Lompat ke isi

Martha Christina Tiahahu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-diantara +di antara , -Diantara +Di antara)
Elijah Mahoebessy (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(53 revisi perantara oleh 36 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Nama Maluku|[[Suku Ambon|Ambon]]|Tiahahu}}
{{rapikan}}
{{refimprove}}
{{Infobox person
{{Infobox person
| name = Martha Christina Tiahahu
| name = Martha Christina Tiahahu
| image = Martha Christina Tiahahu 1999 Indonesia stamp.jpg
| image =
Martha Christina Tiahahu.jpg
| caption =
| caption =
| birth_date = {{Birth date|1800|01|4|df=yes}}
| birth_date = {{Birth date|1800|01|4|df=yes}}
| birth_place = {{negara|Hindia Belanda}} Abubu, Nusa Laut, [[Maluku]], [[Hindia Belanda]]
| birth_place = [[Abubu, Nusalaut, Maluku Tengah|Abubu, Nusa Laut]], [[Kabupaten Maluku Tengah|Maluku Tengah]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{Death date and age|1818|01|2|1800|01|24|df=yes}}
| death_date = {{Death date and age|1818|01|2|1800|01|24|df=yes}}
| death_place = [[Laut Banda]], [[Maluku]], [[Indonesia]]
| death_place = [[Laut Banda]], [[Maluku]], [[Indonesia]]
| death_cause =
| death_cause = Sakit
| resting_place =
| resting_place =
| resting_place_coordinates = <!-- {{Coord|LAT|LONG|type:landmark|display=inline}} -->
| resting_place_coordinates = <!-- {{Coord|LAT|LONG|type:landmark|display=inline}} -->
| monuments = patung di [[Kota Ambon|Ambon]], [[Maluku]]; patung di Abubu
| monuments = patung di [[Kota Ambon|Ambon]], [[Maluku]]; patung di Abubu
| nationality =
| nationality = {{INA}}
| other_names =
| other_names =
| ethnicity = <!-- Suku harus didukung dengan kutipan dari sumber yang dapat dipercaya -->
| ethnicity = <!-- Suku harus didukung dengan kutipan dari sumber yang dapat dipercaya -->
| citizenship =
| citizenship =
| occupation = Gerilyawan
| occupation = Gerilyawan
| years_active = 1817
| years_active = 1817
| religion = <!-- Agama harus didukung dengan kutipan dari sumber yang dapat dipercaya -->
| religion = <!-- Agama harus didukung dengan kutipan dari sumber yang dapat dipercaya -->
| denomination = <!-- Denominasi harus didukung dengan kutipan dari sumber yang dapat dipercaya -->
| denomination = <!-- Denominasi harus didukung dengan kutipan dari sumber yang dapat dipercaya -->
| parents =
| parents = Paulus Tiahahu
| relatives =
| relatives =
| callsign =
| callsign =
| awards = [[Daftar Pahlawan Nasional Indonesia|Pahlawan Nasional Indonesia]]
| awards = [[Daftar Pahlawan Nasional Indonesia|Pahlawan Nasional Indonesia]]
}}
}}


'''Martha Christina Tiahahu''' ({{lahirmati|[[Nusa Laut]], [[Maluku]]|4|1|1800|[[Laut Banda]], [[Maluku]]|2|1|1818}}) adalah seorang gadis dari Desa Abubu di [[Pulau Nusalaut]]. Lahir sekitar tahun 1800 dan pada waktu mengangkat senjata melawan penjajah Belanda berumur 17 tahun. Ayahnya adalah [[Kapitan Paulus Tiahahu]], seorang kapitan dari negeri Abubu yang juga pembantu [[Kapitan Pattimura|Thomas Matulessy]] dalam [[perang Pattimura]] tahun 1817 melawan [[Belanda]].
'''Martha Christina Tiahahu''' ({{lahirmati|[[Nusa Laut, Maluku Tengah]], [[Maluku]]|4|1|1800|[[Laut Banda]], [[Maluku]]|2|1|1818}}) adalah seorang gadis dari negeri [[Abubu, Nusalaut, Maluku Tengah|Abubu]] di [[Nusalaut, Maluku Tengah]]. Pada usia 17 tahun, ia ikut mengangkat senjata melawan tentara [[Hindia Belanda|kolonial Belanda]]. Ayahnya adalah [[Paulus Tiahahu|Kapitan Paulus Tiahahu]], seorang kapitan dari negeri Abubu yang membantu [[Kapitan Pattimura|Thomas Matulessy]] dalam [[Perang Pattimura]] pada tahun 1817.<ref>{{Cite book|title=Ensiklopedi Pahlawan Nasional|last=Said|first=Julinar|last2=Wulandari|first2=Triana|date=1995|publisher=Subdirektorat Jenderal Kebudayaan|isbn=|location=Jakarta|pages=7|url-status=live}}</ref>


Martha Christina tercatat sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang unik yaitu seorang puteri remaja yang langsung terjun dalam medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam perang Pattimura tahun 1817. Di kalangan para pejuang dan masyarakat sampai di kalangan musuh, ia dikenal sebagai gadis pemberani dan konsekwen terhadap cita-cita perjuangannya.
M.C. Tiahahu merupakan seorang pejuang kemerdekaan. Ketika ikut dalam pertempuran melawan tentara Belanda saat Perang Pattimura (1817), ia masih remaja. Keberaniannya terkenal di kalangan pejuang, masyarakat luas, dan bahkan musuh-musuhnya.


Sejak awal perjuangan, ia selalu ikut mengambil bagian dan pantang mundur. Dengan rambutnya yang panjang terurai ke belakang serta berikat kepala sehelai kain berang (merah) ia tetap mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran baik di Pulau Nusalaut maupun di [[Pulau Saparua]]. Siang dan malam ia selalu hadir dan ikut dalam pembuatan kubu-kubu pertahanan. Ia bukan saja mengangkat senjata, tetapi juga memberi semangat kepada kaum wanita di negeri-negeri agar ikut membantu kaum pria di setiap medan pertempuran sehingga Belanda kewalahan menghadapi kaum wanita yang ikut berjuang.
Sejak awal perjuangan, ia selalu ikut mengambil bagian dan pantang mundur. Dengan rambut panjangnya yang terurai ke belakang serta berikat kepala sehelai kain berang (merah), ia setia mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran, baik di [[Pulau Nusalaut]] maupun di [[Pulau Saparua]]. Siang dan malam ia selalu hadir dan ikut dalam pembuatan kubu-kubu pertahanan. Ia juga membangkitkan semangat kaum wanita di sekitarnya agar ikut membantu kaum pria di setiap medan pertempuran.


Di dalam pertempuran yang sengit di Desa Ouw – Ullath jasirah Tenggara Pulau Saparua yang nampak betapa hebat srikandi ini menggempur musuh bersama para pejuang rakyat. Namun akhirnya karena tidak seimbang dalam persenjataan, tipu daya musuh dan pengkhianatan, para tokoh pejuang dapat ditangkap dan menjalani hukuman. Ada yang harus mati digantung dan ada yang dibuang ke Pulau Jawa. Kapitan Paulus Tiahahu divonis hukum mati tembak. Martha Christina berjuang untuk melepaskan ayahnya dari hukuman mati, namun ia tidak berdaya dan meneruskan bergerilyanya di hutan, tetapi akhirnya tertangkap dan diasingkan ke [[Pulau Jawa]].
Dalam pertempuran yang sengit di negeri Ouw – Ullath, sebelah tenggara Pulau Saparua. Ia bersama beberapa pasukan lainnya dikalahkan dan ditangkap oleh pasukan Belanda. Beberapa dihukum gantung dan yang lainnya diasingkan ke Pulau Jawa. Ayahnya, Paulus Tiahahu divonis hukuman tembak mati. Martha Christina Tiahahu berjuang untuk melepaskan ayahnya dari hukuman mati, tetapi ia tidak berdaya dan meneruskan gerilyanya di hutan, tetapi akhirnya tertangkap dan hendak diasingkan ke [[Pulau Jawa]]. Saat itulah ia jatuh sakit, namun ia menolak diobati oleh orang Belanda.


Di Kapal Perang Eversten, Martha Christina Tiahahu menemui ajalnya dan dengan penghormatan militer jasadnya diluncurkan di [[Laut Banda]] menjelang tanggal 2 Januari 1818. Menghargai jasa dan pengorbanan, Martha Christina dikukuhkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Di Kapal Perang Eversten, Martha Christina Tiahahu menemui ajalnya dan dengan penghormatan militer jasadnya diluncurkan di [[Laut Banda]] tepatnya di antara [[Pulau Buru]] dan [[Pulau Manipa]] pada tanggal 2 Januari 1818. Untuk menghargai jasa dan pengorbanannya, Martha Christina Tiahahu dikukuhkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh [[Pemerintah Republik Indonesia]].


== Perjuangan ==
== Biografi ==
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Standbeeld van vrijheidsstrijdster Martha Christina Tiahahu (1800-1818) TMnr 20017956.jpg|thumb|Patung Martha Christina Tiahahu di Kota Ambon]]
Martha Christina Tiahahu dilahirkan di Abubu Nusalaut pada tanggal 4 Januari 1800 merupakan anak sulung dari Kapitan Paulus Tiahahu dan masih berusia 17 tahun ketika mengikuti jejak ayahnya memimpin perlawanan di Pulau Nusalaut. Pada waktu yang sama Kapitan Pattimura sedang mengangkat senjata melawan kekuasaan Belanda di Saparua. Perlawanan di Saparua menjalar ke Nusalaut dan daerah sekitarnya.
Tiahahu lahir di desa Santiago de Abúbu di Pulau Nusalaut, dekat Maluku, pada 4 Januari 1800.{{sfn|Azizah|2011|p=121}} Ayahnya adalah Kapten Paulus Tiahahu dari klan Soa Uluputi.{{sfn|Azizah|2011|p=121}}{{sfn|Alaidrus 2010, Martha Christina Si Pemberani}} Setelah ibunya meninggal saat dia masih bayi, Tiahahu dibesarkan oleh ayahnya.{{sfn|Alaidrus 2010, Martha Christina Si Pemberani}} Sebagai seorang anak, dia keras kepala dan mengikuti ayahnya ke mana pun dia pergi, kadang-kadang bergabung dengannya dalam merencanakan serangan.{{sfn|Alaidrus 2010, Martha Christina Si Pemberani}}


Mulai tahun 1817, Tiahahu bergabung dengan ayahnya dalam perang gerilya melawan pemerintah kolonial Belanda.{{sfn|Tunny 2008, Martha Christina Tiahahu}} Mereka juga mendukung tentara Pattimura.{{sfn|Azizah|2011|p=121}} Dia melihat beberapa pertempuran. Dalam pertempuran di Pulau Saparua, pasukan itu membunuh komandan Belanda Richement dan melukai Komandan penggantinya Meyer.{{sfn|Tunny 2008, Martha Christina Tiahahu}} Dalam pertempuran lain, dia dan pasukannya berhasil membakar Benteng Duurstede hingga rata dengan tanah.{{sfn|Alaidrus 2010, Martha Christina Si Pemberani}} Selama pertempuran, dia dikatakan melempar batu ke pasukan Belanda jika tentaranya kehabisan amunisi, sementara catatan lain mengatakan dia menggunakan tombak.{{sfn|Alaidrus 2010, Martha Christina Si Pemberani}}{{sfn|Tunny 2008, Martha Christina Tiahahu}} Setelah Vermeulen Kringer mengambil alih militer Belanda di Maluku, Tiahahu, ayahnya, dan Pattimura ditangkap pada Oktober 1817.{{sfn|Tunny 2008, Martha Christina Tiahahu}}
Pada waktu itu sebagian pasukan rakyat bersama para Raja dan Patih bergerak ke Saparua untuk membantu perjuangan Kapitan Pattimura sehingga tindakan Belanda yang akan mengambil alih Benteng Beverwijk luput dari perhatian.


Dibawa dengan HNLMS ''Evertsen'' ke Nusalaut, Tiahahu adalah satu-satunya prajurit yang ditangkap yang tidak dihukum; ini karena usianya yang masih muda.{{sfn|Tunny 2008, Martha Christina Tiahahu}} Setelah beberapa waktu ditahan di Fort Beverwijk, tempat ayahnya dieksekusi, pada akhir tahun 1817 Tiahahu dibebaskan.{{sfn|Tunny 2008, Martha Christina Tiahahu}} Dia terus berjuang melawan Belanda.{{sfn|Alaidrus 2010, Martha Christina Si Pemberani}}
Guru Soselissa yang memihak Belanda melakukan kontak dengan musuh mengatas-namakan rakyat menyatakan menyerah kepada Belanda. Tanggal 10 Oktober 1817 Benteng Beverwijk jatuh ke tangan Belanda tanpa perlawanan.


Dalam penyisiran pada bulan Desember 1817 Tiahahu dan beberapa mantan pemberontak lainnya ditangkap.{{sfn|Tunny 2008, Martha Christina Tiahahu}} Gerilyawan yang ditangkap ditempatkan di Evertsen untuk diangkut ke Jawa; mereka dimaksudkan untuk digunakan sebagai tenaga kerja budak di perkebunan kopi di sana.{{sfn|Tunny 2008, Martha Christina Tiahahu}} Namun, dalam perjalanan Tiahahu jatuh sakit.{{sfn|Tunny 2008, Martha Christina Tiahahu}} Menolak obat dan makanan, dia meninggal pada 2 Januari 1818 ketika kapal sedang menyeberangi Laut Banda; dia menerima penguburan di laut hari itu juga.{{sfn|Tunny 2008, Martha Christina Tiahahu}}{{sfn|Alaidrus 2010, Martha Christina Si Pemberani}}
Sementara di Saparua pertempuran demi pertempuran terus berkobar. Karena semakin berkurangnya persediaan peluru dan mesiu pasukan rakyat mundur ke pegunungan Ulath-Ouw. Di antarapasukan itu terdapat pula Martha Christina Tiahahu beserta para Raja dan Patih dari Nusalaut.


== Perjuangan ==
Tanggal 11 Oktober 1817 pasukan Belanda dibawah pimpinan Richemont bergerak ke Ulath, namun berhasil dipukul mundur oleh pasukan rakyat. Dengan kekuatan 100 orang prajurit, Meyer beserta Richemont kembali ke Ulath. Pertempuran berkobar kembali, korban berjatuhan di kedua belah pihak.
Martha Christina Tiahahu dilahirkan di Abubu Nusalaut pada tanggal [[4 Januari]] [[1800]] merupakan anak sulung dari Kapitan Paulus Tiahahu dan masih berusia 17 tahun ketika mengikuti jejak ayahnya memimpin perlawanan di Pulau Nusalaut. Pada waktu yang sama Kapitan Pattimura sedang mengangkat senjata melawan kekuasaan Belanda di Saparua. Perlawanan di Saparua menjalar ke Nusalaut dan daerah sekitarnya.


Pada waktu itu, sebagian pasukan rakyat bersama para raja dan patih bergerak ke Saparua untuk membantu perjuangan [[Kapitan Pattimura]] sehingga tindakan Belanda yang akan mengambil alih Benteng Beverwijk luput dari perhatian. Guru Soselissa yang memihak Belanda melakukan kontak dengan musuh mengatas-namakan rakyat menyatakan menyerah kepada [[Belanda]]. Tanggal [[10 Oktober]] [[1817]] Benteng Beverwijk jatuh ke tangan Belanda tanpa perlawanan. Sementara itu, di Saparua pertempuran demi pertempuran terus berkobar. Karena semakin berkurangnya persediaan peluru dan mesiu pasukan rakyat mundur ke pegunungan Ulath-Ouw. Di antara pasukan itu terdapat pula Martha Christina Tiahahu beserta para raja dan patih dari Nusalaut.
Dalam pertempuran ini Richemont tertembak mati. Meyer dan pasukannya bertahan di tanjakan Negeri Ouw. Dari segala penjuru pasukan rakyat mengepung, sorak sorai pasukan bercakalele, teriakan yang menggigilkan memecah udara dan membuat bulu roma berdiri.


Tanggal [[11 Oktober]] [[1817]] pasukan Belanda di bawah pimpinan Richemont bergerak ke Ulath, tetapi berhasil dipukul mundur oleh pasukan rakyat. Dengan kekuatan 100 orang prajurit, Meyer beserta Richemont kembali ke Ulath. Pertempuran berkobar kembali, korban berjatuhan di kedua belah pihak.
Di tengah keganasan pertempuran itu muncul seorang gadis remaja bercakalele menantang peluru musuh. Dia adalah putri Nusahalawano, Martha Christina Tiahahu, srikandi berambut panjang terurai ke belakang dengan sehelai kain berang (kain merah) terikat di kepala.


Dalam pertempuran ini Richemont tertembak mati. Meyer dan pasukannya bertahan di tanjakan negeri Ouw. Dari segala penjuru pasukan rakyat mengepung, sorak sorai pasukan bercakalele. Di tengah keganasan pertempuran itu muncul seorang gadis remaja bercakalele menantang peluru musuh. Dia adalah putri Nusahalawano, Martha Christina Tiahahu, srikandi berambut panjang terurai ke belakang dengan sehelai kain berang (kain merah) terikat di kepala.
Dengan mendampingi sang Ayah dan memberikan kobaran semangat kepada pasukan Nusalaut untuk menghancurkan musuh, jujaro itu telah memberi semangat kepada kaum perempuan dari Ulath dan Ouw untuk turut mendampingi kamu laki-laki di medan pertempuran.


Baru di medan ini Belanda berhadapan dengan kaum perempuan fanatik yang turut bertempur. Pertempuran semakin sengit katika sebuah peluru pasukan rakyat mengenai leher Meyer, Vermeulen Kringer mengambil alih komando setelah Meyer diangkat ke atas kapal Eversten.
Dengan mendampingi sang ayah dan memberikan kobaran semangat kepada pasukan Nusalaut untuk menghancurkan musuh, Marta Christina telah memberi semangat kepada kaum perempuan dari Ulath dan Ouw untuk turut mendampingi kaum laki-laki di medan pertempuran. Baru di medan ini [[Belanda]] berhadapan dengan kaum perempuan fanatik yang turut bertempur. Pertempuran semakin sengit katika sebuah peluru pasukan rakyat mengenai leher Meyer, Vermeulen Kringer mengambil alih komando setelah Meyer diangkat ke atas kapal Eversten.


Tanggal 12 Oktober 1817 Vermeulen Kringer memerintahkan serangan umum terhadap pasukan rakyat, ketika pasukan rakyat membalas serangan yang begitu hebat ini dengan lemparan batu, para Opsir Belanda menyadari bahwa persediaan peluru pasukan rakyat telah habis.
Tanggal [[12 Oktober]] [[1817]] Vermeulen Kringer memerintahkan serangan umum terhadap pasukan rakyat, ketika pasukan rakyat membalas serangan yang begitu hebat ini dengan lemparan batu, para opsir Belanda menyadari bahwa persediaan peluru pasukan rakyat telah habis. Vermeulen Kringer memberi komando untuk keluar dari kubu-kubu dan kembali melancarkan serangan dengan sangkur terhunus. Pasukan rakyat mundur dan bertahan di hutan, seluruh negeri Ulath dan Ouw diratakan dengan tanah, semua yang ada dibakar dan dirampok habis-habisan.


Martha Christina dan sang ayah serta beberapa tokoh pejuang lainnya tertangkap dan dibawa ke dalam kapal Eversten. Di dalam kapal ini para tawanan dari Jasirah Tenggara bertemu dengan Kapitan Pattimura dan tawanan lainnya. Mereka diinterogasi oleh Buyskes dan dijatuhi hukuman. Karena masih sangat muda, Buyskes membebaskan Martha Christina Tiahahu dari hukuman, tetapi sang ayah, Kapitan Paulus Tiahahu tetap dijatuhi hukuman mati. Mendengar keputusan tersebut, Martha Christina Tiahahu memandang sekitar pasukan Belanda dengan tatapan sayu namun kuat yang menandakan keharuan mendalam terhadap sang ayah. Tiba-tiba Martha Christina Tiahahu merebahkan diri di depan Buyskes memohonkan ampun bagi sang ayah yang sudah tua, tetapi semua itu sia-sia.
Vermeulen Kringer memberi komando untuk keluar dari kubu-kubu dan kembali melancarkan serangan dengan sangkur terhunus. Pasukan rakyat mundur dan bertahan di hutan, seluruh negeri Ulath dan Ouw diratakan dengan tanah, semua yang ada dibakar dan dirampok habis-habisan.


Tanggal [[16 Oktober]] [[1817]] Martha Christina Tiahahu beserta sang Ayah dibawa ke Nusalaut dan ditahan di benteng Beverwijk sambil menunggu pelaksanaan eksekusi mati bagi ayahnya. Martha Christina Tiahahu mendampingi sang Ayah pada waktu memasuki tempat eksekusi, kemudian Martha Christina Tiahahu dibawa kembali ke dalam benteng Beverwijk dan tinggal bersama guru Soselissa.
Martha Christina dan sang Ayah serta beberapa tokoh pejuang lainnya tertangkap dan dibawa ke dalam kapal Eversten. Di dalam kapal ini para tawanan dari Jasirah Tenggara bertemu dengan Kapitan Pattimura dan tawanan lainnya.


Sepeninggal ayahnya, Martha Christina Tiahahu masuk ke dalam hutan dan terus bergerilya. Hal ini membuat kesehatannya terganggu.
Mereka diinterogasi oleh Buyskes dan dijatuhi hukuman. Karena masih sangat muda, Buyskes membebaskan Martaha Christina Tiahahu dari hukuman, namun sang Ayah, Kapitan Paulus Tiahahu tetap dijatuhi hukuman mati.


Dalam suatu Operasi Pembersihan pada bulan Desember 1817 Martha Christina Tiahahu beserta 39 orang lainnya tertangkap dan dibawa dengan kapal Eversten ke [[Pulau Jawa]] untuk dipekerjakan secara paksa di perkebunan kopi.
Mendengar keputusan tersebut, Martha Christina Tiahahu memandang sekitar pasukan Belanda dengan tatapan sayu namun kuat yang menandakan keharuan mendalam terhadap sang Ayah.


Selama di atas kapal ini kondisi kesehatan Martha Christina Tiahahu semakin memburuk, ia menolak makan dan pengobatan. Akhirnya pada tanggal [[2 Januari]] [[1818]], selepas Tanjung Alang, Martha Christina Tiahahu menghembuskan napas yang terakhir. Jenazah Martha Christina Tiahahu disemayamkan dengan penghormatan militer ke [[Laut Banda]].
Tiba-tiba Martha Christina Tiahahu merebahkan diri di depan Buyskes memohonkan ampun bagi sang ayah yang sudah tua, namun semua itu sia-sia.


Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 012/TK/Tahun 1969, tanggal [[20 Mei]] [[1969]], Martha Christina Tiahahu secara resmi diakui sebagai pahlawan nasional.
Tanggal 16 Oktober 1817 Martha Christina Tiahahu beserta sang Ayah dibawa ke Nusalaut dan ditahan di benteng Beverwijk sambil menunggu pelaksanaan eksekusi mati bagi ayahnya.


== Referensi ==
Martha Christina Tiahahu mendampingi sang Ayah pada waktu memasuki tempat eksekusi, kemudian Martha Christina Tiahahu dibawa kembali ke dalam benteng Beverwijk dan tinggal bersama guru Soselissa.
<references />

Sepeninggal ayahnya Martha Christina Tiahahu masuk ke dalam hutan dan berkeliaran seperti orang kehilangan akal. Hal ini membuat kesehatannya terganggu.

Dalam suatu Operasi Pembersihan pada bulan Desember 1817 Martha Christina Tiahahu beserta 39 orang lainnya tertangkap dan dibawa dengan kapal Eversten ke Pulau Jawa untuk dipekerjakan secara paksa di perkebunan kopi.

Selama di atas kapal ini kondisi kesehatan Martha Christina Tiahahu semakin memburuk, ia menolak makan dan pengobatan.

Akhirnya pada tanggal 2 Januari 1818, selepas Tanjung Alang, Martha Christina Tiahahu menghembuskan nafas yang terakhir. Jenazah Martha Christina Tiahahu disemayamkan dengan penghormatan militer ke Laut Banda.

Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 012/TK/Tahun 1969, tanggal 20 Mei 1969, Martha Christina Tiahahu secara resmi diakui sebagai Pahlawan Nasional.


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==

* J B Soedarmanta
* {{cite book
** Jejak-jejak pahlawan: perekat kesatuan bangsa Indonesia, Grasindo, 2007, ISBN 979-759-716-4 ISBN 978-979-759-716-0
| title=Jejak-jejak pahlawan: perekat kesatuan bangsa Indonesia
{{Pahlawan Indonesia}}
|trans-title=Traces of heroes: glue the unity of the Indonesian nation
{{lifetime|1800|1818|Tiahahu, Martha Christina}}
| language= Indonesia
| last=Soedarmanta
| first=J B
| location=Jakarta
| publisher=Grasindo
| year=2006
| isbn=978-979-759-716-0
}}
* {{Cite news|url=http://oase.kompas.com/read/2010/08/18/06024133/Martha.Christina.Si.Pemberani.dari.Timur
|title=Martha Christina Si Pemberani dari Timur
|trans-title=Martha Christina, the Brave One from the East
|language=id
|ref={{harvid|Alaidrus 2010, Martha Christina Si Pemberani}}
|last=Alaidrus
|first=Syarivah
|location=Jakarta
|work=[[Kompas.com]]
|date=27 April 2010
|access-date=27 December 2011
|archive-date=27 December 2011
|archive-url=https://www.webcitation.org/64Ez9hpNr?url=http://oase.kompas.com/read/2010/08/18/06024133/Martha.Christina.Si.Pemberani.dari.Timur
|url-status=dead
}}
* {{cite book
| title=Wanita-Wanita Perkasa dari Jawa
|trans-title=The Gallant Women from Java
| language=id
| last=Azizah
| first=Jiz
| location=Bantul
| publisher=IN AzNa Books
| year=2011
| isbn=978-979-3194-96-7
}}
* {{cite web
|url=http://www.thejakartapost.com/news/2008/04/27/martha-christina-tiahahu-the-039kabaressi039-heroine-maluku.html
|title=Martha Christina Tiahahu: The 'kabaressi' heroine of Maluku
|ref={{harvid|Tunny 2008, Martha Christina Tiahahu}}
|last=Tunny
|first=Azis
|location=Jakarta
|work=The Jakarta Post
|date=27 April 2008
|access-date=27 December 2011
|archive-date=27 December 2011
|archive-url=https://www.webcitation.org/64EwxOpzW?url=http://www.thejakartapost.com/news/2008/04/27/martha-christina-tiahahu-the-039kabaressi039-heroine-maluku.html
|url-status=dead
}}
{{Pahlawan Nasional Indonesia}}


[[Kategori:Tokoh Maluku]]
[[Kategori:Tokoh Maluku]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Daftar pahlawan nasional Indonesia yang beragama Kristen]]
[[Kategori:Tokoh dari Maluku Tengah]]

Revisi terkini sejak 9 April 2024 19.32

Martha Christina Tiahahu
Lahir(1800-01-04)4 Januari 1800
Abubu, Nusa Laut, Maluku Tengah, Hindia Belanda
Meninggal2 Januari 1818(1818-01-02) (umur 17)
Laut Banda, Maluku, Indonesia
Sebab meninggalSakit
Monumenpatung di Ambon, Maluku; patung di Abubu
Kebangsaan Indonesia
PekerjaanGerilyawan
Tahun aktif1817
Orang tuaPaulus Tiahahu
PenghargaanPahlawan Nasional Indonesia

Martha Christina Tiahahu (4 Januari 1800 – 2 Januari 1818) adalah seorang gadis dari negeri Abubu di Nusalaut, Maluku Tengah. Pada usia 17 tahun, ia ikut mengangkat senjata melawan tentara kolonial Belanda. Ayahnya adalah Kapitan Paulus Tiahahu, seorang kapitan dari negeri Abubu yang membantu Thomas Matulessy dalam Perang Pattimura pada tahun 1817.[1]

M.C. Tiahahu merupakan seorang pejuang kemerdekaan. Ketika ikut dalam pertempuran melawan tentara Belanda saat Perang Pattimura (1817), ia masih remaja. Keberaniannya terkenal di kalangan pejuang, masyarakat luas, dan bahkan musuh-musuhnya.

Sejak awal perjuangan, ia selalu ikut mengambil bagian dan pantang mundur. Dengan rambut panjangnya yang terurai ke belakang serta berikat kepala sehelai kain berang (merah), ia setia mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran, baik di Pulau Nusalaut maupun di Pulau Saparua. Siang dan malam ia selalu hadir dan ikut dalam pembuatan kubu-kubu pertahanan. Ia juga membangkitkan semangat kaum wanita di sekitarnya agar ikut membantu kaum pria di setiap medan pertempuran.

Dalam pertempuran yang sengit di negeri Ouw – Ullath, sebelah tenggara Pulau Saparua. Ia bersama beberapa pasukan lainnya dikalahkan dan ditangkap oleh pasukan Belanda. Beberapa dihukum gantung dan yang lainnya diasingkan ke Pulau Jawa. Ayahnya, Paulus Tiahahu divonis hukuman tembak mati. Martha Christina Tiahahu berjuang untuk melepaskan ayahnya dari hukuman mati, tetapi ia tidak berdaya dan meneruskan gerilyanya di hutan, tetapi akhirnya tertangkap dan hendak diasingkan ke Pulau Jawa. Saat itulah ia jatuh sakit, namun ia menolak diobati oleh orang Belanda.

Di Kapal Perang Eversten, Martha Christina Tiahahu menemui ajalnya dan dengan penghormatan militer jasadnya diluncurkan di Laut Banda tepatnya di antara Pulau Buru dan Pulau Manipa pada tanggal 2 Januari 1818. Untuk menghargai jasa dan pengorbanannya, Martha Christina Tiahahu dikukuhkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Patung Martha Christina Tiahahu di Kota Ambon

Tiahahu lahir di desa Santiago de Abúbu di Pulau Nusalaut, dekat Maluku, pada 4 Januari 1800.[2] Ayahnya adalah Kapten Paulus Tiahahu dari klan Soa Uluputi.[2][3] Setelah ibunya meninggal saat dia masih bayi, Tiahahu dibesarkan oleh ayahnya.[3] Sebagai seorang anak, dia keras kepala dan mengikuti ayahnya ke mana pun dia pergi, kadang-kadang bergabung dengannya dalam merencanakan serangan.[3]

Mulai tahun 1817, Tiahahu bergabung dengan ayahnya dalam perang gerilya melawan pemerintah kolonial Belanda.[4] Mereka juga mendukung tentara Pattimura.[2] Dia melihat beberapa pertempuran. Dalam pertempuran di Pulau Saparua, pasukan itu membunuh komandan Belanda Richement dan melukai Komandan penggantinya Meyer.[4] Dalam pertempuran lain, dia dan pasukannya berhasil membakar Benteng Duurstede hingga rata dengan tanah.[3] Selama pertempuran, dia dikatakan melempar batu ke pasukan Belanda jika tentaranya kehabisan amunisi, sementara catatan lain mengatakan dia menggunakan tombak.[3][4] Setelah Vermeulen Kringer mengambil alih militer Belanda di Maluku, Tiahahu, ayahnya, dan Pattimura ditangkap pada Oktober 1817.[4]

Dibawa dengan HNLMS Evertsen ke Nusalaut, Tiahahu adalah satu-satunya prajurit yang ditangkap yang tidak dihukum; ini karena usianya yang masih muda.[4] Setelah beberapa waktu ditahan di Fort Beverwijk, tempat ayahnya dieksekusi, pada akhir tahun 1817 Tiahahu dibebaskan.[4] Dia terus berjuang melawan Belanda.[3]

Dalam penyisiran pada bulan Desember 1817 Tiahahu dan beberapa mantan pemberontak lainnya ditangkap.[4] Gerilyawan yang ditangkap ditempatkan di Evertsen untuk diangkut ke Jawa; mereka dimaksudkan untuk digunakan sebagai tenaga kerja budak di perkebunan kopi di sana.[4] Namun, dalam perjalanan Tiahahu jatuh sakit.[4] Menolak obat dan makanan, dia meninggal pada 2 Januari 1818 ketika kapal sedang menyeberangi Laut Banda; dia menerima penguburan di laut hari itu juga.[4][3]

Perjuangan

[sunting | sunting sumber]

Martha Christina Tiahahu dilahirkan di Abubu Nusalaut pada tanggal 4 Januari 1800 merupakan anak sulung dari Kapitan Paulus Tiahahu dan masih berusia 17 tahun ketika mengikuti jejak ayahnya memimpin perlawanan di Pulau Nusalaut. Pada waktu yang sama Kapitan Pattimura sedang mengangkat senjata melawan kekuasaan Belanda di Saparua. Perlawanan di Saparua menjalar ke Nusalaut dan daerah sekitarnya.

Pada waktu itu, sebagian pasukan rakyat bersama para raja dan patih bergerak ke Saparua untuk membantu perjuangan Kapitan Pattimura sehingga tindakan Belanda yang akan mengambil alih Benteng Beverwijk luput dari perhatian. Guru Soselissa yang memihak Belanda melakukan kontak dengan musuh mengatas-namakan rakyat menyatakan menyerah kepada Belanda. Tanggal 10 Oktober 1817 Benteng Beverwijk jatuh ke tangan Belanda tanpa perlawanan. Sementara itu, di Saparua pertempuran demi pertempuran terus berkobar. Karena semakin berkurangnya persediaan peluru dan mesiu pasukan rakyat mundur ke pegunungan Ulath-Ouw. Di antara pasukan itu terdapat pula Martha Christina Tiahahu beserta para raja dan patih dari Nusalaut.

Tanggal 11 Oktober 1817 pasukan Belanda di bawah pimpinan Richemont bergerak ke Ulath, tetapi berhasil dipukul mundur oleh pasukan rakyat. Dengan kekuatan 100 orang prajurit, Meyer beserta Richemont kembali ke Ulath. Pertempuran berkobar kembali, korban berjatuhan di kedua belah pihak.

Dalam pertempuran ini Richemont tertembak mati. Meyer dan pasukannya bertahan di tanjakan negeri Ouw. Dari segala penjuru pasukan rakyat mengepung, sorak sorai pasukan bercakalele. Di tengah keganasan pertempuran itu muncul seorang gadis remaja bercakalele menantang peluru musuh. Dia adalah putri Nusahalawano, Martha Christina Tiahahu, srikandi berambut panjang terurai ke belakang dengan sehelai kain berang (kain merah) terikat di kepala.

Dengan mendampingi sang ayah dan memberikan kobaran semangat kepada pasukan Nusalaut untuk menghancurkan musuh, Marta Christina telah memberi semangat kepada kaum perempuan dari Ulath dan Ouw untuk turut mendampingi kaum laki-laki di medan pertempuran. Baru di medan ini Belanda berhadapan dengan kaum perempuan fanatik yang turut bertempur. Pertempuran semakin sengit katika sebuah peluru pasukan rakyat mengenai leher Meyer, Vermeulen Kringer mengambil alih komando setelah Meyer diangkat ke atas kapal Eversten.

Tanggal 12 Oktober 1817 Vermeulen Kringer memerintahkan serangan umum terhadap pasukan rakyat, ketika pasukan rakyat membalas serangan yang begitu hebat ini dengan lemparan batu, para opsir Belanda menyadari bahwa persediaan peluru pasukan rakyat telah habis. Vermeulen Kringer memberi komando untuk keluar dari kubu-kubu dan kembali melancarkan serangan dengan sangkur terhunus. Pasukan rakyat mundur dan bertahan di hutan, seluruh negeri Ulath dan Ouw diratakan dengan tanah, semua yang ada dibakar dan dirampok habis-habisan.

Martha Christina dan sang ayah serta beberapa tokoh pejuang lainnya tertangkap dan dibawa ke dalam kapal Eversten. Di dalam kapal ini para tawanan dari Jasirah Tenggara bertemu dengan Kapitan Pattimura dan tawanan lainnya. Mereka diinterogasi oleh Buyskes dan dijatuhi hukuman. Karena masih sangat muda, Buyskes membebaskan Martha Christina Tiahahu dari hukuman, tetapi sang ayah, Kapitan Paulus Tiahahu tetap dijatuhi hukuman mati. Mendengar keputusan tersebut, Martha Christina Tiahahu memandang sekitar pasukan Belanda dengan tatapan sayu namun kuat yang menandakan keharuan mendalam terhadap sang ayah. Tiba-tiba Martha Christina Tiahahu merebahkan diri di depan Buyskes memohonkan ampun bagi sang ayah yang sudah tua, tetapi semua itu sia-sia.

Tanggal 16 Oktober 1817 Martha Christina Tiahahu beserta sang Ayah dibawa ke Nusalaut dan ditahan di benteng Beverwijk sambil menunggu pelaksanaan eksekusi mati bagi ayahnya. Martha Christina Tiahahu mendampingi sang Ayah pada waktu memasuki tempat eksekusi, kemudian Martha Christina Tiahahu dibawa kembali ke dalam benteng Beverwijk dan tinggal bersama guru Soselissa.

Sepeninggal ayahnya, Martha Christina Tiahahu masuk ke dalam hutan dan terus bergerilya. Hal ini membuat kesehatannya terganggu.

Dalam suatu Operasi Pembersihan pada bulan Desember 1817 Martha Christina Tiahahu beserta 39 orang lainnya tertangkap dan dibawa dengan kapal Eversten ke Pulau Jawa untuk dipekerjakan secara paksa di perkebunan kopi.

Selama di atas kapal ini kondisi kesehatan Martha Christina Tiahahu semakin memburuk, ia menolak makan dan pengobatan. Akhirnya pada tanggal 2 Januari 1818, selepas Tanjung Alang, Martha Christina Tiahahu menghembuskan napas yang terakhir. Jenazah Martha Christina Tiahahu disemayamkan dengan penghormatan militer ke Laut Banda.

Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 012/TK/Tahun 1969, tanggal 20 Mei 1969, Martha Christina Tiahahu secara resmi diakui sebagai pahlawan nasional.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Said, Julinar; Wulandari, Triana (1995). Ensiklopedi Pahlawan Nasional. Jakarta: Subdirektorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 7. 
  2. ^ a b c Azizah 2011, hlm. 121.
  3. ^ a b c d e f g Alaidrus 2010, Martha Christina Si Pemberani.
  4. ^ a b c d e f g h i j Tunny 2008, Martha Christina Tiahahu.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  • Soedarmanta, J B (2006). Jejak-jejak pahlawan: perekat kesatuan bangsa Indonesia [Traces of heroes: glue the unity of the Indonesian nation] (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Grasindo. ISBN 978-979-759-716-0. 
  • Alaidrus, Syarivah (27 April 2010). "Martha Christina Si Pemberani dari Timur" [Martha Christina, the Brave One from the East]. Kompas.com. Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 December 2011. Diakses tanggal 27 December 2011. 
  • Azizah, Jiz (2011). Wanita-Wanita Perkasa dari Jawa [The Gallant Women from Java]. Bantul: IN AzNa Books. ISBN 978-979-3194-96-7. 
  • Tunny, Azis (27 April 2008). "Martha Christina Tiahahu: The 'kabaressi' heroine of Maluku". The Jakarta Post. Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 December 2011. Diakses tanggal 27 December 2011.