Lompat ke isi

Fauna Indonesia: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(26 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Panthera tigris sumatran subspecies.jpg|jmpl|200px|ka|[[Harimau Sumatra]], subspesies harimau terkecil yang hanya ada di Indonesia]]
[[Berkas:Panthera tigris sumatran subspecies.jpg|jmpl|250px|ka|[[Harimau sumatra]], subspesies harimau terkecil yang hanya ada di Indonesia]]
[[Berkas:Sumatra_Orangutan.jpg|jmpl|250px|[[Orang utan sumatra]] (''Pongo abelii'') di [[Taman Nasional Gunung Leuser]], [[Aceh]].]]
Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara terbesar yang memiliki keanekaragaman floran dan fauna. Satwa Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi karena wilayahnya yang luas dan berbentuk kepulauan [[tropis]]<ref>{{cite web
Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara terbesar yang memiliki keanekaragaman flora dan fauna. '''Fauna Indonesia''' memiliki keanekaragaman yang tinggi karena wilayahnya yang luas dan berbentuk kepulauan [[tropis]].<ref>{{cite web
| title = Indonesia’s Natural Wealth: The Right of a Nation and Her People
| title = Indonesia’s Natural Wealth: The Right of a Nation and Her People
| publisher = Islam Online
| publisher = Islam Online
| date = 2003-05-22
| date = 2003-05-22
| url = http://www.islamonline.net/English/Science/2003/05/article13.shtml
| url = http://www.islamonline.net/English/Science/2003/05/article13.shtml
| accessdate =
| accessdate = }}</ref>. Keanekaragaman yang tinggi ini disebabkan oleh [[Garis Wallace]], membagi [[Indonesia]] menjadi dua area; zona zoogeografi Asia, yang dipengaruhi oleh fauna [[Asia]], dan zona zoogeografi Australasia, dipengaruhi oleh fauna [[Australia]]<ref name="Severin">{{cite book
| archive-date = 2006-10-17
| archive-url = https://web.archive.org/web/20061017034459/http://www.islamonline.net/English/Science/2003/05/article13.shtml
| dead-url = no
}}</ref> Keanekaragaman yang tinggi ini disebabkan oleh [[Garis Wallace]], membagi [[Indonesia]] menjadi dua area; zona zoogeografi Asia, yang dipengaruhi oleh [[fauna Asia]], dan zona zoogeografi Australasia, dipengaruhi oleh [[fauna Australia]].<ref name="Severin">{{cite book
|last = Severin
|last = Severin
|first = Tim
|first = Tim
Baris 12: Baris 17:
|date = 1997
|date = 1997
|location = Great Britain
|location = Great Britain
|id = ISBN 0-349-11040-9 }}</ref>. Pencampuran fauna di Indonesia juga dipengaruhi oleh [[ekosistem]] yang beragam di antaranya: [[pantai]], bukit pasir, [[muara]], [[hutan bakau]], dan [[terumbu karang]].
|id = ISBN 0-349-11040-9 }}</ref> Pencampuran fauna di Indonesia juga dipengaruhi oleh [[ekosistem]] yang beragam di antaranya: [[pantai]], [[gumuk|bukit pasir]], [[muara]], [[hutan bakau]], dan [[terumbu karang]].


Masalah ekologi yang muncul di Indonesia adalah proses industrialisasi dan pertumbuhan [[populasi]] yang tinggi, yang menyebabkan prioritas pemeliharaan lingkungan menjadi terpinggirkan<ref name="forestprob">{{cite paper
Masalah ekologi yang muncul di Indonesia adalah proses industrialisasi dan pertumbuhan [[populasi]] yang tinggi, yang menyebabkan prioritas pemeliharaan lingkungan menjadi terpinggirkan.<ref name="forestprob">{{cite paper
| author = Jason R. Miller
| author = Jason R. Miller
| title = Deforestation in Indonesia and the Orangutan Population
| title = Deforestation in Indonesia and the Orangutan Population
Baris 20: Baris 25:
| date = 1997-01-30
| date = 1997-01-30
| url = http://www.american.edu/TED/orang.htm
| url = http://www.american.edu/TED/orang.htm
| accessdate = }}</ref>. Keadaan ini menjadi semakin buruk akibat aktivitas [[pembalakan liar]], yang menyebabkan berkurangnya area hutan; sedangkan masalah lain, termasuk tingginya [[urbanisasi]], [[polusi udara]], manajemen [[sampah]] dan sistem pengolahan limbah juga berperan dalam perusakan hutan.
| accessdate = }}</ref> Keadaan ini menjadi semakin buruk akibat aktivitas [[pembalakan liar]], yang menyebabkan berkurangnya area hutan; sedangkan masalah lain, termasuk tingginya [[urbanisasi]], [[polusi udara]], manajemen [[sampah]] dan sistem pengolahan limbah juga berperan dalam perusakan hutan.


== Asal fauna Indonesia ==
== Asal fauna Indonesia ==
[[Berkas:Línea de Wallace.jpg|200px|kiri|jmpl|Garis Wallace, membagi fauna Indonesia ke dua kategori]]
[[Berkas:Línea de Wallace.jpg|200px|kiri|jmpl|Garis Wallace, membagi fauna Indonesia ke dua kategori]]
Asal mula fauna Indonesia sangat dipengaruhi oleh aspek geografi dan peristiwa geologi di benua Asia dan Australia<ref>{{cite web
Asal mula fauna Indonesia sangat dipengaruhi oleh aspek geografi dan peristiwa geologi di benua Asia dan Australia.<ref>{{cite web
| last =
| last =
| first =
| first =
Baris 31: Baris 36:
| title = Indonesia - Flora and Fauna
| title = Indonesia - Flora and Fauna
| work = Encyclopedia of the Nations
| work = Encyclopedia of the Nations
| publisher = Encyclopedia of the Nations
| publisher = Encyclopedia of the Nations
| date =
| date =
| url = http://www.nationsencyclopedia.com/Asia-and-Oceania/Indonesia-FLORA-AND-FAUNA.html
| url = http://www.nationsencyclopedia.com/Asia-and-Oceania/Indonesia-FLORA-AND-FAUNA.html
| format =
| format =
| doi =
| doi =
| accessdate =
| accessdate = }}</ref>. Pada zaman purba, pulau [[Irian]] (''New Guinea'') tergabung dengan benua australia.
| archive-date = 2007-01-05
| archive-url = https://web.archive.org/web/20070105005442/http://www.nationsencyclopedia.com/Asia-and-Oceania/Indonesia-FLORA-AND-FAUNA.html
| dead-url = no
}}</ref> Pada zaman purba, pulau [[Irian]] (''New Guinea'') tergabung dengan benua australia.


=== Hughasiusilum ===
=== Hughasiusilum ===
Baris 45: Baris 54:
Di lain pihak, pengaruh benua Asia merupakan akibat dari reformasi superbenua [[Laurasia]], yang timbul setelah pecahnya [[Rodinia]] sekitar 1 miliar tahun yang lalu. Sekitar 200 juta tahun yang lalu, superbenua Laurasia benar-benar terpisah, membentuk [[Laurentia]] (sekarang [[Benua Amerika|Amerika]]) dan [[Eurasia]]. Pada saat itu, sebagian wilayah Indonesia masih belum terpisah dari superbenua Eurasia. Akibatnya, hewan-hewan dari Eurasia dapat saling berpindah dalam wilayah kepulauan Indonesia, dan dalam ekosistem yang berbeda, terbentuklah spesies-spesies baru.
Di lain pihak, pengaruh benua Asia merupakan akibat dari reformasi superbenua [[Laurasia]], yang timbul setelah pecahnya [[Rodinia]] sekitar 1 miliar tahun yang lalu. Sekitar 200 juta tahun yang lalu, superbenua Laurasia benar-benar terpisah, membentuk [[Laurentia]] (sekarang [[Benua Amerika|Amerika]]) dan [[Eurasia]]. Pada saat itu, sebagian wilayah Indonesia masih belum terpisah dari superbenua Eurasia. Akibatnya, hewan-hewan dari Eurasia dapat saling berpindah dalam wilayah kepulauan Indonesia, dan dalam ekosistem yang berbeda, terbentuklah spesies-spesies baru.


Pada abad ke-19, [[Alfred Russel Wallace]] mengusulkan ide tentang [[Garis Wallace]], yang merupakan suatu garis imajiner yang membagi kepulauan Indonesia ke dalam dua daerah, daerah zoogeografis Asia dan daerah zoogeografis Australasia (Wallacea)<ref name="CI"/>. Garis tersebut ditarik melalui [[kepulauan Melayu]], di antara [[Kalimantan]] (''Borneo'') dan [[Sulawesi]] (''Celebes''); dan di antara [[Bali]] dan [[Lombok]].<ref name="wallaceastarfish">{{cite web
Pada abad ke-19, [[Alfred Russel Wallace]] mengusulkan ide tentang [[Garis Wallace]], yang merupakan suatu garis imajiner yang membagi kepulauan Indonesia ke dalam dua daerah, daerah zoogeografis Asia dan daerah zoogeografis Australasia (Wallacea).<ref name="CI"/> Garis tersebut ditarik melalui [[kepulauan Melayu]], di antara [[Kalimantan]] (''Borneo'') dan [[Sulawesi]] (''Celebes''); dan di antara [[Bali]] dan [[Lombok]].<ref name="wallaceastarfish">{{cite web
| last = Zubi
| last = Zubi
| first = Teresa
| first = Teresa
Baris 57: Baris 66:
| format =
| format =
| doi =
| doi =
| accessdate =
| accessdate = }}</ref> Walaupun jarak antara Bali dan Lombok relatif pendek, sekitar 35 kilometer, distribusi fauna di sini sangat dipengaruhi oleh garis ini. Sebagai contoh, sekelompok burung tidak akan mau menyeberang laut terbuka walaupun jaraknya pendek<ref name="wallaceastarfish"/>.
| archive-date = 2017-05-25
| archive-url = https://web.archive.org/web/20170525180130/http://www.starfish.ch/dive/Wallacea.html
| dead-url = no
}}</ref> Walaupun jarak antara Bali dan Lombok relatif pendek, sekitar 35 kilometer, distribusi fauna di sini sangat dipengaruhi oleh garis ini. Sebagai contoh, sekelompok burung tidak akan mau menyeberang laut terbuka walaupun jaraknya pendek.<ref name="wallaceastarfish"/>


== Paparan Sunda ==
== Paparan Sunda ==
[[Berkas:Borneo-elephant-PLoS Biology.jpg|200px|kiri|jmpl|[[Gajah Sumatera]], subspesies Gajah Asia]]
[[Berkas:Borneo-elephant-PLoS Biology.jpg|200px|kiri|jmpl|[[Gajah sumatra]], subspesies Gajah Asia]]
Hewan-hewan di daerah paparan Sunda, yang meliputi [[Sumatra]], [[Jawa]], Kalimantan dan pulau-pulau kecil yang mengelilinginya, memiliki karakteristik yang menyerupai fauna di Asia. Selama [[zaman es]], setelah Laurasia terpecah, daratan benua Asia terhubung dengan kepulauan Indonesia. Selain itu, kedalaman laut yang relatif dangkal memungkinkan hewan-hewan untuk bermigrasi ke paparan Sunda. Spesies-spesies besar seperti [[harimau]], [[badak]], [[orangutan]], [[gajah]], dan [[macan tutul]] ada di daerah ini, walaupun sebagian hewan ini sekarang dikategorikan terancam punah. [[Selat Makassar]], laut antara [[Kalimantan]] dan [[Sulawesi]], serta [[selat Lombok]], antara [[Bali]] dan [[Lombok]], yang menjadi pemisah dari Garis Wallace, menandakan akhir dari daerah paparan Sunda.
Hewan-hewan di daerah paparan Sunda, yang meliputi [[Sumatra]], [[Jawa]], Kalimantan dan pulau-pulau kecil yang mengelilinginya, memiliki karakteristik yang menyerupai fauna di Asia. Selama [[zaman es]], setelah Laurasia terpecah, daratan benua Asia terhubung dengan kepulauan Indonesia. Selain itu, kedalaman laut yang relatif dangkal memungkinkan hewan-hewan untuk bermigrasi ke paparan Sunda. Spesies-spesies besar seperti [[harimau]], [[badak]], [[orangutan]], [[gajah]], dan [[macan tutul]] ada di daerah ini, walaupun sebagian hewan ini sekarang dikategorikan terancam punah. [[Selat Makassar]], laut antara [[Kalimantan]] dan [[Sulawesi]], serta [[selat Lombok]], antara [[Bali]] dan [[Lombok]], yang menjadi pemisah dari Garis Wallace, menandakan akhir dari daerah paparan Sunda.


=== Mamalia ===
=== Mamalia ===
Paparan Sunda memiliki spesies berjumlah total 515. Dari jumlah itu, 173 di antaranya merupakan spesies [[endemik]] daerah ini.<ref name=>{{cite web
Paparan Sunda memiliki spesies berjumlah total 515. Dari jumlah itu, 173 di antaranya merupakan spesies [[endemik]] daerah ini.<ref>{{cite web
| last = Whitten
| last = Whitten
| first = Tony
| first = Tony
Baris 81: Baris 94:
Menurut [[Konservasi International]], sebanyak 771 spesies unggas terdapat di paparan Sunda. Sebanyak 146 spesies merupakan endemik daerah ini. Pulau Jawa dan Bali memiliki paling sedikit 20 spesies endemik, termasuk Jalak Bali (''[[Leucopsar rothschildi]]'') dan Cerek Jawa (''[[Charadrius javanicus]]'').
Menurut [[Konservasi International]], sebanyak 771 spesies unggas terdapat di paparan Sunda. Sebanyak 146 spesies merupakan endemik daerah ini. Pulau Jawa dan Bali memiliki paling sedikit 20 spesies endemik, termasuk Jalak Bali (''[[Leucopsar rothschildi]]'') dan Cerek Jawa (''[[Charadrius javanicus]]'').


Berdasarkan data dari [http://www.burung.org Burung Indonesia], jumlah jenis burung di Indonesia sebanyak 1598 jenis . Dengan ini membawa Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara yang memiliki jumlah jenis burung terbanyak se-Asia. Sejak tahun 2007, Burung Indonesia secara berkala memantau status keterancaman dari burung-burung terancam punah yang berada di Indonesia berdasarkan data dari [http://www.birdlife.org/worldwide/national/indonesia/index.html BirdLife International]. Tahun 2007-2009 terjadi penurunan status keterancaman burung secara berturut-turut mulai dari 119 jenis (2007), 118 jenis (2008), dan 117 jenis (2009).
Berdasarkan data dari [http://www.burung.org Burung Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20061206081528/http://www.burung.org/ |date=2006-12-06 }}, jumlah jenis burung di Indonesia sebanyak 1598 jenis . Dengan ini membawa Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara yang memiliki jumlah jenis burung terbanyak se-Asia. Sejak tahun 2007, Burung Indonesia secara berkala memantau status keterancaman dari burung-burung terancam punah yang berada di Indonesia berdasarkan data dari [http://www.birdlife.org/worldwide/national/indonesia/index.html BirdLife International] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130925004117/http://www.birdlife.org/worldwide/national/indonesia/index.html |date=2013-09-25 }}. Tahun 2007-2009 terjadi penurunan status keterancaman burung secara berturut-turut mulai dari 119 jenis (2007), 118 jenis (2008), dan 117 jenis (2009).


=== Reptil dan Amfibia ===
=== Reptil dan Amfibia ===
Baris 105: Baris 118:


=== Burung ===
=== Burung ===
Lebih dari 700 jenis burung bisa ditemui di Wallacea, dan lebih dari setengahnya adalah endemik kawasan ini. Di antara 258 genus yang ada, ada 11%-nya adalah endemik kawasan Wallacea. Sejumlah 16 genus hanya dapat dijumpai di subkawasan Sulawesi. Subkawasan Sulawesi terdiri dari pulau utama Sulawesi, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, termasuk Kepulauan Talaud dan Sangihe di utara, Pulau Madu di Laut Flores di sebelah selatan, termasuk juga Kep. Togian, Kep. Banggai, Kep. Tukangbesi, dan Kep. Sula yang menjembatani kekayaan keragaman burung antara subkawasan Sulawesi dan Maluku. Banyaknya jumlah jenis endemik di subkawasan ini tidak hanya berasal dari pulau utama Sulawesi tetapi juga tersebar di banyak pulau-pulau kecil di sekitarnya, seperti Serindit sangihe''(Loriculus catamene<ref>[http://burung.org/detail_burung.php?id=66&op=burung Loriculus catamene] dari Burung.org, diakses 18 Mei 2010</ref>)'', Seriwang sangihe ''(Eutrichomyias rowleyi<ref>[http://burung.org/detail_burung.php?id=101&op=burung Eutrichomyias rowleyi] dari Burung.org, diakses 18 Mei 2010</ref>)'', Gagak banggai ''(Corvus unicolor<ref>[http://burung.org/detail_burung.php?id=118&op=burung Corvus unicolor] dari Burung.org, diakses 18 Mei 2010</ref>)'', Punggok Togian ''(Ninox burhani)'', Gosong sula ''(Megapodius bernsteinii)'', Kepudang-sungu sula ''(Coracina sula)'', dan Raja-perling sula ''(Basilornis galeatus)''. Sedangkan jenis-jenis endemik pulau Sulawesi meliputi Anis sulawesi ''(Cataponera turdoides)'', Sikatan matinan ''(Cyornis sanfordi)'', Julang sulawesi ''(Aceros cassidix)'' dan Kangkareng sulawesi ''(Penelopides exarhatus)''. Banyak jenis yang hanya terdapat di subkawasan ini adalah jenis-jenis terancam punah secara global.
Lebih dari 700 jenis burung bisa ditemui di Wallacea, dan lebih dari setengahnya adalah endemik kawasan ini. Di antara 258 genus yang ada, ada 11%-nya adalah endemik kawasan Wallacea. Sejumlah 16 genus hanya dapat dijumpai di subkawasan Sulawesi. Subkawasan Sulawesi terdiri dari pulau utama Sulawesi, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, termasuk Kepulauan Talaud dan Sangihe di utara, Pulau Madu di Laut Flores di sebelah selatan, termasuk juga Kep. Togian, Kep. Banggai, Kep. Tukangbesi, dan Kep. Sula yang menjembatani kekayaan keragaman burung antara subkawasan Sulawesi dan Maluku. Banyaknya jumlah jenis endemik di subkawasan ini tidak hanya berasal dari pulau utama Sulawesi tetapi juga tersebar di banyak pulau-pulau kecil di sekitarnya, seperti Serindit sangihe''(Loriculus catamene<ref>[http://burung.org/detail_burung.php?id=66&op=burung Loriculus catamene]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} dari Burung.org, diakses 18 Mei 2010</ref>)'', Seriwang sangihe ''(Eutrichomyias rowleyi<ref>[http://burung.org/detail_burung.php?id=101&op=burung Eutrichomyias rowleyi]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} dari Burung.org, diakses 18 Mei 2010</ref>)'', Gagak banggai ''(Corvus unicolor<ref>[http://burung.org/detail_burung.php?id=118&op=burung Corvus unicolor]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} dari Burung.org, diakses 18 Mei 2010</ref>)'', Punggok Togian ''(Ninox burhani)'', Gosong sula ''(Megapodius bernsteinii)'', Kepudang-sungu sula ''(Coracina sula)'', dan Raja-perling sula ''(Basilornis galeatus)''. Sedangkan jenis-jenis endemik pulau Sulawesi meliputi Anis sulawesi ''(Cataponera turdoides)'', Sikatan matinan ''(Cyornis sanfordi)'', Julang sulawesi ''(Aceros cassidix)'' dan Kangkareng sulawesi ''(Penelopides exarhatus)''. Banyak jenis yang hanya terdapat di subkawasan ini adalah jenis-jenis terancam punah secara global.


=== Reptil dan Amfibia ===
=== Reptil dan Amfibia ===
Baris 116: Baris 129:


=== Invertebrata ===
=== Invertebrata ===
Terdapat sekitar 82 spesies kupu-kupu yang ada di daerah Wallacea, 44 spesies di antaranya adalah endemik. Sejumlah 109 spesies kumbang juga terdapat di sekitar daerah wilayah ini, 79 di antaranya adalah endemik. Satu spesies yang mengagumkan dan mungkin merupakan lebah terbesar di dunia, ([[Megachile pluto|Chalicodoma pluto]])'' terdapat di utara Maluku. Serangga yang hewan betinanya bisa tumbuh sampai 4 cm ini, membangun sarang secara komunal pada sarang rayap di pepohonan hutan dataran rendah.


Sekitar 50 moluska endemik, tiga spesies kepiting endemik, dan sejumlah spesies udang endemik juga diketahui berasal dari Wallacea.
Sekitar 50 moluska endemik, tiga spesies kepiting endemik, dan sejumlah spesies udang endemik juga diketahui berasal dari Wallacea.


== Konservasi ==
== Konservasi ==
Walaupun 45% daerah Indonesia masih belum berpenghuni dan ditutupi [[hutan tropis]], pertumbuhan populasi Indonesia yang tinggi dengan industrialisasinya, secara perlahan memengaruhi keberadaan fauna di Indonesia. Ditambah lagi, perdagangan hewan ilegal semakin menambah parah kondisi fauna Indonesia, termasuk di antaranya badak, orangutan, harimau, dan beberapa spesies amfibia<ref name="CI">{{cite web
Walaupun 45% daerah Indonesia masih belum berpenghuni dan ditutupi [[hutan tropis]], pertumbuhan populasi Indonesia yang tinggi dengan industrialisasinya, secara perlahan memengaruhi keberadaan fauna di Indonesia. Ditambah lagi, perdagangan hewan ilegal semakin menambah parah kondisi fauna Indonesia, termasuk di antaranya badak, orangutan, harimau, dan beberapa spesies amfibia.<ref name="CI">{{cite web
| last =
| last =
| first =
| first =
Baris 133: Baris 145:
| format =
| format =
| doi =
| doi =
| accessdate =
| accessdate = }}</ref>. Hingga 95% hewan yang dijual di pasar diambil langsung dari hutan dan bukannya melalui [[konservasi]]; dan lebih dari 20% hewan ini meninggal dalam perjalanan.<ref name="profauna">{{cite web
| archive-date = 2006-09-28
| archive-url = https://web.archive.org/web/20060928164922/http://www.conservation.org/xp/CIWEB/regions/asia/indonesia.xml
| dead-url = no
}}</ref> Hingga 95% hewan yang dijual di pasar diambil langsung dari hutan dan bukannya melalui [[konservasi]]; dan lebih dari 20% hewan ini meninggal dalam perjalanan.<ref name="profauna">{{cite web
| last =
| last =
| first =
| first =
| authorlink =
| authorlink =
| coauthors =
| coauthors =
| title = Facts about Indonesian animals
| title = Facts about Indonesian animals
| work =
| work =
| publisher = ProFauna Indonesia
| publisher = ProFauna Indonesia
Baris 145: Baris 161:
| format =
| format =
| doi =
| doi =
| accessdate =
| accessdate = }}</ref>. Pada tahun [[2003]], World Conservation Union mencatat 147 spesies [[mamalia]], 114 [[burung]], 91 [[ikan]] dan 2 [[invertebrata]] termasuk dalam hewan-hewan yang terancam punah<ref name="profauna"/>.
| archive-date = 2006-11-02
| archive-url = https://web.archive.org/web/20061102003706/http://www.profauna.or.id/English/animal-fact.html
| dead-url = yes
}}</ref> Pada tahun [[2003]], World Conservation Union mencatat 147 spesies [[mamalia]], 114 [[burung]], 91 [[ikan]] dan 2 [[invertebrata]] termasuk dalam hewan-hewan yang terancam punah.<ref name="profauna"/>


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
* [[Flora Indonesia]]
* [[Daftar Jenis Burung Endemik Sulawesi]]
* [[Daftar Jenis Burung Endemik Sulawesi]]
* [[Daftar fauna identitas provinsi di Indonesia]]
* [[Daftar fauna identitas provinsi di Indonesia]]
* [http://www.burung.org Burung Indonesia]
* [http://www.birdlife.org/worldwide/national/indonesia/index.html BirdLife International]


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist|2}}
{{reflist|2}}

== Pranala luar ==
* [https://web.archive.org/web/20070302083919/http://www.seacology.org/projects/southeastasia_projects.htm#indonesia Seacology Indonesia Projects] [[Seacology]]
* Assem J. van den, J. Bonne-Webster, (1964), ''New Guinea Culicidae, A synopsis of vectors, pests and common species'', Zoologische Bijdragen, Vol. 6 P. 1-136 [http://www.repository.naturalis.nl/record/317262 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303185032/http://www.repository.naturalis.nl/record/317262 |date=2016-03-03 }}
* Bruijning C.F.A. (1947), ''An account of the Blattidae (Orthoptera) from Celebes, the Moluccas, and new Guinea'', [[Zoologische Mededelingen]], Vol. 27 P. 205-252 [http://www.repository.naturalis.nl/record/318354 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200407041242/https://www.repository.naturalis.nl/record/318354 |date=2020-04-07 }}
* Chrysanthus Fr. (1971), ''Further notes on the spiders of New Guinea I (Argyopidae)'', Zoologische Verhandelingen, Vol. 113 P. 1-113 [http://www.repository.naturalis.nl/record/317844 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303204807/http://www.repository.naturalis.nl/record/317844 |date=2016-03-03 }}
* Chrysanthus Fr. (1975), ''Further notes on the Spiders of new Guinea II (Araneae, Tetragnathidae, Theridiidae)'', [[Zoologische Verhandelingen]], Vol. 140 P. 1-50 [http://www.repository.naturalis.nl/record/317610 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303184225/http://www.repository.naturalis.nl/record/317610 |date=2016-03-03 }}
* Diakonoff A. (1983) ''Tortricidae From Atjeh, Northern Sumatra (Lepidoptera)'', [[Zoologische Verhandelingen]], Vol. 204 p.&nbsp;1–129 [http://www.repository.naturalis.nl/record/317758 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303170635/http://www.repository.naturalis.nl/record/317758 |date=2016-03-03 }}
* Humes A.G. (1990) ''Synopsis of lichomolgid copepods (Poecilostomatoida) associated with soft corals (Alcyonacea) in the tropical Indo-Pacific'', [[Zoologische Verhandelingen]], Vol. 266 p.&nbsp;1–201 [http://www.repository.naturalis.nl/record/317742 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303175700/http://www.repository.naturalis.nl/record/317742 |date=2016-03-03 }}
* Massin C. (1999) ''Reef-dwelling Holothuroidea (Echinodermata) of the Spermonde Archipelago (South-West Sulawesi, Indonesia)'', [[Zoologische Verhandelingen]] Vol. 329 p.&nbsp;1–144 [http://www.repository.naturalis.nl/record/219432 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303165321/http://www.repository.naturalis.nl/record/219432 |date=2016-03-03 }}
* Renema W. (2003) ''Larger foraminifera on reefs around Bali (Indonesia)'', [[Zoologische Verhandelingen]], Vol. 345 p.&nbsp;337–366 [http://www.repository.naturalis.nl/record/220323 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303204311/http://www.repository.naturalis.nl/record/220323 |date=2016-03-03 }}
* Renema W., B.W. Hoeksema, J.E. van Hinte (2001) ''Larger benthic foraminifera and their distribution patterns on the Spermonde shelf, South Sulawesi'', Zoologische Verhandelingen, Vol. 334 p.&nbsp;115–149 [http://www.repository.naturalis.nl/record/219452 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303182347/http://www.repository.naturalis.nl/record/219452 |date=2016-03-03 }}
* Ris F. (1927) ''Odonaten von Sumatra, gesammelt von Edward Jacobson'', [[Zoologische Mededelingen]], Vol. 10 p.&nbsp;1–49 [http://www.repository.naturalis.nl/record/318048 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200407041734/https://www.repository.naturalis.nl/record/318048 |date=2020-04-07 }}
* Tol J. van (1987) ''The Odonata of Sulawesi and Adjacent Islands. Parts 1 and 2'', [[Zoologische Mededelingen]], Vol. 61 p.&nbsp;155–176 [http://www.repository.naturalis.nl/record/318625 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200407043210/https://www.repository.naturalis.nl/record/318625 |date=2020-04-07 }}
* Troelstra S.R., H.M. Jonkers, S. de Rijk (1996) ''Larger Foraminifera from the Spermonde Archipelago (Sulawesi, Indonesia)'' [[Scripta Geologica]], Vol. 113 p.&nbsp;93–120 [http://www.repository.naturalis.nl/record/317518 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303203312/http://www.repository.naturalis.nl/record/317518 |date=2016-03-03 }}
* Vervoort W. (1995), ''Bibliography of Leptolida (non-Siphonophoran Hydrozoa, Cnidaria). Works published after 1910''', Zoologische Verhandelingen, Vol. 301 P. 1-432 [http://www.repository.naturalis.nl/record/317628 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303203254/http://www.repository.naturalis.nl/record/317628 |date=2016-03-03 }}


{{Topik Indonesia}}
{{Topik Indonesia}}

Revisi terkini sejak 28 Agustus 2023 07.34

Harimau sumatra, subspesies harimau terkecil yang hanya ada di Indonesia
Orang utan sumatra (Pongo abelii) di Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh.

Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara terbesar yang memiliki keanekaragaman flora dan fauna. Fauna Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi karena wilayahnya yang luas dan berbentuk kepulauan tropis.[1] Keanekaragaman yang tinggi ini disebabkan oleh Garis Wallace, membagi Indonesia menjadi dua area; zona zoogeografi Asia, yang dipengaruhi oleh fauna Asia, dan zona zoogeografi Australasia, dipengaruhi oleh fauna Australia.[2] Pencampuran fauna di Indonesia juga dipengaruhi oleh ekosistem yang beragam di antaranya: pantai, bukit pasir, muara, hutan bakau, dan terumbu karang.

Masalah ekologi yang muncul di Indonesia adalah proses industrialisasi dan pertumbuhan populasi yang tinggi, yang menyebabkan prioritas pemeliharaan lingkungan menjadi terpinggirkan.[3] Keadaan ini menjadi semakin buruk akibat aktivitas pembalakan liar, yang menyebabkan berkurangnya area hutan; sedangkan masalah lain, termasuk tingginya urbanisasi, polusi udara, manajemen sampah dan sistem pengolahan limbah juga berperan dalam perusakan hutan.

Asal fauna Indonesia

[sunting | sunting sumber]
Garis Wallace, membagi fauna Indonesia ke dua kategori

Asal mula fauna Indonesia sangat dipengaruhi oleh aspek geografi dan peristiwa geologi di benua Asia dan Australia.[4] Pada zaman purba, pulau Irian (New Guinea) tergabung dengan benua australia.

Hughasiusilum

[sunting | sunting sumber]

Nama dari benua Australia 12.000.000 tahun yang lalu untuk sebagai landasan benua Australia yang akan dibentuk dari batuan yang umurnya muda yaitu kurang dari 2 juta tahun.

Benua Australia membentuk superbenua yang dinamakan superbenua selatan Gondwana. Superbenua ini mulai terpecah 140 juta tahun yang lalu, dan daerah New Guinea (yang dikenal sebagai Sahul) bergerak menuju khatulistiwa. Akibatnya, hewan di New Guinea berpindah ke benua Australia dan demikian pula sebaliknya, menimbulkan berbagai macam spesies yang hidup di berbagai area hidup dalam ekosistem. Aktivitas ini terus berlanjut sampai dua daerah ini benar-benar terpisah.

Di lain pihak, pengaruh benua Asia merupakan akibat dari reformasi superbenua Laurasia, yang timbul setelah pecahnya Rodinia sekitar 1 miliar tahun yang lalu. Sekitar 200 juta tahun yang lalu, superbenua Laurasia benar-benar terpisah, membentuk Laurentia (sekarang Amerika) dan Eurasia. Pada saat itu, sebagian wilayah Indonesia masih belum terpisah dari superbenua Eurasia. Akibatnya, hewan-hewan dari Eurasia dapat saling berpindah dalam wilayah kepulauan Indonesia, dan dalam ekosistem yang berbeda, terbentuklah spesies-spesies baru.

Pada abad ke-19, Alfred Russel Wallace mengusulkan ide tentang Garis Wallace, yang merupakan suatu garis imajiner yang membagi kepulauan Indonesia ke dalam dua daerah, daerah zoogeografis Asia dan daerah zoogeografis Australasia (Wallacea).[5] Garis tersebut ditarik melalui kepulauan Melayu, di antara Kalimantan (Borneo) dan Sulawesi (Celebes); dan di antara Bali dan Lombok.[6] Walaupun jarak antara Bali dan Lombok relatif pendek, sekitar 35 kilometer, distribusi fauna di sini sangat dipengaruhi oleh garis ini. Sebagai contoh, sekelompok burung tidak akan mau menyeberang laut terbuka walaupun jaraknya pendek.[6]

Paparan Sunda

[sunting | sunting sumber]
Gajah sumatra, subspesies Gajah Asia

Hewan-hewan di daerah paparan Sunda, yang meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan dan pulau-pulau kecil yang mengelilinginya, memiliki karakteristik yang menyerupai fauna di Asia. Selama zaman es, setelah Laurasia terpecah, daratan benua Asia terhubung dengan kepulauan Indonesia. Selain itu, kedalaman laut yang relatif dangkal memungkinkan hewan-hewan untuk bermigrasi ke paparan Sunda. Spesies-spesies besar seperti harimau, badak, orangutan, gajah, dan macan tutul ada di daerah ini, walaupun sebagian hewan ini sekarang dikategorikan terancam punah. Selat Makassar, laut antara Kalimantan dan Sulawesi, serta selat Lombok, antara Bali dan Lombok, yang menjadi pemisah dari Garis Wallace, menandakan akhir dari daerah paparan Sunda.

Paparan Sunda memiliki spesies berjumlah total 515. Dari jumlah itu, 173 di antaranya merupakan spesies endemik daerah ini.[7] Sebagian besar dari spesies-spesies ini terancam keberadaannya dan hampir punah. Dua spesies orangutan, Pongo pygmaeus (orangutan Kalimantan) dan Pongo abelii (orangutan Sumatra) termasuk dalam daftar merah IUCN. Mamalia terkenal lain, seperti bekantan (Nasalis larvatus), badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis), dan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) juga sangat terancam jumlah populasinya.

Menurut Konservasi International, sebanyak 771 spesies unggas terdapat di paparan Sunda. Sebanyak 146 spesies merupakan endemik daerah ini. Pulau Jawa dan Bali memiliki paling sedikit 20 spesies endemik, termasuk Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dan Cerek Jawa (Charadrius javanicus).

Berdasarkan data dari Burung Indonesia Diarsipkan 2006-12-06 di Wayback Machine., jumlah jenis burung di Indonesia sebanyak 1598 jenis . Dengan ini membawa Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara yang memiliki jumlah jenis burung terbanyak se-Asia. Sejak tahun 2007, Burung Indonesia secara berkala memantau status keterancaman dari burung-burung terancam punah yang berada di Indonesia berdasarkan data dari BirdLife International Diarsipkan 2013-09-25 di Wayback Machine.. Tahun 2007-2009 terjadi penurunan status keterancaman burung secara berturut-turut mulai dari 119 jenis (2007), 118 jenis (2008), dan 117 jenis (2009).

Reptil dan Amfibia

[sunting | sunting sumber]

Sebanyak 449 spesies dari 125 genus reptil diperkirakan hidup di paparan Sunda. Sebanyak 249 spesies dan 24 genus di antaranya adalah endemik. Tiga famili reptil juga merupakan endemik di wilayah ini: Anomochilidae, Xenophidiidae and Lanthanotidae. Famili Lanthanotidae diwakili oleh earless monitor (Lanthanotus borneensis), kadal coklat Kalimantan yang sangat langka dan jarang ditemui. Sekitar 242 spesies amfibia dalam 41 genus hidup di daerah ini. Sebanyak 172 spesies, termasuk Caecilian dan enam genus adalah endemik.

Sebanyak hampir 200 spesies baru ditemukan di daerah ini dalam sepuluh tahun terakhir. Sekitar 1000 spesies ikan diketahui hidup di dalam sungai, danau, dan rawa-rawa di paparan Sunda. Kalimantan mempunyai sekitar 430 spesies, dan sekitar 164 di antaranya diduga endemik. Sumatra memiliki 270 spesies, sebanyak 42 di antaranya endemik.[8] Ikan arwana emas (Scleropages formosus) yang cukup terkenal merupakan contoh ikan di daerah ini.

Wallacea merupakan daerah transisi biogeografis antara paparan Sunda ke arah barat, dan daerah Australasian ke arah timur. Daerah ini meliputi sekitar 338.494 km² area daratan, terbagi ke dalam banyak pulau kecil. Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan sebagian Nusa Tenggara merupakan bagian dari daerah ini. Karena faktor geografinya, daerah ini terdiri dari banyak jenis hewan endemik dan spesies fauna yang unik.

Wallacea mempunyai sejumlah 223 spesies asli mamalia. Sebanyak 126 di antaranya merupakan endemik daerah ini. Sebanyak 124 spesies kelelawar bisa ditemukan di daerah ini. Sulawesi, sebagai pulau terbesar di daerah ini memiliki jumlah mamalia yang paling banyak. Sejumlah 136 spesies, 82 spesies dan seperempat genus di antaranya adalah endemik. Spesies yang luar biasa, seperti anoa (Bubalus depressicornis) dan babi rusa (Babyrousa babyrussa) hidup di pulau ini. Sedikitnya tujuh spesies kera (Macaca spp.) dan lima spesies tarsius (Tarsius spp.) juga merupakan hewan khas daerah ini.

Lebih dari 700 jenis burung bisa ditemui di Wallacea, dan lebih dari setengahnya adalah endemik kawasan ini. Di antara 258 genus yang ada, ada 11%-nya adalah endemik kawasan Wallacea. Sejumlah 16 genus hanya dapat dijumpai di subkawasan Sulawesi. Subkawasan Sulawesi terdiri dari pulau utama Sulawesi, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, termasuk Kepulauan Talaud dan Sangihe di utara, Pulau Madu di Laut Flores di sebelah selatan, termasuk juga Kep. Togian, Kep. Banggai, Kep. Tukangbesi, dan Kep. Sula yang menjembatani kekayaan keragaman burung antara subkawasan Sulawesi dan Maluku. Banyaknya jumlah jenis endemik di subkawasan ini tidak hanya berasal dari pulau utama Sulawesi tetapi juga tersebar di banyak pulau-pulau kecil di sekitarnya, seperti Serindit sangihe(Loriculus catamene[9]), Seriwang sangihe (Eutrichomyias rowleyi[10]), Gagak banggai (Corvus unicolor[11]), Punggok Togian (Ninox burhani), Gosong sula (Megapodius bernsteinii), Kepudang-sungu sula (Coracina sula), dan Raja-perling sula (Basilornis galeatus). Sedangkan jenis-jenis endemik pulau Sulawesi meliputi Anis sulawesi (Cataponera turdoides), Sikatan matinan (Cyornis sanfordi), Julang sulawesi (Aceros cassidix) dan Kangkareng sulawesi (Penelopides exarhatus). Banyak jenis yang hanya terdapat di subkawasan ini adalah jenis-jenis terancam punah secara global.

Reptil dan Amfibia

[sunting | sunting sumber]

Dengan 222 spesies, 99 di antaranya endemik, Wallacea memiliki jenis reptil yang sangat beragam. Di antaranya adalah 118 spesies kadal yang 60 di antaranya adalah endemik; 98 spesies ular, 37 spesies di antaranya adalah endemik; lima spesies kura-kura, dua spesiesnya merupakan endemik; dan satu spesies buaya, buaya Indo-Pasifik (Crocodylus porosus). Tiga genus endemik ular yang hanya dapat ditemukan di wilayah ini: Calamorhabdium, Rabdion, dan Cyclotyphlops. Salah satu reptil yang mungkin paling terkenal di Wallacea adalah komodo (Varanus komodoensis), yang diketahui keberadaannya hanya di Pulau Komodo, Padar, Rinca, dan tepi barat Flores.

Sebanyak 58 spesies amfibia khas dapat ditemukan di Wallacea. Sebanyak 32 spesies di antaranya adalah endemik. Ini menggambarkan kombinasi elemen katak daerah Indo-Melayu dan Australasia yang mempesona.

Ada sekitar 310 spesies ikan tercatat dari sungai-sungai dan danau-danau Wallacea. Sebanyak 75 spesies di antaranya adalah endemik. Walaupun masih sedikit yang dapat diketahui mengenai ikan ikan dari Kepulauan Maluku dan Kepulauan Sunda Kecil, 6 spesies diketahui sebagai endemik. Di pulau Sulawesi, ada 69 spesies yang diketahui, 53 di antaranya adalah endemik. Danau Malili di Sulawesi Selatan, dengan kedalamannya yang kompleks dan arusnya yang deras memiliki paling sedikit 15 jenis ikan telmatherinid endemik, dua di antaranya mewakili genus endemik, tiga endemik Oryzia, dua endemik halfbeaks, dan tujuh endemik gobie.

Invertebrata

[sunting | sunting sumber]

Sekitar 50 moluska endemik, tiga spesies kepiting endemik, dan sejumlah spesies udang endemik juga diketahui berasal dari Wallacea.

Konservasi

[sunting | sunting sumber]

Walaupun 45% daerah Indonesia masih belum berpenghuni dan ditutupi hutan tropis, pertumbuhan populasi Indonesia yang tinggi dengan industrialisasinya, secara perlahan memengaruhi keberadaan fauna di Indonesia. Ditambah lagi, perdagangan hewan ilegal semakin menambah parah kondisi fauna Indonesia, termasuk di antaranya badak, orangutan, harimau, dan beberapa spesies amfibia.[5] Hingga 95% hewan yang dijual di pasar diambil langsung dari hutan dan bukannya melalui konservasi; dan lebih dari 20% hewan ini meninggal dalam perjalanan.[12] Pada tahun 2003, World Conservation Union mencatat 147 spesies mamalia, 114 burung, 91 ikan dan 2 invertebrata termasuk dalam hewan-hewan yang terancam punah.[12]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Indonesia's Natural Wealth: The Right of a Nation and Her People". Islam Online. 2003-05-22. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-10-17. 
  2. ^ Severin, Tim (1997). The Spice Island Voyage: In Search of Wallace. Great Britain: Abacus Travel. ISBN 0-349-11040-9. 
  3. ^ Jason R. Miller (1997-01-30). "Deforestation in Indonesia and the Orangutan Population". TED Case Studies.
  4. ^ "Indonesia - Flora and Fauna". Encyclopedia of the Nations. Encyclopedia of the Nations. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-01-05. 
  5. ^ a b "Indonesia". Conservation International. Conservation International. 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-09-28. 
  6. ^ a b Zubi, Teresa (2006-08-25). "The Wallacea Line". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-05-25. 
  7. ^ Whitten, Tony (2004). [www.biodiversityscience.org/publications/hotspots/Sundaland.html "Sundaland"] Periksa nilai |url= (bantuan). Diakses tanggal 2007-05-26. 
  8. ^ Kottelat, M. (1996). Freshwater biodiversity in Asia, with special reference to fish. The World Bank Technical Paper No. 343. Washington, D.C.: The World Bank. 
  9. ^ Loriculus catamene[pranala nonaktif permanen] dari Burung.org, diakses 18 Mei 2010
  10. ^ Eutrichomyias rowleyi[pranala nonaktif permanen] dari Burung.org, diakses 18 Mei 2010
  11. ^ Corvus unicolor[pranala nonaktif permanen] dari Burung.org, diakses 18 Mei 2010
  12. ^ a b "Facts about Indonesian animals". ProFauna Indonesia. April 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-11-02. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]