Jintan hitam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Jintan hitam
Nigella sativa

Tumbuhan
Jenis buahFolikel
Taksonomi
DivisiTracheophyta
SubdivisiSpermatophytes
KladAngiospermae
Kladmesangiosperms
Kladeudicots
OrdoRanunculales
FamiliRanunculaceae
SubfamiliRanunculoideae
TribusNigelleae
GenusNigella
SpesiesNigella sativa
Linnaeus, 1753
Nigella sativa

Jintan hitam (Nigella sativa) adalah terna, daunnya berbau segar, bijinya mengandung minyak asiri dan lemak, digunakan untuk rempah-rempah dan campuran obat-obatan, misalnya untuk obat sakit perut.[1] Terna ini merupakan rempah-rempah yang dapat digunakan sebagai tanaman obat.[2] Rempah ini berbentuk butiran biji berwarna hitam yang telah dikenal ribuan tahun yang lalu dan digunakan secara luas oleh masyarakat India, Pakistan, dan Timur Tengah untuk mengobati berbagai macam penyakit.

Nama lain dari jintan hitam adalah ḥabbatus-saudā' (Arab: الحبة السوداء), black cumin, nigella, kalojeera, kalonji, atau kalanji)[3][4][5]

Dalam sejarah pengobatan[sunting | sunting sumber]

Jintan hitam digunakan sebagai pengobatan sejak 2000-3000 tahun sebelum Masehi dan tercatat dalam banyak literatur kuno mengenai ahli pengobatan terdahulu seperti Ibnu Sina (980 - 1037 M), dan Al-Biruni (973-1048 M), Al-Antiki, Ibnu Qayyim dan Al-Baghdadi. Ibnu Sina adalah peneliti jenius dari Timur Tengah di bidang pengobatan yang namanya tercatat di semua buku sejarah pengobatan timur maupun barat, hidup antara 980 - 1037 M, telah meneliti berbagai manfaat Habbatussauda untuk kesehatan dan pengobatan. Ahli pengobatan Yunani kuno, Dioscoredes, pada abad pertama Masehi juga telah mencatat manfaat habbatussauda untuk mengobati sakit kepala dan saluran pernapasan.

Anjuran menurut agama[sunting | sunting sumber]

Abu Hurairah pernah mendengar Rasulullah Muhammad SAW bersabda: "Pada Habbatussauda ada obat bagi segala jenis penyakit kecuali Al-Sam, yaitu maut" . Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari (10:118-119);Muslim(7:25);Ibnu Majah (2:342);Tirmidzi (2:3 pada edisi BulaQ) ; dan Ahmad (2:241) meneruskan riwayat Sufyan bin 'Uyainah dari Al-Zuhri dan Abu Salamah.

Dalam Alkitab terbitan Easton's, di dalam Perjanjian Lama pada Kitab Yesaya (28:25,27, NKJV), disebut kata 'ketsah' yang maksudnya adalah black cummin (nama Inggris untuk Habbatussauda) dan dalam terjemahan New World Translation of the Holy Scriptures terbitan Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania, tertulis black cumin, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai jintan hitam.

Penggunaan bahan pangan[sunting | sunting sumber]

Di Amerika Serikat, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat memasukkan tumbuhan jintan hitam sebagai Generally Recognized as Safe (aman) sebagai bahan rempah-rempah, perisa, atau bumbu masak.[6] Biji jintan hitam digunakan untuk rempah-rempah untuk berbagai hidangan.[7] Di Palestina, bijinya digiling untuk membuat pasta qizha.[8]

Biji jintan dapat disangrai dan digunakan untuk bumbu masakan. Di sejumlah kebudayaan, biji jintan hitam digunakan untuk memberi rasa pada produk roti, dan digunakan dalam campuran rempah-rempah panch phoron, digunakan dalam sejumlah resep masakan Benggala, dan paling dikenal pada naan.[9] Jintan hitam juga digunakan dalam keju yang disebut majdouleh di Timur Tengah.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Bukti arkeologis awal terkait budidaya jintan hitam telah dilakukan 3.000 tahun yang lalu dan jintan hitam ditemukan dalam peradaban Mesir Kuno, seperti di makam Tutankhamun.[3][10] Bijinya juga ditemukan dalam botol dari situs bangsa Het di Turki pada milenium ke-2 SM.[11]

Jintan hitam juga ditemukan dalam bumbu makanan dari Dunia Lama.[7][10] Ibnu Sina dalam Qanun Kedokteran menyebut jintan hitam untuk mengobati dispnea.[12] Jintan hitam merupakan salah satu bahan dalam pengobatan Timur Tengah.[13]

Kimia[sunting | sunting sumber]

Sekitar 32 hingga 40 persen komposisi jintan hitam adalah minyak asiri.[3][14] Jintan hitam mengandung asam linoleat, asam oleat, asam palmitat, dan trans-anetol, dan konstituen dalam jumlah sedikit seperti nigellisin, nigellidin, nigellimin, dan nigellimin N-oksida.[3] Senyawa aromatisnya antara lain timokuinon, dihidrotimokuinon, p-kimena, karvakrol, α-thujena, timol, α-pinena, β-pinena, dan trans-anetol.[3] Protein dan alkaloid juga terkandung.[3]

Penelitian[sunting | sunting sumber]

Analisis uji klinis meta menemukan bukti lemah bahwa jintan hitam memiliki manfaat jangka pendek untuk menurunkan tekanan darah, dengan bukti terbatas bahwa ekstrak jintan hitam dapat menurunkan trigliserida dan LDL serta kolesterol total, dan meningkatkan HDL.[15] Disamping penggunaannya untuk pengobatan tradisional Afrika dan Asia, ada bukti klinis berkualitas yang menunjukkan bahwa mengonsumsi biji atau minyaknya sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh manusia.[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Kutipan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ (Indonesia) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia "Arti kata jintan hitam pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan". Diakses tanggal 2020-02-20. 
  2. ^ wed, "Atasi Cacar Air dengan Jintan Hitam", Republika Online, Selasa, 10 Februari 2004
  3. ^ a b c d e f g "Kalanji". Drugs.com. 2020-04-02. Diakses tanggal 2020-05-01. 
  4. ^ Heiss, Andreas (December 2005). "The oldest evidence of Nigella damascena L. (Ranunculaceae) and its possible introduction to central Europe". Vegetation History and Archaeobotany. 14 (4): 562–570. CiteSeerX 10.1.1.156.85alt=Dapat diakses gratis. doi:10.1007/s00334-005-0060-4. JSTOR 23419312. 
  5. ^ "Jintan hitam". Germplasm Resources Information Network (GRIN) online database. 
  6. ^ "Substances generally recognized as safe: Sec. 182.10. Spices and other natural seasonings and flavorings". US Food and Drug Administration, Code of Federal Regulations, 21CFR182.10. 2019-04-01. Diakses tanggal 2020-05-17. 
  7. ^ a b Engels, Gayle; Brinckmann, Josef (2017). "Nigella sativa". Herbalgram, American Botanical Council. Diakses tanggal 2020-05-01. 
  8. ^ Berger, Miriam (2019-03-28). "Is the world ready for this Palestinian dish?". BBC News - Travel (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-03-28. 
  9. ^ Bramen L (16 February 2011). "Nigella Seeds: What the Heck Do I Do with Those?". smithsonian.com. The Smithsonian Online. Diakses tanggal 4 January 2015. 
  10. ^ a b Zohary, Daniel; Hopf, Maria; Weiss, Ehud (2012). Domestication of Plants in the Old World: The Origin and Spread of Domesticated Plants in Southwest Asia, Europe, and the Mediterranean Basin (edisi ke-Fourth). Oxford: University Press. hlm. 206. ISBN 9780199549061. 
  11. ^ Saliha B, Sipahib T, Oybak Dönmez, E (2009). "Ancient nigella seeds from Boyalı Höyük in north-central Turkey". Journal of Ethnopharmacology. 124 (3): 416–20. doi:10.1016/j.jep.2009.05.039. PMID 19505557. 
  12. ^ Avicenna (1999). Canon of Medicine. Chicago: Kazi Publications. 
  13. ^ Hassanien, Minar M. M.; Abdel-Razek, Adel G.; Rudzińska, Magdalena; Siger, Aleksander; Ratusz, Katarzyna; Przybylski, Roman (15 July 2014). "Phytochemical contents and oxidative stability of oils from non-traditional sources". European Journal of Lipid Science and Technology (dalam bahasa Inggris). 116 (11): 1563–1571. doi:10.1002/ejlt.201300475. ISSN 1438-7697. 
  14. ^ Gharby S, Harhar H, Guillaume D, Roudani A, Boulbaroud S, Ibrahimi M, Ahmad M, Sultana S, BenHaddah T, Chafchaouni-Moussaouii I, Charroufa Z (2015). "Chemical investigation of Nigella sativa L. seed oil". Journal of the Saudi Society of Agricultural Sciences. 14 (2): 172–177. doi:10.1016/j.jssas.2013.12.001alt=Dapat diakses gratis. 
  15. ^ Sahebkar A, Soranna D, Liu X, et al. (2016). "A systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials investigating the effects of supplementation with Nigella sativa (black seed) on blood pressure". Journal of Hypertension. 34 (11): 2127–35. doi:10.1097/HJH.0000000000001049. PMID 27512971. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Media terkait Nigella sativa di Wikimedia Commons