Kabupaten Karawang[14]

Geologi

Wilayah Kabupaten Karawang sebagian besar dataran pantai yang luas, terhampar di bagian pantai Utara dan merupakan endapan batuan sedimen yang dibentuk oleh bahan–bahan lepas terutama endapan laut dan aluvium vulkanik. Sedangkan di bagian tengah kawasan perbukitan yang sebagian besar terbentuk oleh batuan sedimen, sedang di bagian Selatan terdapat Gunung Sanggabuana dengan ketinggian ± 1.291 m diatas permukaan laut.

Topografi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Karawang adalah dataran rendah, dan di sebagian kecil di wilayah selatan berupa dataran tinggi.

Iklim

Sesuai dengan bentuk morfologinya Kabupaten Karawang terdiri dari dataran rendah yang mempunyai temperatur udara rata-rata 270C dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66 persen dan kelembaban nisbi 80 persen. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.100 – 3.200 mm/tahun. Pada bulan Januari sampai April bertiup angin Muson Laut dan sekitar bulan Juni bertiup angin Muson Tenggara. Kecepatan angin antara 30 – 35 km/jam, lamanya tiupan rata-rata 5 – 7 jam.

Hidrografi

Kabupaten Karawang dilalui oleh aliran sungai yang melandai ke arah utara: Cibe'et yang mengalir dari selatan karawang menuju sungai citarum yang juga menjadi batas antara Kabupaten Karawang dan Bekasi,Citarum, yang merupakan pemisah Kabupaten Karawang dari Kabupaten Bekasi, dan Cilamaya, yang merupakan batas wilayah dengan Kabupaten Subang. Selain sungai, terdapat juga tiga buah saluran irigasi yang besar yaitu Saluran Induk Tarum Utara, Saluran Induk Tarum Tengah dan Saluran Induk Tarum Barat yang dimanfaatkan untuk pengairan sawah, tambak, dan pembangkit tenaga listrik.

Curah hujan

Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan orografi dan perputaran/ pertemuan arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan sangat beragam menurut bulan. Catatan rata-rata curah hujan di Kabupaten Karawang selama tahun 2005 mencapai 2.534 mm dengan rata-rata curah hujan per bulan sebesar 127 mm, lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata curah hujan pada tahun 2004 yang mencapai 1.677 mm dengan rata-rata curah hujan per bulannya mencapai 104 mm. Kadang suka pindah ke wilayah Kabupaten Bekasi awannya biar Jakarta hujan deras.

Pada tahun 2005 rata-rata curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Tegalwaru yaitu mencapai 318 mm per bulan, dan yang terendah terjadi di Kecamatan Talagasari yaitu hanya 51 mm.

Demografi

Penduduk umumnya adalah suku Sunda yang menggunakan Bahasa Sunda. Di daerah utara Kabupaten Karawang, seperti di Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya, Kecamatan Tempuran Kecamatan Cilamaya, mereka menggunakan Bahasa Sunda Kasar, beberapa kosakata yang mereka gunakan adalah 'aing' (bhs. Sunda standar kuring/abdi), 'nyanéh' (bhs. Sunda standar manéh/anjeun), nyanéhna (bhs. Sunda standar manéhna/anjeunna), nyaranéhna (bhs. Sunda standar maranéhna/aranjeunna), manyaho (bhs. Sunda standar nyaho/terang). Tetapi di daerah selatan Kabupaten Karawang, mereka menggunakan bahasa Sunda standar.

Penduduk Kabupaten Karawang mempunyai mata pencaharian yang beragam, tetapi di sejumlah kecamatan, mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani atau pembajak sawah karena Kabupaten Karawang adalah daerah penghasil padi.

Penduduk menurut jenis kelamin

Tahun/
Jenis Kelamin
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Laki-laki - 916.554 935.634 972.174 968.511 985.727 - - -
Perempuan - 872.971 927.205 931.337 965.761 985.736 - - -
Total - 1.799.525 1.862.839 1.903.511 1.934.272 1.971.463 - - -
Sumber: Buku DDA: BPS Kabupaten Karawang[15]

Jumlah penduduk, rumah tangga, dan rata-rata penduduk per rumah tangga

Tahun/
Rincian
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Penduduk - - - - 1.934.272 1.971.463 - - -
Rumahtangga - - - - 475.251 490.414 - - -
Penduduk/Rumahtangga - - - - 4,07 4,02 - - -
Sumber: Buku DDA: BPS Kabupaten Karawang[16]

Pemerintahan

Kabupaten Karawang terdiri atas 30 kecamatan, yang dibagi lagi atas 197 desa dan 12 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Karawang Timur, tepatnya di kelurahan Karawang Wetan.

Potensi

Kabupaten Karawang merupakan lokasi dari beberapa kawasan industri, antara lain Karawang International Industry City KIIC, Kawasan Surya Cipta, Kawasan Bukit Indah City atau BIC di jalur Cikampek (Karawang). Salah satu industri strategis milik negara juga memiliki fasilitasnya di deretan kawasan industri tersebut, yaitu Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (http://www.peruri.co.id/) yang mencetak uang kertas, uang logam, maupun dokumen-dokumen berharga seperti paspor, pita cukai, materai dan lain sebagainya.

Di bidang pertanian, Karawang terkenal sebagai lumbung padi Jawa Barat.

Stasiun radio

  • Suara Kita 88,2 MHz jangkauan Karawang, Bekasi, Subang, sebagian Jakarta dan Bogor

Pemekaran daerah

Karawang merupakan ibukota Kabupaten Karawang yang direncanakan akan dimekarkan dari Kabupaten Karawang yang terdiri dari 4 kecamatan, yakni kecamatan Karawang Barat, kecamatan Karawang Timur, kecamatan Telukjambe Timur dan kecamatan Telukjambe Barat dan nantinya ibukota Kabupaten Karawang akan dipindahkan ke Cikampek.[17]

Namun jika Cikampek juga dimekarkan menjadi kota juga seperti Karawang, maka ibukota Kabupaten Karawang akan dipindahkan ke kecamatan Talagasari karena selain terletak ditengah - tengah Kabupaten Karawang, juga dekat dengan Pelabuhan Cilamaya yang akan dibangun dan akan menjadi pusat perekonomian yang baru.[18]

Fauna identitas

Ayam Ciparage adalah ayam khas asli dari Kabupaten Karawang yang merupakan ayam laga legendaris, Karena ayam ini memiliki gaya bertarung yang cepat seperti ayam Birma. Pukulan tajinya akurat dan bertubi-tubi mengarah ke kepala dan leher lawan. Gaya bertarung seperti ini sangat "mematikan" bagi lawan yang ukuran tubuhnya sama. Bahkan, ayam Ciparage seringkali mampu mengalahkan lawan yang lebih besar. Ayam Ciparage adalah varietas ayam petarung lokal terbaik asli Indonesia. Ayam ini berasal dari kampung Ciparage, Desa Cilamaya, Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat. Konon ayam Ciparage adalah keturunan dari ayam milik adipati Singaperbangsa yang melegenda.

Transportasi

Ibukota kabupaten Karawang berada di jalur pantura. Kabupaten Karawang dilintasi ruas jalan tol Jakarta-Cikampek(Karawang) serta Cipularang (Cikampek(Karawang)-Purwakarta-Padalarang). Cikampek merupakan kecamatan yang berada di bagian timur Kabupaten Karawang. Di Cikampek terdapat stasiun kereta api yang merupakan pertemuan dua jalur utama dari Bandung dan dari Cirebon menuju Jakarta. Angkutan Bus dari Jakarta-Karawang dengan tarif Rp5.000 sekali jalan.

Olahraga

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Penduduk Kabupaten Karawang tahun 2007 menurut BPS Provinsi Jawa Barat
  2. ^ Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003
  3. ^ Peta Budaya Provinsi Jawa Barat Tahun 2011
  4. ^ Gatra
  5. ^ Sumber-sumber Asli Sejarah Jakarta Jilid II, Adolf Heuken SJ, Cipta Loka Caraka, Jakarta, 2000
  6. ^ Yuanzhi Kong, Hembing Wijayakusuma. 2011. Muslim Tionghoa Cheng Ho: misteri perjalanan muhibah di Nusantara. : Yayasan Obor Indonesia.
  7. ^ [1]|Kerajaan Pura
  8. ^ [www.iaincirebon.ac.id/inv01/?menu=snj]|Sumur Jalatunda - IAIN Syekh Nurjati
  9. ^ [2]|Sungai Citarum Sekilas Sejarah, Banjir: Dulu hingga Sekarang, Menuju Tujuan Bersama
  10. ^ Perang, Dagang, Persahabatan: Surat-surat Sultan Banten, Titik Pudjiastuti, Buku Obor, Jakarta, 2007
  11. ^ [3]|jayakarta
  12. ^ Surat Keputusan DPRD Kabupaten Subang - DPRD No.: 01/SK/DPRD/1977
  13. ^ Undang-Undang No. 14 tahun 1950 - Tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat
  14. ^ Undang-Undang No. 4 Tahun 1968 - Pembentukan Kabupaten Purwakarta Dan Kabupaten Subang Dengan Mengubah Undang-Undang NO.14 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat
  15. ^ Buku DDA: BPS Kabupaten Karawang
  16. ^ Buku DDA: BPS Kabupaten Karawang
  17. ^ Wacana Pemekaran Kabupaten Karawang Kembali Santer pikiran-rakyat.com
  18. ^ Cikampek Layak Pisahkan Diri Dari Karawang inilah.com

Pranala luar