Lompat ke isi

Pala: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
ganti gambar
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(101 revisi perantara oleh 59 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Untuk|Bekas negara di Asia|Pala (Anatolia)}}
{{Taxobox
{{Speciesbox
| color = lightgreen
| name = Pala
| name = Pala
| image = Myristica_fragrans_-_Köhler–s_Medizinal-Pflanzen-097.jpg
| image = Koeh-097.jpg| image_width = 250px
| image_caption = ''Pala''
| image_caption = ''Pala''
| regnum = [[Plantae]]
| genus = Myristica
| species = fragrans
| divisio = [[Magnoliophyta]]
| color={{tc2|tumbuhan}}
| classis = [[Magnoliopsida]]
| binomial='''''Myristica fragrans'''''
| ordo = [[Magnoliales]]
| image_width=250px
| familia = [[Myristicaceae]]
| genus = '''''Myristica'''''
| species = M. fragrans
| binomial = ''Myristica fragrans''
}}
}}
'''Pala''' (''Myristica fragrans'') merupakan tumbuhan berupa [[pohon]] yang berasal dari kepulauan [[Banda]], [[Maluku]]. Akibat nilainya yang tinggi sebagai [[rempah-rempah]], [[buah]] dan [[biji]] pala telah menjadi komoditas perdagangan yang penting sejak masa [[Romawi]]. Pala disebut-sebut dalam ensiklopedia karya [[Plinius]] "Si Tua". Semenjak zaman eksplorasi Eropa pala tersebar luas di daerah tropika lain seperti [[Mauritius]] dan [[Karibia]] ([[Grenada]]). Istilah '''pala''' juga dipakai untuk biji pala yang diperdagangkan.


Tumbuhan ini berumah dua (''dioecious'') sehingga dikenal pohon jantan dan betina. Daunnya berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk lonjong seperti [[lemon]], berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena mengandung [[minyak atsiri]] pada daging buahnya. Bila matang, kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu buah menghasilkan satu biji berwarna putih ketika masih muda dan berwarna coklat gelap apabila sudah matang.
'''Pala''' (''Myristica fragrans'') merupakan tumbuhan berupa [[pohon]] yang berasal dari kepulauan [[Banda]], [[Maluku]]. Tumbuhnya dapat mencapai 20m dan usianya bisa mencapai ratusan tahun. Akibat nilainya yang tinggi sebagai [[rempah-rempah]], [[buah]] dan [[biji]] pala telah menjadi komoditas perdagangan yang penting sejak masa lampau dan telah tersebar luas di daerah tropika lain seperti [[Mauritius]] dan [[Karibia]] ([[Pulau Grenada]]). Istilah 'pala' juga dipakai untuk biji pala yang diperdagangkan.


Pemanfaatan buah pala bisa berupa [[biji]], [[salut biji]]nya (''arillus''), dan daging buahnya. Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan '''fuli''', atau dalam bahasa Inggris disebut '''''mace''''', dalam istilah [[farmasi]] disebut ''[[myristicae arillus]]'' atau ''macis''). Daging buah pala dinamakan ''[[myristicae fructus]] cortex''. Tanaman pala merupakan tanaman yang cukup lama pertumbuhannya hingga pemanenan. Panen pertama dilakukan 7 sampai 9 tahun setelah pohonnya ditanam<ref name=":1">{{cite web |website=Gen Agraris |year=2018 |title=''Budidaya Tanaman Pala'' |url=https://genagraris.id/see/budidaya-tanaman-pala |accessdate=4 April 2019 pukul 20.45 WIB. |archive-date=2019-04-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20190425031721/https://genagraris.id/see/budidaya-tanaman-pala |dead-url=yes }}</ref> dan mencapai kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun. Tumbuhnya dapat mencapai 20m dan usianya bisa mencapai ratusan tahun.
Tumbuhan ini berumah dua (''dioecious'') sehingga dikenal pohon jantan dan pohon betina. Daunnya berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk lonjong seperti [[lemon]], berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena mengandung [[minyak atsiri]] pada daging buahnya. Bila masak, kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu buah menghasilkan satu biji berwarna coklat.


Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah dari fulinya. Pengeringan ini memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian dalam biji akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biji dijual sebagai pala.<!-- Sumber:
Pala dipanen biji dan [[salut biji]]nya (''arillus''). Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan '''fuli''', atau dalam bahasa Inggris disebut ''mace''). Panen pertama dilakukan 7 sampai 9 tahun setelah pohonnya ditanam dan mencapai kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun.
http://www.biologie.uni-hamburg.de/b-online/e24/24b.htm
http://delta-intkey.com/angio/www/myristic.htm
Widowati,lucie,1995,Penelitian Tanaman Obat di Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia VII dan VIII,Pusat Penelitian dan pengembangan Farmasi,Jakarta


Nama simplisia Myristicae Arillus,Macis;Kembang pala (selubung biji buah)Myristicae Semen;Biji pala.Myristicae fructus Cortex;Kulit buah pala.
Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah dari fulinya. Pengeringan ini memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian dalam biji akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biji dijual sebagai pala.
Termasuk tumbuhan dari famili Myristicaceae (pala-palaan).


Morfologi:
Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar (seperti [[eggnog]]). Minyaknya juga dipakai sebagai campuran parfum atau sabun.


Batang:
[[Berkas:Muscade.jpg|thumb|right|250px|Biji pala sebagai rempah-rempah]]
Pohon tinggi lebih kurang 10 meter,batang tegak,berkayu,warna putih kotor,
Daun:
daun tunggal,bentuk lonjong,ujung dan pangkal runcing,warna hijau mengkilat.
Bunga:
perbungaan bentuk malai,keluar dari ketiak daun.Bunga jantan berbentuk bola,warna kuning.Biji kecil,bulat telur,selubung biji merah,biji berwarna hitam kecoklatan
Buah:
bulat berkulit kuning jika sudah tua,berdagang putih yang merupakan bahan manisan yang dikenal khas di Bogor.
Biji:
berkulit tipis agak keras berwarna hitam kecoklatan yang dibungkus fuli berwarna merah padam.Isi bijinya putih,bila dikeringkan menjadi kecoklatan gelap dengan aroma khas mirip cengkih.


ANATOMY


Pohon dengan buah yang berwarna yang khas dengan getah merah,mengandung minyak,mesophytic,daun pohon selalu hijau,pengubah berpilin ke distichous,kasar,bercabang,tidak memiliki sarung pelindung tapi kadang punya,bau harum/tanpa bau,sederhana,keseluruhan berupa selaput tipis,daun muda pada tangkai berurat,memiliki daun tambahan,memiliki tepi daun yang khasd,daun tanpa meristem basal


BIJI
==Lihat pula==
Struktur kulit biji terbentuk dari kedua integument,tersusun atas selapis sel epidermis berdinding tebal,sel sel parenkimatis,selapis sel malpigi dan lapisan makrosklereida yang lebih panjang.Arilus berasal dari daerah pangkal funikulus,tersusun atas selapis sel epidermis di bagian luar dan sel-sel parenkimdiantaranya dengan banyak sel-sel sekresi dan berkas pengangkut yang tersebar.Nuselus berkembang menjadi perisperm sekunder yang melipat ke bagian dalam kandung lembaga menembus endosperm.Endosperm tipe selular dan pada akhir perkembangan menjadi tipe ruminat.Embrio dengan suspensor haustoria yang berbentuk seperti sayap menembus perisperm dan endosperm.
*[[Bumbu dapur]]


DAUN
{{bahan-masakan-stub}}
Helaian daun biasanya dilengkapi lubang sekretori,lubang sekretori mengandung minyak.Mesofil dilengkapi dengan sel minyak ethereal berbentuk bulat.Memiliki sklerenkim idioblast atau tanpa sklerenkim idioblast.
{{tumbuhan-stub}}


BATANG
[[Kategori:Tumbuhan]]
Terdapat kambium gabus pada awal/permukaan tipis.Tangkai pohon bilacunar/unilacunar,tanpa floem internal,bahan pengental sekunder mengembang,floem sekunder membuat stratifikasi ke dalam daerah yang keras (berserat dan daerah yang lunak (parenkim) atau tidak membuat stratifikasi,xilemretikulum terlubangu dengan serat libriform,dinding felariform,sederhana, parenkim sebagian besar paratracheal,plastid tipe-s,berkas pengangkut dengan sekat atau tanpa sekat.
[[Kategori:Pertanian]]
[[kategori:Bumbu]]


BUNGA
[[ar:جوزة الطيب]]
Putik dari Myristica fragrans bercabang dan punya bentuk lonceng,tiga buah selaput,Gynoecium terdiri dari sebuah bakal biji yang terletak di dekat gynophore,terdapat kantong basal tunggal,anatroupus bakal biji,tepi bakal buah berlekatan satu sama lain tapi tidak bersatu.susunan bunga di tangkai,berhubungan dengan bunga,buah dan ilmu bentuk kata benih,bunga terkumpul,susunan bunga di tangkai,dalam cymes,dalam fascicles,dalam rangkaian,dalam kepala.Unit susunan bunga di ujung tangkai cymose,atau racemose.Susunan bunga di ketiak,bunga bercabang(daun kecil pada bunga yang pada umumnya kecil,pada umumnya 3 merous,siklik.
[[bg:Индийско орехче]]
Dalam putik pedicel stele,selalu menimbulkan jejak yang vaskuler pada cabang dan perrianth,menuju ke gynophore kemudian ke dinding gynoecium,dimana mereka memberikan kenaikan kedua cabang hingga batas luar dan pada suatu tingkat lebih tinggi kepada pusat tersebut.
[[bs:Muskatni oraščić]]

[[da:Muskatnød]]
KANDUNGAN KIMIA
[[de:Muskatnussbaum]]
Tidak sianogenik,alkaloida ada juga yang tidak,iridoids tidak terdeteksi,terdapat proanthocyanidins,cyaniding,terdapat flavonols,kaempferol dan quercetin,tidak terdapat asam ellagic
[[en:Nutmeg]]
-->
[[eo:Muskato]]

[[es:Nuez moscada]]
Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, [[puding]], saus, sayuran, dan minuman penyegar (seperti [[eggnog]]). Minyaknya juga dipakai sebagai campuran parfum atau sabun. Selain itu, tanaman ini juga kaya akan manfaat, diantaranya buah pala yang terdiri dari kulitnya dapat dijadikan bahan tambahan obat pengusir nyamuk; dagingnya yang mengandung banyak nutrisi dapat dijadikan bahan dasar pembuatan berbagai jenis makanan dan minuman seperti manisan, sirup, dan permen; biji dan fulinya sering dijadikan sebagai bahan utama pembuatan minyak atsiri; begitu juga dengan daunnya, namun pada daging buahnya pun sering dijadikan bahan baku minyak atsiri.<ref name="Chapman2007">{{cite book|author=Pat Chapman|title=India Food and Cooking: The Ultimate Book on Indian Cuisine|url=https://books.google.com/books?id=orHWFRMKf4EC|year=2007|publisher=New Holland Publishers|isbn=978-1-84537-619-2|page=16}}{{Pranala mati|date=Februari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref>{{cite book |url=https://books.google.co.id/books?isbn=9797583457 |title=Terampil Berkreasi |page=120 |author= |publisher=Grafindo Media Pratama |year=}}</ref>
[[fi:Muskotti]]

[[fr:Noix de muscade]]
== Kondisi optimal untuk tumbuh dan pembibitan ==
[[he:אגוז מוסקט]]
Tanaman pala secara umum dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian sekitar 0-700 mdpl dengan kebutuhan curah hujan yang cukup tinggi yaitu 2000–3500&nbsp;mm/tahunnya dan kelembapan udara sekitar 50-80 %. Tanaman ini dapat tumbuh biasanya hingga ketinggian pohon 5-15 meter atau bahkan dapat mencapai 30 meter. Pala cocok tumbuh pada suhu udara sekitar 20-30<sup>o</sup>C dengan struktur tanah tempat tumbuhnya memiliki rentang yang cukup besar yaitu dari tanah padat hingga berpasir serta memiliki derajat keasaman 5,5 – 7.<ref name=":1" />
[[hu:Szerecsendió]]

[[it:Noce moscata]]
Pada pembibitan tanaman pala biasanya dilakukan pengairan setiap 1-2 kali dalam sehari apabila tidak ada hujan sama sekali disertai penyiangan dari tanaman gulma disekitarnya dan juga perlakuan penggemburan tanah. Dilakukan pula penambahan pupuk tanaman seperti pupuk kandang, pupuk kompos, ataupun pupuk anorganik seperti urea setiap 3 bulan sekali. Pemanenan pala dapat dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu tahun, yaitu saat awal musim hujan yang memberikan hasil buah pala dengan kualitas paling baik, lalu pertengahan musim hujan dengan biasanya buah pala yang siap panen berjumlah paling banyak diantara periode lainnya, kemudian jumlah pala siap panen menurun dan dapat dipanen pada akhir musim hujan.<ref name=":1" />
[[ja:ナツメグ]]

[[kn:ಜಾಪತ್ರೆ]]
== Penyebaran ==
[[nl:Nootmuskaat]]
Tanaman pala tersebar pada wilayah atau negara yang memiliki iklim tropis termasuk diantaranya [[Guangdong]] dan [[Yunan]] di Cina, [[Taiwan]], Malaysia, Grenada di Kepulauan Karibia, Kerala di India, [[Sri Lanka]], dan [[Afrika Selatan]], terutama juga di negara asalnya yaitu Indonesia. Pada negara Indonesia, penghasil utama pala ada pada Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, dan Papua. Umur tanaman pala pun cukup panjang bahkan bisa mencapai 100 tahun.<ref>Jaiswal P, Kumar P, Singh VK, Singh DK. (2009). Biological effects of ''Myristica fragrans''. ''Annu Rev Biomed Sci''. 11:21–29.</ref><ref>Nurfitriana, Siti. (2013). ''Pala: si Kecil Kaya Manfaat'' (online). <nowiki>https://www.kompasiana.com/sitinurfitriana/551b96d8813311263d9de176/pala-si-kecil-kaya-manfaat</nowiki> diakses pada 4 April 2019 pukul 22.01 WIB.</ref>
[[no:Muskat]]

[[pl:Muszkatołowiec korzenny]]
== Pala di Indonesia ==
[[pt:Noz-moscada]]
Indonesia memasok sekitar 60% dari total kebutuhan pasar pala dunia setiap tahunnya. Jawa Barat merupakan salah satu daerah sentra produksi pala pada tahun 2008 saja tercatat luas areal tanaman pala sekitar 4049 hektar dengan produksi 778 ton dan rata-rata produktivitas tanaman 359&nbsp;kg/hektar dimana angka tersebut lebih tinggi dibanding produktivitas tanaman pala nasional. Kabupaten Sukabumi dan Bogor merupakan wilayah dengan produksi pala terbesar di Jawa Barat. Selain itu, di Jawa Barat pula telah banyak industri pengolahan pala yang lebih berkembang pesat dibanding daerah lainnya, diantaranya adalah minyak atsiri dan [[Manisan buah|manisan pala]] <ref>Bustaman, S. (2008). Prospek Pengembangan Minyak Pala Banda Sebagai Komoditas Ekspor Maluku. ''Jurnal Litbang Pertanian'', 27(3): 93 – 98.</ref><ref>Sudjarmoko, B. (2010). Kelayakan Pengusahaan Pala di Jawa Barat. ''Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri- Buletin RISTRI''. 1(5). 217-226.</ref>
[[simple:Nutmeg]]

[[sl:Muškat (drevo)]]
== Minyak Atsiri Pala dan Analisis Kandungannya ==
[[sv:Muskot]]
[[Berkas:Nutmeg fruit with mace.jpg|jmpl|Buah Pala]]
[[tr:Muskat]]
Produk utama dari tanaman pala adalah minyak atsiri yang dapat dihasilkan melalui penyulingan dari bahan baku berupa daging buah, biji, dan fuli pala. Pada minyak atsiri mengandung berbagai senyawa, yang paling banyak dan menjadi ciri khas adalah ''myristicin''<ref name=":2">Mancha A., & Fuentes J., 2008. Evaluation of the health beneficial properties of the aromatic ether Myristicin, a volatile oil derived from various plants sources. The University of Texas-Pan American 1201 W. University Drive Edinburg, Texas 78539. www.agonline.tamu.edu/Myristicin_Nov9_330PM.ppt - Amerika Serikat, diakses pada 27 Februari 2009.</ref>''.'' Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 06-2388-2006) syarat kadar ''myristicin'' dalam minyak atsiri pala minimal 10%. ''Myristicin'' sebenarnya dapat dijadikan sebagai agen [[insektisida]], penambah rasa pada rokok, ''chemopreventive'' dan ''hepatoprotective,'' namun senyawa ini dapat memberikan efek halusinasi yang sama seperti narkotik. Seiring perkembangan zaman, minyak atsiri pala ini bahkan dijadikan sebagai bahan baku aromaterapi yang bersifat menghilangkan stress karena adanya kandung ''myristicin''-nya. Kandungan ''myristicin'' lebih tinggi kadarnya pada daging buah pala dibandingkan dengan biji dan fulinya.<ref name=":2" />

Pada SNI 06-2388-2006 pun didapati adanya syarat lain yang harus dimiliki oleh minyak atsiri pala, diantaranya adalah nilai rata-rata indeks bias pada suhu 20<sup>o</sup>C harus berkisar pada rentang 1,475-1,485. Minyak atsiri pala harus memiliki bau khas pala dengan memiliki warna dari tidak berwarna hingga kuning muda dengan berat jenis 20<sup>o</sup>C/20<sup>o</sup>C pada rentang 0,885-0,907. Minyak atsiri pala pun harus larut dengan sempurna dan tetap jernih pada etanol 90% dengan rentang 1:1-1:3. Kelarutan minyak atsiri pada etanol 90% sangat berkaitan dengan jenis komponen kimia yang terkandung didalamnya. Kandungan senyawa terpen teroksigenisasi seperti α-terpineol dam terpinen-4-ol banyak terkandung dalam minyak atsiri pala.Senyawa terpen teroksigenisasi lebih mudah larut dalam alkohol dibanding terpen, sehingga semakin tinggi kandungan terpen maka semakin rendah daya larutnya<ref name=":3">Sipahelut, Sophia & Telussa, Ivonne. (2011). Karakteristik Minyak Atsiri Dari Daging Buah Pala Melalui Beberapa Teknologi Proses. ''Jurnal Teknologi Hasil Pertanian.'' 4(2): 134.</ref>

Telah dilakukan beberapa analisis kandungan senyawa dalam minyak atsiri pala salah satunya dengan pendekatan metabolomik. Analisis dilakukan pada minyak atsiri pala yang berasal dari daging buah menggunakan instrumen ''Gas chromatography–mass spectrometry'' (GC-MS) oleh Sipahelut dan Telussa pada tahun 2011. Didapati adanya 21 senyawa yang teridentifikasi diantaranya sebagai berikut<ref>{{Cite journal|last=Sipahelut|first=Sophia G.|last2=Telussa|first2=Ivonne|date=2011-08-01|title=KARAKTERISTIK MINYAK ATSIRI DARI DAGING BUAH PALA MELALUI BEBERAPA TEKNOLOGI PROSES|url=https://jurnal.uns.ac.id/ilmupangan/article/view/13582|journal=Jurnal Teknologi Hasil Pertanian|language=en-US|volume=4|issue=2|issn=2614-7920}}</ref>.

# α-thujene
# α-pinene
# Camphene
# β-pinene
# β-myrcene
# α-phellandrene
# Linalool
# α-terpineol
# Safrole
# Myristicin

Mutu dan rendemen minyak atsiri dapat ditentukan distilasi atau penyulingannya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ''[[myristicin]]'' merupakan senyawa khas dan menjadi karakteristik utama dalam minyak atsiri pala dengan titik didih 276,5<sup>o</sup>C, paling tinggi diantara senyawa lainnya. Peningkatan mutu minyak atsiri dapat memanfaatkan pendekatan [[metabolomik]], contohnya dengan membandingkan kadar ''myristicin'' juga senyawa lainnya pada berbagai metode distilasi seperti distilasi air dan air-uap. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sipahelut dan Telussa pada tahun 2011, metode penyulingan minyak atsiri pala dengan distilasi air menghasilkan lebih banyak ''myristicin'' yang terekstraksi karena bahan dasar mengalami kontak langsung dengan air mendidih sehingga senyawa lebih mudah keluar dari jaringan bahan. Maka dari itu, mutu minyak atsiri pala dapat dimaksimalkan salah satunya dengan peningkatan kadar ''myristicin'' terkekstraksi menggunakan distilasi air.<ref name=":3" />

== Referensi ==
{{reflist}}

== Galeri ==
<gallery>
Berkas:Myris fragr Fr 080112-3290 ltn.jpg|Buah yang memecah
Berkas:Myris fragr Fr 080112-3294 ltn.jpg|Biji terselubung fuli (merah)
Berkas:Menjemur biji pala sebelum fuli lepas.JPG|Biji bercampur fuli, dijemur di [[Palabuhanratu]]
Berkas:Menjemur fuli.JPG|Fuli, setelah dilepaskan dari biji
Berkas:Muscade.jpg|Biji pala sebagai rempah-rempah
Berkas:Nutmeg ready.jpg|Pala baru dibuka dari [[Tanzania]]
</gallery>
{{clear}}

== Pranala luar ==
{{commonscat|nutmegs}}

{{rempah-rempah}}

{{Hasil hutan non-kayu}}

{{Taxonbar|from=Q83165}}

[[Kategori:Rempah-rempah]]
[[Kategori:Hasil hutan non-kayu]]
[[Kategori:Myristica]]
[[Kategori:Tumbuhan obat]]

[[it:Myristica fragrans#Seme]]

Revisi terkini sejak 28 September 2024 02.54

Pala
Pala
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Magnoliid
Ordo: Magnoliales
Famili: Myristicaceae
Genus: Myristica
Spesies:
M. fragrans
Nama binomial
Myristica fragrans

Pala (Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Akibat nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji pala telah menjadi komoditas perdagangan yang penting sejak masa Romawi. Pala disebut-sebut dalam ensiklopedia karya Plinius "Si Tua". Semenjak zaman eksplorasi Eropa pala tersebar luas di daerah tropika lain seperti Mauritius dan Karibia (Grenada). Istilah pala juga dipakai untuk biji pala yang diperdagangkan.

Tumbuhan ini berumah dua (dioecious) sehingga dikenal pohon jantan dan betina. Daunnya berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk lonjong seperti lemon, berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila matang, kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu buah menghasilkan satu biji berwarna putih ketika masih muda dan berwarna coklat gelap apabila sudah matang.

Pemanfaatan buah pala bisa berupa biji, salut bijinya (arillus), dan daging buahnya. Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan fuli, atau dalam bahasa Inggris disebut mace, dalam istilah farmasi disebut myristicae arillus atau macis). Daging buah pala dinamakan myristicae fructus cortex. Tanaman pala merupakan tanaman yang cukup lama pertumbuhannya hingga pemanenan. Panen pertama dilakukan 7 sampai 9 tahun setelah pohonnya ditanam[1] dan mencapai kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun. Tumbuhnya dapat mencapai 20m dan usianya bisa mencapai ratusan tahun.

Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah dari fulinya. Pengeringan ini memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian dalam biji akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biji dijual sebagai pala.

Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar (seperti eggnog). Minyaknya juga dipakai sebagai campuran parfum atau sabun. Selain itu, tanaman ini juga kaya akan manfaat, diantaranya buah pala yang terdiri dari kulitnya dapat dijadikan bahan tambahan obat pengusir nyamuk; dagingnya yang mengandung banyak nutrisi dapat dijadikan bahan dasar pembuatan berbagai jenis makanan dan minuman seperti manisan, sirup, dan permen; biji dan fulinya sering dijadikan sebagai bahan utama pembuatan minyak atsiri; begitu juga dengan daunnya, namun pada daging buahnya pun sering dijadikan bahan baku minyak atsiri.[2][3]

Kondisi optimal untuk tumbuh dan pembibitan

[sunting | sunting sumber]

Tanaman pala secara umum dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian sekitar 0-700 mdpl dengan kebutuhan curah hujan yang cukup tinggi yaitu 2000–3500 mm/tahunnya dan kelembapan udara sekitar 50-80 %. Tanaman ini dapat tumbuh biasanya hingga ketinggian pohon 5-15 meter atau bahkan dapat mencapai 30 meter. Pala cocok tumbuh pada suhu udara sekitar 20-30oC dengan struktur tanah tempat tumbuhnya memiliki rentang yang cukup besar yaitu dari tanah padat hingga berpasir serta memiliki derajat keasaman 5,5 – 7.[1]

Pada pembibitan tanaman pala biasanya dilakukan pengairan setiap 1-2 kali dalam sehari apabila tidak ada hujan sama sekali disertai penyiangan dari tanaman gulma disekitarnya dan juga perlakuan penggemburan tanah. Dilakukan pula penambahan pupuk tanaman seperti pupuk kandang, pupuk kompos, ataupun pupuk anorganik seperti urea setiap 3 bulan sekali. Pemanenan pala dapat dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu tahun, yaitu saat awal musim hujan yang memberikan hasil buah pala dengan kualitas paling baik, lalu pertengahan musim hujan dengan biasanya buah pala yang siap panen berjumlah paling banyak diantara periode lainnya, kemudian jumlah pala siap panen menurun dan dapat dipanen pada akhir musim hujan.[1]

Penyebaran

[sunting | sunting sumber]

Tanaman pala tersebar pada wilayah atau negara yang memiliki iklim tropis termasuk diantaranya Guangdong dan Yunan di Cina, Taiwan, Malaysia, Grenada di Kepulauan Karibia, Kerala di India, Sri Lanka, dan Afrika Selatan, terutama juga di negara asalnya yaitu Indonesia. Pada negara Indonesia, penghasil utama pala ada pada Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, dan Papua. Umur tanaman pala pun cukup panjang bahkan bisa mencapai 100 tahun.[4][5]

Pala di Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Indonesia memasok sekitar 60% dari total kebutuhan pasar pala dunia setiap tahunnya. Jawa Barat merupakan salah satu daerah sentra produksi pala pada tahun 2008 saja tercatat luas areal tanaman pala sekitar 4049 hektar dengan produksi 778 ton dan rata-rata produktivitas tanaman 359 kg/hektar dimana angka tersebut lebih tinggi dibanding produktivitas tanaman pala nasional. Kabupaten Sukabumi dan Bogor merupakan wilayah dengan produksi pala terbesar di Jawa Barat. Selain itu, di Jawa Barat pula telah banyak industri pengolahan pala yang lebih berkembang pesat dibanding daerah lainnya, diantaranya adalah minyak atsiri dan manisan pala [6][7]

Minyak Atsiri Pala dan Analisis Kandungannya

[sunting | sunting sumber]
Buah Pala

Produk utama dari tanaman pala adalah minyak atsiri yang dapat dihasilkan melalui penyulingan dari bahan baku berupa daging buah, biji, dan fuli pala. Pada minyak atsiri mengandung berbagai senyawa, yang paling banyak dan menjadi ciri khas adalah myristicin[8]. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 06-2388-2006) syarat kadar myristicin dalam minyak atsiri pala minimal 10%. Myristicin sebenarnya dapat dijadikan sebagai agen insektisida, penambah rasa pada rokok, chemopreventive dan hepatoprotective, namun senyawa ini dapat memberikan efek halusinasi yang sama seperti narkotik. Seiring perkembangan zaman, minyak atsiri pala ini bahkan dijadikan sebagai bahan baku aromaterapi yang bersifat menghilangkan stress karena adanya kandung myristicin-nya. Kandungan myristicin lebih tinggi kadarnya pada daging buah pala dibandingkan dengan biji dan fulinya.[8]

Pada SNI 06-2388-2006 pun didapati adanya syarat lain yang harus dimiliki oleh minyak atsiri pala, diantaranya adalah nilai rata-rata indeks bias pada suhu 20oC harus berkisar pada rentang 1,475-1,485. Minyak atsiri pala harus memiliki bau khas pala dengan memiliki warna dari tidak berwarna hingga kuning muda dengan berat jenis 20oC/20oC pada rentang 0,885-0,907. Minyak atsiri pala pun harus larut dengan sempurna dan tetap jernih pada etanol 90% dengan rentang 1:1-1:3. Kelarutan minyak atsiri pada etanol 90% sangat berkaitan dengan jenis komponen kimia yang terkandung didalamnya. Kandungan senyawa terpen teroksigenisasi seperti α-terpineol dam terpinen-4-ol banyak terkandung dalam minyak atsiri pala.Senyawa terpen teroksigenisasi lebih mudah larut dalam alkohol dibanding terpen, sehingga semakin tinggi kandungan terpen maka semakin rendah daya larutnya[9]

Telah dilakukan beberapa analisis kandungan senyawa dalam minyak atsiri pala salah satunya dengan pendekatan metabolomik. Analisis dilakukan pada minyak atsiri pala yang berasal dari daging buah menggunakan instrumen Gas chromatography–mass spectrometry (GC-MS) oleh Sipahelut dan Telussa pada tahun 2011. Didapati adanya 21 senyawa yang teridentifikasi diantaranya sebagai berikut[10].

  1. α-thujene
  2. α-pinene
  3. Camphene
  4. β-pinene
  5. β-myrcene
  6. α-phellandrene
  7. Linalool
  8. α-terpineol
  9. Safrole
  10. Myristicin

Mutu dan rendemen minyak atsiri dapat ditentukan distilasi atau penyulingannya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, myristicin merupakan senyawa khas dan menjadi karakteristik utama dalam minyak atsiri pala dengan titik didih 276,5oC, paling tinggi diantara senyawa lainnya. Peningkatan mutu minyak atsiri dapat memanfaatkan pendekatan metabolomik, contohnya dengan membandingkan kadar myristicin juga senyawa lainnya pada berbagai metode distilasi seperti distilasi air dan air-uap. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sipahelut dan Telussa pada tahun 2011, metode penyulingan minyak atsiri pala dengan distilasi air menghasilkan lebih banyak myristicin yang terekstraksi karena bahan dasar mengalami kontak langsung dengan air mendidih sehingga senyawa lebih mudah keluar dari jaringan bahan. Maka dari itu, mutu minyak atsiri pala dapat dimaksimalkan salah satunya dengan peningkatan kadar myristicin terkekstraksi menggunakan distilasi air.[9]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c "Budidaya Tanaman Pala". Gen Agraris. 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-25. Diakses tanggal 4 April 2019 pukul 20.45 WIB.. 
  2. ^ Pat Chapman (2007). India Food and Cooking: The Ultimate Book on Indian Cuisine. New Holland Publishers. hlm. 16. ISBN 978-1-84537-619-2. [pranala nonaktif permanen]
  3. ^ Terampil Berkreasi. Grafindo Media Pratama. hlm. 120. 
  4. ^ Jaiswal P, Kumar P, Singh VK, Singh DK. (2009). Biological effects of Myristica fragrans. Annu Rev Biomed Sci. 11:21–29.
  5. ^ Nurfitriana, Siti. (2013). Pala: si Kecil Kaya Manfaat (online). https://www.kompasiana.com/sitinurfitriana/551b96d8813311263d9de176/pala-si-kecil-kaya-manfaat diakses pada 4 April 2019 pukul 22.01 WIB.
  6. ^ Bustaman, S. (2008). Prospek Pengembangan Minyak Pala Banda Sebagai Komoditas Ekspor Maluku. Jurnal Litbang Pertanian, 27(3): 93 – 98.
  7. ^ Sudjarmoko, B. (2010). Kelayakan Pengusahaan Pala di Jawa Barat. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri- Buletin RISTRI. 1(5). 217-226.
  8. ^ a b Mancha A., & Fuentes J., 2008. Evaluation of the health beneficial properties of the aromatic ether Myristicin, a volatile oil derived from various plants sources. The University of Texas-Pan American 1201 W. University Drive Edinburg, Texas 78539. www.agonline.tamu.edu/Myristicin_Nov9_330PM.ppt - Amerika Serikat, diakses pada 27 Februari 2009.
  9. ^ a b Sipahelut, Sophia & Telussa, Ivonne. (2011). Karakteristik Minyak Atsiri Dari Daging Buah Pala Melalui Beberapa Teknologi Proses. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian. 4(2): 134.
  10. ^ Sipahelut, Sophia G.; Telussa, Ivonne (2011-08-01). "KARAKTERISTIK MINYAK ATSIRI DARI DAGING BUAH PALA MELALUI BEBERAPA TEKNOLOGI PROSES". Jurnal Teknologi Hasil Pertanian (dalam bahasa Inggris). 4 (2). ISSN 2614-7920. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]