Lompat ke isi

Srikandi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(39 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{TMH Infobox|
{{TMH Infobox|
| Image = Srikandi-kl.jpg
| Image = Shikhandi.png
| Caption = Srikandi dalam pewayangan Jawa
| Caption = Ilustrasi Srikandi karya Warwick Goble (1943) dalam buku ''Indian Tales of the Great Ones Among Men, Women, and Bird-people''.
| Kasta = kesatria
| Gelar = pangeran
| Ayah = [[Drupada]]
| Ibu = Persati{{br}}Gandawati (versi wayang)
| Tokoh = ''Mahabharata''
| Kitab = ''[[Mahabharata]]''
| Anak = Kesatradewa<ref>{{citation| url = http://www.sacred-texts.com/hin/m08/index.htm | last = Ganguli | first = Kisari Mohan | title = The Mahabharata of Krishna-Dwaipayana Vyasa | chapter = Karnaparwa, section 6 | publisher = Sacred-Texts.com}}</ref>
| Nama = Srikandi
| Nama = Srikandi
| Devanagari = शिकण्ढी
| Devanagari = शिखंडी
| Ejaan_Sanskerta = Śikhaṇḍin; Śikhaṇḍinī
| Ejaan_Sanskerta = Śikhaṇḍī
| Nama_lain = Sikandin; Sikandini;{{br}}Bismahanta
| Nama_lain = Bismahanta
| Asal = [[Kerajaan Panchala]]
| Asal = [[Kerajaan Panchala]]
| Tempat = [[Kampilya]], [[Kerajaan Panchala]]
| Saudara= [[Drestadyumna]], [[Dropadi]], [[Satyajit]]
}}
}}
'''Srikandi''' ([[bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: शिकण्ढी; ''Śikhaṇḍī'') atau '''Sikandin''' adalah salah satu puteri Raja [[Drupada]] dengan Dewi Gandawati dari [[Kerajaan Panchala]] yang muncul dalam kisah [[wiracarita]] dari [[India]], yaitu ''[[Mahabharata]]''. Ia merupakan penitisan Dewi [[Amba]] yang tewas karena panah [[Bisma]]. Dalam kitab ''[[Mahabharata]]'' ia diceritakan lahir sebagai seorang wanita, namun karena sabda dewata, ia diasuh sebagai seorang pria, atau kadangkala berjenis kelamin netral (waria). Dalam versi [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] terjadi hal yang hampir sama, namun dalam pewayangan jawa ia dikisahkan menikahi [[Arjuna]] dan ini merupakan perbedaan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan kisah ''[[Mahabharata]]'' versi [[India]].
'''Srikandi''' {{Sanskerta|शिकण्ढी|Śikhaṇḍī}} adalah tokoh [[androgini]] dalam [[wiracarita]] dari [[India]], yaitu ''[[Mahabharata]]''. Dalam kisah, ia merupakan putri Raja [[Drupada]] dan Persati dari [[Kerajaan Panchala]]. Dalam kitab ''[[Mahabharata]]'' bagian ''[[Adiparwa]]'' dan ''[[Udyogaparwa]]'' dijelaskan bahwa ia merupakan [[reinkarnasi]] putri [[kerajaan Kasi]] bernama [[Amba]], yang meninggal dengan hati penuh dendam kepada [[Bisma]], pangeran [[Dinasti Kuru]]. Kemudian Amba terlahir kembali sebagai anak perempuan Drupada. Namun karena sabda [[dewata]], ia diasuh sebagai laki-laki. Versi lain menceritakan bahwa ia bertukar kelamin dengan [[yaksa]] (makhluk gaib).<ref name="mbh online"/><ref name="urday"/>


Dalam versi [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] yang mengadaptasi ''Mahabharata'' terkandung cerita yang hampir sama. Namun dalam pewayangan Jawa dikisahkan bahwa ia menikahi [[Arjuna]] dan ini merupakan perbedaan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan kisah ''[[Mahabharata]]'' versi [[India]].
== Arti nama ==


== Etimologi ==
Dalam [[bahasa Sanskerta]], ''Srikandi'' dieja ''Śikhaṇḍin'', bentuk feminimnya adalah ''Śikhaṇḍinī''. Secara [[harfiah]], kata ''Śikhandin'' atau ''Śikhandini'' berarti "memiliki rumbai-rumbai" atau "yang memiliki jambul".
Nama ''Srikandi'' merupakan versi Indonesia dari ''Śikhaṇḍin'' dalam [[bahasa Sanskerta]]. Bentuk femininnya adalah ''Śikhaṇḍinī''. Secara [[harfiah]], kata ''Śikhandin'' atau ''Śikhandini'' berarti "memiliki rumbai-rumbai" atau "yang memiliki jambul".


== Srikandi dalam Mahabharata ==
== Kehidupan sebelumnya ==
Dalam kitab ''[[Mahabharata]]'', pada kehidupan sebelumnya Srikandi terlahir sebagai wanita bernama [[Amba]]. Kisah mengenai Amba dimuat dalam ''Mahabharata'' jilid pertama, yaitu ''[[Adiparwa]]'', dan dalam ''Mahabharata'' jilid kelima, ''[[Udyogaparwa]]''. Dalam ''Adiparwa'' diceritakan bahwa [[Bisma]]—pangeran dari [[Hastinapura]], ibukota [[Kerajaan Kuru]]—memboyong Amba dari suatu [[sayembara]] di [[Kerajaan Kasi]], untuk dinikahkan kepada [[Wicitrawirya]], adik tirinya. Sesampainya di Hastinapura, Amba mengaku bahwa ia sudah memilih Raja Salwa sebagai calon suaminya. Karena Bisma tidak ingin Amba menikah secara terpaksa, maka ia memulangkan Amba agar dapat menikah dengan Raja Salwa. Namun Raja Salwa yang merasa harga dirinya terinjak oleh Bisma tidak mau menikahi Amba.


Amba kembali ke kediaman Bisma agar dinikahi, tetapi Bisma menolaknya karena bersumpah untuk hidup membujang selamanya. Karena merasa terhina, Amba membujuk para kesatria di [[Bharatawarsha]] agar membantunya menundukkan Bisma, tetapi tidak ada seorang kesatria pun yang berani melakukannya. Amba pun memohon bantuan [[Parasurama]], salah satu guru Bisma. Namun Parasurama tidak mampu untuk memaksa Bisma menikahi Amba, walau menempuh jalur kekerasan sekalipun. Akhirnya Amba memutuskan untuk berdoa kepada para dewa agar memperoleh cara untuk membunuh Bisma.<ref name ="SacredTexts">http://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01068.htm</ref>
Di kehidupan sebelumnya, Srikandi terlahir sebagai wanita bernama [[Amba]], yang ditolak oleh [[Bisma]] untuk menikah. Karena merasa terhina dan ingin membalas dendam, [[Amba]] berdoa dengan keinginan untuk menjadi penyebab kematian [[Bisma]]. Keinginannya terpenuhi sehingga akhirnya Amba be[[reinkarnasi]] menjadi Srikandi.


Menurut ''Mahabharata'' yang ditulis ulang [[C. Rajagopalachari]], Dewa [[Kartikeya|Subramanya]] memberikannya [[puspamala]] dan bersabda bahwa orang yang bersedia memakainya akan menjadi pembunuh Bisma. Amba pun mencari orang yang bersedia memakainya, tetapi tidak ada yang berani meskipun ada jaminan keberhasilan dari sang dewa. Setelah ditolak berbagai kesatria, akhirnya Amba tiba di istana Raja [[Drupada]], dan mendapatkan hasil yang sama. Dengan putus asa, Amba melemparkan puspamala tersebut ke atas gerbang istana dan tidak ada yang berani menyentuhnya.<ref>{{cite book |last=Rajagopalachari |first=Raja |date=1951 |title=Mahabharata |url=https://archive.org/details/mahabharta00craj|publisher=Bharatiya Vidya Bhavan |page=[https://archive.org/details/mahabharta00craj/page/22 22]}}</ref>
Pada saat lahir, suara dewata menyuruh ayahnya agar mengasuh Srikandi sebagai putera. Maka Srikandi hidup seperti pria, belajar ilmu perang dan kemudian menikah. Pada malam perkawinan, istrinya sendiri menghina dirinya setelah mengetahui hal yang sebenarnya. Setelah memikirkan usaha bunuh diri, ia kabur dari [[Kerajaan Panchala|Panchala]], namun diselamatkan oleh seorang [[Yaksa]] yang kemudian menukar jenis kelaminnya kepada Srikandi. Srikandi pulang sebagai pria dan hidup bahagia bersama istrinya dan memiliki anak pula. Setelah kematiannya, kejantanannya dikembalikan kembali kepada [[Yaksa]].


Dari istana Drupada, Amba pergi dan berdoa kepada [[Dewa Siwa]] dengan keinginan untuk menjadi penyebab kematian Bisma. Permohonan Amba dikabulkan oleh sang dewa. Namun, sebagai wanita yang tidak pernah mengenyam pelatihan militer, Amba pun bertanya kepada Siwa tentang cara untuk membunuh Bisma. Dewa Siwa menjawab bahwa pembunuhan itu tidak terjadi pada kehidupan Amba saat itu, melainkan pada kehidupan Amba yang selanjutnya. Sang dewa berkata bahwa Amba akan bereinkarnasi menjadi orang yang menyebabkan kematian Bisma. Setelah mendengar jawaban sang dewa, dengan percaya diri Amba mencabut nyawanya sendiri.<ref name=" Pattanaik">Pattanaik, Devdutt. Shikhandi and Other Tales They Don't Tell You. N.p.: n.p., n.d. Print</ref> Amba pun terlahir sebagai Srikandi, anak Raja Drupada.
=== Perang di Kurukshetra ===


== Gender ==
Saat [[perang di Kurukshetra]], [[Bisma]] sadar bahwa Srikandi adalah reinkarnasi [[Amba]], dan karena ia tidak ingin menyerang "seorang wanita", ia menjatuhkan senjatanya. Tahu bahwa [[Bisma]] akan bersikap demikian terhadap Srikandi, [[Arjuna]] bersembunyi di belakang Srikandi dan menyerang [[Bisma]] dengan tembakan panah penghancur. Maka dari itu, hanya dengan bantuan Srikandi, [[Arjuna]] dapat memberikan pukulan mematikan kepada Bisma, yang sebenarnya tak terkalahkan sampai akhir. Akhirnya Srikandi dibunuh oleh [[Aswatama]] pada hari ke-18 [[Bharatayuddha]].
[[File:Srikandi - warrior princess from Epic Mahabharata.jpg|thumb|Tokoh Srikandi yang diperankan dalam ''[[jatra (teater)|jatra]]'', seni pertunjukan dari [[Benggala]], [[India]].]]
Dalam ''[[Mahabharata]]'', Srikandi merupakan sosok yang bersifat [[androgini]]. Kisah tentang penentuan [[gender]]nya terjadi dalam berbagai versi. Dalam suatu versi dikisahkan bahwa saat Srikandi masih muda, ia mendapati sebuah puspamala (pemberian [[Amba]]) tergantung di atas gerbang istananya. Puspamala tersebut merupakan anugerah dewa yang membuat pemakainya menjadi penyebab kehancuran [[Bisma]]. Srikandi yang masih teringat akan [[reinkarnasi]]nya pun mengalungkan puspamala tersebut di lehernya. Melihat hal itu, [[Drupada]] cemas bahwa Srikandi akan menjadi musuh Bisma sehingga ia mengusir Srikandi agar kerajaannya tidak ikut menjadi musuh Bisma. Di tengah hutan, Srikandi berdoa dan berganti jenis kelamin menjadi laki-laki.<ref name="mbh online">{{citation| url = http://www.mahabharataonline.com/rajaji/mahabharata_summary_5.php | author = Rajaji | chapter = Amba and Bhishma | title = Mahabharata Summary | publisher = Mahabharata Online}}</ref>


Menurut versi lain, ia kabur dari [[Kerajaan Panchala|Panchala]], lalu bertemu seorang [[yaksa]] yang kemudian menukar jenis kelaminnya kepada Srikandi. Dikisahkan bahwa saat belum dikaruniai keturunan, Raja [[Drupada]] melakukan pengembaraan ke hutan. Di sana ia mendapati seorang bayi perempuan. Saat dipungut, suara gaib menggema dari angkasa dan menyuruh agar Drupada mengasuh bayi tersebut selayaknya laki-laki. Anak tersebut pun diberi nama Srikandi. Saat dewasa, Srikandi dinikahkan dengan putri Raja [[kerajaan Dasharna|Dasharna]]. Namun sang putri mengadu kepada ayahnya bahwa Srikandi yang ia nikahi ternyata seorang wanita. Saat sang raja bertindak untuk memastikan kebenarannya, Srikandi panik lalu kabur ke hutan. Di sana ia bertemu [[yaksa]] yang bersedia bertukar jenis kelamin dengannya. Raja Yaksa pun mengetahui hal tersebut, lalu ia mengutuk agar yaksa tersebut tetap menjadi perempuan sampai Srikandi meninggal dunia.<ref name="urday">[http://www.urday.in/satyavati.htm MAHABHARAT: The king of Kashi's three beautiful daughters, Amba, Ambika and Ambalika] {{webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120812010534/http://www.urday.in/satyavati.htm|date=12 August 2012}}</ref> Dalam berbagai versi, perubahan gender menyebabkan Srikandi menjadi [[orang kasim]]; dalam versi lain tidak demikian.<ref>Gāḍīta, Jayanta. Shikhandi. Ahmedabad: Parshwa, 1990. Print.</ref>
== Srikandi dalam Pewayangan Jawa ==


Dalam beberapa versi, Amba memang dilahirkan sebagai laki-laki yang bernama Srikandi. Kadangkala diceritakan sebagai lelaki tulen, kadangkala sebagai [[orang kasim]]. Dalam versi yang lain, Srikandi memang seorang laki-laki tetapi berstatus [[transgender]], karena anugerah Siwa yang menyebabkan Amba akan tetap teringat akan kehidupan sebelumnya.<ref name="Pattanaik"/>
Srikandi dikisahkan lahir karena keinginan kedua orangtuanya, yaitu [[Drupada|Prabu Drupada]] dan Dewi Gandawati, menginginkan kelahiran seorang anak dengan normal. Kedua kakaknya, [[Dropadi|Dewi Dropadi]] dan [[Drestadyumna]], dilahirkan melalui puja semadi. Dropadi dilahirkan dari bara api pemujaan, sementara asap api itu menjelma menjadi Drestadyumna.


Dalam ''Mahabharata'' terjemahan [[Kisari Mohan Ganguli]], dan kompilasi Chatahurdi, Srikandi memiliki seorang putra bernama Kesatradewa.<ref>http://www.sacred-texts.com/hin/m08/m08006.htm</ref>
Dewi Srikandi sangat gemar dalam olah keprajuritan dan mahir dalam mempergunakan senjata panah. Kepandaiannya tersebut didapatnya ketika ia berguru pada [[Arjuna]], yang kemudian menjadi suaminya. Dalam perkawinan tersebut ia tidak memperoleh seorang putera.


== Perang Kurukshetra ==
Dewi Srikandi menjadi suri tauladan prajurit wanita. Ia bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya. Dalam perang [[Bharatayuddha]], Dewi Srikandi tampil sebagai senapati perang [[Pandawa]] menggantikan Resi Seta, kesatria [[Kerajaan Wirata|Wirata]] yang telah gugur untuk menghadapi [[Bisma]], senapati agung balatentara [[Korawa]]. Dengan panah Hrusangkali, Dewi Srikandi dapat menewaskan [[Bisma]], sesuai kutukan [[Amba|Dewi Amba]], puteri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura, yang dendam kepada [[Bisma]].
[[Berkas:Kripa and shikhandi.jpg|ka|300px|jmpl|Ilustrasi dari naskah kitab ''Mahabharata'' berbahasa Sanskerta, menggambarkan pertarungan [[Krepa]] (kiri) melawan Srikandi.]]
Saat [[perang Kurukshetra]], yang merupakan konflik utama wiracarita ''Mahabharata'', [[Bisma]] berperang di pihak [[Korawa]], sementara Srikandi di pihak [[Pandawa]]. Sebelumnya, dalam kitab ''[[Udyogaparwa]]'' (kisah persiapan perang Kurukshetra) Bisma berkata di hadapan para Korawa bahwa Srikandi adalah reinkarnasi [[Amba]], dan terlahir sebagai seorang wanita. Sebelum pertempuran hari ke-10, para Pandawa datang menemui Bisma pada malam hari untuk mencari tahu kelemahannya. Bisma berkata bahwa ia enggan bertarung dengan seorang wanita, atau seseorang yang namanya seperti wanita. Di samping itu, ia selalu menjauh dari medan tempur setiap Srikandi mendekatinya. Setelah tahu bahwa Bisma akan bersikap demikian terhadap Srikandi, [[Arjuna]] mengambil siasat untuk bersembunyi di belakang Srikandi dan menyerang Bisma dengan tembakan panah penghancur.<ref name="mbh online"/>


Pada pertempuran hari ke-10, banyak kesatria dari laskar [[Korawa]] yang menyerang dan melukai Srikandi, beberapa di antaranya juga menghadang kelima [[Pandawa]]. [[Drona]] menghadang [[Arjuna]], [[Duryodana]] menghadang [[Bhima|Bima]], [[Salya]] menghadang [[Yudistira]], [[Daftar tokoh Mahabharata|Wrekasura]] menghadang [[Nakula]], dan [[Uluka]] menghadang [[Sadewa]]. Pertama-tama, [[Aswatama]] menyerang Srikandi tetapi [[Drupada]] menangkisnya, lalu [[Dursasana]] menyerang Srikandi tetapi [[Drestadyumna]] meladeninya. Terakhir, [[Sangkuni]] menyerang dan menusuk Srikandi tetapi [[Wirata]] menghentikannya. Kemudian, Srikandi yang terluka akhirnya naik ke kereta perang Arjuna. Bersama-sama, mereka melaju ke arah Bisma. Melihat Srikandi muncul di hadapannya, Bisma menurunkan senjata, lalu Arjuna yang bersembunyi di belakang Srikandi segera melepaskan serangan panah bertubi-tubi. Maka dari itu, hanya dengan bantuan Srikandi, Arjuna dapat memberikan pukulan mematikan kepada Bisma, yang sebenarnya tak terkalahkan sampai akhir.<ref name="mbh online"/><ref name="shikhandi"/>
Dalam akhir riwayat Dewi Srikandi diceriterakan bahwa ia tewas dibunuh [[Aswatama]] yang menyelundup masuk ke keraton [[Hastinapura]] setelah berakhirnya perang [[Bharatayuddha]].

== Kematian ==
Dalam wiracarita ''Mahabharata'', dikisahkan bahwa Srikandi terus bertahan sampai perang diakhiri pada hari ke-18, yang ditandai dengan kekalahan [[Duryodana]] dalam [[perang tanding]] melawan [[Bhima|Bima]]. Sebelum mati, Duryodana mengangkat [[Aswatama]] sebagai pemimpin sisa prajurit Korawa, untuk melancarkan serangan balas dendam ke kubu Pandawa. Dalam kitab ''[[Sauptikaparwa]]'', diceritakan bahwa Aswatama melakukan [[gerilya]] pada saat laskar Pandawa sedang tidur, dan berhasil membunuh banyak kesatria. Setelah [[Drestadyumna]], [[Yudamanyu]], [[Utamoja]], dan [[Pancakumara|lima putra]] [[Dropadi]] terbunuh, Srikandi menyerang Aswatama dengan panah. Namun Aswatama yang dianugerahi kekuatan oleh [[Siwa]] mampu melakukan serangan balik, dan memotong tubuh Srikandi menjadi dua bagian dengan pedangnya.<ref>{{citation|url=https://www.sacred-texts.com/hin/m10/m10008.htm| title=The Mahabharata of Krishna Dvaipayana Vyasa| publisher=Sacred-Text.com| author=Kisari Mohan Ganguli| chapter=Sauptika Parva. Section 8.}}</ref> Menurut salah satu versi, setelah kematiannya, kejantanannya dikembalikan kepada [[yaksa]].<ref name="shikhandi">{{citation| url = http://www.mahabharataonline.com/stories/mahabharata_character.php?id=94 | chapter = Story of Shikhandi | title = Characters/Persons from ''Mahabharata'' | publisher = Mahabharata Online}}</ref>

== Pewayangan Jawa ==
[[Berkas:Sikandi, KITLV 36C99 (cropped).tiff|jmpl|Srikandi sebagai tokoh pewayangan Jawa.]]
Dalam lakon [[pewayangan]] [[Jawa]] yang mengadaptasi naskah ''[[Mahabharata]]'', dikisahkan bahwa Srikandi lahir karena kedua orangtuanya—[[Drupada|Prabu Drupada]] dan Dewi Gandawati—menginginkan kelahiran seorang anak dengan normal. Kedua kakaknya—[[Dropadi|Dewi Dropadi]] dan [[Drestadyumna]]—dilahirkan melalui puja semadi. Dropadi dilahirkan dari bara api pemujaan, sementara asap api itu menjelma menjadi Drestadyumna.

Dewi Srikandi sangat gemar dalam olah keprajuritan dan mahir dalam mempergunakan senjata panah. Kepandaian tersebut didapatnya ketika berguru pada [[Arjuna]], yang kemudian menjadi suaminya. Dalam perkawinan tersebut ia tidak memperoleh seorang putra.

Dewi Srikandi menjadi suri teladan prajurit wanita. Ia bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya. Dalam perang [[Bharatayuddha]], Dewi Srikandi tampil sebagai senapati perang [[Pandawa]] menggantikan Resi [[Sweta|Seta]], kesatria [[Kerajaan Wirata|Wirata]] yang telah gugur untuk menghadapi [[Bisma]], senapati agung balatentara [[Korawa]]. Dengan panah Hrusangkali, Dewi Srikandi dapat menewaskan Bisma, sesuai kutukan [[Amba|Dewi Amba]], putri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura, yang dendam kepada Bisma.

Dalam akhir riwayat Dewi Srikandi diceriterakan bahwa ia tewas dibunuh [[Aswatama]] yang menyelundup masuk ke keraton [[Hastinapura|Astina]] setelah berakhirnya perang Bharatayuddha.


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
{{commons|Category:Srikandi|Srikandi}}
* [[Amba]]
* [[Amba]]
* [[Bisma]]
* [[Bisma]]


== Referensi ==
{{reflist|2}}


{{Tokoh Mahabharata}}
{{Tokoh Mahabharata}}


[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]

[[bjn:Sarikandi]]
[[en:Shikhandi]]
[[gu:શિખંડી]]
[[hi:शिखण्डी]]
[[jv:Srikandhi]]
[[kn:ಶಿಖಂಡಿ]]
[[ml:ശിഖണ്ഡി]]
[[ru:Шикханди]]
[[su:Srikandi]]

Revisi terkini sejak 25 Mei 2024 07.54

Srikandi
शिखंडी
Ilustrasi Srikandi karya Warwick Goble (1943) dalam buku Indian Tales of the Great Ones Among Men, Women, and Bird-people.
Ilustrasi Srikandi karya Warwick Goble (1943) dalam buku Indian Tales of the Great Ones Among Men, Women, and Bird-people.
Tokoh Mahabharata
NamaSrikandi
Ejaan Dewanagariशिखंडी
Ejaan IASTŚikhaṇḍī
Nama lainBismahanta
Gelarpangeran
Kitab referensiMahabharata
AsalKerajaan Panchala
KediamanKampilya, Kerajaan Panchala
Kastakesatria
AyahDrupada
IbuPersati
Gandawati (versi wayang)
SaudaraDrestadyumna, Dropadi, Satyajit
AnakKesatradewa[1]

Srikandi (Dewanagari: शिकण्ढी; ,IASTŚikhaṇḍī, शिकण्ढी) adalah tokoh androgini dalam wiracarita dari India, yaitu Mahabharata. Dalam kisah, ia merupakan putri Raja Drupada dan Persati dari Kerajaan Panchala. Dalam kitab Mahabharata bagian Adiparwa dan Udyogaparwa dijelaskan bahwa ia merupakan reinkarnasi putri kerajaan Kasi bernama Amba, yang meninggal dengan hati penuh dendam kepada Bisma, pangeran Dinasti Kuru. Kemudian Amba terlahir kembali sebagai anak perempuan Drupada. Namun karena sabda dewata, ia diasuh sebagai laki-laki. Versi lain menceritakan bahwa ia bertukar kelamin dengan yaksa (makhluk gaib).[2][3]

Dalam versi pewayangan Jawa yang mengadaptasi Mahabharata terkandung cerita yang hampir sama. Namun dalam pewayangan Jawa dikisahkan bahwa ia menikahi Arjuna dan ini merupakan perbedaan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan kisah Mahabharata versi India.

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Nama Srikandi merupakan versi Indonesia dari Śikhaṇḍin dalam bahasa Sanskerta. Bentuk femininnya adalah Śikhaṇḍinī. Secara harfiah, kata Śikhandin atau Śikhandini berarti "memiliki rumbai-rumbai" atau "yang memiliki jambul".

Kehidupan sebelumnya[sunting | sunting sumber]

Dalam kitab Mahabharata, pada kehidupan sebelumnya Srikandi terlahir sebagai wanita bernama Amba. Kisah mengenai Amba dimuat dalam Mahabharata jilid pertama, yaitu Adiparwa, dan dalam Mahabharata jilid kelima, Udyogaparwa. Dalam Adiparwa diceritakan bahwa Bisma—pangeran dari Hastinapura, ibukota Kerajaan Kuru—memboyong Amba dari suatu sayembara di Kerajaan Kasi, untuk dinikahkan kepada Wicitrawirya, adik tirinya. Sesampainya di Hastinapura, Amba mengaku bahwa ia sudah memilih Raja Salwa sebagai calon suaminya. Karena Bisma tidak ingin Amba menikah secara terpaksa, maka ia memulangkan Amba agar dapat menikah dengan Raja Salwa. Namun Raja Salwa yang merasa harga dirinya terinjak oleh Bisma tidak mau menikahi Amba.

Amba kembali ke kediaman Bisma agar dinikahi, tetapi Bisma menolaknya karena bersumpah untuk hidup membujang selamanya. Karena merasa terhina, Amba membujuk para kesatria di Bharatawarsha agar membantunya menundukkan Bisma, tetapi tidak ada seorang kesatria pun yang berani melakukannya. Amba pun memohon bantuan Parasurama, salah satu guru Bisma. Namun Parasurama tidak mampu untuk memaksa Bisma menikahi Amba, walau menempuh jalur kekerasan sekalipun. Akhirnya Amba memutuskan untuk berdoa kepada para dewa agar memperoleh cara untuk membunuh Bisma.[4]

Menurut Mahabharata yang ditulis ulang C. Rajagopalachari, Dewa Subramanya memberikannya puspamala dan bersabda bahwa orang yang bersedia memakainya akan menjadi pembunuh Bisma. Amba pun mencari orang yang bersedia memakainya, tetapi tidak ada yang berani meskipun ada jaminan keberhasilan dari sang dewa. Setelah ditolak berbagai kesatria, akhirnya Amba tiba di istana Raja Drupada, dan mendapatkan hasil yang sama. Dengan putus asa, Amba melemparkan puspamala tersebut ke atas gerbang istana dan tidak ada yang berani menyentuhnya.[5]

Dari istana Drupada, Amba pergi dan berdoa kepada Dewa Siwa dengan keinginan untuk menjadi penyebab kematian Bisma. Permohonan Amba dikabulkan oleh sang dewa. Namun, sebagai wanita yang tidak pernah mengenyam pelatihan militer, Amba pun bertanya kepada Siwa tentang cara untuk membunuh Bisma. Dewa Siwa menjawab bahwa pembunuhan itu tidak terjadi pada kehidupan Amba saat itu, melainkan pada kehidupan Amba yang selanjutnya. Sang dewa berkata bahwa Amba akan bereinkarnasi menjadi orang yang menyebabkan kematian Bisma. Setelah mendengar jawaban sang dewa, dengan percaya diri Amba mencabut nyawanya sendiri.[6] Amba pun terlahir sebagai Srikandi, anak Raja Drupada.

Gender[sunting | sunting sumber]

Tokoh Srikandi yang diperankan dalam jatra, seni pertunjukan dari Benggala, India.

Dalam Mahabharata, Srikandi merupakan sosok yang bersifat androgini. Kisah tentang penentuan gendernya terjadi dalam berbagai versi. Dalam suatu versi dikisahkan bahwa saat Srikandi masih muda, ia mendapati sebuah puspamala (pemberian Amba) tergantung di atas gerbang istananya. Puspamala tersebut merupakan anugerah dewa yang membuat pemakainya menjadi penyebab kehancuran Bisma. Srikandi yang masih teringat akan reinkarnasinya pun mengalungkan puspamala tersebut di lehernya. Melihat hal itu, Drupada cemas bahwa Srikandi akan menjadi musuh Bisma sehingga ia mengusir Srikandi agar kerajaannya tidak ikut menjadi musuh Bisma. Di tengah hutan, Srikandi berdoa dan berganti jenis kelamin menjadi laki-laki.[2]

Menurut versi lain, ia kabur dari Panchala, lalu bertemu seorang yaksa yang kemudian menukar jenis kelaminnya kepada Srikandi. Dikisahkan bahwa saat belum dikaruniai keturunan, Raja Drupada melakukan pengembaraan ke hutan. Di sana ia mendapati seorang bayi perempuan. Saat dipungut, suara gaib menggema dari angkasa dan menyuruh agar Drupada mengasuh bayi tersebut selayaknya laki-laki. Anak tersebut pun diberi nama Srikandi. Saat dewasa, Srikandi dinikahkan dengan putri Raja Dasharna. Namun sang putri mengadu kepada ayahnya bahwa Srikandi yang ia nikahi ternyata seorang wanita. Saat sang raja bertindak untuk memastikan kebenarannya, Srikandi panik lalu kabur ke hutan. Di sana ia bertemu yaksa yang bersedia bertukar jenis kelamin dengannya. Raja Yaksa pun mengetahui hal tersebut, lalu ia mengutuk agar yaksa tersebut tetap menjadi perempuan sampai Srikandi meninggal dunia.[3] Dalam berbagai versi, perubahan gender menyebabkan Srikandi menjadi orang kasim; dalam versi lain tidak demikian.[7]

Dalam beberapa versi, Amba memang dilahirkan sebagai laki-laki yang bernama Srikandi. Kadangkala diceritakan sebagai lelaki tulen, kadangkala sebagai orang kasim. Dalam versi yang lain, Srikandi memang seorang laki-laki tetapi berstatus transgender, karena anugerah Siwa yang menyebabkan Amba akan tetap teringat akan kehidupan sebelumnya.[6]

Dalam Mahabharata terjemahan Kisari Mohan Ganguli, dan kompilasi Chatahurdi, Srikandi memiliki seorang putra bernama Kesatradewa.[8]

Perang Kurukshetra[sunting | sunting sumber]

Ilustrasi dari naskah kitab Mahabharata berbahasa Sanskerta, menggambarkan pertarungan Krepa (kiri) melawan Srikandi.

Saat perang Kurukshetra, yang merupakan konflik utama wiracarita Mahabharata, Bisma berperang di pihak Korawa, sementara Srikandi di pihak Pandawa. Sebelumnya, dalam kitab Udyogaparwa (kisah persiapan perang Kurukshetra) Bisma berkata di hadapan para Korawa bahwa Srikandi adalah reinkarnasi Amba, dan terlahir sebagai seorang wanita. Sebelum pertempuran hari ke-10, para Pandawa datang menemui Bisma pada malam hari untuk mencari tahu kelemahannya. Bisma berkata bahwa ia enggan bertarung dengan seorang wanita, atau seseorang yang namanya seperti wanita. Di samping itu, ia selalu menjauh dari medan tempur setiap Srikandi mendekatinya. Setelah tahu bahwa Bisma akan bersikap demikian terhadap Srikandi, Arjuna mengambil siasat untuk bersembunyi di belakang Srikandi dan menyerang Bisma dengan tembakan panah penghancur.[2]

Pada pertempuran hari ke-10, banyak kesatria dari laskar Korawa yang menyerang dan melukai Srikandi, beberapa di antaranya juga menghadang kelima Pandawa. Drona menghadang Arjuna, Duryodana menghadang Bima, Salya menghadang Yudistira, Wrekasura menghadang Nakula, dan Uluka menghadang Sadewa. Pertama-tama, Aswatama menyerang Srikandi tetapi Drupada menangkisnya, lalu Dursasana menyerang Srikandi tetapi Drestadyumna meladeninya. Terakhir, Sangkuni menyerang dan menusuk Srikandi tetapi Wirata menghentikannya. Kemudian, Srikandi yang terluka akhirnya naik ke kereta perang Arjuna. Bersama-sama, mereka melaju ke arah Bisma. Melihat Srikandi muncul di hadapannya, Bisma menurunkan senjata, lalu Arjuna yang bersembunyi di belakang Srikandi segera melepaskan serangan panah bertubi-tubi. Maka dari itu, hanya dengan bantuan Srikandi, Arjuna dapat memberikan pukulan mematikan kepada Bisma, yang sebenarnya tak terkalahkan sampai akhir.[2][9]

Kematian[sunting | sunting sumber]

Dalam wiracarita Mahabharata, dikisahkan bahwa Srikandi terus bertahan sampai perang diakhiri pada hari ke-18, yang ditandai dengan kekalahan Duryodana dalam perang tanding melawan Bima. Sebelum mati, Duryodana mengangkat Aswatama sebagai pemimpin sisa prajurit Korawa, untuk melancarkan serangan balas dendam ke kubu Pandawa. Dalam kitab Sauptikaparwa, diceritakan bahwa Aswatama melakukan gerilya pada saat laskar Pandawa sedang tidur, dan berhasil membunuh banyak kesatria. Setelah Drestadyumna, Yudamanyu, Utamoja, dan lima putra Dropadi terbunuh, Srikandi menyerang Aswatama dengan panah. Namun Aswatama yang dianugerahi kekuatan oleh Siwa mampu melakukan serangan balik, dan memotong tubuh Srikandi menjadi dua bagian dengan pedangnya.[10] Menurut salah satu versi, setelah kematiannya, kejantanannya dikembalikan kepada yaksa.[9]

Pewayangan Jawa[sunting | sunting sumber]

Srikandi sebagai tokoh pewayangan Jawa.

Dalam lakon pewayangan Jawa yang mengadaptasi naskah Mahabharata, dikisahkan bahwa Srikandi lahir karena kedua orangtuanya—Prabu Drupada dan Dewi Gandawati—menginginkan kelahiran seorang anak dengan normal. Kedua kakaknya—Dewi Dropadi dan Drestadyumna—dilahirkan melalui puja semadi. Dropadi dilahirkan dari bara api pemujaan, sementara asap api itu menjelma menjadi Drestadyumna.

Dewi Srikandi sangat gemar dalam olah keprajuritan dan mahir dalam mempergunakan senjata panah. Kepandaian tersebut didapatnya ketika berguru pada Arjuna, yang kemudian menjadi suaminya. Dalam perkawinan tersebut ia tidak memperoleh seorang putra.

Dewi Srikandi menjadi suri teladan prajurit wanita. Ia bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya. Dalam perang Bharatayuddha, Dewi Srikandi tampil sebagai senapati perang Pandawa menggantikan Resi Seta, kesatria Wirata yang telah gugur untuk menghadapi Bisma, senapati agung balatentara Korawa. Dengan panah Hrusangkali, Dewi Srikandi dapat menewaskan Bisma, sesuai kutukan Dewi Amba, putri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura, yang dendam kepada Bisma.

Dalam akhir riwayat Dewi Srikandi diceriterakan bahwa ia tewas dibunuh Aswatama yang menyelundup masuk ke keraton Astina setelah berakhirnya perang Bharatayuddha.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Ganguli, Kisari Mohan, "Karnaparwa, section 6", The Mahabharata of Krishna-Dwaipayana Vyasa, Sacred-Texts.com 
  2. ^ a b c d Rajaji, "Amba and Bhishma", Mahabharata Summary, Mahabharata Online 
  3. ^ a b MAHABHARAT: The king of Kashi's three beautiful daughters, Amba, Ambika and Ambalika Diarsipkan 12 August 2012 di Wayback Machine.
  4. ^ http://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01068.htm
  5. ^ Rajagopalachari, Raja (1951). Mahabharata. Bharatiya Vidya Bhavan. hlm. 22. 
  6. ^ a b Pattanaik, Devdutt. Shikhandi and Other Tales They Don't Tell You. N.p.: n.p., n.d. Print
  7. ^ Gāḍīta, Jayanta. Shikhandi. Ahmedabad: Parshwa, 1990. Print.
  8. ^ http://www.sacred-texts.com/hin/m08/m08006.htm
  9. ^ a b "Story of Shikhandi", Characters/Persons from Mahabharata, Mahabharata Online 
  10. ^ Kisari Mohan Ganguli, "Sauptika Parva. Section 8.", The Mahabharata of Krishna Dvaipayana Vyasa, Sacred-Text.com