Lompat ke isi

Waduk Jatiluhur: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 6°32′26″S 7°20′28″E / 6.5406617°S 07.34104°E / -6.5406617; 07.34104
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menghapus Kategori:Waduk menggunakan HotCat
Edogang1 (bicara | kontrib)
 
(45 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{disambiginfo|Jatiluhur (disambiguasi)}}
{{Infobox dam
{{Infobox dam
| name = Waduk Jatiluhur
| name = Waduk Jatiluhur
| image = Waduk Jatiluhur 1.JPG
| image = Another View of Jati Luhur.jpg
| caption =Pemandangan lain dari Waduk Jatiluhur dilihat dari Gunung Parang
| caption =
| official_name = Waduk Jatiluhur
| official_name = Waduk Ir. H. Juanda
| crosses =
| crosses = [[Sungai Citarum]]
| locale = [[Jatiluhur, Purwakarta|Jatiluhur]], [[Kabupaten Purwakarta]], [[Jawa Barat]]
| locale = [[Jatiluhur, Purwakarta|Jatiluhur]], [[Kabupaten Purwakarta]], [[Jawa Barat]]
| type = Rockfill
| type = Urugan
| length = 1,22 Kilometer
| length = 1.220 m
| height = 96 meter
| height = 96 m
| crest_elevation = 114,5 mdpl
| crest_width = 10 m
| volume = 9.100.000 m<sup>3</sup>
| spillway_type = Corong
| reservoir_catchment = 4.500 km<sup>2</sup>
| active_capacity = 1.790.000.000 m<sup>3</sup>
| hydraulic_head =
| hydraulic_head =
| width =
| width =
| began = 1957
| began = 1957
| open = 1967
| open = 1967
| purpose = Irigasi, PLTA
| purpose = Serbaguna
| status = Digunakan
| status = Digunakan
| closed =
| closed =
| cost =
| cost = US$230 juta
| owner = [[Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat]]
| owner =
| builder = {{unbulleted list|Bendungan: [[Compagnie française d'entreprise|CFE]], [[Société de Construction des Batignolles|Batignolles]], dan [[Dragages]]|Pengeboran & ''grouting'': [[Soletanche]]|Permesinan: [[Cogelex]], [[Neyrpic]], dan [[G.I.E]]}}
| designed_by = [[Coyne et Bellier]]
| maint =
| maint =
| plant_name = PLTA Jatiluhur
| plant_operator = [[Jasa Tirta II]]
| plant_type = Konvensional
| turbines = 6
| installed_capacity = 187 MW
| annual_generation =
| website =
| website =
| coordinates={{Coord|-6.5406617|07.34104|display=inline,title}}
}}
| image_size=300
'''Waduk Jatiluhur''' adalah sebuah [[waduk]] yang terletak di Kecamatan [[Jatiluhur, Purwakarta|Jatiluhur]], Kabupaten [[Kabupaten Purwakarta|Purwakarta]], [[Jawa Barat|Provinsi Jawa Barat]] (±9&nbsp;km dari pusat [[Kota Purwakarta]]). Waduk yang dinamakan oleh pemerintah [[Waduk]] [[Djuanda Kartawidjaja|Ir. H. Juanda]] ini merupakan waduk terbesar di [[Indonesia]]. Bendungan Waduk Jatiluhur mulai dibangun sejak tahun [[1957]] oleh kontraktor asal [[Perancis]] ''Compagnie française d'entreprise'', dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 miliar m<sup>3</sup> / tahun dan merupakan [[waduk]] serbaguna pertama di [[Indonesia]]. Waduk Jatiluhur dapat dikunjungi melalui Jalan Tol Purbaleunyi ([[Purwakarta]]-[[Bandung]]-[[Cileunyi, Bandung|Cileunyi]]), keluar di Gerbang Tol Jatiluhur.
| image_alt=Pemandangan lain dari Waduk Jatiluhur dilihat dari Gunung Parang
|extra=<mapframe latitude="-6.736895" longitude="107.384491" zoom="10" width="270" height="400" align="center" text="Waduk Saguling (Hijau), Waduk Cirata (Biru), Waduk Jatiluhur (Kuning).">{
"type": "FeatureCollection",
"features": [
{
"type": "Feature",
"properties": {
"marker-symbol": "dam",
"marker-color": "0050d0",
"title": "[[Waduk Cirata]]"
},
"geometry": {
"type": "Point",
"coordinates": [ 107.294712, -6.734338 ]
}
},
{
"type": "Feature",
"properties": {
"marker-symbol": "dam",
"marker-color": "ffb100",
"title": "Waduk Jatiluhur"
},
"geometry": {
"type": "Point",
"coordinates": [ 107.347412, -6.530916 ]
}
},
{
"type": "Feature",
"properties": {"marker-symbol":"dam", "marker-color":"208020", "title":"[[Waduk Saguling]]"},
"geometry": {
"type": "Point",
"coordinates": [ 107.406163, -6.918453 ]
}
}
]
}</mapframe>
|spillways=1
|spillway_capacity=3.000 mm<sup>3</sup> / detik
|reservoir_capacity=2.448.000.000 m<sup>3</sup>
|inactive_capacity=960.000.000 m<sup>3</sup>
|reservoir_surface=7.780 hektar<ref name="balitbang">{{cite book | author =
Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum | title = Bendungan Besar Di Indonesia | publisher = Departemen Pekerjaan Umum | date = 1995 | location = Jakarta | pages = 26 | language = id | url =https://pu.go.id/pustaka/storage/biblio/file/Bendungan%20Besar%20di%20Indonesia.pdf}}</ref>
}}'''Waduk Ir. H. Juanda''' atau biasa disebut sebagai '''Waduk Jatiluhur''' ([[Aksara Sunda Baku]]: {{sund|ᮝᮓᮥᮊ᮪ ᮏᮒᮤᮜᮥᮠᮥᮁ}}), adalah sebuah [[waduk]] yang terletak di Kecamatan [[Jatiluhur, Purwakarta|Jatiluhur]], Kabupaten [[Kabupaten Purwakarta|Purwakarta]], [[Jawa Barat|Provinsi Jawa Barat]] (±9&nbsp;km dari pusat [[Kota Purwakarta]]). Waduk ini diberi nama sesuai nama seorang pahlawan nasional, yakni Ir. H. [[Djuanda Kartawidjaja]], yang bersama Ir. [[Sedijatmo]], gigih memperjuangkan terwujudnya pembangunan waduk ini di internal pemerintah Indonesia maupun di forum internasional.<ref name="sinaro">{{cite book|last=Sinaro|first=Radhi|date=2007|url=http://webadmin.ipusnas.id/ipusnas/publications/books/158847/|title=Menyimak Bendungan di Indonesia (1910-2006)|location=Tangerang Selatan|publisher=Bentara Adhi Cipta|isbn=978-979-3945-23-1|edition=|series=|volume=|pages=|language=Indonesia|doi=|jfm=|mr=|zbl=|id=|author-link=}}</ref> Waduk ini adalah waduk terbesar di [[Indonesia]], dengan potensi air sebesar 12,9 miliar m<sup>3</sup>/tahun dan merupakan [[waduk]] serbaguna pertama di [[Indonesia]]. Waduk ini dapat dikunjungi melalui [[Jalan Tol Purbaleunyi]] ([[Purwakarta]]-[[Bandung]]-[[Cileunyi, Bandung|Cileunyi]]) dengan keluar di Gerbang Tol Jatiluhur.
== Sejarah ==
Pembangunan waduk ini telah digagas sejak masa pendudukan Belanda di Indonesia oleh [[W.J. van Blommestein]], seorang ahli pengairan asal [[Belanda]], guna memanfaatkan derasnya aliran [[Sungai Citarum]] untuk mengairi lahan pertanian. Pada saat itu, di musim hujan, Sungai Citarum kerap meluap dan menyebabkan banjir di [[Bekasi]] dan [[Karawang]], sehingga menyulitkan kegiatan pertanian. Selain itu, banjir juga kerap menggenangi jalan raya [[Jakarta]] - [[Cirebon]], sehingga terkadang membuat para pelintas harus berhenti dan menginap di Karawang atau [[Cikampek]].


Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1957, pemerintah pun menugaskan [[PLN]] untuk membangun bendungan dari waduk ini. PLN kemudian menunjuk [[Coyne et Bellier]] asal [[Prancis]] untuk merancang bendungan. Karena dibangun oleh PLN, maka waduk ini awalnya dirancang untuk membangkitkan listrik melalui PLTA.<ref name="angoedi">{{cite book|last=Angoedi|first=Abdullah|date=1984|url=https://pu.go.id/pustaka/biblio/sejarah-irigasi-di-indonesia-1/K74B3|title=Sejarah Irigasi di Indonesia|location=Bandung|publisher=Komite Nasional Indonesia untuk ICID|isbn=|edition=|series=|volume=|pages=|language=|doi=|jfm=|mr=|zbl=|id=|author-link=}}</ref> Pembangunan PLTA tersebut pun awalnya mendapat banyak kritik, karena [[kapasitas terpasang]]nya direncanakan mencapai 125 MW, padahal kebutuhan listrik di Jakarta saat itu sebenarnya sudah dapat dipenuhi hanya dengan kapasitas terpasang sebesar 50 MW.<ref name="sinaro" />
== Pembangunan ==

Waduk Jatiluhur dibangun dengan membendung [[Ci Tarum|Sungai Citarum]] dengan luas daerah aliran sungai seluas 4.500&nbsp;km<sup>2</sup>. Bendungan ini dibangun mulai tahun 1957 dengan peletakan batu pertama oleh Presiden RI pertama [[Ir Soekarno]] dan diresmikan oleh Presiden [[Soeharto]] pada 26 Agustus 1967. Pembangunan bendungan Waduk Jatiluhur menelan dana US$ 230 juta. Nama bendungan waduk dinamakan [[Djuanda Kartawidjaja|Ir. H. Juanda]] karena untuk mengenang jasanya dalam memperjuangkan pembiayaan pembangunan Bendungan Jatiluhur. Ia yang merupakan Perdana Menteri RI terakhir dan memimpin kabinet Karya (1957 – 1959) bersama-sama dengan Ir. Sedijatmo dengan gigih memperjuangkan terwujudnya proyek Jatiluhur di Pemerintah Indonesia dan forum internasional. Genangan yang terjadi akibat pembangunan Bendungan Waduk Jatiluhur menenggelamkan 14 [[Desa]] dengan penduduk berjumlah 5.002 orang. Penduduk tersebut kemudian sebagian dipindahkan ke daerah sekitar bendungan dan sebagian lainnya pindah ke [[Kabupaten Karawang]]. Sebagian besar penduduk waktu itu bekerja sebagai petani<ref>[https://jatiluhurdam.wordpress.com/2011/04/26/sejarah-bendungan-jatiluhur/ Sejarah Bendungan Jatiluhur]</ref>.
Sementara itu, [[Direktorat Jenderal Pengairan]] kemudian juga ingin memanfaatkan air yang tertampung di waduk ini untuk mengairi lahan pertanian yang ada di hilir waduk dengan cara membangun [[Bendung Curug]] untuk membagi air yang keluar dari waduk ini ke tiga saluran irigasi, yakni Tarum Timur, [[Saluran Irigasi Tarum Barat|Tarum Barat]], dan Tarum Utara, yang masing-masing dapat difungsikan untuk mengairi lahan pertanian seluas sekitar 80.000 hektar.<ref name="sinaro" />

Departemen Pekerjaan Umum akhirnya menetapkan bahwa waduk ini terutama akan difungsikan untuk mengairi lahan pertanian, karena berdasarkan perhitungan yang dilakukan saat itu, air yang tertampung di waduk ini akan lebih ekonomis jika digunakan untuk mengairi lahan pertanian daripada untuk membangkitkan listrik, sebab [[kepala hidraulik]] dari waduk ini tidak terlalu besar.<ref name="angoedi" />

Waduk ini kemudian mulai dibangun pada tahun 1957 dengan batu pertamanya diletakkan oleh Presiden [[Ir Soekarno]]. Waduk ini lalu diresmikan oleh Presiden [[Soeharto]] pada tanggal 26 Agustus 1967. Pembangunan waduk ini menelan biaya sebesar US$ 230 juta. Waduk ini membuat 4 desa tergenang penuh dan 11 desa lainnya tergenang sebagian, sehingga 5.004 orang penduduk harus dipindahkan ke lokasi lain. Sebagian dipindahkan ke sekitar bendungan dan sebagian lainnya dipindahkan ke [[Kabupaten Karawang]]. Sebagian besar penduduk yang dipindahkan saat itu bekerja sebagai petani.<ref name="sinaro" /><ref>[https://jatiluhurdam.wordpress.com/2011/04/26/sejarah-bendungan-jatiluhur/ Sejarah Bendungan Jatiluhur]</ref>

Waduk ini dirancang ber[[umur layanan]] sampai 200 tahun, tetapi dengan selesainya pembangunan [[Waduk Cirata]] dan [[Waduk Saguling]], umur layanan waduk ini diperkirakan mencapai 276 tahun dari tahun 1987.

Setelah selesai dibangun, waduk ini dikelola oleh sebuah [[perusahaan negara]] (PN) yang diberi nama '''PN Jatiluhur''', yang kemudian diubah statusnya menjadi sebuah [[perusahaan umum]] (Perum) dengan nama '''Perum Otorita Jatiluhur''' pada tahun 1970, dan kemudian diubah namanya menjadi '''Perum [[Jasa Tirta II]]''' pada tahun 1999.<ref name="sinaro" />[[Berkas:Jatiluhur jembatan oranye.jpg|jmpl|300x300px|Bendungan Jatiluhur dilihat dari Jembatan Oranye di bawah bendungan]]


== Pemanfaatan ==
== Pemanfaatan ==
Di dalam Waduk Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin dengan daya terpasang 187 MW dengan produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap tahun, yang dikelola oleh Perum [[Jasa Tirta II]]. Selain dari itu, Waduk Jatiluhur memiliki fungsi penyediaan air irigasi untuk 240.000 hektar sawah (dua kali tanam setahun), air baku, air minum, budi daya perikanan, dan pengendali banjir, yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta II.
[[Berkas:Jatiluhur jembatan oranye.jpg|ka|jmpl|280px|Bendungan Jatiluhur dilihat dari Jembatan Oranye di bawah bendungan]]
Di dalam Waduk Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin dengan daya terpasang 187 MW dengan produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap tahun, dikelola oleh '''Perum Jasa Tirta II'''. Selain dari itu [[Waduk]] Jatiluhur memiliki fungsi penyediaan air irigasi untuk 242.000 ha sawah (dua kali tanam setahun), air baku air minum, budi daya perikanan dan pengendali banjir yang dikelola oleh '''Perum Jasa Trita II'''.


Selain berfungsi sebagai [[PLTA]] dengan sistem limpasan terbesar di dunia, kawasan Jatiluhur memiliki banyak fasilitas rekreasi yang memadai, seperi hotel dan bungalow, bar dan restaurant, lapangan tenis, bilyard, perkemahan, kolam renang dengan ''water slide'', ruang pertemuan, sarana rekreasi dan olahraga air, playground dan fasilitas lainnya. Sarana olahraga dan rekreasi air misalnya mendayung, selancar angin, kapal pesiar, ski air, boating dan lainnya.
Selain berfungsi sebagai [[PLTA]] dengan sistem limpasan terbesar di dunia, kawasan Waduk Jatiluhur memiliki banyak fasilitas rekreasi yang memadai, seperti hotel dan bungalow, bar dan restaurant, lapangan tenis, bilyard, perkemahan, kolam renang dengan ''water slide'', ruang pertemuan, sarana rekreasi dan olahraga air, playground dan fasilitas lainnya. Sarana olahraga dan rekreasi air misalnya mendayung, selancar angin, kapal pesiar, ski air, boating dan lainnya.


Di perairan Danau Jatiluhur ini juga terdapat budidaya ikan keramba jaring apung, yang menjadi daya tarik tersendiri. Di waktu siang atau dalam keheningan malam kita dapat memancing penuh ketenangan sambil menikmati ikan bakar. Dikawasan ini pula kita dapat melihat Stasiun Satelit Bumi yang dikelola oleh '''PT. Indosat Tbk'''. (±7&nbsp;km dari pusat Kota Purwakarta), sebagai alat komunikasi internasional. Jenis layanan yang disediakan antara lain ''international toll free service'' (ITFS), Indosat Calling Card (ICC), ''international direct'' dan lainnya.
Di perairan Waduk Jatiluhur juga terdapat kegiatan budidaya ikan keramba jaring apung, yang menjadi daya tarik tersendiri. Di waktu siang atau dalam keheningan malam, pengunjung dapat memancing penuh ketenangan sambil menikmati ikan bakar. Di kawasan ini pula, pengunjung dapat melihat Stasiun Satelit Bumi milik PT [[Indosat]] Tbk. (±7&nbsp;km dari pusat Kota Purwakarta), yang difungsikan sebagai alat komunikasi internasional. Jenis layanan yang disediakan antara lain ''international toll free service'' (ITFS), Indosat Calling Card (ICC), ''international direct'' dan lainnya.


== Panorama ==
== Panorama ==
[[Berkas:Another_View_of_Jati_Luhur.jpg|pus|750px|jmpl|Pemandangan Waduk Jatiluhur dilihat dari Gunung Parang]]
[[Berkas:Jatiluhur_dam.jpg|pus|750px|jmpl|Bendungan Jatiluhur]]
[[Berkas:Jatiluhur_lake.jpg|pus|750px|jmpl|Waduk Jatiluhur]]
[[Berkas:Jatiluhur_lake.jpg|pus|750px|jmpl|Waduk Jatiluhur]]


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==

* [[Waduk]]
* [[Balai Besar Wilayah Sungai Citarum|Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum]]
* [[Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai|Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS)]]
* [[:Kategori:BPDAS Citarum Ciliwung|BPDAS Citarum Ciliwung]]
* [[Daerah aliran sungai|Daerah Aliran Sungai (DAS)]]
* [[Daftar daerah aliran sungai di Indonesia|Daftar daerah aliran sungai (DAS) di Indonesia]]

* [[Daftar danau dan waduk di Indonesia]]
* [[Daftar danau dan waduk di Indonesia]]

* [[Irigasi Premium]]
* [[Wilayah sungai|Wilayah sungai (WS) dan pembagiannya di Indonesia]]


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 47: Baris 124:


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [http://www.purwakarta.go.id/ Kabupaten Purwakarta]
* [http://www.purwakarta.go.id/ Kabupaten Purwakarta] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071017034221/http://www.purwakarta.go.id/ |date=2007-10-17 }}
* [http://www.jasatirta2.co.id/ Perum Jasa Tirta II]
* [http://www.jasatirta2.co.id/ Perum Jasa Tirta II]
* [http://www.indosat.com/ PT. Indosat Tbk.]
* [http://www.indosat.com/ PT. Indosat Tbk.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071124215606/http://www.indosat.com/ |date=2007-11-24 }}
* [http://www.pln.co.id/ PT. PLN (Persero)]
* [http://www.pln.co.id/ PT. PLN (Persero)]
{{Lokasi wisata Jawa Barat}}
{{Pariwisata-stub}}
{{Bendungan dan waduk di Indonesia|state=autocollapse}}


[[Kategori:Bangunan dan struktur di Jawa Barat]]
[[Kategori:Bendungan dan waduk di Jawa Barat]]
[[Kategori:Bendungan dan waduk di Jawa Barat]]
[[Kategori:Kabupaten Purwakarta|Jatiluhur, waduk]]
[[Kategori:Kabupaten Purwakarta|Jatiluhur, waduk]]
[[Kategori:Tempat wisata di Jawa Barat|Jatiluhur, waduk]]
[[Kategori:Tempat wisata di Jawa Barat|Jatiluhur, waduk]]
[[Kategori:DAS Citarum]]
{{DEFAULTSORT:Jatiluhur, Waduk}}

Revisi terkini sejak 28 Maret 2024 21.49

Waduk Jatiluhur
Pemandangan lain dari Waduk Jatiluhur dilihat dari Gunung Parang
Pemandangan lain dari Waduk Jatiluhur dilihat dari Gunung Parang
NamaWaduk Ir. H. Juanda
LokasiJatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat
Koordinat6°32′26″S 7°20′28″E / 6.5406617°S 07.34104°E / -6.5406617; 07.34104
KegunaanSerbaguna
StatusDigunakan
Mulai dibangun1957
Mulai dioperasikan1967
Biaya konstruksiUS$230 juta
PemilikKementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Kontraktor
PerancangCoyne et Bellier
Bendungan dan saluran pelimpah
Tipe bendunganUrugan
Tinggi96 m
Panjang1.220 m
Lebar puncak10 m
Volume bendungan9.100.000 m3
Ketinggian di puncak114,5 mdpl
MembendungSungai Citarum
Jumlah pelimpah1
Tipe pelimpahCorong
Kapasitas pelimpah3.000 mm3 / detik
Waduk
Kapasitas normal2.448.000.000 m3
Kapasitas aktif1.790.000.000 m3
Kapasitas nonaktif960.000.000 m3
Luas tangkapan4.500 km2
Luas genangan7.780 hektar[1]
PLTA Jatiluhur
PengelolaJasa Tirta II
JenisKonvensional
Jumlah turbin6
Kapasitas terpasang187 MW
Peta
Waduk Saguling (Hijau), Waduk Cirata (Biru), Waduk Jatiluhur (Kuning).

Waduk Ir. H. Juanda atau biasa disebut sebagai Waduk Jatiluhur (Aksara Sunda Baku: ᮝᮓᮥᮊ᮪ ᮏᮒᮤᮜᮥᮠᮥᮁ), adalah sebuah waduk yang terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat (±9 km dari pusat Kota Purwakarta). Waduk ini diberi nama sesuai nama seorang pahlawan nasional, yakni Ir. H. Djuanda Kartawidjaja, yang bersama Ir. Sedijatmo, gigih memperjuangkan terwujudnya pembangunan waduk ini di internal pemerintah Indonesia maupun di forum internasional.[2] Waduk ini adalah waduk terbesar di Indonesia, dengan potensi air sebesar 12,9 miliar m3/tahun dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia. Waduk ini dapat dikunjungi melalui Jalan Tol Purbaleunyi (Purwakarta-Bandung-Cileunyi) dengan keluar di Gerbang Tol Jatiluhur.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Pembangunan waduk ini telah digagas sejak masa pendudukan Belanda di Indonesia oleh W.J. van Blommestein, seorang ahli pengairan asal Belanda, guna memanfaatkan derasnya aliran Sungai Citarum untuk mengairi lahan pertanian. Pada saat itu, di musim hujan, Sungai Citarum kerap meluap dan menyebabkan banjir di Bekasi dan Karawang, sehingga menyulitkan kegiatan pertanian. Selain itu, banjir juga kerap menggenangi jalan raya Jakarta - Cirebon, sehingga terkadang membuat para pelintas harus berhenti dan menginap di Karawang atau Cikampek.

Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1957, pemerintah pun menugaskan PLN untuk membangun bendungan dari waduk ini. PLN kemudian menunjuk Coyne et Bellier asal Prancis untuk merancang bendungan. Karena dibangun oleh PLN, maka waduk ini awalnya dirancang untuk membangkitkan listrik melalui PLTA.[3] Pembangunan PLTA tersebut pun awalnya mendapat banyak kritik, karena kapasitas terpasangnya direncanakan mencapai 125 MW, padahal kebutuhan listrik di Jakarta saat itu sebenarnya sudah dapat dipenuhi hanya dengan kapasitas terpasang sebesar 50 MW.[2]

Sementara itu, Direktorat Jenderal Pengairan kemudian juga ingin memanfaatkan air yang tertampung di waduk ini untuk mengairi lahan pertanian yang ada di hilir waduk dengan cara membangun Bendung Curug untuk membagi air yang keluar dari waduk ini ke tiga saluran irigasi, yakni Tarum Timur, Tarum Barat, dan Tarum Utara, yang masing-masing dapat difungsikan untuk mengairi lahan pertanian seluas sekitar 80.000 hektar.[2]

Departemen Pekerjaan Umum akhirnya menetapkan bahwa waduk ini terutama akan difungsikan untuk mengairi lahan pertanian, karena berdasarkan perhitungan yang dilakukan saat itu, air yang tertampung di waduk ini akan lebih ekonomis jika digunakan untuk mengairi lahan pertanian daripada untuk membangkitkan listrik, sebab kepala hidraulik dari waduk ini tidak terlalu besar.[3]

Waduk ini kemudian mulai dibangun pada tahun 1957 dengan batu pertamanya diletakkan oleh Presiden Ir Soekarno. Waduk ini lalu diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 26 Agustus 1967. Pembangunan waduk ini menelan biaya sebesar US$ 230 juta. Waduk ini membuat 4 desa tergenang penuh dan 11 desa lainnya tergenang sebagian, sehingga 5.004 orang penduduk harus dipindahkan ke lokasi lain. Sebagian dipindahkan ke sekitar bendungan dan sebagian lainnya dipindahkan ke Kabupaten Karawang. Sebagian besar penduduk yang dipindahkan saat itu bekerja sebagai petani.[2][4]

Waduk ini dirancang berumur layanan sampai 200 tahun, tetapi dengan selesainya pembangunan Waduk Cirata dan Waduk Saguling, umur layanan waduk ini diperkirakan mencapai 276 tahun dari tahun 1987.

Setelah selesai dibangun, waduk ini dikelola oleh sebuah perusahaan negara (PN) yang diberi nama PN Jatiluhur, yang kemudian diubah statusnya menjadi sebuah perusahaan umum (Perum) dengan nama Perum Otorita Jatiluhur pada tahun 1970, dan kemudian diubah namanya menjadi Perum Jasa Tirta II pada tahun 1999.[2]

Bendungan Jatiluhur dilihat dari Jembatan Oranye di bawah bendungan

Pemanfaatan[sunting | sunting sumber]

Di dalam Waduk Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin dengan daya terpasang 187 MW dengan produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap tahun, yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta II. Selain dari itu, Waduk Jatiluhur memiliki fungsi penyediaan air irigasi untuk 240.000 hektar sawah (dua kali tanam setahun), air baku, air minum, budi daya perikanan, dan pengendali banjir, yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta II.

Selain berfungsi sebagai PLTA dengan sistem limpasan terbesar di dunia, kawasan Waduk Jatiluhur memiliki banyak fasilitas rekreasi yang memadai, seperti hotel dan bungalow, bar dan restaurant, lapangan tenis, bilyard, perkemahan, kolam renang dengan water slide, ruang pertemuan, sarana rekreasi dan olahraga air, playground dan fasilitas lainnya. Sarana olahraga dan rekreasi air misalnya mendayung, selancar angin, kapal pesiar, ski air, boating dan lainnya.

Di perairan Waduk Jatiluhur juga terdapat kegiatan budidaya ikan keramba jaring apung, yang menjadi daya tarik tersendiri. Di waktu siang atau dalam keheningan malam, pengunjung dapat memancing penuh ketenangan sambil menikmati ikan bakar. Di kawasan ini pula, pengunjung dapat melihat Stasiun Satelit Bumi milik PT Indosat Tbk. (±7 km dari pusat Kota Purwakarta), yang difungsikan sebagai alat komunikasi internasional. Jenis layanan yang disediakan antara lain international toll free service (ITFS), Indosat Calling Card (ICC), international direct dan lainnya.

Panorama[sunting | sunting sumber]

Waduk Jatiluhur

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum (1995). Bendungan Besar Di Indonesia (PDF). Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. hlm. 26. 
  2. ^ a b c d e Sinaro, Radhi (2007). Menyimak Bendungan di Indonesia (1910-2006) (dalam bahasa Indonesia). Tangerang Selatan: Bentara Adhi Cipta. ISBN 978-979-3945-23-1. 
  3. ^ a b Angoedi, Abdullah (1984). Sejarah Irigasi di Indonesia. Bandung: Komite Nasional Indonesia untuk ICID. 
  4. ^ Sejarah Bendungan Jatiluhur

Pranala luar[sunting | sunting sumber]