Lompat ke isi

Monumen Nasional: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 6°10′31.45″S 106°49′37.61″E / 6.1754028°S 106.8271139°E / -6.1754028; 106.8271139
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Pratama26 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(76 revisi perantara oleh 45 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 10: Baris 10:
| cost =
| cost =
| ren_cost =
| ren_cost =
| location = {{flag|Jakarta}}
| location = Jakarta, Indonesia
| address = [[Lapangan Merdeka]]
| address = [[Gambir, Jakarta Pusat|Gambir]], [[Jakarta Pusat]]
| client =
| client =
| owner = [[Pemerintah Indonesia]]
| owner = [[Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta]]
| operator = Unit Pengelola Kawasan Monumen Nasional
| current_tenants =
| current_tenants =
| landlord =
| landlord =
| coordinates =
| coordinates =
| start_date = {{launch date and age|df=yes|1943|8|17}}
| start_date = {{launch date and age|df=yes|1961|8|17}}
| completion_date = {{launch date and age|df=yes|1975|7|12}}
| completion_date =
| inauguration_date = {{launch date and age|df=yes|1975|7|12}}
| inauguration_date = {{launch date and age|df=yes|1975|7|12}}
| opened_date = {{launch date and age|df=yes|1975|7|12}}
| opened_date =
| renovation_date = {{unbulleted list|17 Agustus 1995 (Baru 1)|17 Agustus 2005 (Baru 2)|17 Agustus 2015 (Baru 3)}}
| renovation_date = {{bulleted list|17 Agustus 1995|17 Agustus 2005|17 Agustus 2015}}
| destruction_date =
| destruction_date =
| height = 137 meter
| height = 132 meter
| diameter =
| diameter =
| other_dimensions =
| other_dimensions =
Baris 45: Baris 46:
| ren_qty_surveyor =
| ren_qty_surveyor =
| ren_awards =
| ren_awards =
| public_transit = '''[[KA Commuter Jabodetabek]]''': {{rint|jakarta|red}} {{rint|jakarta|blue}} [[stasiun Juanda]]<br>'''[[Transjakarta]]''': {{rint|tjk1}} {{rint|tjk6A}} {{rint|tjk6B}} [[Monumen Nasional (Transjakarta)|halte Monumen Nasional]]<br>{{rint|tjk2}} {{rint|tjk2A}} {{rint|tjk2D}} {{rint|tjk7}} (7F) [[Balai Kota (Transjakarta)|halte Balai Kota]], [[Gambir 1 (Transjakarta)|halte Gambir 1]] dan [[Gambir 2(Transjakarta)|2]]
| public_transit = {{rint|jakarta|tjk1}} {{rint|jakarta|tjk3}} [[Halte Transjakarta Monumen Nasional|Halte Monumen Nasional]]<br>{{rint|jakarta|tjk2}} [[Halte Transjakarta Balai Kota|Halte Balai Kota]]<br>{{rint|jakarta|tjk2}} [[Halte Transjakarta Gambir|Halte Gambir 1]] dan [[Halte Transjakarta Gambir 2|2]]
| map_caption = Lokasi di [[Jakarta]]
| map_caption = Lokasi di [[Jakarta]]
| location_country = {{flag|Indonesia}}
}}
}}
[[Berkas:Monumen Nasional (Monas Jakarta).jpg|jmpl|Gambar Digital Monumen Nasional Di Kota Jakarta]]
'''Monumen Nasional''' atau yang disingkat dengan '''''Monas''''' atau '''''Tugu Monas''''' adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang terletak tepat di tengah Lapangan [[Medan Merdeka]], [[Jakarta Pusat]]. Monas didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan [[rakyat]] [[Indonesia]] dalam merebut [[kemerdekaan]] dari pemerintahan kolonial [[Kekaisaran Belanda]]. Pembangunan dimulai pada [[17 Agustus]] [[1961]] di bawah perintah [[presiden]] [[Soekarno]] dan diresmikan sehingga dibuka untuk umum pada [[12 Juli]] [[1975]]. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran [[emas]] yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala dari rakyat Indonesia.


'''Monumen Nasional''' atau yang disingkat dengan '''''Monas''''' atau '''''Tugu Monas''''' adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang terletak tepat di tengah Lapangan [[Medan Merdeka]], [[Jakarta Pusat]]. Monas didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan [[rakyat]] [[Indonesia]] dalam merebut [[kemerdekaan]] dari pemerintahan kolonial [[Kerajaan Belanda]]. Pembangunan dimulai pada [[17 Agustus]] [[1961]] di bawah perintah Presiden [[Soekarno]] dan diresmikan hingga dibuka untuk umum pada [[12 Juli]] [[1975]] oleh Presiden [[Soeharto]]. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran [[emas]] yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala dari rakyat Indonesia.
Tugu dan museum buka setiap hari mulai pukul 08:00 hingga 16:00 [[Waktu Indonesia Barat|WIB]] ([[UTC+7]]) sepanjang minggu kecuali hari [[Senin]] saat tugu tutup. Sejak [[April]] [[2016]], monumen ini juga buka pada [[malam]] hari mulai pukul 19:00 hingga 22:00 [[Waktu Indonesia Barat|WIB]] ([[UTC+7]]) pada hari [[Selasa]] hingga [[Jumat]] dan mulai pukul 19:00 hingga 00:00 [[Waktu Indonesia Barat|WIB]] ([[UTC+7]]) pada hari [[Sabtu]] dan [[Minggu]].

Tugu Monumen Nasional dan museum buka setiap hari mulai pukul 06:00 hingga 16:00 [[Waktu Indonesia Barat|WIB]] ([[UTC+7]]) sepanjang minggu kecuali hari [[Senin]] saat tugu tutup.


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Ide awal pendirian Monumen nasional berasal dari orang biasa yang namanya tak pernah disebut-sebut atau bahkan ditorehkan dalam prasasti. Ia adalah Sarwoko Martokoesoemo.
Ide awal pendirian Monumen adalah seorang warga negara RI biasa, seorang swasta, warga kota sederhana dari Jakarta bernama Sarwoko Martokoesoemo,” kata Sudiro.
Mantan Walikota Jakarta [[Sudiro]] (1953-1960) dalam tulisannya di halaman 3 harian Kompas, Rabu, 18 Agustus 1971 dengan sangat tegas menyebutkan, ide pertama-tama pendirian Monas tidak muncul dari seorang presiden, menteri, pemimpin partai, pun tidak dari seorang walikota atau anggota DPR(D). “Yang memiliki ide pertama kali adalah seorang warga negara RI biasa, seorang swasta, warga kota sederhana dari Jakarta bernama Sarwoko Martokoesoemo,” kata Sudiro.
Setelah pusat pemerintahan [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]] kembali ke [[Jakarta]] yang sebelumnya berkedudukan di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] pada tahun 1950, menyusul pengakuan kedaulatan [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]] oleh pemerintahan kolonial [[Kekaisaran Belanda]] pada tahun 1949, perencanaan pembangunan sebuah Monumen Nasional yang setara dengan [[Menara Eiffel]] di lapangan tepat di depan [[Istana Merdeka]]. Pembangunan Tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan [[bangsa Indonesia]] pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat [[patriotisme]] generasi penerus bangsa.
Setelah pusat pemerintahan [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]] kembali ke [[Jakarta]] yang sebelumnya berkedudukan di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] pada tahun 1950, menyusul pengakuan kedaulatan [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]] oleh pemerintahan kolonial [[Kekaisaran Belanda]] pada tahun 1949, perencanaan pembangunan sebuah Monumen Nasional yang setara dengan [[Menara Eiffel]] di lapangan tepat di depan [[Istana Merdeka]]. Pembangunan Tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan [[bangsa Indonesia]] pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat [[patriotisme]] generasi penerus bangsa.
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Reclamepaviljoen_van_Volkswagen_op_de_jaarbeurs_bij_het_Nationaal_Monument_(Monas)_op_het_Merdeka-plein_TMnr_20018020.jpg|263x263px|thumb|Monas Tahun 1969. Foto ini merupakan bagian dari koleksi foto milik [[Tropenmuseum]] di [[Amsterdam]], [[Belanda]].]]


Pada tanggal [[17 Agustus]] [[1954]], sebuah komite nasional dibentuk dan [[sayembara]] [[perancangan]] Monumen Nasional digelar pada tahun [[1955]]. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh [[Friedrich Silaban]] yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun [[1960]] tetapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta [[Silaban]] untuk menunjukkan rancangannya kepada [[Soekarno]]. Akan tetapi Soekarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk [[lingga (arca)|lingga]] dan [[yoni]]. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak merancang bangunan yang lebih kecil dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Soekarno kemudian meminta arsitek [[Soedarsono (seniman)|Soedarsono]] untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45 melambangkan [[17 Agustus]] [[1945]] memulai [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] ke dalam rancangan monumen itu.<ref name="HEUKEN25"/><ref name="NATMONOFF39">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 3-9</ref><ref name="DIMNOTE">Tinggi cawan dari halaman adalah 17 meter, lebar dasar monumen adalah 8 meter, serta lebar halaman cawan adalah 45 meter</ref>
Pada tanggal [[17 Agustus]] [[1954]], sebuah komite nasional dibentuk dan [[sayembara]] [[perancangan]] Monumen Nasional digelar pada tahun [[1955]]. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh [[Friedrich Silaban]] yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun [[1960]] tetapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta [[Silaban]] untuk menunjukkan rancangannya kepada [[Soekarno]]. Akan tetapi Soekarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk [[lingga (arca)|lingga]] dan [[yoni]]. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak untuk merancang bangunan yang lebih kecil dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Soekarno kemudian meminta arsitek [[Soedarsono (seniman)|Soedarsono]] untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45 melambangkan [[17 Agustus]] [[1945]] memulai [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] ke dalam rancangan monumen itu.<ref name="HEUKEN25"/><ref name="NATMONOFF39">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 3-9</ref><ref name="DIMNOTE">Tinggi cawan dari halaman adalah 17 meter, lebar dasar monumen adalah 8 meter, serta lebar halaman cawan adalah 45 meter</ref>
Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektare. Tugu ini diarsiteki oleh [[Friedrich Silaban]] dan [[Soedarsono (seniman)|Soedarsono]] mulai dibangun [[17 Agustus]] [[1961]].
Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektare. Tugu ini diarsiteki oleh [[Friedrich Silaban]] dan [[Soedarsono (seniman)|Soedarsono]] mulai dibangun [[17 Agustus]] [[1961]].


== Pembangunan ==
== Pembangunan ==
[[Berkas:Sukarno Inspect Monas Construction.JPG|jmpl|kiri|Soekarno menginspeksi pembangunan Monas. Foto ini dibuat sekitar tahun 1963-1964.]]
[[Berkas:Sukarno Inspect Monas Construction.JPG|jmpl|kiri|Soekarno menginspeksi pembangunan Monas. Foto ini dibuat sekitar tahun 1963-1964.]]
Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun [[1961]]/[[1962]] - [[1964]]/[[1965]] dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal [[17 Agustus]] [[1961]] dengan Soekarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai [[fondasi]] bangunan. Sebanyak 360 [[ pasak bumi]] ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan [[Maret]] [[1962]]. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan [[Oktober]]. Pembangunan [[obelisk]] kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan [[Agustus]] [[1963]]. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun [[1966]] hingga [[1968]] akibat terjadinya [[Gerakan 30 September]] sehingga tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun [[1969]]-[[1976]] dengan menambahkan [[diorama]] pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal [[12 Juli]] [[1975]] oleh [[Presiden Republik Indonesia]] [[Soeharto]].<ref name="NATMONOFF1223">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 12-23</ref><ref name="JAKGOVWEBSITE">Jakarta Administration website</ref> Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama [[Medan Merdeka]]. Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu ''Lapangan Gambir'', ''[[Lapangan Ikada]]'', ''[[Lapangan Merdeka]]'', ''Lapangan Monas'', dan ''Taman Monas''. Di sekeliling [[tugu]] terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.
Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun [[1961]]/[[1962]][[1964]]/[[1965]] dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal [[17 Agustus]] [[1961]] dengan Soekarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai [[fondasi]] bangunan. Sebanyak 360 [[pasak bumi]] ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan [[Maret]] [[1962]]. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan [[Oktober]]. Pembangunan [[obelisk]] kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan [[Agustus]] [[1963]]. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun [[1966]] hingga [[1968]] akibat terjadinya [[Gerakan 30 September]] sehingga tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun [[1969]]-[[1976]] dengan menambahkan [[diorama]] pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal [[12 Juli]] [[1975]] oleh [[Presiden Republik Indonesia]] [[Soeharto]].[[Berkas:peresmianmonas.jpg|jmpl|kanan|500px|Presiden [[Soeharto]] dan Ibu [[Tien Soeharto]] meresmikan monas serta dibelakang Gubernur DKI Jakarta [[Ali Sadikin]] dan Istri]]<ref name="NATMONOFF1223">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 12-23</ref><ref name="JAKGOVWEBSITE">Jakarta Administration website</ref> Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama [[Medan Merdeka]]. Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu ''Lapangan Gambir'', ''[[Lapangan Ikada]]'', ''[[Lapangan Merdeka]]'', ''Lapangan Monas'', dan ''Taman Monas''. Di sekeliling [[tugu]] terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.


== Rancang Bangun Monumen ==
== Rancang Bangun Monumen ==
Baris 70: Baris 70:
Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan [[universal]] yang [[abadi]]; [[Lingga (arca)|Lingga]] dan [[Yoni]]. Tugu [[obelisk]] yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki, elemen [[maskulin]] yang bersifat [[aktif]] dan positif, serta melambangkan siang hari. Sementara pelataran cawan landasan [[obelisk]] adalah Yoni yang melambangkan perempuan, elemen [[feminin]] yang pasif dan negatif serta melambangkan malam hari.<ref>Monument Nasional brochure; [[Dinas Pariwisata dan Kebudayaan]] [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta]], Unit Pengelola Monumen Nasional</ref> Lingga dan yoni merupakan lambang [[kesuburan]] dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa [[prasejarah Indonesia]]. Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "[[alu]]" dan "[[Lesung]]", alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Monumen terdiri atas 117,7 meter obelisk di atas landasan persegi setinggi 17 meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan [[marmer]] [[Italia]].
Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan [[universal]] yang [[abadi]]; [[Lingga (arca)|Lingga]] dan [[Yoni]]. Tugu [[obelisk]] yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki, elemen [[maskulin]] yang bersifat [[aktif]] dan positif, serta melambangkan siang hari. Sementara pelataran cawan landasan [[obelisk]] adalah Yoni yang melambangkan perempuan, elemen [[feminin]] yang pasif dan negatif serta melambangkan malam hari.<ref>Monument Nasional brochure; [[Dinas Pariwisata dan Kebudayaan]] [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta]], Unit Pengelola Monumen Nasional</ref> Lingga dan yoni merupakan lambang [[kesuburan]] dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa [[prasejarah Indonesia]]. Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "[[alu]]" dan "[[Lesung]]", alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Monumen terdiri atas 117,7 meter obelisk di atas landasan persegi setinggi 17 meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan [[marmer]] [[Italia]].


Kolam di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai bagian dari sistem pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung [[Pangeran Diponegoro]] yang sedang menunggang kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato <ref name="NATMONOFF2829">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 28-29</ref> sebagai sumbangan oleh Konsul Jenderal Kehormatan adalah Dr. Mario di Indonesia. Pintu masuk Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara dekat patung [[Pangeran Diponegoro]]. Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung menuju tugu Monas. Loket tiket berada di ujung terowongan. Ketika pengunjung naik kembali ke permukaan tanah di sisi utara Monas, pengunjung dapat melanjutkan berkeliling melihat relief sejarah perjuangan Indonesia; masuk ke dalam museum sejarah nasional melalui pintu di sudut timur laut, atau langsung naik ke tengah menuju ruang kemerdekaan atau lift menuju pelataran puncak monumen.
Kolam di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai bagian dari sistem pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air pancur dan patung [[Pangeran Diponegoro]] yang sedang menunggang kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato <ref name="NATMONOFF2829">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 28-29</ref> sebagai sumbangan oleh Konsul Jenderal Kehormatan adalah Dr. Mario di Indonesia. Pintu masuk Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara dekat patung [[Pangeran Diponegoro]]. Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung menuju tugu Monas. Loket tiket berada di ujung terowongan. Ketika pengunjung naik kembali ke permukaan tanah di sisi utara Monas, pengunjung dapat melanjutkan berkeliling melihat relief sejarah perjuangan Indonesia; masuk ke dalam museum sejarah nasional melalui pintu di sudut timur laut, atau langsung naik ke tengah menuju ruang kemerdekaan atau lift menuju pelataran puncak monumen.


== Relief Sejarah Indonesia ==
== Relief Sejarah Indonesia ==

[[Berkas:Relief of Indonesian History, Monas.JPG|jmpl|ka|250px|Relief timbul sejarah Indonesia menampilkan [[Gajah Mada]] dan sejarah [[Majapahit]]]]
[[Berkas:Relief of Indonesian History, Monas.JPG|jmpl|ka|250px|Relief timbul sejarah Indonesia menampilkan [[Gajah Mada]] dan sejarah [[Majapahit]]]]
Pada tiap sudut halaman luar yang mengelilingi monumen terdapat [[relief]] yang menggambarkan [[sejarah Indonesia]]. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan [[ Nusantara]] pada masa lampau; menampilkan sejarah [[Singhasari]] dan [[Majapahit]]. Relief ini berlanjut secara [[kronologis]] searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut.
Pada tiap sudut halaman luar yang mengelilingi monumen terdapat [[relief]] yang menggambarkan [[sejarah Indonesia]]. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan [[Nusantara]] pada masa lampau; menampilkan sejarah [[Singhasari]] dan [[Majapahit]]. Relief ini berlanjut secara [[kronologis]] searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut.


Secara kronologis menggambarkan masa [[penjajahan]] [[ Belanda]], perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, [[Sumpah Pemuda]], [[Pendudukan Jepang]] dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul [[Revolusi ]] dan [[Perang kemerdekaan]] Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern.
Secara kronologis menggambarkan masa [[penjajahan]] [[Belanda]], perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, [[Sumpah Pemuda]], [[Pendudukan Jepang]] dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul [[Revolusi]] dan [[Perang kemerdekaan]] Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern.
Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam, namun beberapa patung dan arca tampak tak terawat dan rusak akibat hujan serta cuaca tropis.
Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam, namun beberapa patung dan arca tampak tak terawat dan rusak akibat hujan serta cuaca tropis.


Baris 84: Baris 83:


== Ruang Kemerdekaan ==
== Ruang Kemerdekaan ==
[[Berkas:Independence_Room.JPG|jmpl|ka|250px|Ruang kemerdekaan]]
[[Berkas:Independence_Room.JPG|jmpl|ka|250px|Ruang Kemerdekaan]]
Di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar dari pintu sisi utara dan selatan. Ruangan ini menyimpan [[simbol]] kenegaraan dan [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|kemerdekaan Republik Indonesia]]. Diantaranya [[naskah]] asli [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]] berlapis emas dan [[Bendera Indonesia|bendera merah putih]] dan dinding yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.<ref name="HEUKEN25"/><ref name="NATMONOFF2428">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 24-28</ref>
Di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar dari pintu sisi utara dan selatan. Ruangan ini menyimpan [[simbol]] kenegaraan dan [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|kemerdekaan Republik Indonesia]]. Diantaranya [[naskah]] asli [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]] berlapis emas dan [[Bendera Indonesia|bendera merah putih]] dan dinding yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.<ref name="HEUKEN25"/><ref name="NATMONOFF2428">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 24-28</ref>


Baris 95: Baris 94:
[[Berkas:Monas Peak Platform.JPG|jmpl|ka|250px|Pelataran setinggi 115 meter tempat pengunjung dapat menikmati panorama Jakarta dari ketinggian]]
[[Berkas:Monas Peak Platform.JPG|jmpl|ka|250px|Pelataran setinggi 115 meter tempat pengunjung dapat menikmati panorama Jakarta dari ketinggian]]
[[Berkas:Collectie NMvWereldculturen, TM-20023694, Dia- Java, Jakarta Bezoekers van het uitkijkpunt op het Monas; oude man ', Jaap de Jonge, 1993.jpg|jmpl|ka|250px|Seorang kakek tampak sedang menikmati panorama Jakarta dari balik kaca di Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan Monas, 1993.]]
[[Berkas:Collectie NMvWereldculturen, TM-20023694, Dia- Java, Jakarta Bezoekers van het uitkijkpunt op het Monas; oude man ', Jaap de Jonge, 1993.jpg|jmpl|ka|250px|Seorang kakek tampak sedang menikmati panorama Jakarta dari balik kaca di Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan Monas, 1993.]]
Sebuah [[elevator]] (lift) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota [[Jakarta]]. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.
Sebuah [[lift]] (elevator) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota [[Jakarta]]. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.


Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram,<ref name="HEUKEN25">Heuken (2008) p25</ref> akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas.<ref name="NATMONOFF">National monument Office, Jakarta (1996) p28</ref> Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa. Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3 meter di bawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat [[Proklamasi Kemerdekaan RI]] (17-8-1945).
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram,<ref name="HEUKEN25">Heuken (2008) p25</ref> akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas.<ref name="NATMONOFF">National monument Office, Jakarta (1996) p28</ref> Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa. Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3 meter di bawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat [[Proklamasi Kemerdekaan RI]] (17-8-1945).
Baris 104: Baris 103:


== Transportasi ==
== Transportasi ==
Monumen Nasional dapat dicapai melalui angkutan umum berikut:
Monumen Nasional dapat diakses dengan transportasi umum berikut ini:
* BRT [[Transjakarta]]:

** {{rint|jakarta|tjk1}} {{rint|jakarta|tjk3}} [[Halte Transjakarta Monumen Nasional|Halte Monumen Nasional]]
'''Jalur Bus'''
* '''[[Transjakarta]]''': {{rint|jakarta|tjk1}} {{rint|jakarta|tjk6a}} {{rint|jakarta|tjk6b}} di [[Monumen Nasional (Transjakarta)|halte Monumen Nasional]], {{rint|jakarta|tjk2}} {{rint|jakarta|tjk2a}} {{rint|jakarta|tjk2d}} {{rint|jakarta|tjk7}} (7F) di [[Balai Kota (Transjakarta)|halte Balai Kota]]
** {{rint|jakarta|tjk2}} {{rint|jakarta|tjk2a}} {{rint|jakarta|tjk5c}} {{rint|jakarta|tjk6a}} {{rint|jakarta|tjk6b}} {{rint|jakarta|tjk7f}} [[Halte Transjakarta Balai Kota|Halte Balai Kota]]
** {{rint|jakarta|tjk2}} {{rint|jakarta|tjk2a}} {{rint|jakarta|tjk7f}} [[Halte Transjakarta Gambir|Halte Gambir 1]] dan [[Halte Transjakarta Gambir 2|2]]
* '''Transjakarta''': 1A [[Balai Kota (Transjakarta)|Halte Balai Kota]]-PIK Fresh Market
* '''Transjakarta''': 1P [[Terminal Pasar Senen]]-[[Bundaran Senayan (Transjakarta)|Halte Bundaran Senayan]]
* Transjakarta: 1R [[Terminal Pasar Senen]]-[[Stasiun Tanah Abang]]
* '''[[Transjakarta]]''': 5A [[Jelambar (Transjakarta)|Jelambar]]-Terminal Kampung Melayu
* '''Transjakarta''': DA4 [[Stasiun Jakarta Kota]]-[[Stasiun MRT Dukuh Atas]]
'''Jalur Kereta Api'''


* [[Kereta Api Indonesia|KAI]] [[Stasiun Gambir]] yang melayani perjalanan Kereta Api Jarak Jauh menuju Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur
* [[MRT Jakarta]] [[Lin Utara–Selatan (MRT Jakarta)|Jalur Utara-Selatan]] Fase 2 (Bundaran HI-Ancol Barat) di Stasiun Monas (sedang dalam konstruksi. Ditargetkan rampung pada tahun 2025)


Di dalam kompleks Monumen Nasional terdapat kereta wisata untuk membawa pengunjung ke pintu masuk monumen. Kereta wisata ini diresmikan pada tanggal 9 Maret 2008 oleh Gubernur DKI Jakarta [[Fauzi Bowo]].<ref>[http://www.elshinta.com/v2003a/readnews.htm?id=46776 Kereta Wisata Monas Diresmikan]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref>[http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2008/03/09/brk,20080309-118850,id.html Kereta Wisata Monas Diluncurkan Hari Ini] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080517035040/http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2008/03/09/brk,20080309-118850,id.html |date=2008-05-17 }}</ref> Kereta ini mengangkut penumpang dari Lapangan IRTI (Silang Monas Barat Daya) sampai ke mulut terowongan masuk area tugu, dengan tidak berhenti selain di tempat pemberhentian yang sudah disediakan. Kereta ini beroperasi dari pukul pukul 06.00 sampai dengan 16.00 WIB .setiap harinya dan penumpang tidak dipungut biaya.
Di dalam kompleks Monumen Nasional terdapat kereta wisata untuk membawa pengunjung ke pintu masuk monumen. Kereta wisata ini diresmikan pada tanggal 9 Maret 2008 oleh Gubernur DKI Jakarta [[Fauzi Bowo]].<ref>{{cite web|url=http://djakarta.biz.id/monumen-nasional-monas/|title=Monumen Nasional (Monas)|website=www.djakarta.biz.id|access-date=26 Maret 2023|language=id}}</ref> Kereta ini mengangkut penumpang dari Lapangan IRTI (Silang Monas Barat Daya) sampai ke mulut terowongan masuk area tugu, dengan tidak berhenti selain di tempat pemberhentian yang sudah disediakan. Kereta ini beroperasi dari pukul pukul 06.00 sampai dengan 16.00 WIB .setiap harinya dan penumpang tidak dipungut biaya.


== Galeri ==
== Galeri ==
Baris 130: Baris 122:
Berkas:Proclamation of Independence Text.JPG|<small>Naskah asli [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] disimpan di Ruang Kemerdekaan Monas. </small>
Berkas:Proclamation of Independence Text.JPG|<small>Naskah asli [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] disimpan di Ruang Kemerdekaan Monas. </small>
Berkas:Indonesian Archipelago and Students.JPG|<small>Peta [[Nusantara]] berlapis emas di dalam Ruang Kemerdekaan. </small>
Berkas:Indonesian Archipelago and Students.JPG|<small>Peta [[Nusantara]] berlapis emas di dalam Ruang Kemerdekaan. </small>
Berkas:Monumen Nasional, Jakarta, Indonesia.jpg|
Berkas:Collectie NMvWereldculturen, TM-20020665, Dia- Het Nationaal Monument (Monas) op het Merdeka-plein, Henk van Rinsum, 1980.jpg|<small>Situasi Monas pada tahun 1980. </small>
Berkas:Jakarta Panorama.jpg|
Berkas:Monas (Monumen Nasional) te Jakarta, KITLV 160579.tiff|
Berkas:Monas (Monumen Nasional) op Medan Merdeka te Jakarta, KITLV D13240.tiff|
</gallery>
</gallery>


Baris 153: Baris 148:
[[Kategori:Markah tanah di Indonesia]]
[[Kategori:Markah tanah di Indonesia]]
[[Kategori:Tempat wisata di Jakarta]]
[[Kategori:Tempat wisata di Jakarta]]
[[Kategori:Monumen di Indonesia]]
[[Kategori:Monumen di Indonesia|Nasional]]
[[Kategori:Menara di Indonesia]]
[[Kategori:Museum di Jakarta]]
[[Kategori:Museum di Jakarta]]
[[Kategori:Pendirian tahun 1975 di Indonesia]]
[[Kategori:Pendirian tahun 1975 di Indonesia]]

Revisi terkini sejak 3 November 2024 09.34

Monumen Nasional
Monumen Nasional pada tahun 2010
Peta
Informasi umum
LokasiJakarta, Indonesia
AlamatGambir, Jakarta Pusat
Mulai dibangun17 Agustus 1961; 63 tahun lalu (1961-08-17)
Diresmikan12 Juli 1975; 49 tahun lalu (1975-07-12)
Tanggal renovasi
  • 17 Agustus 1995
  • 17 Agustus 2005
  • 17 Agustus 2015
PemilikDinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta
ManajemenUnit Pengelola Kawasan Monumen Nasional
Tinggi132 meter
Desain dan konstruksi
Arsitek
Kontraktor utamaP.N. Adhi Karya (tiang fondasi)
Informasi lain
Akses transportasi umum Halte Monumen Nasional
Halte Balai Kota
Halte Gambir 1 dan 2

Monumen Nasional atau yang disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monas didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Kerajaan Belanda. Pembangunan dimulai pada 17 Agustus 1961 di bawah perintah Presiden Soekarno dan diresmikan hingga dibuka untuk umum pada 12 Juli 1975 oleh Presiden Soeharto. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala dari rakyat Indonesia.

Tugu Monumen Nasional dan museum buka setiap hari mulai pukul 06:00 hingga 16:00 WIB (UTC+7) sepanjang minggu kecuali hari Senin saat tugu tutup.

Ide awal pendirian Monumen adalah seorang warga negara RI biasa, seorang swasta, warga kota sederhana dari Jakarta bernama Sarwoko Martokoesoemo,” kata Sudiro. Setelah pusat pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia kembali ke Jakarta yang sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950, menyusul pengakuan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia oleh pemerintahan kolonial Kekaisaran Belanda pada tahun 1949, perencanaan pembangunan sebuah Monumen Nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan Istana Merdeka. Pembangunan Tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi penerus bangsa.

Monas Tahun 1969. Foto ini merupakan bagian dari koleksi foto milik Tropenmuseum di Amsterdam, Belanda.

Pada tanggal 17 Agustus 1954, sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan Monumen Nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Friedrich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tetapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Soekarno. Akan tetapi Soekarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak untuk merancang bangunan yang lebih kecil dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Soekarno kemudian meminta arsitek Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45 melambangkan 17 Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke dalam rancangan monumen itu.[1][2][3] Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektare. Tugu ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan Soedarsono mulai dibangun 17 Agustus 1961.

Pembangunan

[sunting | sunting sumber]
Soekarno menginspeksi pembangunan Monas. Foto ini dibuat sekitar tahun 1963-1964.

Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun 1961/19621964/1965 dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan Soekarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan Maret 1962. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober. Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan Agustus 1963. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 akibat terjadinya Gerakan 30 September sehingga tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan menambahkan diorama pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto.

Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto meresmikan monas serta dibelakang Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin dan Istri

[4][5] Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama Medan Merdeka. Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.

Rancang Bangun Monumen

[sunting | sunting sumber]
Monumen Nasional dalam tahap pembangunan.

Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan universal yang abadi; Lingga dan Yoni. Tugu obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki, elemen maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari. Sementara pelataran cawan landasan obelisk adalah Yoni yang melambangkan perempuan, elemen feminin yang pasif dan negatif serta melambangkan malam hari.[6] Lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa prasejarah Indonesia. Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "alu" dan "Lesung", alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Monumen terdiri atas 117,7 meter obelisk di atas landasan persegi setinggi 17 meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan marmer Italia.

Kolam di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai bagian dari sistem pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air pancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato [7] sebagai sumbangan oleh Konsul Jenderal Kehormatan adalah Dr. Mario di Indonesia. Pintu masuk Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara dekat patung Pangeran Diponegoro. Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung menuju tugu Monas. Loket tiket berada di ujung terowongan. Ketika pengunjung naik kembali ke permukaan tanah di sisi utara Monas, pengunjung dapat melanjutkan berkeliling melihat relief sejarah perjuangan Indonesia; masuk ke dalam museum sejarah nasional melalui pintu di sudut timur laut, atau langsung naik ke tengah menuju ruang kemerdekaan atau lift menuju pelataran puncak monumen.

Relief Sejarah Indonesia

[sunting | sunting sumber]
Relief timbul sejarah Indonesia menampilkan Gajah Mada dan sejarah Majapahit

Pada tiap sudut halaman luar yang mengelilingi monumen terdapat relief yang menggambarkan sejarah Indonesia. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan Nusantara pada masa lampau; menampilkan sejarah Singhasari dan Majapahit. Relief ini berlanjut secara kronologis searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut.

Secara kronologis menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, Sumpah Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern. Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam, namun beberapa patung dan arca tampak tak terawat dan rusak akibat hujan serta cuaca tropis.

Museum Sejarah Nasional

[sunting | sunting sumber]

Di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah, terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang. Ruangan besar berlapis marmer ini terdapat 48 diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi total 51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimula dari sudut timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia; mulai masa pra sejarah, masa kemaharajaan kuno seperti Sriwijaya dan Majapahit, disusul masa penjajahan bangsa Eropa yang disusul perlawanan para pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Diorama berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20, pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi hingga masa Orde Baru pada masa pemerintahan Soeharto.

Ruang Kemerdekaan

[sunting | sunting sumber]
Ruang Kemerdekaan

Di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar dari pintu sisi utara dan selatan. Ruangan ini menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia. Diantaranya naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia berlapis emas dan bendera merah putih dan dinding yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.[1][8]

Di dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional ini digunakan sebagai ruang tenang untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi mengenang hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang berlapis emas. Pintu mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas dihiasi ukiran bunga Wijaya Kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga Teratai yang melambangkan kesucian. Pintu ini terletak pada dinding sisi barat tepat di tengah ruangan dan berlapis marmer hitam. Pintu ini dikenal dengan nama Gerbang Kemerdekaan yang secara mekanis akan membuka seraya memperdengarkan lagu "Padamu Negeri" diikuti kemudian oleh rekaman suara Soekarno tengah membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945.

Pada sisi selatan terdapat patung Garuda Pancasila sebagai lambang negara Indonesia terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Pada sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang paling suci dan dimuliakan Sang Saka Merah Putih, yang aslinya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh, bendera suci ini tidak dipamerkan. Sisi utara dinding marmer hitam ini menampilkan kepulauan Nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan

[sunting | sunting sumber]
Pelataran setinggi 115 meter tempat pengunjung dapat menikmati panorama Jakarta dari ketinggian
Seorang kakek tampak sedang menikmati panorama Jakarta dari balik kaca di Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan Monas, 1993.

Sebuah lift (elevator) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.

Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram,[1] akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas.[9] Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa. Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3 meter di bawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).

Sebanyak 28 kg dari 38 kg emas pada obor monas tersebut merupakan sumbangan dari Teuku Markam, seorang pengusaha Aceh yang pernah menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.[10]

Pandangan Jakarta Pusat dari puncak Monumen Nasional

Transportasi

[sunting | sunting sumber]

Monumen Nasional dapat diakses dengan transportasi umum berikut ini:


Di dalam kompleks Monumen Nasional terdapat kereta wisata untuk membawa pengunjung ke pintu masuk monumen. Kereta wisata ini diresmikan pada tanggal 9 Maret 2008 oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.[11] Kereta ini mengangkut penumpang dari Lapangan IRTI (Silang Monas Barat Daya) sampai ke mulut terowongan masuk area tugu, dengan tidak berhenti selain di tempat pemberhentian yang sudah disediakan. Kereta ini beroperasi dari pukul pukul 06.00 sampai dengan 16.00 WIB .setiap harinya dan penumpang tidak dipungut biaya.

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c Heuken (2008) p25
  2. ^ National monument Office, Jakarta (1996) pp. 3-9
  3. ^ Tinggi cawan dari halaman adalah 17 meter, lebar dasar monumen adalah 8 meter, serta lebar halaman cawan adalah 45 meter
  4. ^ National monument Office, Jakarta (1996) pp. 12-23
  5. ^ Jakarta Administration website
  6. ^ Monument Nasional brochure; Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Unit Pengelola Monumen Nasional
  7. ^ National monument Office, Jakarta (1996) pp. 28-29
  8. ^ National monument Office, Jakarta (1996) pp. 24-28
  9. ^ National monument Office, Jakarta (1996) p28
  10. ^ Teuku Markam
  11. ^ "Monumen Nasional (Monas)". www.djakarta.biz.id. Diakses tanggal 26 Maret 2023. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

6°10′31.45″S 106°49′37.61″E / 6.1754028°S 106.8271139°E / -6.1754028; 106.8271139