Kue putu: Perbedaan antara revisi
k +infobox, kue Tag: pranala ke halaman disambiguasi |
Reno-Sifana (bicara | kontrib) k Perbaikan Kosmetika |
||
(12 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Infobox prepared food |
{{Infobox prepared food |
||
| name = |
| name = |
||
| image = 22. Kué putu 1.jpg |
| image = 22. Kué putu 1.jpg |
||
| image_size = 250px |
| image_size = 250px |
||
Baris 6: | Baris 6: | ||
| alternate_name = Puthu |
| alternate_name = Puthu |
||
| country = {{flag|Indonesia}} |
| country = {{flag|Indonesia}} |
||
| region = [[Jawa]], [[Bali]], [[Sulawesi Selatan]], [[Filipina]] |
| region = [[Jawa]], [[Bali]], [[Sulawesi Selatan]], [[Filipina]] ([[puto (makanan)|puto]]) |
||
| creator = |
| creator = |
||
| course = [[Jajanan pasar]] |
| course = [[Jajanan pasar]] |
||
Baris 19: | Baris 19: | ||
[[Berkas:Puto in banana leaf.jpg|jmpl|Kue putu di [[daun pisang]]]] |
[[Berkas:Puto in banana leaf.jpg|jmpl|Kue putu di [[daun pisang]]]] |
||
[[Berkas:Putu Bugis ketan hitam.JPG|jmpl|ka|Putu bugis terbuat dari ketan hitam]] |
[[Berkas:Putu Bugis ketan hitam.JPG|jmpl|ka|Putu bugis terbuat dari ketan hitam]] |
||
'''Kue putu''' |
'''Kue putu''' adalah jenis kudapan tradisional [[Indonesia]] berupa [[kue]] dengan isian [[gula jawa]], dibalut dengan parutan [[kelapa]], dan [[tepung beras]] butiran kasar. Kue ini di kukus dengan diletakkan di dalam tabung [[bambu]] yang sedikit dipadatkan. Kue ini dijual pada saat matahari terbenam sampai larut malam. Suara khas ttuu.. [[uap]] yang keluar dari alat suitan ini sekaligus menjadi alat promosi bagi pedagang yang berjualan. |
||
Kue putu ini umumnya dihidangkan dalam warna putih dan hijau. Sedangkan dalam varian Putu [[Bugis]] (berasal dari [[Sulawesi Selatan]]), biasanya kue dibuat menggunakan bahan seperti beras ketan hitam tanpa gula sehingga menghasilkan warna kue putu yang gelap cenderung hitam. Putu Bugis biasanya dimakan dengan taburan parutan [[kelapa]] dan [[sambal]], serta hanya dijual pagi hari sebagai pengganti [[sarapan]] yang praktis. |
Kue putu ini umumnya dihidangkan dalam warna putih dan hijau. Sedangkan dalam varian Putu [[Bugis]] (berasal dari [[Sulawesi Selatan]]), biasanya kue dibuat menggunakan bahan seperti beras ketan hitam tanpa gula sehingga menghasilkan warna kue putu yang gelap cenderung hitam. Putu Bugis biasanya dimakan dengan taburan parutan [[kelapa]] dan [[sambal]], serta hanya dijual pagi hari sebagai pengganti [[sarapan]] yang praktis. |
||
Baris 26: | Baris 26: | ||
== Etimologi == |
== Etimologi == |
||
Secara [[etimologi]], istilah "putu" dalam [[bahasa Indonesia]] merupakan kata serapan dari {{lang-jv|ꦥꦸꦛꦸ|puthu}} yang berakar dari istilah kuno {{lang-jv|ꦥꦸꦛꦺꦴꦤ꧀|puthon}} yang berarti "bundar" atau "lingkaran", merujuk kepada bentuk rongga buluh bambu yang digunakan dalam proses pembuatan kue putu bambu. Dalam bahasa [[bahasa Indonesia|Indonesia]], [[bahasa Bali|Bali]], dan [[bahasa Tagalog|Tagalog]], varian kue putu bambu juga dikenali dengan istilah "putu bumbung", "puthu bumbung ( |
Secara [[etimologi]], istilah "putu" dalam [[bahasa Indonesia]] merupakan kata serapan dari {{lang-jv|ꦥꦸꦛꦸ|puthu}} yang berakar dari istilah kuno {{lang-jv|ꦥꦸꦛꦺꦴꦤ꧀|puthon}} yang berarti "bundar" atau "lingkaran", merujuk kepada bentuk rongga buluh bambu yang digunakan dalam proses pembuatan kue putu bambu. Dalam bahasa [[bahasa Indonesia|Indonesia]], [[bahasa Bali|Bali]], dan [[bahasa Tagalog|Tagalog]], varian kue putu bambu juga dikenali dengan istilah "putu bumbung", "puthu bumbung (ᬧᬸᬝᬸᬩᬸᬫ᭄ᬩᬸᬂ)", dan "puto bumbong (ᜉᜓᜆᜓ ᜊᜓᜋ᜔ᜊᜓᜅ᜔)" secara berurutan yang berakar dari isilah dalam {{lang-jv|ꦥꦸꦛꦸꦧꦸꦩ꧀ꦧꦸꦁ|puthu bumbung}} yang bermakna "kue isian ([[gula jawa]]) yang dibuat menggunakan [[buluh]]". |
||
Dalam [[orang Bali|masyarakat Bali]], "putu" (ᬧᬸᬢᬸ) merupakan nama keluarga non-bangsawan kasta [[sudra]] yang menunjukkan urutan silsilah pertama dalam keluarga inti. Kasta sudra dikenali sebagai kaum yang memiliki mata pencaharian dasar yang dapat berupa sebagai pedagang atau penjual makanan, diperkirakan istilah "kutu putu" juga berangkat dari perkataan ini, yang bermakna "kue yang dijual oleh [[Putu (nama)|Putu]]". |
Dalam [[orang Bali|masyarakat Bali]], "putu" (ᬧᬸᬢᬸ) merupakan nama keluarga non-bangsawan kasta [[sudra]] yang menunjukkan urutan silsilah pertama dalam keluarga inti. Kasta sudra dikenali sebagai kaum yang memiliki mata pencaharian dasar yang dapat berupa sebagai pedagang atau penjual makanan, diperkirakan istilah "kutu putu" juga berangkat dari perkataan ini, yang bermakna "kue yang dijual oleh [[Putu (nama)|Putu]]". |
||
== Sejarah == |
== Sejarah == |
||
Kue Putu kemungkinan merupakan kudapan yang berasal dari India yakni kue [[Puttu]] <ref>{{Cite web|title=Happy Kerala Piravi: Do you know how Malayali's favourite dish 'puttu' was born?|url=https://www.onmanorama.com/food/features/2023/10/31/kerala-piravi-puttu-favourite-malayali-dish.html|website=Onmanorama|access-date=2024-04-08}}</ref>. Persebarannya dipengaruhi oleh para pedagang atau pendatang dari India. Sebab di India kue ini tercatat pada abad 15, sedangkan di Nusantara baru ada pada pada abad 18 dan tercatat pada tahun 1814. |
|||
Nama penganan "puthu" telah tercantum dalam kitab [[Serat Centhini]] yang diterbitkan pada tahun 1814. Dalam kitab 'ensiklopedia' kebudayaan [[Jawa]] itu, di antaranya diceritakan perihal Jamal dan Jamil yang jajan membeli beberapa jenis makanan di Desa Wanamarta: ''[[serabi|srabi]]'', ''puthu'', ''[[jenang|jĕnang]]'', ''[[nasi rames|sĕga-ramĕs pindhang]]'' (pupuh 350:111).<ref>{{aut|Ranggasutrasna, R.Ng.}} ''dkk.'' (1814). ''Serat Suluk Tambangraras'' (Serat Centhini) [https://archive.org/details/seratcenthini/centhini05/page/n137/mode/2up Jil. '''V''': 138 (350:111)]</ref> Kemungkinan, aneka penganan ini memang telah biasa dijual di perdesaan Jawa sejak masa-masa sebelumnya, yakni abad ke XVIII. |
|||
<!-- info ini tidak cocok dgn sumber aslinya: |
|||
Dalam kejadian diambil sekitar [[1630-an|1630]] di Desa Wanamarta, Jawa Timur. Di dalam naskah tersebut kata ''puthu'' muncul saat Ki Bayi Panurta meminta santrinya menyediakan hidangan pagi. Dari hidangan tersebut terdapat puthu sebagai makanan pembuka atau camilan. Nama ini juga muncul dalam [[Serat Centhini]] sebagai salah satu kudapan yang ditulis pada 1814 di masa [[kerajaan Mataram]].--> |
|||
Penyebutan ''puthu'' juga muncul di peristiwa lain dengan lokasi serupa, Desa Wanamarta. Dituliskan pada bagian lain, Nyai Sumbaling dan Centhini menyuguhkan [[kudapan]] setelah shalat Subuh. Antara lain disebutkan [[teh]], dan [[kopi]], yang disertai berjenis-jenis makanan seperti [[gemblong]], ''lempeng'', [[kolak]] ketan, ''[[juadah|juwadah]]'', ''jĕnang'', ''ledre isèn'', ''[[kue carabikang|bikang]]'', ''puthu'', ''[[gulali|glali-sutra]]'', ''jĕnang-caca'', [[serabi]], ''[[ketupat|kupat]] mujid'', [[pisang]] kuning bakar, dan [[gepuk|dendeng gepuk]] bakar (pupuh 355:96-97).<ref>{{aut|Ranggasutrasna}} ''dkk.'' ''op. cit.'' [https://archive.org/details/seratcenthini/centhini05/page/n223/mode/2up Jil. '''V''': 224 (355:96-97)]</ref> |
|||
<!-- referensi tidak akurat: |
|||
ulen-ulen, [[dendeng]] balur, [[kupat]], balendrang, jenang grendul, [[Pisang raja sereh|pisang raja]] dan wedang bubuk.<ref>{{Cite web|date=2018-02-11|title=Merentang Sejarah Kue Tradisional Puthu|url=https://republika.co.id/share/p3zi6l328|website=Republika Online|language=id|access-date=2020-08-26}}</ref> --> |
|||
== Varian == |
== Varian == |
||
Baris 48: | Baris 42: | ||
# Putu Cangiri<ref name=":1" /> |
# Putu Cangiri<ref name=":1" /> |
||
# Putu Keju<ref name=":1" /> |
# Putu Keju<ref name=":1" /> |
||
== Lihat pula == |
|||
{{Portal|Food|Indonesia}} |
|||
* [[Kue]] |
|||
* [[Klepon]] |
|||
* [[Kue lapis]] |
|||
* [[Getuk]] |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
Baris 59: | Baris 60: | ||
{{kue}} |
{{kue}} |
||
[[Kategori:Hidangan Jawa]] |
|||
[[Kategori:Hidangan Bali]] |
|||
[[Kategori:Hidangan Bugis]] |
|||
[[Kategori:Hidangan Madura]] |
|||
[[Kategori:Kue Indonesia|Putu]] |
[[Kategori:Kue Indonesia|Putu]] |
||
[[Kategori:Jajanan]] |
[[Kategori:Jajanan]] |
||
[[Kategori:Makanan berbahan kelapa]] |
[[Kategori:Makanan berbahan kelapa]] |
||
[[Kategori:Makanan ringan Indonesia]] |
[[Kategori:Makanan ringan Indonesia]] |
||
{{makanan-indonesia-stub}} |
{{makanan-indonesia-stub}} |
Revisi terkini sejak 15 Oktober 2024 13.25
Kue putu | |
---|---|
Nama lain | Puthu |
Sajian | Jajanan pasar |
Tempat asal | Indonesia |
Daerah | Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, Filipina (puto) |
Suhu penyajian | Hangat |
Bahan utama | Tepung beras, gula jawa, kelapa parut |
Sunting kotak info • L • B | |
Kue putu adalah jenis kudapan tradisional Indonesia berupa kue dengan isian gula jawa, dibalut dengan parutan kelapa, dan tepung beras butiran kasar. Kue ini di kukus dengan diletakkan di dalam tabung bambu yang sedikit dipadatkan. Kue ini dijual pada saat matahari terbenam sampai larut malam. Suara khas ttuu.. uap yang keluar dari alat suitan ini sekaligus menjadi alat promosi bagi pedagang yang berjualan.
Kue putu ini umumnya dihidangkan dalam warna putih dan hijau. Sedangkan dalam varian Putu Bugis (berasal dari Sulawesi Selatan), biasanya kue dibuat menggunakan bahan seperti beras ketan hitam tanpa gula sehingga menghasilkan warna kue putu yang gelap cenderung hitam. Putu Bugis biasanya dimakan dengan taburan parutan kelapa dan sambal, serta hanya dijual pagi hari sebagai pengganti sarapan yang praktis.
Melalui diaspora Jawa dan Bugis, kue putu juga dipopulerkan ke negara lain oleh orang Jawa dan Bugis, seperti ke Singapura dan Malaysia.
Etimologi
[sunting | sunting sumber]Secara etimologi, istilah "putu" dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Jawa: ꦥꦸꦛꦸ, translit. puthu yang berakar dari istilah kuno bahasa Jawa: ꦥꦸꦛꦺꦴꦤ꧀, translit. puthon yang berarti "bundar" atau "lingkaran", merujuk kepada bentuk rongga buluh bambu yang digunakan dalam proses pembuatan kue putu bambu. Dalam bahasa Indonesia, Bali, dan Tagalog, varian kue putu bambu juga dikenali dengan istilah "putu bumbung", "puthu bumbung (ᬧᬸᬝᬸᬩᬸᬫ᭄ᬩᬸᬂ)", dan "puto bumbong (ᜉᜓᜆᜓ ᜊᜓᜋ᜔ᜊᜓᜅ᜔)" secara berurutan yang berakar dari isilah dalam bahasa Jawa: ꦥꦸꦛꦸꦧꦸꦩ꧀ꦧꦸꦁ, translit. puthu bumbung yang bermakna "kue isian (gula jawa) yang dibuat menggunakan buluh".
Dalam masyarakat Bali, "putu" (ᬧᬸᬢᬸ) merupakan nama keluarga non-bangsawan kasta sudra yang menunjukkan urutan silsilah pertama dalam keluarga inti. Kasta sudra dikenali sebagai kaum yang memiliki mata pencaharian dasar yang dapat berupa sebagai pedagang atau penjual makanan, diperkirakan istilah "kutu putu" juga berangkat dari perkataan ini, yang bermakna "kue yang dijual oleh Putu".
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Kue Putu kemungkinan merupakan kudapan yang berasal dari India yakni kue Puttu [1]. Persebarannya dipengaruhi oleh para pedagang atau pendatang dari India. Sebab di India kue ini tercatat pada abad 15, sedangkan di Nusantara baru ada pada pada abad 18 dan tercatat pada tahun 1814.
Varian
[sunting | sunting sumber]- Putu Ayu Gula Jawa[2]
- Putu Ayu Ketan Hitam[2]
- Putu Ayu Bihun [2]
- Putu Mayang[3]
- Putu Pesse[3]
- Putu Cangiri[3]
- Putu Keju[3]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Happy Kerala Piravi: Do you know how Malayali's favourite dish 'puttu' was born?". Onmanorama. Diakses tanggal 2024-04-08.
- ^ a b c mirai. "4 Resep Kue Putu Ayu Legendaris yang Lembut dan Enak – GOODMINDS.ID" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-26.
- ^ a b c d "Kue Putu Nggak Hanya Dikukus Dalam Bambu Saja, Ini 5 Lainnya -..." www.grid.id. Diakses tanggal 2020-08-26.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- "Kue Putu Bambu, Jajanan Jadul Masih Eksis di Jombang". Kabar Jombang. Diakses tanggal 10 Oktober 2020.
- Pinjungwati, Gayuh Tri. "Resep Kue Putu Bambu Gula Jawa". fimela.com. Diakses tanggal 10 Oktober 2020.
- Fridayani, Nine. Agmasari, Silvita, ed. "5 Kue Tradisional Indonesia Isi Gula Merah, Tak Hanya Klepon". Kompas.com. Diakses tanggal 10 Oktober 2020.