Lompat ke isi

Lambang Aceh: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ramcapacity (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Gibranalnn (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(10 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 20: Baris 20:
|image3_width =
|image3_width =
|image3_caption =
|image3_caption =
|armiger = Provinsi Aceh
|armiger = Provinsi Aceh (sebagai penerus resmi Provinsi Daerah Istimewa Aceh)
|year_adopted = 1961
|year_adopted = 1961<ref>{{Cite web|date=2013-04-05|title=Lambang Aceh “Pancacita” Karya Urang Gayo|url=https://lintasgayo.com/36809/lambang-aceh-pancacita-karya-urang-gayo.html|website=LINTAS GAYO|access-date=2023-05-11}}</ref>
|until =
|until =
|crest =
|crest =
Baris 39: Baris 39:
[[Berkas:Stamps of Indonesia, 065-08.jpg|jmpl|ka|Prangko lambang Aceh (2008)|200px]]
[[Berkas:Stamps of Indonesia, 065-08.jpg|jmpl|ka|Prangko lambang Aceh (2008)|200px]]


'''Lambang Aceh''' adalah lambang yang diadopsi pada tahun [[1961]] melalui [[Peraturan Daerah (Indonesia)|Peraturan Daerah]] No. 39 Tahun 1961 tentang [[Lambang]] [[Aceh|Daerah Istimewa Aceh]].<ref>{{Cite web|title=Peraturan Daerah No.39 tahun 1961 tentang Lambang Daerah Istimewa Aceh - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh|url=http://acehprov.sikn.go.id/index.php/peraturan-daerah-no-39-tahun-1961-tentang-lambang-daerah-istimewa-aceh|website=acehprov.sikn.go.id|access-date=2023-05-11}}</ref> Lambang ini memiliki semboyan Pancacita yang diambil dari [[bahasa Sanskerta]] yang berarti lima cita-cita, yaitu keadilan, kepahlawanan, kemakmuran, kerukunan, dan kesejahteraan. Lambang ini berbentuk [[perisai]] segi lima yang menyerupai [[kopiah]]. Dalam perisai tersebut terdapat [[dacing|dacin]], [[rencong]], [[padi]] dan [[kapas]] yang membetuk [[kubah]] masjid, [[lada]], cerobong pabrik, [[Buku|kitab]], dan [[Qalam|kalam]].
'''Lambang Aceh'''{{efn|juga disebut '''Lambang Pancacita'''<ref>{{Cite web|last=|first=|title=Lambang Pancacita|url=https://diskominfo.acehprov.go.id/halaman/lambang|website=diskominfo.acehprov.go.id|language=|access-date=2023-05-11}}</ref>}} adalah lambang yang diadopsi pada tahun [[1961]] melalui [[Qanun Aceh|Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh]] No. 39 Tahun 1961 tentang [[Daftar lambang provinsi di Indonesia|Lambang]] [[Aceh|Daerah Istimewa Aceh]].<ref>{{Cite web|title=Peraturan Daerah No.39 tahun 1961 tentang Lambang Daerah Istimewa Aceh - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh|url=http://acehprov.sikn.go.id/index.php/peraturan-daerah-no-39-tahun-1961-tentang-lambang-daerah-istimewa-aceh|website=acehprov.sikn.go.id|access-date=2023-05-11}}</ref> Lambang ini memiliki semboyan Pancacita yang diambil dari [[bahasa Sanskerta]] yang berarti lima cita-cita, yaitu keadilan, kepahlawanan, kemakmuran, kerukunan, dan kesejahteraan. Lambang ini berbentuk [[perisai]] segi lima yang menyerupai [[kopiah]]. Dalam perisai tersebut terdapat [[dacing|dacin]], [[rencong]], [[padi]] dan [[kapas]] yang membetuk [[kubah]] masjid, [[lada]], cerobong pabrik, [[Buku|kitab]], dan [[Qalam|kalam]].


Simbolisme [[Moto|semboyan]] Pancacita terdapat pada lambang ini. Keadilan dilambangkan dengan dacin; kepahlawanan dilambangkan dengan rencong; kemakmuran dilambangkan dengan padi, kapas, lada, dan cerobong pabrik; kerukunan dilambangkan dengan kubah masjid; dan kesejahteraan dilambangkan dengan kitab dan kalam.<ref name="Lambang Aceh">{{cite book|editor=Arief Mudzakir, BA & Sulistiono, S.S|title=Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap (RPUL)|origyear=2003|origmonth=Februari|url=http://www.anekailmu.com|accessyear=2008|accessmonth=Januari|edition=1|year=2003|month=Februari|publisher=Aneka Ilmu|location=Semarang|language=[[Bahasa Indonesia]]|pages=viii + 296|chapter=35}}</ref>
Simbolisme [[Moto|semboyan]] Pancacita terdapat pada lambang ini. Keadilan dilambangkan dengan dacin; kepahlawanan dilambangkan dengan rencong; kemakmuran dilambangkan dengan padi, kapas, lada, dan cerobong pabrik; kerukunan dilambangkan dengan kubah masjid; dan kesejahteraan dilambangkan dengan kitab dan kalam.<ref name="Lambang Aceh">{{cite book|editor=Arief Mudzakir, BA & Sulistiono, S.S|title=Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap (RPUL)|origyear=2003|origmonth=Februari|url=http://www.anekailmu.com|accessyear=2008|accessmonth=Januari|edition=1|year=2003|month=Februari|publisher=Aneka Ilmu|location=Semarang|language=[[Bahasa Indonesia]]|pages=viii + 296|chapter=35}}</ref>


Lambang ini dirancang oleh Chairul Bahri, seorang [[pelukis]] asal Aceh berdarah [[Suku Gayo|Gayo]].<ref>{{Cite web|date=8 April 2021|title=Chairul Bahri, Pelukis Berdarah Gayo Sosok Perancang Pancacita Lambang Pemerintah Aceh|url=https://serambiwiki.tribunnews.com/2021/04/08/chairul-bahri-pelukis-berdarah-gayo-sosok-perancang-pancacita-lambang-pemerintah-aceh|website=Serambi Wiki|access-date=19 Februari 2024}}</ref>
== Proposal lambang baru ==

== Usulan lambang baru ==
{{multiple image
{{multiple image
| align = left
| align = left
Baris 52: Baris 54:
| image2 = Aceh buraq and lion seal.jpg
| image2 = Aceh buraq and lion seal.jpg
| caption2 = Lambang
| caption2 = Lambang
| header = Lambang Aceh yang diproposalkan
| header = Simbol Provinsi Aceh yang diusulkan
| footer = Karena dianggap menggunakan lambang organisasi yang dilarang di Republik Indonesia, Qanun Aceh No. 3 Tahun 2013 ditolak oleh Kemendagri.
| footer = Karena dianggap menggunakan simbol organisasi yang dilarang di Republik Indonesia, Qanun Aceh No. 3 Tahun 2013 ditolak oleh Kemendagri.
}}
}}


Pada tanggal 25 Maret 2013, [[Pemerintah Aceh]] di bawah [[Daftar Gubernur Aceh|Gubernur]] [[Zaini Abdullah]] menetapkan bendera Bulan Bintang sebagai bendera Aceh, dan ''coat of arms'' Singa dan [[Burak]] memegang rencong, giwang, perisai, rangkaian bunga, padi, jangkar, [[Abjad Arab|huruf Arab]] ''ta'', kemudi, dan bulan bintang, dengan semboyan Hudep Beu Sare Mate Beu Sajan. Lambang ini dituangkan dalam [[Qanun Aceh]] No. 3 Tahun 2013, menggantikan [[Peraturan Daerah (Indonesia)|Peraturan Daerah]] No. 39 Tahun 1961 tentang Lambang Daerah Istimewa Aceh. yang menjadi dasar hukum lambang Pancacita. Bendera tersebut berasal dari [[Gerakan Aceh Merdeka]], dan diwujudkan semenjak digelar [[Kesepakatan Helsinki|MoU antara Republik Indonesia dan GAM]] di [[Helsinki]] tahun 2005, bahwa Aceh berhak menggunakan segala macam [[simbol]] yang digunakannya sebagai identitas daerah, termasuk bendera, lambang, dan himne, dan bukan simbol [[kedaulatan]].<ref>{{Cite news|title=Bendera GAM Resmi Berlaku di Aceh|url=https://www.kompas.com/|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2022-01-03}}</ref> Begitu qanun itu diundangkan, [[Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia]] (Kemendagri) meminta Pemerintah Aceh untuk mengevaluasi dalam masa tenggang 15 hari karena Pemerintah Aceh diwajibkan untuk merevisi lambang Aceh.<ref>{{Cite news|title=Qanun Dievaluasi, Kemendagri Imbau Warga Aceh Tidak Kibarkan Bendera|url=https://news.detik.com/berita/d-2209872/qanun-dievaluasi-kemendagri-imbau-warga-aceh-tidak-kibarkan-bendera|work=[[Detik.com|detikcom]]|language=id-ID|access-date=2022-01-03}}</ref>
Pada tanggal 25 Maret 2013, [[Pemerintah Aceh]] di bawah [[Daftar Gubernur Aceh|Gubernur]] [[Zaini Abdullah]] menetapkan bendera Bulan Bintang sebagai bendera Aceh, dan lambang Singa dan [[Burak]] memegang rencong, giwang, perisai, rangkaian bunga, padi, jangkar, [[Abjad Arab|huruf Arab]] ''ta'', kemudi, dan bulan bintang, dengan semboyan Hudep Beu Sare Mate Beu Sajan. Lambang ini dituangkan dalam [[Qanun Aceh]] No. 3 Tahun 2013, menggantikan [[Peraturan Daerah (Indonesia)|Peraturan Daerah]] No. 39 Tahun 1961 tentang Lambang Daerah Istimewa Aceh. yang menjadi dasar hukum lambang Pancacita. Bendera tersebut berasal dari [[Gerakan Aceh Merdeka]], dan diwujudkan semenjak digelar [[Kesepakatan Helsinki|Kesepahaman antara Republik Indonesia dengan GAM]] di [[Helsinki]] tahun 2005, bahwa Aceh berhak menggunakan segala macam [[simbol]] yang digunakannya sebagai identitas daerah, termasuk bendera, lambang, dan himne, dan bukan simbol [[kedaulatan]].<ref>{{Cite news|title=Bendera GAM Resmi Berlaku di Aceh|url=https://www.kompas.com/|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2022-01-03}}</ref> Begitu Qanun itu diundangkan, [[Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia]] (Kemendagri) meminta Pemerintah Aceh untuk mengevaluasi dalam masa tenggang 15 hari karena Pemerintah Aceh diwajibkan untuk merevisi lambang Aceh.<ref>{{Cite news|title=Qanun Dievaluasi, Kemendagri Imbau Warga Aceh Tidak Kibarkan Bendera|url=https://news.detik.com/berita/d-2209872/qanun-dievaluasi-kemendagri-imbau-warga-aceh-tidak-kibarkan-bendera|work=[[Detik.com|detikcom]]|language=id-ID|access-date=2022-01-03}}</ref>


Qanun Aceh ini ditolak pada 12 Mei 2016, karena dianggap menggunakan simbol-simbol [[Daftar organisasi terlarang di Indonesia|organisasi terlarang]] atau [[Separatisme|gerakan separatisme]] yang beroperasi di Republik Indonesia. Dalam Keputusan [[Daftar Menteri Dalam Negeri Indonesia|Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia]] 188.34-4791 Tahun 2016 tanggal 12 Mei 2016, lambang tersebut melanggar [[Peraturan Pemerintah (Indonesia)|Peraturan Pemerintah]] No. 77 Tahun 2007. Senator Aceh Ghazali Abbas Adan menyatakan bahwa "sampai hari kiamat pun tidak akan pernah diterima Pemerintah Pusat."<ref>{{Cite news|title=Qanun Bendera Dibatalkan 3 Tahun Lalu, Ghazali Abbas Adan Menyatakan Sampai Kiamat pun Ditolak|url=https://aceh.tribunnews.com/2019/08/02/qanun-bendera-dibatalkan-3-tahun-lalu-ghazali-abbas-adan-menyatakan-sampai-kiamat-pun-ditolak|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2022-01-03|last=bakri}}</ref>
Namun Qanun Aceh ini ditolak pada 12 Mei 2016, karena dianggap menggunakan simbol-simbol [[Daftar organisasi terlarang di Indonesia|organisasi terlarang]] atau [[Separatisme|gerakan separatisme]] yang beroperasi di Republik Indonesia. Dalam Keputusan [[Daftar Menteri Dalam Negeri Indonesia|Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia]] 188.34-4791 Tahun 2016 tanggal 12 Mei 2016, lambang tersebut melanggar [[Peraturan Pemerintah (Indonesia)|Peraturan Pemerintah]] No. 77 Tahun 2007. Senator Aceh Ghazali Abbas Adan menyatakan bahwa "sampai hari kiamat pun tidak akan pernah diterima Pemerintah Pusat."<ref>{{Cite news|title=Qanun Bendera Dibatalkan 3 Tahun Lalu, Ghazali Abbas Adan Menyatakan Sampai Kiamat pun Ditolak|url=https://aceh.tribunnews.com/2019/08/02/qanun-bendera-dibatalkan-3-tahun-lalu-ghazali-abbas-adan-menyatakan-sampai-kiamat-pun-ditolak|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2022-01-03|last=bakri}}</ref>


Namun, keabsahan Keputusan Mendagri tersebut dibantah oleh [[Dewan Perwakilan Rakyat Aceh]] (DPRA), menyatakan bahwa Pemerintah Aceh dan DPRA "tidak menerima salinan secara fisik dan administrasi" dari Kemendagri, dan menyatakan qanun tersebut "masih sah".<ref>{{Cite news|date=2019-08-07|title=Viral Kemendagri Batalkan Qanun Bendera dan Lambang Aceh, Ini Respon DPRA|url=https://www.suara.com/news/2019/08/07/110531/viral-kemendagri-batalkan-qanun-bendera-dan-lambang-aceh-ini-respon-dpra|work=Suara.com|language=id|access-date=2022-02-01|last=Iswinarno|first=Chandra}}</ref>
Terpisah dari lambang versi Qanun ini, Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) mengusulkan alternatif kedua untuk simbol daerah Aceh. Bendera versi mereka, adalah hijau dengan bulan bintang kuning dan pedang Aceh. Sementara lambang versi mereka, mereka mengusulkan [[merpati]], dacin, [[Pinto Aceh]], [[al-Qur'an]], rencong, padi, dan kapas. Bagi mereka, lambang yang diusulkan sudah cukup untuk memberi warna [[Islam]] pada identitas daerah.<ref>{{Cite news|title=Gugat Qanun, Ini Bendera dan Lambang Aceh Usulan YARA|url=https://aceh.tribunnews.com/2016/09/02/gugat-qanun-ini-bendera-dan-lambang-aceh-usulan-yara|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2022-01-03|last=Nur|first=Zainal Arifin M}}</ref>


== Catatan ==
Terpisah dari lambang versi qanun ini, Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) mengusulkan alternatif kedua dari lambang daerah Aceh. Bendera versi mereka, adalah hijau dengan bulan bintang kuning dan pedang Aceh. Sementara lambang versi mereka, mereka mengusulkan [[merpati]], dacin, pintu Aceh, [[al-Qur'an]], rencong, padi, dan kapas. Bagi mereka, lambang yang diproposalkan sudah cukup untuk memberi warna [[Islam]] pada identitas daerah.<ref>{{Cite news|title=Gugat Qanun, Ini Bendera dan Lambang Aceh Usulan YARA|url=https://aceh.tribunnews.com/2016/09/02/gugat-qanun-ini-bendera-dan-lambang-aceh-usulan-yara|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2022-01-03|last=Nur|first=Zainal Arifin M}}</ref>
{{notelist}}


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi terkini sejak 17 Juli 2024 10.24

Lambang Aceh
Detail
PemangkuProvinsi Aceh (sebagai penerus resmi Provinsi Daerah Istimewa Aceh)
Digunakan sejak1961
PerisaiDacin, rencong, padi, kapas, lada, cerobong asap, kitab, dan kalam
MottoPancacita
Prangko lambang Aceh (2008)

Lambang Aceh[a] adalah lambang yang diadopsi pada tahun 1961 melalui Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh No. 39 Tahun 1961 tentang Lambang Daerah Istimewa Aceh.[2] Lambang ini memiliki semboyan Pancacita yang diambil dari bahasa Sanskerta yang berarti lima cita-cita, yaitu keadilan, kepahlawanan, kemakmuran, kerukunan, dan kesejahteraan. Lambang ini berbentuk perisai segi lima yang menyerupai kopiah. Dalam perisai tersebut terdapat dacin, rencong, padi dan kapas yang membetuk kubah masjid, lada, cerobong pabrik, kitab, dan kalam.

Simbolisme semboyan Pancacita terdapat pada lambang ini. Keadilan dilambangkan dengan dacin; kepahlawanan dilambangkan dengan rencong; kemakmuran dilambangkan dengan padi, kapas, lada, dan cerobong pabrik; kerukunan dilambangkan dengan kubah masjid; dan kesejahteraan dilambangkan dengan kitab dan kalam.[3]

Lambang ini dirancang oleh Chairul Bahri, seorang pelukis asal Aceh berdarah Gayo.[4]

Usulan lambang baru

[sunting | sunting sumber]
Simbol Provinsi Aceh yang diusulkan
Bendera
Lambang
Karena dianggap menggunakan simbol organisasi yang dilarang di Republik Indonesia, Qanun Aceh No. 3 Tahun 2013 ditolak oleh Kemendagri.

Pada tanggal 25 Maret 2013, Pemerintah Aceh di bawah Gubernur Zaini Abdullah menetapkan bendera Bulan Bintang sebagai bendera Aceh, dan lambang Singa dan Burak memegang rencong, giwang, perisai, rangkaian bunga, padi, jangkar, huruf Arab ta, kemudi, dan bulan bintang, dengan semboyan Hudep Beu Sare Mate Beu Sajan. Lambang ini dituangkan dalam Qanun Aceh No. 3 Tahun 2013, menggantikan Peraturan Daerah No. 39 Tahun 1961 tentang Lambang Daerah Istimewa Aceh. yang menjadi dasar hukum lambang Pancacita. Bendera tersebut berasal dari Gerakan Aceh Merdeka, dan diwujudkan semenjak digelar Kesepahaman antara Republik Indonesia dengan GAM di Helsinki tahun 2005, bahwa Aceh berhak menggunakan segala macam simbol yang digunakannya sebagai identitas daerah, termasuk bendera, lambang, dan himne, dan bukan simbol kedaulatan.[5] Begitu Qanun itu diundangkan, Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri) meminta Pemerintah Aceh untuk mengevaluasi dalam masa tenggang 15 hari karena Pemerintah Aceh diwajibkan untuk merevisi lambang Aceh.[6]

Namun Qanun Aceh ini ditolak pada 12 Mei 2016, karena dianggap menggunakan simbol-simbol organisasi terlarang atau gerakan separatisme yang beroperasi di Republik Indonesia. Dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia 188.34-4791 Tahun 2016 tanggal 12 Mei 2016, lambang tersebut melanggar Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2007. Senator Aceh Ghazali Abbas Adan menyatakan bahwa "sampai hari kiamat pun tidak akan pernah diterima Pemerintah Pusat."[7]

Terpisah dari lambang versi Qanun ini, Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) mengusulkan alternatif kedua untuk simbol daerah Aceh. Bendera versi mereka, adalah hijau dengan bulan bintang kuning dan pedang Aceh. Sementara lambang versi mereka, mereka mengusulkan merpati, dacin, Pinto Aceh, al-Qur'an, rencong, padi, dan kapas. Bagi mereka, lambang yang diusulkan sudah cukup untuk memberi warna Islam pada identitas daerah.[8]

  1. ^ juga disebut Lambang Pancacita[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Lambang Pancacita". diskominfo.acehprov.go.id. Diakses tanggal 2023-05-11. 
  2. ^ "Peraturan Daerah No.39 tahun 1961 tentang Lambang Daerah Istimewa Aceh - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh". acehprov.sikn.go.id. Diakses tanggal 2023-05-11. 
  3. ^ Arief Mudzakir, BA & Sulistiono, S.S, ed. (2003) [2003]. "35". Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap (RPUL) (dalam bahasa Bahasa Indonesia) (edisi ke-1). Semarang: Aneka Ilmu. hlm. viii + 296. 
  4. ^ "Chairul Bahri, Pelukis Berdarah Gayo Sosok Perancang Pancacita Lambang Pemerintah Aceh". Serambi Wiki. 8 April 2021. Diakses tanggal 19 Februari 2024. 
  5. ^ "Bendera GAM Resmi Berlaku di Aceh". Kompas.com. Diakses tanggal 2022-01-03. 
  6. ^ "Qanun Dievaluasi, Kemendagri Imbau Warga Aceh Tidak Kibarkan Bendera". detikcom. Diakses tanggal 2022-01-03. 
  7. ^ bakri. "Qanun Bendera Dibatalkan 3 Tahun Lalu, Ghazali Abbas Adan Menyatakan Sampai Kiamat pun Ditolak". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2022-01-03. 
  8. ^ Nur, Zainal Arifin M. "Gugat Qanun, Ini Bendera dan Lambang Aceh Usulan YARA". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2022-01-03.