Ketupat: Perbedaan antara revisi
k Menambah Foto |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(77 revisi perantara oleh 32 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Infobox prepared food |
{{Infobox prepared food |
||
| name = Ketupat<br>کتوڤت<br> |
| name = Ketupat<br>کتوڤت<br> |
||
| image = Ketupat2.jpg |
| image = Ketupat2.jpg |
||
| image_size = 250px |
| image_size = 250px |
||
| caption = Ketupat masak yang belum dibuka disajikan di atas piring. |
| caption = Ketupat masak yang belum dibuka disajikan di atas piring. |
||
| alternate_name = Kupat ([[bahasa Jawa|Jawa]], dan [[bahasa Sunda|Sunda]]), Tipat ([[bahasa Bali|Bali]]), dan Topa' ([[bahasa Madura|Madura]]). |
|||
| alternate_name = ''[[Ketupat#Nama-nama lokal|lihat di bawah]]'' |
|||
| course = Hidangan utama |
| course = Hidangan utama |
||
| country = {{IDN}}<ref name="Ketupat as traditional food of Indonesian culture">{{cite journal |last1=Rianti |first1=Angelina |last2=Novenia |first2=Agnes E. |last3=Christopher |first3=Alvin |last4=Lestari |first4=Devi |last5=Parassih |first5=Elfa K. |title=''Ketupat'' as traditional food of Indonesian culture |journal=Journal of Ethnic Foods |date=March 2018 |volume=5 |issue=1 |pages=4–9 |doi=10.1016/j.jef.2018.01.001 |doi-access=free }}</ref> |
|||
| country = {{flag|Indonesia}} |
|||
| region = [[Asia Tenggara |
| region = [[Asia Tenggara]] |
||
| creator = |
|||
| creator = Masyarakat [[Masakan Jawa|Jawa]]-[[masakan Melayu|Melayu]] |
|||
| served = Hangat atau temperatur ruangan |
| served = Hangat atau temperatur ruangan |
||
| main_ingredient = |
| main_ingredient = Beras yang dibuat di dalam kantong anyaman daun kelapa muda. |
||
| variations = Ketupat pulut, ketupat daun palas, lepet |
| variations = Ketupat pulut, ketupat daun palas, lepet. |
||
| calories = Semangkuk ketupat sayur memiliki sekitar 93 kalori<ref>{{cite web|title= Calories in indonesian food ketupat sayur |work=My Fitness Pal |url=http://www.myfitnesspal.com/food/calories/indonesian-food-ketupat-sayur-3942711}}</ref> |
| calories = Semangkuk ketupat sayur memiliki sekitar 93 kalori<ref>{{cite web |title= Calories in indonesian food ketupat sayur |work= My Fitness Pal |url= http://www.myfitnesspal.com/food/calories/indonesian-food-ketupat-sayur-3942711 |access-date= 2019-06-03 |archive-date= 2019-06-03 |archive-url= https://web.archive.org/web/20190603015922/http://www.myfitnesspal.com/food/calories/indonesian-food-ketupat-sayur-3942711 |dead-url= yes }}</ref> |
||
| other = Umum disajikan saat hari raya [[Idulfitri]] dan Lebaran |
| other = Umum disajikan saat hari raya [[Idulfitri]] dan [[Lebaran Kupat|Kupatan]] |
||
}} |
}} |
||
'''Ketupat''' atau '''kupat''' ([[Jawi]]: '''کتوڤت'''; [[Aksara Jawa|Jawa]]: '''ꦏꦸꦥꦠ꧀''', ''kupat'') adalah hidangan khas [[Asia Tenggara]] maritim berbahan dasar [[beras]] yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari [[anyaman]] [[daun]] [[kelapa]] muda (janur), atau kadang-kadang dari daun [[palma]] yang lain. Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan [[Idul Fitri|Lebaran]] sampai 5 hari berikutnya ketika umat [[Islam]] merayakan berakhirnya [[Ramadhan|bulan puasa]]. |
|||
'''Ketupat''' atau '''kupat''' adalah [[makanan]] dari bahan dasar [[beras]] yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda ([[janur]]), atau ada juga yang menggunakan daun [[palma]]. Hidangan ini berasal dari [[Indonesia]], yang dalam perkembangannya menyebar ke negara lain, seperti; [[Brunei]], [[Malaysia]], [[Singapura]], dan [[Thailand selatan]]. Di [[Filipina]] juga dijumpai ''bugnoy'' yang mirip ketupat namun dengan pola anyaman berbeda.<ref name="updf">[[Virgilio Almario|Almario, Virgilio]], et al. 2010. ''[[UP Diksyonaryong Filipino|UP Diksiyonaryong Filipino]]'', 2nd ed. [[Anvil Publishing|Anvil]]: [[Pasig City|Pasig]].</ref> Kupat paling banyak ditemui pada saat perayaan [[Idul Fitri|Lebaran]], dan Kupatan yang dilaksanakan seminggu setelah lebaran.<ref>Lebaran Ketupat, Tradisi Keislaman di Tanah Jawa yang Sarat Makna.[https://www.kompas.tv/article/175096/lebaran-ketupat-tradisi-keislaman-di-tanah-jawa-yang-sarat-makna]</ref><ref>Lebaran Ketupat, Tradisi Masyarakat Jawa Seminggu setelah Lebaran.[https://tugujatim.id/lebaran-ketupat-tradisi-masyarakat-jawa-seminggu-setelah-lebaran/]</ref><ref>MEMAHAMI TRADISI KUPATAN MASYARAKAT JAWA DAN ISLAM KOSMOPOLITAN[https://syakal.iainkediri.ac.id/memahami-tradisi-kupatan-masyarakat-jawa-dan-islam-kosmopolitan/]</ref><ref>Sejarah Tradisi Kupatan Atau Lebaran Ketupat Pada Masyarakat Jawa.[https://lumajang.jatimnetwork.com/pendidikan/pr-1803266135/sejarah-tradisi-kupatan-atau-lebaran-ketupat-pada-masyarakat-jawa]</ref> |
|||
⚫ | Makanan khas yang menggunakan ketupat, antara lain [[kupat tahu]] ([[ |
||
== Sejarah == |
|||
Selain di [[Indonesia]], ketupat juga dijumpai di [[Malaysia]], [[Brunei]], dan [[Singapura]]. Di [[Filipina]] juga dijumpai ''bugnoy'' yang mirip ketupat namun dengan pola anyaman berbeda.<ref name=updf>[[Virgilio Almario|Almario, Virgilio]], et al. 2010. ''[[UP Diksyonaryong Filipino|UP Diksiyonaryong Filipino]]'', 2nd ed. [[Anvil Publishing|Anvil]]: [[Pasig City|Pasig]].</ref> |
|||
[[File:Ketupat weaving 7.jpg|thumb|left|Penjual Ketupat di Jakarta.]] |
|||
Berdasarkan buku ''Makna Ketipat dalam Upacara Telung Bulan di Denpasar'' karya Ni Made Yuliani dan I Ketut Wardana Yasa (2020), ketupat telah dipernalkan sejak jaman Hindu-Budha. Penyebutan ''kupat, akupat,'' dan ''khupat-kupatan'' tercantum dalam Kakawin Kresnayana, Kakawin Subadra Wiwaha, dan Kidung Sri Tanjung. Sebagai negeri agraris pada jaman Hindu-Budha, ketupat merupakan bagian dari bentuk pemujaan terhadap Dewi Sri. Dewi Sri adalah dewi tertinggi dan terpenting bagi masyarakat agraris salah satunya di Nusantara. |
|||
⚫ | |||
Kemudian terjadi desakralisasi dan demitologisasi yang mana Dewi Sri tidak lagi dipuja sebagai dewi kesuburan dan pertanian tetapi hanya sebagai lambang dengan dipresentasikan dalam bentuk ketupat. Hingga akhirnya ketupat merupakan perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. |
|||
== Sejarah dan Penggunaan Lain == |
|||
[[Berkas:Ketupat weaving 5.jpg|jmpl|250px|Orang-orang menganyam janur menjadi ketupat untuk dijual sebelum lebaran.]] |
|||
[[Berkas:Ketupat nipah 110317-13487 sagt.JPG|jmpl|250px|Ketupat dari daun [[nipah]]]]<gallery> |
|||
Berkas:Pedagang Bungkus Ketupat dari bahan Janur.Umumnya Pedagang Bungkus Ketupat,Berjualan Pada Waktu Menjelang Hari Raya Idul Fitri,Idul Adha.jpg|alt=Pedagang Bungkus Ketupat Dari Bahan Janur.Umumnya Pedagang Bungkus Ketupat,Berjualan Pada Waktu Menjelang Hari Raya Idul Fitri,Idul Adha|Pedagang Bungkus Ketupat Dari Bahan Janur.Umumnya Pedagang Bungkus Ketupat, Berjualan Pada Waktu Menjelang Hari Raya Idul Fitri,Idul Adha |
|||
</gallery>Di antara beberapa kalangan di Pulau [[Jawa]], ketupat sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai semacam [[jimat]]. Ada masyarakat yang memegang [[tradisi]] untuk tidak membuat ketupat pada hari biasa, sehingga ketupat hanya disajikan sewaktu lebaran dan hingga lima hari (Jawa, ''sepasar'') sesudahnya. Bahkan ada beberapa daerah di Pulau Jawa yang hanya menyajikan ketupat pada hari ketujuh sesudah lebaran saja atau biasa disebut dengan Hari Raya Ketupat. |
|||
Pada era selanjutnya yakni era Kerajaan Demak 'Kupat' memiliki definisi arti dalam [[bahasa Jawa]], yaitu '''ngaku lepat''' yang berarti 'mengakui kesalahan' atau '''laku papat''' (4 perilaku) yang juga melambangkan 4 sisi dari kupat, yaitu '''lebaran''' (pintu maaf), '''luberan''' (berlimpah), '''leburan''' (saling memaafkan), dan '''laburan''' (dari kata Labur; putih, yang berarti 'bersih dari dosa-dosa').<ref>Filosofi Ketupat saat Idulfitri, Punya Makna Mendalam.[https://www.liputan6.com/hot/read/4547965/filosofi-ketupat-saat-idulfitri-punya-makna-mendalam]</ref> |
|||
Di pulau [[Bali]], ketupat (di sana disebut tipat) sering dipersembahkan sebagai sesajian [[upacara]]. Selain untuk sesaji, di Bali ketupat dijual keliling untuk makanan tambahan yang setaraf dengan bakso, terutama penjual makanan ini banyak dijumpai di [[Pantai Kuta]] dengan didorong keliling di sana. |
|||
Kupat merupakan simbol perayaan hari raya Islam pada masa pemerintahan [[Kesultanan Demak]] pimpinan [[Raden Fatah]] awal abad ke-15. Bentuknya yang persegi empat bermakna "kiblat papat lima pancer," sebagai keseimbangan alam yakni 4 arah mata angin yang bertumpu pada satu pusat. Kupat pertama kali muncul di tanah Jawa, diperkenalkan oleh [[sunan kalijaga]] kepada masyarakat [[suku Jawa|Jawa]] yang merupakan hasil perpaduan makan tradisional [[Tepo]] yang dibalut anyaman yang dapat ditemukan di Wengker sekitar Gunung Lawu. Sunan Kalijaga menjadikan kupat sebagai budaya dan filosofi Jawa.<ref>Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th centuries : the Malay Annals of Semarang and Cerbon / translated and provided with comments by H.J. de Graaf and Th.G.Th. Pigeaud ; edited by M.C. Ricklefs.[https://catalogue.nla.gov.au/Record/1571153]</ref><ref>Fadly. Rahman. Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia</ref><ref>Angelina. Rianti. Ketupat as Traditional Food of Indonesia</ref> Kupat umumnya disajikan pada saat [[Lebaran]]<ref>Idul Fitri Tak Lengkap Tanpa Lepet.[https://amp.kompas.com/regional/read/2016/07/07/09533361/idul-fitri-tak-lengkap-tanpa-lepet]</ref>, Kupatan<ref>Lebaran Ketupat, Tradisi Keislaman di Tanah Jawa yang Sarat Makna.[https://www.kompas.tv/article/175096/lebaran-ketupat-tradisi-keislaman-di-tanah-jawa-yang-sarat-makna]</ref><ref>Lebaran Ketupat, Tradisi Masyarakat Jawa Seminggu setelah Lebaran.[https://tugujatim.id/lebaran-ketupat-tradisi-masyarakat-jawa-seminggu-setelah-lebaran/]</ref><ref>MEMAHAMI TRADISI KUPATAN MASYARAKAT JAWA DAN ISLAM KOSMOPOLITAN[https://syakal.iainkediri.ac.id/memahami-tradisi-kupatan-masyarakat-jawa-dan-islam-kosmopolitan/]</ref><ref>Sejarah Tradisi Kupatan Atau Lebaran Ketupat Pada Masyarakat Jawa[https://lumajang.jatimnetwork.com/pendidikan/pr-1803266135/sejarah-tradisi-kupatan-atau-lebaran-ketupat-pada-masyarakat-jawa]</ref> dll. Dalam perkembangannya, panganan ini menyebar ke berbagai wilayah di [[Nusantara]] sebagai hidangan utama saat lebaran karena pengaruh Wali Songo dan murid-muridnya, seperti Malaysia yang dibawa prajurit Kesultanan Demak yang kemudian menetap di Semanjung Melayu.<ref>Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th centuries : the Malay Annals of Semarang and Cerbon / translated and provided with comments by H.J. de Graaf and Th.G.Th. Pigeaud ; edited by M.C. Ricklefs.[https://catalogue.nla.gov.au/Record/1571153]</ref> |
|||
Tradisi ketupat (kupat) lebaran menurut cerita adalah simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa ''ku'' = ''ngaku'' (mengakui) dan ''pat'' = ''lepat'' (kesalahan) yang digunakan oleh [[Sunan Kalijaga]] dalam mensyiarkan ajaran Islam di Pulau Jawa yang pada waktu itu masih banyak yang meyakini kesakralan kupat. Asilmilasi budaya dan keyakinan ini akhirnya mampu menggeser kesakralan ketupat menjadi tradisi Islami ketika ketupat menjadi makanan yang selalu ada di saat umat Islam merayakan lebaran sebagai momen yang tepat untuk saling meminta maaf dan mengakui kesalahan.[https://historia.id/politik/articles/mengunyah-sejarah-ketupat-Pdag6][https://lifestyle.kompas.com/read/2012/08/21/12585474/Dari.Mana.Asal.Ketupat] |
|||
== Bentuk == |
|||
⚫ | |||
==Tradisi adat dan Jenis== |
|||
⚫ | Makanan khas yang menggunakan ketupat, antara lain [[kupat tahu]] ([[Magelang]], [[Bandung]], [[Tasikmalaya]], [[Purbalingga]]), [[tahu masak]] ([[Banjarnegara]], [[Banyumas]], [[Kebumen]], [[Cilacap]]), kupat gecot ([[Purbalingga]]), [[Tegal]] (kupat glabed, kupat bongkok, kupat blegong, kupat tahu petis), tahu kupat ([[surakarta]]), [[ketoprak]] ([[Purbalingga]], [[Cirebon]]), [[katupat kandangan]] ([[Banjar]]), [[coto makassar]] (dari [[Makassar]], ketupat dinamakan katupa), [[lotek]], kupat tahu, [[tipat cantok]] (Bali), serta [[gado-gado]] yang dapat dihidangkan dengan ketupat atau [[lontong]]. Ketupat juga dapat dihidangkan untuk menyertai [[satai]], meskipun lontong lebih umum. |
||
Nama nama makanan kupat yang disajikan dalam acara tradisi adat [[Suku Jawa|Jawa]] dan [[Suku Bali|Bali]], antara lain: [[Kupat Sumpil]] (Bentuknya segitiga dengan daun bambu sebagai bungkusnya), [[Kupat landan]], [[Kupat sinta]] (menggunakan 4 helai janur, ujung janurnya keluar di dua sudut berseberangan), [[Kupat luwer]] (menggunakan 2 helai janur, berbentuk persegi panjang seperti bata merah, helai janur keluar di kedua sudut), [[Kupat bawang]] (Berbentuk persegi empat, menggunakan 2 helai janur), [[Kupat jago]] (menggunakan 8 helai janur, berbentuk segitiga sama kaki dengan ujung menjuntai di kanan kiri. Helaian janur di bagian atasnya lalu diikat. Biasanya hadir di syukuran empat bulanan), [[Kupat tumpeng]] (Berbentuk mengerucut dengan dasar melebar, helai janur menjuntai di bagian yang runcing), [[Kupat sidalungguh]] (menggunakan 3 helai janur, ketiga helai janur dikeluarkan dari sisinya), [[Kupat sari]] (berbentuk segitiga sama sisi, ada helaian janur yg keluar di sudut kanan kirinya), [[Kupat sidapurna]] (Berbentuk seperti huruf P terbalik. Salah satu sudutnya terdapat hiasan lipatan janur mirip pita. Bagian sudut bawahnya dilipat sebagai hiasan), [[Kupat geleng]] (Berbentuk persigi panjang. Disemua sudutnya tidak keluar helaian janur, sehingga tampilannya terlihat sangat rapat), [[Kupat bagea]] (Bentuknya hampir bundar dengan janur menjuntai di bagian atas. Anyamannya saling menyilang), [[Kupat bebek]] (Bentuk bagian bawahnya sedikit membulat dengan ujungnya dibiarkan agak panjang dan miring ke atas, mirip mulut bebek), [[Kupat pandawa]] (Bentuknya segitiga dengan ujung berupa 2 helai janur yang dikepang) |
|||
== Nama-nama lokal == |
== Nama-nama lokal == |
||
Baris 37: | Baris 42: | ||
* [[bahasa Bali]]: tipat (ᬢᬶᬧᬢ᭄) |
* [[bahasa Bali]]: tipat (ᬢᬶᬧᬢ᭄) |
||
* [[bahasa Banjar]]: katupat |
* [[bahasa Banjar]]: katupat |
||
* [[Orang Tojo|bahasa Bare'e]] ([[Poso-Tojo Grup]]): ketupat |
|||
* [[bahasa Betawi]]: tupat |
* [[bahasa Betawi]]: tupat |
||
* [[bahasa |
* [[bahasa Chamorro|bahasa Camoru]]: katupat |
||
* [[bahasa Gorontalo]]: atupato |
* [[bahasa Gorontalo]]: atupato |
||
* [[bahasa Indonesia]]: ketupat |
* [[bahasa Indonesia]]: ketupat |
||
Baris 44: | Baris 50: | ||
* [[bahasa Kapampangan]]: patupat |
* [[bahasa Kapampangan]]: patupat |
||
* [[bahasa Madura]]: ketopak |
* [[bahasa Madura]]: ketopak |
||
* [[bahasa Makassar]]: katupa' |
* [[bahasa Makassar]]: katupa' (ᨀᨈᨘᨄ) |
||
* [[bahasa Melayu]]: ketupat (کتوڤت) |
* [[bahasa Melayu]]: ketupat (کتوڤت) |
||
* [[bahasa Minangkabau]]: katupek |
* [[bahasa Minangkabau]]: katupek |
||
* [[bahasa Osing]]: kupat |
* [[bahasa Osing]]: kupat |
||
* [[bahasa Sasak]]: topat |
* [[bahasa Sasak]]: topat (ᬢᭀᬧᬢ᭄) |
||
* [[bahasa |
* [[bahasa Cebu|bahasa Sugbu]]: pusô |
||
* [[bahasa Sunda]]: kupat (ᮊᮥᮕᮒ᮪) |
|||
* [[bahasa Tagalog]]: bugnoy |
* [[bahasa Tagalog]]: bugnoy |
||
* [[bahasa Tausug]]: ta’mu |
* [[bahasa Tausug]]: ta’mu |
||
* [[bahasa Totoli]]: kasipat |
* [[bahasa Totoli]]: kasipat |
||
* [[bahasa Palembang]]: kupat |
|||
== Lihat pula == |
== Lihat pula == |
||
Baris 62: | Baris 70: | ||
{{Masakan Indonesia}} |
{{Masakan Indonesia}} |
||
{{makanan-stub}} |
{{makanan-stub}} |
||
[[Kategori:Hidangan Filipina]] |
[[Kategori:Hidangan Filipina]] |
||
[[Kategori:Hidangan Indonesia]] |
[[Kategori:Hidangan vegetarian Indonesia]] |
||
[[Kategori:Hidangan Malaysia]] |
[[Kategori:Hidangan Malaysia]] |
||
[[Kategori:Hidangan Singapura]] |
[[Kategori:Hidangan Singapura]] |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Hidangan dari beras]] |
Revisi terkini sejak 20 Oktober 2024 23.10
Ketupat کتوڤت | |
---|---|
Nama lain | Kupat (Jawa, dan Sunda), Tipat (Bali), dan Topa' (Madura). |
Sajian | Hidangan utama |
Tempat asal | Indonesia[1] |
Daerah | Asia Tenggara |
Suhu penyajian | Hangat atau temperatur ruangan |
Bahan utama | Beras yang dibuat di dalam kantong anyaman daun kelapa muda. |
Variasi | Ketupat pulut, ketupat daun palas, lepet. |
Semangkuk ketupat sayur memiliki sekitar 93 kalori[2] kkal | |
Sunting kotak info • L • B | |
Ketupat atau kupat adalah makanan dari bahan dasar beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda (janur), atau ada juga yang menggunakan daun palma. Hidangan ini berasal dari Indonesia, yang dalam perkembangannya menyebar ke negara lain, seperti; Brunei, Malaysia, Singapura, dan Thailand selatan. Di Filipina juga dijumpai bugnoy yang mirip ketupat namun dengan pola anyaman berbeda.[3] Kupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran, dan Kupatan yang dilaksanakan seminggu setelah lebaran.[4][5][6][7]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Berdasarkan buku Makna Ketipat dalam Upacara Telung Bulan di Denpasar karya Ni Made Yuliani dan I Ketut Wardana Yasa (2020), ketupat telah dipernalkan sejak jaman Hindu-Budha. Penyebutan kupat, akupat, dan khupat-kupatan tercantum dalam Kakawin Kresnayana, Kakawin Subadra Wiwaha, dan Kidung Sri Tanjung. Sebagai negeri agraris pada jaman Hindu-Budha, ketupat merupakan bagian dari bentuk pemujaan terhadap Dewi Sri. Dewi Sri adalah dewi tertinggi dan terpenting bagi masyarakat agraris salah satunya di Nusantara.
Kemudian terjadi desakralisasi dan demitologisasi yang mana Dewi Sri tidak lagi dipuja sebagai dewi kesuburan dan pertanian tetapi hanya sebagai lambang dengan dipresentasikan dalam bentuk ketupat. Hingga akhirnya ketupat merupakan perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pada era selanjutnya yakni era Kerajaan Demak 'Kupat' memiliki definisi arti dalam bahasa Jawa, yaitu ngaku lepat yang berarti 'mengakui kesalahan' atau laku papat (4 perilaku) yang juga melambangkan 4 sisi dari kupat, yaitu lebaran (pintu maaf), luberan (berlimpah), leburan (saling memaafkan), dan laburan (dari kata Labur; putih, yang berarti 'bersih dari dosa-dosa').[8]
Kupat merupakan simbol perayaan hari raya Islam pada masa pemerintahan Kesultanan Demak pimpinan Raden Fatah awal abad ke-15. Bentuknya yang persegi empat bermakna "kiblat papat lima pancer," sebagai keseimbangan alam yakni 4 arah mata angin yang bertumpu pada satu pusat. Kupat pertama kali muncul di tanah Jawa, diperkenalkan oleh sunan kalijaga kepada masyarakat Jawa yang merupakan hasil perpaduan makan tradisional Tepo yang dibalut anyaman yang dapat ditemukan di Wengker sekitar Gunung Lawu. Sunan Kalijaga menjadikan kupat sebagai budaya dan filosofi Jawa.[9][10][11] Kupat umumnya disajikan pada saat Lebaran[12], Kupatan[13][14][15][16] dll. Dalam perkembangannya, panganan ini menyebar ke berbagai wilayah di Nusantara sebagai hidangan utama saat lebaran karena pengaruh Wali Songo dan murid-muridnya, seperti Malaysia yang dibawa prajurit Kesultanan Demak yang kemudian menetap di Semanjung Melayu.[17]
Bentuk
[sunting | sunting sumber]Ada 2 bentuk utama ketupat yaitu kepal bersudut tujuh (lebih umum) dan jajaran genjang bersudut enam. Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda. Untuk membuat ketupat perlu dipilih janur yang berkualitas yaitu yang panjang dan lebar, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
Tradisi adat dan Jenis
[sunting | sunting sumber]Makanan khas yang menggunakan ketupat, antara lain kupat tahu (Magelang, Bandung, Tasikmalaya, Purbalingga), tahu masak (Banjarnegara, Banyumas, Kebumen, Cilacap), kupat gecot (Purbalingga), Tegal (kupat glabed, kupat bongkok, kupat blegong, kupat tahu petis), tahu kupat (surakarta), ketoprak (Purbalingga, Cirebon), katupat kandangan (Banjar), coto makassar (dari Makassar, ketupat dinamakan katupa), lotek, kupat tahu, tipat cantok (Bali), serta gado-gado yang dapat dihidangkan dengan ketupat atau lontong. Ketupat juga dapat dihidangkan untuk menyertai satai, meskipun lontong lebih umum.
Nama nama makanan kupat yang disajikan dalam acara tradisi adat Jawa dan Bali, antara lain: Kupat Sumpil (Bentuknya segitiga dengan daun bambu sebagai bungkusnya), Kupat landan, Kupat sinta (menggunakan 4 helai janur, ujung janurnya keluar di dua sudut berseberangan), Kupat luwer (menggunakan 2 helai janur, berbentuk persegi panjang seperti bata merah, helai janur keluar di kedua sudut), Kupat bawang (Berbentuk persegi empat, menggunakan 2 helai janur), Kupat jago (menggunakan 8 helai janur, berbentuk segitiga sama kaki dengan ujung menjuntai di kanan kiri. Helaian janur di bagian atasnya lalu diikat. Biasanya hadir di syukuran empat bulanan), Kupat tumpeng (Berbentuk mengerucut dengan dasar melebar, helai janur menjuntai di bagian yang runcing), Kupat sidalungguh (menggunakan 3 helai janur, ketiga helai janur dikeluarkan dari sisinya), Kupat sari (berbentuk segitiga sama sisi, ada helaian janur yg keluar di sudut kanan kirinya), Kupat sidapurna (Berbentuk seperti huruf P terbalik. Salah satu sudutnya terdapat hiasan lipatan janur mirip pita. Bagian sudut bawahnya dilipat sebagai hiasan), Kupat geleng (Berbentuk persigi panjang. Disemua sudutnya tidak keluar helaian janur, sehingga tampilannya terlihat sangat rapat), Kupat bagea (Bentuknya hampir bundar dengan janur menjuntai di bagian atas. Anyamannya saling menyilang), Kupat bebek (Bentuk bagian bawahnya sedikit membulat dengan ujungnya dibiarkan agak panjang dan miring ke atas, mirip mulut bebek), Kupat pandawa (Bentuknya segitiga dengan ujung berupa 2 helai janur yang dikepang)
Nama-nama lokal
[sunting | sunting sumber]- bahasa Aceh: keutupèt
- bahasa Bali: tipat (ᬢᬶᬧᬢ᭄)
- bahasa Banjar: katupat
- bahasa Bare'e (Poso-Tojo Grup): ketupat
- bahasa Betawi: tupat
- bahasa Camoru: katupat
- bahasa Gorontalo: atupato
- bahasa Indonesia: ketupat
- bahasa Jawa: kupat (ꦏꦸꦥꦠ꧀)
- bahasa Kapampangan: patupat
- bahasa Madura: ketopak
- bahasa Makassar: katupa' (ᨀᨈᨘᨄ)
- bahasa Melayu: ketupat (کتوڤت)
- bahasa Minangkabau: katupek
- bahasa Osing: kupat
- bahasa Sasak: topat (ᬢᭀᬧᬢ᭄)
- bahasa Sugbu: pusô
- bahasa Sunda: kupat (ᮊᮥᮕᮒ᮪)
- bahasa Tagalog: bugnoy
- bahasa Tausug: ta’mu
- bahasa Totoli: kasipat
- bahasa Palembang: kupat
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Rianti, Angelina; Novenia, Agnes E.; Christopher, Alvin; Lestari, Devi; Parassih, Elfa K. (March 2018). "Ketupat as traditional food of Indonesian culture". Journal of Ethnic Foods. 5 (1): 4–9. doi:10.1016/j.jef.2018.01.001 .
- ^ "Calories in indonesian food ketupat sayur". My Fitness Pal. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-06-03. Diakses tanggal 2019-06-03.
- ^ Almario, Virgilio, et al. 2010. UP Diksiyonaryong Filipino, 2nd ed. Anvil: Pasig.
- ^ Lebaran Ketupat, Tradisi Keislaman di Tanah Jawa yang Sarat Makna.[1]
- ^ Lebaran Ketupat, Tradisi Masyarakat Jawa Seminggu setelah Lebaran.[2]
- ^ MEMAHAMI TRADISI KUPATAN MASYARAKAT JAWA DAN ISLAM KOSMOPOLITAN[3]
- ^ Sejarah Tradisi Kupatan Atau Lebaran Ketupat Pada Masyarakat Jawa.[4]
- ^ Filosofi Ketupat saat Idulfitri, Punya Makna Mendalam.[5]
- ^ Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th centuries : the Malay Annals of Semarang and Cerbon / translated and provided with comments by H.J. de Graaf and Th.G.Th. Pigeaud ; edited by M.C. Ricklefs.[6]
- ^ Fadly. Rahman. Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia
- ^ Angelina. Rianti. Ketupat as Traditional Food of Indonesia
- ^ Idul Fitri Tak Lengkap Tanpa Lepet.[7]
- ^ Lebaran Ketupat, Tradisi Keislaman di Tanah Jawa yang Sarat Makna.[8]
- ^ Lebaran Ketupat, Tradisi Masyarakat Jawa Seminggu setelah Lebaran.[9]
- ^ MEMAHAMI TRADISI KUPATAN MASYARAKAT JAWA DAN ISLAM KOSMOPOLITAN[10]
- ^ Sejarah Tradisi Kupatan Atau Lebaran Ketupat Pada Masyarakat Jawa[11]
- ^ Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th centuries : the Malay Annals of Semarang and Cerbon / translated and provided with comments by H.J. de Graaf and Th.G.Th. Pigeaud ; edited by M.C. Ricklefs.[12]