Sunan Drajat: Perbedaan antara revisi
Referensi tdk lengkap Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Berdasarkan catatan resmi Naqobah Ansab Internasional (Irak, India, dan Mesir) & Serat Panengen & Serat Walisana Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(20 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{pp-protected|reason=Penambahan isi halaman tanpa sumber|small=yes}} |
|||
{{Unreferenced|date=Juli 2022}} |
|||
{{Infobox religious biography |
{{Infobox religious biography |
||
| honorific-prefix = |
| honorific-prefix =As-Syekh |
||
| name = Sayyid Syarifuddin <br> ( Raden Qosim )<br>( Maulana Hasyim ) <br> Masakeh Mahmud <br>( menurut Serat Walisana ) <br> Pangeran Musakeh Muhammad <br>( menurut serat Panengen ) <br> ( Sunan Drajat ) |
|||
| name = Sunan Drajat |
|||
| image =Makam Sunan Drajat Lamongan.jpg |
| image =Makam Sunan Drajat Lamongan.jpg |
||
| alt = |
| alt = |
||
Baris 9: | Baris 9: | ||
| denomination = [[Sunni]] |
| denomination = [[Sunni]] |
||
| known_for = [[Wali Songo]] |
| known_for = [[Wali Songo]] |
||
| birth_name = |
| birth_name = Maulana Hasyim <br> |
||
(Syarifuddin |
( Syarifuddin ) |
||
| birth_date = 1470 |
| birth_date = 1470 |
||
| birth_place = [[Surabaya]], [[Majapahit]] |
| birth_place = [[Surabaya]], [[Majapahit]] |
||
Baris 20: | Baris 20: | ||
| spouse = |
| spouse = |
||
|predecessor=Maulana 'Aliyyuddin|successor=Raden Musa |
|predecessor=Maulana 'Aliyyuddin|successor=Raden Musa |
||
<br> ([[Sunan Pakuan]])}} |
<br> ([[Sunan Pakuan]])|othername=}} |
||
'''Sunan Drajat''' adalah salah satu [[sunan]] dari sembilan sunan [[Wali Songo]]. Nama kecilnya adalah Raden Hasyim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun [[1470]] Masehi. Beliau adalah putra dari [[Sunan Ampel]] yang terkenal karena kecerdasannya, dan ia merupakan saudara dari [[Sunan Bonang]] |
'''Sunan Drajat''' adalah salah satu [[sunan]] dari sembilan sunan [[Wali Songo]]. Nama kecilnya adalah Raden Hasyim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun [[1470]] Masehi. Beliau adalah putra dari [[Sunan Ampel]] yang terkenal karena kecerdasannya, dan ia merupakan saudara dari [[Sunan Bonang]]. |
||
Setelah menguasai ajaran [[Islam]], ia menyebarkan agama Islam di [[Drajat, Paciran, Lamongan|Desa Drajat]] sebagai [[tanah perdikan]] di [[Paciran, Lamongan|Kecamatan Paciran]]. Di sana ia mendirikan pesantren [[Dalem Duwur]]. Tempat ini diberikan oleh [[Kerajaan Demak]]. Ia diberi gelar Sunan Mayang Madu oleh [[Raden Patah]] pada tahun saka 1442/[[1520]] Masehi. |
Setelah menguasai ajaran [[Islam]], ia menyebarkan agama Islam di [[Drajat, Paciran, Lamongan|Desa Drajat]] sebagai [[tanah perdikan]] di [[Paciran, Lamongan|Kecamatan Paciran]]. Di sana ia mendirikan pesantren [[Dalem Duwur]]. Tempat ini diberikan oleh [[Kerajaan Demak]]. Ia diberi gelar Sunan Mayang Madu oleh [[Raden Patah]] pada tahun saka 1442/[[1520]] Masehi. |
||
Baris 35: | Baris 36: | ||
Sebagai penghargaan atas keberhasilannya menyebarkan agama Islam dan usahanya menanggulangi kemiskinan dengan menciptakan kehidupan yang makmur bagi warganya, ia memperoleh gelar Sunan Mayang Madu dari [[Raden Patah]] [[Sultan]] [[Kerajaan Demak|Demak]] pada tahun saka [[1442]] atau [[1520]] [[Masehi]]. |
Sebagai penghargaan atas keberhasilannya menyebarkan agama Islam dan usahanya menanggulangi kemiskinan dengan menciptakan kehidupan yang makmur bagi warganya, ia memperoleh gelar Sunan Mayang Madu dari [[Raden Patah]] [[Sultan]] [[Kerajaan Demak|Demak]] pada tahun saka [[1442]] atau [[1520]] [[Masehi]]. |
||
Sunan Drajat atau Raden Qasim merupakan saudara dari Sunan Bonang, yang juga merupakan keturunan ke-24 Rasulullah SAW. |
|||
Sunan Drajat bin Raden Rahmat bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin As-Samarqondi bin Sayyid Ahmad bin Sayyid Abdulloh bin Sayyid Yahya bin Sayyid Isa bin Sayyid Ali bin Sayyid Muhammad Al-Mahdi bin Sayyid Hasan Al-Askari bin Sayyid Ali an-Naqi bin Sayyid Muhammad At-Taqi bin Sayyid Ali Ar-Ridlo bin Sayyid Musa Al-Kadzim bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad SAW. |
|||
== Filosofi Sunan Drajat == |
== Filosofi Sunan Drajat == |
||
Baris 59: | Baris 56: | ||
{{walisongo}} |
{{walisongo}} |
||
[[Kategori:Wali Sanga]] |
[[Kategori:Wali Sanga]] |
||
Baris 66: | Baris 62: | ||
[[Kategori:Ulama Lamongan|Drajat]] |
[[Kategori:Ulama Lamongan|Drajat]] |
||
[[Kategori:Sunan|Drajat]] |
[[Kategori:Sunan|Drajat]] |
||
{{Indo-bio-stub}} |
Revisi terkini sejak 8 Mei 2024 12.35
As-Syekh Sayyid Syarifuddin ( Raden Qosim ) ( Maulana Hasyim ) Masakeh Mahmud ( menurut Serat Walisana ) Pangeran Musakeh Muhammad ( menurut serat Panengen ) ( Sunan Drajat ) | |
---|---|
Informasi pribadi | |
Lahir | Maulana Hasyim ( Syarifuddin ) 1470 |
Meninggal | 1533 Lamongan, masa Kesultanan Demak |
Agama | Islam |
Orang tua |
|
Denominasi | Sunni |
Dikenal sebagai | Wali Songo |
Pemimpin Muslim | |
Pendahulu | Maulana 'Aliyyuddin |
Penerus | Raden Musa
(Sunan Pakuan) |
Sunan Drajat adalah salah satu sunan dari sembilan sunan Wali Songo. Nama kecilnya adalah Raden Hasyim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi. Beliau adalah putra dari Sunan Ampel yang terkenal karena kecerdasannya, dan ia merupakan saudara dari Sunan Bonang.
Setelah menguasai ajaran Islam, ia menyebarkan agama Islam di Desa Drajat sebagai tanah perdikan di Kecamatan Paciran. Di sana ia mendirikan pesantren Dalem Duwur. Tempat ini diberikan oleh Kerajaan Demak. Ia diberi gelar Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah pada tahun saka 1442/1520 Masehi.
Makam Sunan Drajat dapat ditempuh dari Surabaya maupun Tuban lewat Jalan Raya Pos (Anyar-Panarukan), dari kota Lamongan dapat ditempuh 50 menit dengan kendaraan pribadi.
Sejarah singkat
Sunan Drajat bernama kecil Raden Syarifuddin atau Raden Qosim putra Sunan Ampel yang terkenal cerdas. Setelah pelajaran Islam dikuasai, ia mengambil tempat di Desa Drajat wilayah Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan sebagai pusat kegiatan dakwahnya sekitar abad XV dan XVI Masehi. Ia memegang kendali keprajaan di wilayah perdikan Drajat sebagai otonom kerajaan Demak selama 36 tahun
Ia sebagai Wali penyebar Islam yang terkenal berjiwa sosial, sangat memperhatikan nasib kaum fakir miskin. Ia terlebih dahulu mengusahakan kesejahteraan sosial baru memberikan pemahaman tentang ajaran Islam. Motivasi lebih ditekankan pada etos kerja keras, kedermawanan untuk mengentas kemiskinan dan menciptakan kemakmuran.
Usaha ke arah itu menjadi lebih mudah karena Sunan Drajat memperoleh kewenangan untuk mengatur wilayahnya yang mempunyai otonomi.
Sebagai penghargaan atas keberhasilannya menyebarkan agama Islam dan usahanya menanggulangi kemiskinan dengan menciptakan kehidupan yang makmur bagi warganya, ia memperoleh gelar Sunan Mayang Madu dari Raden Patah Sultan Demak pada tahun saka 1442 atau 1520 Masehi.
Filosofi Sunan Drajat
Filosofi Sunan Drajat dalam pengentasan kemiskinan kini terabadikan dalam sap tangga ke tujuh dari tataran komplek Makam Sunan Drajat. Secara lengkap makna filosofis ke tujuh saf tangga tersebut sebagai berikut:
- Memangun resep tyasing Sasoma (kita selalu membuat senang hati orang lain)
- Jroning suka kudu éling lan waspada (di dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)
- Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah (dalam perjalanan untuk mencapai cita - cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
- Mèpèr Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu)
- Heneng - Hening - Henung (dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita - cita luhur).
- Mulya guna Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan salat lima waktu)
- Mènèhana teken marang wong kang wuta, Mènèhana mangan marang wong kang luwé, Mènèhana busana marang wong kang wuda, Mènèhana ngiyup marang wong kang kodanan. (Berilah tongkat pd orang buta, berilah makan pd orang yg lapar, berilah pakaian pd orang yg telanjang, berilah tempat berteduh pada orang yg kehujanan) (Berilah ilmu agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masyarakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita)
Penghargaan
Dalam sejarahnya Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang Wali pencipta tembang Mocopat yakni Pangkur. Sisa - sisa gamelan Singo mengkok-nya Sunan Drajat kini tersimpan di Museum Daerah.
Untuk menghormati jasa - jasa Sunan Drajat sebagai seorang Wali penyebar agama Islam di wilayah Lamongan dan untuk melestarikan budaya serta benda-benda bersejarah peninggalannya Sunan Drajat, keluarga dan para sahabatnya yang berjasa pada penyiaran agama Islam, Pemerintah Kabupaten Lamongan mendirikan Museum Daerah Sunan Drajat disebelah timur Makam. Museum ini telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur tanggal 1 Maret 1992.
Upaya Bupati Lamongan R. Mohamad Faried, S.H. untuk menyelamatkan dan melestarikan warisan sejarah bangsa ini mendapat dukungan penuh Gubernur Jawa Timur dengan alokasi dana APBD I yaitu pada tahun 1992 dengan pemugaran Cungkup dan pembangunan Gapura Paduraksa senilai Rp.98 juta dan anggaran Rp.100 juta 202 ribu untuk pembangunan kembali Mesjid Sunan Drajat yang diresmikan oleh Menteri Penerangan RI tanggal 27 Juni 1993. Pada tahun 1993 sampai 1994 pembenahan dan pembangunan Situs Makam Sunan Drajat dilanjutkan dengan pembangunan pagar kayu berukir, renovasi paséban, balé ranté serta Cungkup Sitinggil dengan dana APBD I Jawa Timur sebesar RP. 131 juta yang diresmikan Gubernur Jawa Timur M. Basofi Sudirman tanggal 14 Januari 1994.