Lompat ke isi

Pura Besakih: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 8°22′28″S 115°27′03″E / 8.374368°S 115.450936°E / -8.374368; 115.450936
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HarisX (bicara | kontrib)
Rintisan artikel baru
 
k ~
 
(82 revisi perantara oleh 48 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Short description|Balinese Hindu temple in Indonesia}}
[[Gambar:Pura_besakih.jpg|right|thumb|250px|Pura Besakih]]
{{Use dmy dates|date=November 2020}}
'''Pura Besakih''' adalah sebuah komplek [[pura]] yang terletak di Desa Besakih, [[Kecamatan Rendang]] [[Kabupaten Karangasem]], [[Bali]], [[Indonesia]]. Komplek Pura Besakih terdiri dari 18 Pura dan 1 Pura Utama. Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di antara semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih, [[Pura Penataran Agung]] adalah pura yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua pura yang ada di Besakih. Di Pura Penataran Agung terdapat 3 arca utama [[Tri Murti]] [[Brahma]], [[Wisnu]] dan [[Siwa]] yang merupakan perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur.
{{Infobox building
| name = Pura Besakih
| native_name =
| native_name_lang = Balinese
| logo =
| logo_size =
| logo_alt =
| logo_caption =
| image = File:Besakih Bali Indonesia Pura-Besakih 06.jpg
| image_size = 300px
| image_alt = <!-- or | alt = -->
| image_caption = Pura Besakih, pura yang paling suci dari semua pura [[Hindu Bali]].
| map_type = Indonesia Bali#Indonesia
| map_alt =
| map_caption =
| map_size =
| map_dot_label =
| relief =
| former_names =
| alternate_names =
| etymology =
| status =
| cancelled =
| topped_out =
| building_type = [[Pura]]
| architectural_style = [[Suku Bali]]
| classification =
| location = Besakih, [[Kecamatan Rendang|Rendang]], [[Kabupaten Karangasem|Karangasem]], [[Bali]], [[Indonesia]]
| address = Besakih, Rendang, Karangasem, Bali 80863
| location_city = <!-- or | location_town = -->
| location_country =
| iso_region =
| coordinates = {{coord|-8.374368|115.450936|format=dms|display=inline,title}}
| coordinates_format =
| altitude =
| current_tenants =
| namesake =
| groundbreaking_date =
| start_date =
| stop_date =
| est_completion = [[Abad ke-15]]
| topped_out_date =
| completion_date =
| relocated_date =
| renovation_date =
| closing_date =
| cost =
| ren_cost =
| client =
| owner =
| landlord =
| affiliation =
| height =
| architectural =
| tip =
| antenna_spire =
| roof =
| top_floor =
| observatory =
| diameter =
| circumference =
| weight =
| other_dimensions =
| structural_system =
| material =
| size =
| floor_count =
| floor_area =
| awards =
| designations =
| known_for =
| ren_awards =
| rooms = <!-- or | unit_count = -->
| parking =
| website = {{URL|www.besakihbali.com/}}
| embed =
| embedded =
| references =
| footnotes =
}}

'''Pura Besakih''' ([[aksara Bali]]: ᬧᬸᬭᬩᭂᬲᬓᬶᬄ) adalah sebuah komplek [[Pura]] yang terletak di Desa Besakih, [[Kecamatan Rendang]], [[Kabupaten Karangasem]], [[Bali]], [[Indonesia]]. Komplek Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18 Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Di Pura Basukian, di areal inilah pertama kalinya tempat diterimanya wahyu Tuhan oleh Hyang Rsi Markendya, cikal bakal Agama Hindu Dharma sekarang di Bali, sebagai pusatnya. Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di antara semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih, [[Pura Penataran Agung]] adalah Pura yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua Pura yang ada di komplek Pura Besakih. Di Pura Penataran Agung terdapat 3 pelinggih utama yang disebut Padma Tiga simbol stana dari Tri Purusha yaitu Siwa, Sada Siwa dan Parama Siwa. Tri Purusha adalah tiga tingkat kesadaran rohani.
[[Berkas:Bali, Pura Besakih 9.jpg|ka|jmpl|360px|Padma Tiga di Pura Besakih]]


== Filosofi ==
== Filosofi ==


Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih, tidak sekedar menjadi tempat ibadah terbesar di pulau Bali, namun didalamnya memiliki keterkaitan latar belakang dengan makna [[Gunung Agung]]. Sebuah gunung tertinggi di pulau Bali yang dipercaya sebagai arwah serta alam para [[Dewata]]. Sehingga tepatlah kalau di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan suci Pura Besakih yang bermakna filosofis.
Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih, tidak sekadar menjadi tempat pemujaan terhadap Tuhan YME, menurut kepercayaan Agama Hindu Dharma, yang terbesar di pulau Bali, namun di dalamnya memiliki keterkaitan latar belakang dengan makna [[Gunung Agung]]. Sebuah gunung tertinggi di pulau Bali yang dipercaya sebagai pusat Pemerintahan Alam Arwah, Alam Para [[Dewata]], yang menjadi utusan Tuhan untuk wilayah pulau Bali dan sekitar. Sehingga tepatlah kalau di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan untuk kesucian umat manusia, Pura Besakih yang bermakna filosofis.

Makna filosofis yang terkadung di Pura Besakih dalam perkembangannya mengandung unsur-unsur kebudayaan yang meliputi:
# Sistim pengetahuan,
# Peralatan hidup dan teknologi,
# Organisasi sosial kemasyarakatan,
# Mata pencaharian hidup,
# Sistim bahasa,
# Religi dan upacara, dan
# Kesenian.

Ketujuh unsur kebudayaan itu diwujudkan dalam wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Hal ini sudah muncul baik pada masa pra-Hindu maupun masa Hindu yang sudah mengalami perkembangan melalui tahap mitis, tahap ontologi dan tahap fungsional.


== Objek penelitian ==
== Objek penelitian ==
Baris 25: Baris 97:
Latar belakang keberadaan bangunan fisik Pura Besakih di lereng Gunung Agung adalah sebagai tempat ibadah untuk menyembah Dewa yang dikonsepsikan gunung tersebut sebagai istana Dewa tertinggi.
Latar belakang keberadaan bangunan fisik Pura Besakih di lereng Gunung Agung adalah sebagai tempat ibadah untuk menyembah Dewa yang dikonsepsikan gunung tersebut sebagai istana Dewa tertinggi.


Dalam budaya masyarakat Hindu Bali, ternyata makna Pura Besakih diidentifikasi sebagai bagian dari perkembangan budaya sosial masyarakat Bali dari mulai pra-Hindu yang banyak dipengaruhi oleh perubahan unsur-unsur budaya yang berkembang, sehingga memengaruhi perubahan wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Perubahan tersebut berkaitan dengan ajaran [[Tattwa]] yang menyangkut tentang konsep ketuhanan, ajaran [[Tata-susila]] yang mengatur bagaimana umat Hindu dalam bertingka laku, dan ajaran [[Upacara]] merupakan pengaturan dalam melakukan aktivitas ritual persembahan dari umat kepada [[Tuhan]]Nya, sehingga ketiga ajaran tersebut merupakan satu kesatuan dalam ajaran Agama Hindu Dharma di Bali.
Pada tahapan fungsional manusia Bali menemukan jati dirinya sebagai manusia homo religius dan mempunyai budaya yang bersifat sosial religius, bahwa kebudayaan yang menyangkut aktivitas kegiatan selalu dihubungkan dengan ajaran Agama Hindu.

== Masalah ==
[[Pungutan liar]] yang dilakukan ''batur'' atau pemuda dari desa sekitar pura telah lama menjadi masalah bagi wisatawan yang hendak mengunjung pura ini. Di pintu masuk pura pengunjung sudah dikenakan biaya tiket masuk resmi sebesar Rp 60 ribu untuk turis Asing dan Rp. 40.000 untuk turis domestik/per orang dan Rp 5 ribu untuk kendaraan roda empat. Tapi, ketika melewati sebuah pos, pengunjung kembali dimintai sejumlah uang. Dalihnya sebagai uang kebersihan dan jasa pemandu. Biasanya turis asing dimintai biaya tambahan 50 dollar AS, sementara turis lokal dimintai uang sebesar 200.000 rupiah. Ini adalah pungutan liar, dan wisatawan disarankan untuk melawan pemerasan ini. Keluhan sudah bermunculan dan tindakan pemerasan ini telah mencemari citra pariwisata Bali, akan tetapi aparat setempat tidak melakukan tindakan apapun untuk menghentikannya.<ref>{{cite news | title = Ada Pungutan Liar di Besakih, Pariwisata Bali Tercoreng | work = CNN Indonesia | url = http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160310114652-269-116495/ada-pungutan-liar-di-besakih-pariwisata-bali-tercoreng/}}</ref> Belakangan di ketahui bahwa masalah ini sudah sedikit berkurang karena ada peningkatan pengawasan dari otoritas keamanan setempat.

== Galeri ==
<center><gallery mode="packed">
Berkas:Minister of Enlightenment I. H. Doko at the Besakih Temple, Bali Membuat Sedjarah Baru.jpg|
Berkas:PrayerAtBesakih.jpg|
Berkas:Pura Besakih Sunrise 01.jpg
Berkas:Pura Besakih.JPG|
Berkas:Besakih01.JPG|
Berkas:Besakih02.jpg|
Berkas:Panorama of Bali from Besakih - Mother temple.jpg|Pemandangan Bali dari gerbang utama Besakih / Pura Induk
</gallery></center>


== Rujukan ==
Dalam budaya masyarakat Hindu Bali, ternyata makna Pura Besakih diidentifikasi sebagai bagian dari perkembangan budaya sosial masyarakat Bali dari mulai pra-Hindu yang banyak dipengaruhi oleh perubahan unsur-unsur budaya yang berkembang, sehingga mempengaruhi perubahan wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Perubahan tersebut berkaitan dengan ajaran [[Tattwa]] yang menyangkut tentang konsep ketuhanan, ajaran [[Tata-susila]] yang mengatur bagaimana umat Hindu dalam bertingka laku, dan ajaran [[Upacara]] merupakan pengaturan dalam melakukan aktivitas ritual persembahan dari umat kepada [[Tuhan]]Nya, sehingga ketiga ajaran tersebut merupakan satu kesatuan dalam ajaran Agama Hindu di Bali.
{{reflist}}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
{{Commons category|Pura Besakih}}
* {{Wikivoyage-inline|Besakih}}
* {{id}} [http://www.babadbali.com/pura/khayangan_jagad/besakih/besakih.htm Babad Bali]
* {{en}} [http://goasia.about.com/od/indonesia/a/besakih.htm Pura Besakih di about.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060210214623/http://goasia.about.com/od/indonesia/a/besakih.htm |date=2006-02-10 }}
* {{id}} [http://cityguide.kapanlagi.com/bali/wisata/23564-pura-besakih.html Pura Besakih di CityGuide.KapanLagi.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120128205333/http://cityguide.kapanlagi.com/bali/wisata/23564-pura-besakih.html |date=2012-01-28}}


{{Pura Sad Kahyangan}}
* {{en}} [http://goasia.about.com/od/indonesia/a/besakih.htm Pura Besakih di about.com]
{{Candi Hindu Indonesia}}
{{Kuil Hindu di Indonesia}}


[[Kategori:Pura di Bali|Besakih]]
{{stub}}
[[Kategori:Tempat wisata di Bali]]

Revisi terkini sejak 24 Mei 2024 02.38

Pura Besakih
Berkas:Besakih Bali Indonesia Pura-Besakih 06.jpg
Pura Besakih, pura yang paling suci dari semua pura Hindu Bali.
Pura Besakih di Bali
Pura Besakih
Pura Besakih di Indonesia
Pura Besakih
Informasi umum
JenisPura
Gaya arsitekturSuku Bali
LokasiBesakih, Rendang, Karangasem, Bali, Indonesia
AlamatBesakih, Rendang, Karangasem, Bali 80863
Koordinat8°22′28″S 115°27′03″E / 8.374368°S 115.450936°E / -8.374368; 115.450936
Perkiraan rampungAbad ke-15
Situs web
www.besakihbali.com

Pura Besakih (aksara Bali: ᬧᬸᬭᬩᭂᬲᬓᬶᬄ) adalah sebuah komplek Pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia. Komplek Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18 Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Di Pura Basukian, di areal inilah pertama kalinya tempat diterimanya wahyu Tuhan oleh Hyang Rsi Markendya, cikal bakal Agama Hindu Dharma sekarang di Bali, sebagai pusatnya. Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di antara semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih, Pura Penataran Agung adalah Pura yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua Pura yang ada di komplek Pura Besakih. Di Pura Penataran Agung terdapat 3 pelinggih utama yang disebut Padma Tiga simbol stana dari Tri Purusha yaitu Siwa, Sada Siwa dan Parama Siwa. Tri Purusha adalah tiga tingkat kesadaran rohani.

Padma Tiga di Pura Besakih

Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih, tidak sekadar menjadi tempat pemujaan terhadap Tuhan YME, menurut kepercayaan Agama Hindu Dharma, yang terbesar di pulau Bali, namun di dalamnya memiliki keterkaitan latar belakang dengan makna Gunung Agung. Sebuah gunung tertinggi di pulau Bali yang dipercaya sebagai pusat Pemerintahan Alam Arwah, Alam Para Dewata, yang menjadi utusan Tuhan untuk wilayah pulau Bali dan sekitar. Sehingga tepatlah kalau di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan untuk kesucian umat manusia, Pura Besakih yang bermakna filosofis.

Objek penelitian

[sunting | sunting sumber]

Pura Besakih sebagai objek penelitian berkaitan dengan kehidupan sosial budaya masyarakat yang berada di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali.

Berdasar sebuah penelitian, bangunan fisik Pura Besakih telah mengalami perkembangan dari kebudayaan pra-hindu dengan bukti peninggalan menhir, punden berundak-undak, arca, yang berkembang menjadi bangunan berupa meru, pelinggih, gedong, maupun padmasana sebagai hasil kebudayaan masa Hindu.

Latar belakang keberadaan bangunan fisik Pura Besakih di lereng Gunung Agung adalah sebagai tempat ibadah untuk menyembah Dewa yang dikonsepsikan gunung tersebut sebagai istana Dewa tertinggi.

Dalam budaya masyarakat Hindu Bali, ternyata makna Pura Besakih diidentifikasi sebagai bagian dari perkembangan budaya sosial masyarakat Bali dari mulai pra-Hindu yang banyak dipengaruhi oleh perubahan unsur-unsur budaya yang berkembang, sehingga memengaruhi perubahan wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Perubahan tersebut berkaitan dengan ajaran Tattwa yang menyangkut tentang konsep ketuhanan, ajaran Tata-susila yang mengatur bagaimana umat Hindu dalam bertingka laku, dan ajaran Upacara merupakan pengaturan dalam melakukan aktivitas ritual persembahan dari umat kepada TuhanNya, sehingga ketiga ajaran tersebut merupakan satu kesatuan dalam ajaran Agama Hindu Dharma di Bali.

Pungutan liar yang dilakukan batur atau pemuda dari desa sekitar pura telah lama menjadi masalah bagi wisatawan yang hendak mengunjung pura ini. Di pintu masuk pura pengunjung sudah dikenakan biaya tiket masuk resmi sebesar Rp 60 ribu untuk turis Asing dan Rp. 40.000 untuk turis domestik/per orang dan Rp 5 ribu untuk kendaraan roda empat. Tapi, ketika melewati sebuah pos, pengunjung kembali dimintai sejumlah uang. Dalihnya sebagai uang kebersihan dan jasa pemandu. Biasanya turis asing dimintai biaya tambahan 50 dollar AS, sementara turis lokal dimintai uang sebesar 200.000 rupiah. Ini adalah pungutan liar, dan wisatawan disarankan untuk melawan pemerasan ini. Keluhan sudah bermunculan dan tindakan pemerasan ini telah mencemari citra pariwisata Bali, akan tetapi aparat setempat tidak melakukan tindakan apapun untuk menghentikannya.[1] Belakangan di ketahui bahwa masalah ini sudah sedikit berkurang karena ada peningkatan pengawasan dari otoritas keamanan setempat.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]