Lompat ke isi

Aksara Sunda: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Membatalkan 1 suntingan by 114.142.170.38 (bicara): Spam pranala(Tw)
Tag: Pembatalan
k Mengembalikan suntingan oleh 2400:9800:111:9BB0:1:0:87D5:C004 (bicara) ke revisi terakhir oleh Gibranalnn
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(61 revisi perantara oleh 34 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{redirect|Aksara Sunda}}
{{redirect|Aksara Sunda Baku|bentuk lain aksara Sunda|Aksara Sunda (disambiguasi)}}
{{Infobox Writing system
{{Infobox Writing system
|name=Aksara Sunda Baku
|name=Aksara Sunda
|type=[[Abugida]]
|type=[[Abugida]]
|time=sekitar abad ke-17 hingga sekarang
|time=sekitar abad ke-17 hingga sekarang
Baris 14: Baris 14:
|sample=Aksara Sunda dasar.svg
|sample=Aksara Sunda dasar.svg
|sample_desc= Huruf-huruf konsonan dasar dalam aksara Sunda. Huruf konsonan baru tidak dimasukkan.
|sample_desc= Huruf-huruf konsonan dasar dalam aksara Sunda. Huruf konsonan baru tidak dimasukkan.
|altname={{Sund|ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮊᮥ}}|caption=Huruf-huruf konsonan dasar dalam aksara Sunda. Huruf konsonan baru tidak dimasukkan.}}
|altname={{Sund|ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ}}|caption=Huruf-huruf konsonan dasar dalam aksara Sunda. Huruf konsonan baru tidak dimasukkan.}}
'''Aksara Sunda Baku''' ({{Sund|ᮃᮊ᮪ᮞᮛ  ᮞᮥᮔ᮪ᮓ  ᮘᮊᮥ}}) ialah [[sistem penulisan]] yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Sunda]] kontemporer, ia juga merupakan hasil penyesuaian [[Aksara Sunda Kuno]]. Saat ini Aksara Sunda Baku juga lazim disebut dengan sebutan '''Aksara Sunda'''.
'''Aksara Sunda Baku''' ({{Sund|ᮃᮊ᮪ᮞᮛ  ᮞᮥᮔ᮪ᮓ  ᮘᮊᮥ}}) adalah [[sistem penulisan]] yang digunakan untuk menuliskan [[Bahasa Sunda]] kontemporer, ia juga merupakan hasil penyesuaian [[Aksara Sunda Kuno]]. Saat ini Aksara Sunda Baku juga lazim disebut dengan sebutan '''Aksara Sunda'''.


== Sejarah ==
== Sejarah ==
{{Lihatpula|Aksara Sunda Kuno}}
{{Lihatpula|Aksara Sunda Kuno}}
[[Berkas:Aksara Sunda Kuno 02.jpg|jmpl|Perbandingan [[aksara Kawi]], aksara Sunda kuno, dan aksara Sunda baku]]
[[Berkas:Aksara Sunda Kuno 02.jpg|jmpl|Perbandingan [[aksara Kawi]], aksara Sunda kuno, dan aksara Sunda baku]]
Kecakapan masyarakat dalam tulis menulis di wilayah [[Sunda]] telah ketahui keberadaannya sejak sekitar abad ke-5 Masehi, pada masa [[Tarumanagara|Kerajaan Tarumanagara]]. Hal itu terungkap pada prasasti-prasasti yang sebagian besar di bicarakan oleh Kern (1917) dalam bukunya yang berjudul Versvreide Beschriften; Inschripties Van Den Indischen Archipel. <ref name=":1">{{Cite web|title=Asal Usul Aksara Sunda: Identitas Budaya di Abad Lampau yang Sempat Dilarang Penjajah|url=http://m.caping.co.id/news/detail/9416185|website=m.caping.co.id|language=en|access-date=2023-01-16|archive-date=2023-01-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230116084646/http://m.caping.co.id/news/detail/9416185|dead-url=no}}</ref>
Kecakapan masyarakat dalam tulis menulis di wilayah [[Sunda]] telah diketahui keberadaannya sejak sekitar abad ke-5 Masehi, pada masa [[Tarumanagara|Kerajaan Tarumanagara]]. Hal itu terungkap pada prasasti-prasasti yang sebagian besar dibicarakan oleh Kern (1917) dalam bukunya yang berjudul ''Versvreide Beschriften; Inschripties Van Den Indischen Archipel.'' <ref name=":1">{{Cite web|title=Asal Usul Aksara Sunda: Identitas Budaya di Abad Lampau yang Sempat Dilarang Penjajah|url=http://m.caping.co.id/news/detail/9416185|website=m.caping.co.id|language=en|access-date=2023-01-16|archive-date=2023-01-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230116084646/http://m.caping.co.id/news/detail/9416185|dead-url=no}}</ref>


Namun pada awal masa kolonial, masyarakat Sunda dipaksa oleh keadaan yaitu dengan meluasnya pengaruh Mataram islam kedalam wilayah Priangan (kecuali wilayah Cirebon dan Banten) dan kebijakan penguasa saat itu untuk meninggalkan penggunaan Aksara Sunda Kuno yang merupakan salah satu identitas budaya Sunda lewat kebijakan pemerintahan kolonial melalui surat resminya tertanggal 3 November 1705 yang mewajibkan penggunaan aksara latin, arab gundul (pegon) dan aksara jawa modifikasi (cacarakan) sebagai aksara resmi yang digunakan di wilayah Sunda dalam kegiatan surat menyurat.<ref name=":0">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-02-05|title=Aksara Sunda: Sejarah dan Jumlahnya Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/05/110000579/aksara-sunda--sejarah-dan-jumlahnya|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2022-12-04|archive-date=2022-12-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20221204163114/https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/05/110000579/aksara-sunda--sejarah-dan-jumlahnya|dead-url=no}}</ref> Keadaan yang berlangsung hingga masa kemerdekaan ini menyebabkan punahnya Aksara Sunda Kuno dalam tradisi tulis masyarakat Sunda.<ref name=":0" />
Namun pada awal masa kolonial, masyarakat Sunda dipaksa oleh keadaan yaitu dengan meluasnya pengaruh Mataram Islam ke dalam wilayah Priangan (kecuali wilayah Cirebon dan Banten) dan kebijakan penguasa saat itu untuk meninggalkan penggunaan Aksara Sunda Kuno yang merupakan salah satu identitas budaya Sunda lewat kebijakan pemerintahan kolonial melalui surat resminya tertanggal 3 November 1705 yang mewajibkan penggunaan aksara latin, arab gundul ([[Abjad Pegon|pegon]]) dan aksara jawa modifikasi ([[cacarakan]]) sebagai aksara resmi yang digunakan di wilayah Sunda dalam kegiatan surat menyurat.<ref name=":0">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-02-05|title=Aksara Sunda: Sejarah dan Jumlahnya Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/05/110000579/aksara-sunda--sejarah-dan-jumlahnya|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2022-12-04|archive-date=2022-12-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20221204163114/https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/05/110000579/aksara-sunda--sejarah-dan-jumlahnya|dead-url=no}}</ref> Keadaan yang berlangsung hingga masa kemerdekaan ini menyebabkan punahnya Aksara Sunda Kuno dalam tradisi tulis masyarakat Sunda.<ref name=":0" />


Pada akhir Abad XIX sampai pertengahan Abad XX, para peneliti berkebangsaan asing (misalnya K. F. Holle dan C. M. Pleyte) dan bumiputra (misalnya Atja dan E. S. Ekadjati) mulai meneliti keberadaan prasasti-prasasti dan naskah-naskah tua yang menggunakan Aksara Sunda Kuno. Berdasarkan atas penelitian-penelitian sebelumnya, pada akhir Abad XX mulai timbul kesadaran akan adanya sebuah Aksara Sunda yang merupakan identitas khas masyarakat Sunda.<ref name=":1" />
Pada akhir Abad ke-19 sampai pertengahan Abad ke-20, para peneliti berkebangsaan asing (misalnya K. F. Holle dan C. M. Pleyte) dan pribumi (misalnya Atja dan E. S. Ekadjati) mulai meneliti keberadaan prasasti-prasasti dan naskah-naskah tua yang menggunakan Aksara Sunda Kuno. Berdasarkan atas penelitian-penelitian sebelumnya, pada akhir Abad ke-20 mulai timbul kesadaran akan adanya sebuah Aksara Sunda yang merupakan identitas khas masyarakat Sunda.<ref name=":1" />


Oleh karena itu Pemerintah Daerah [[Provinsi Jawa Barat]] menetapkan Perda No. 6 tahun 1996 tentang Pelestarian, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Sunda yang kelak digantikan oleh Perda No. 5 tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah kemudian digantikan dengan Perda No. 14 Tahun 2014. <ref>{{cite web|url= http://jdih.jabarprov.go.id/page/info/produk/7140|title= Perda Provinsi Jawa Barat No. 14 Tahun 2014|accessdate= 16-01-2023|archive-date= 2021-11-27|archive-url= https://web.archive.org/web/20211127034403/https://jdih.jabarprov.go.id/page/info/produk/7140|dead-url= no}}</ref>
Oleh karena itu, Pemerintah Daerah [[Provinsi Jawa Barat]] menetapkan Perda No. 6 tahun 1996 tentang Pelestarian, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Sunda yang kelak digantikan oleh Perda No. 5 tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah kemudian digantikan dengan Perda No. 14 Tahun 2014.<ref>{{cite web|url= http://jdih.jabarprov.go.id/page/info/produk/7140|title= Perda Provinsi Jawa Barat No. 14 Tahun 2014|accessdate= 16-01-2023|archive-date= 2021-11-27|archive-url= https://web.archive.org/web/20211127034403/https://jdih.jabarprov.go.id/page/info/produk/7140|dead-url= no}}</ref>


Pada tanggal 21 Oktober 1997 diadakan Lokakarya Aksara Sunda di [[Universitas Padjadjaran#Kampus Jatinangor Sumedang|Kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor]] yang diselenggarakan atas kerja sama Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Kemudian hasil rumusan lokakarya tersebut dikaji oleh Tim Pengkajian Aksara Sunda. Dan akhirnya pada tanggal 16 Juni 1999 keluar Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 343/SK.614-Dis.PK/99 yang menetapkan bahwa hasil lokakarya serta pengkajian tim tersebut diputuskan sebagai Aksara Sunda Baku.
Pada tanggal 21 Oktober 1997, diadakan Lokakarya Aksara Sunda di [[Universitas Padjadjaran#Kampus Jatinangor Sumedang|Kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor]] yang diselenggarakan atas kerja sama Pemerintah Jawa Barat dengan Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran (sekarang [[Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran]]). Kemudian hasil rumusan lokakarya tersebut dikaji oleh Tim Pengkajian Aksara Sunda. Dan akhirnya pada tanggal 16 Juni 1999 keluar Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 343/SK.614-Dis.PK/99 yang menetapkan bahwa hasil lokakarya serta pengkajian tim tersebut diputuskan sebagai Aksara Sunda Baku.


== Penggunaan ==
== Penggunaan ==
Saat ini Aksara Sunda Baku mulai diperkenalkan kepada khalayak umum antara lain melalui beberapa acara kebudayaan daerah yang diselenggarakan di Bandung. Selain itu, Aksara Sunda Baku juga digunakan pada papan nama [[Museum Sri Baduga]], Kampus Yayasan Atikan Sunda dan Kantor Dinas Pariwisata Daerah Kota Bandung. Langkah lain juga diambil oleh Pemerintah Daerah [[Kota Tasikmalaya]] yang menggunakan Aksara Sunda Baku pada papan nama jalan-jalan utama di kota tersebut.Namun, setidaknya hingga akhir tahun 2008 Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat belum juga mewajibkan para siswa untuk mempelajari Aksara Sunda Baku sebagaimana para siswa tersebut diwajibkan untuk mempelajari bahasa Sunda. Langkah memperkenalkan aksara daerah mungkin akan dapat lebih mencapai sasaran jika Aksara Sunda Baku dipelajari bersamaan dengan bahasa Sunda. <ref>{{Cite web|last=online|first=inilah|date=2018-07-11|title=Disparbud Gairahkan Kembali Aksara Sunda|url=https://inilahonline.com/disparbud-gairahkan-kembali-aksara-sunda/|website=Inilah Online|language=id|access-date=2023-01-16|archive-date=2023-01-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230116131348/https://inilahonline.com/disparbud-gairahkan-kembali-aksara-sunda/|dead-url=no}}</ref>
Saat ini Aksara Sunda Baku mulai diperkenalkan kepada khalayak umum antara lain melalui beberapa acara kebudayaan daerah yang diselenggarakan di Bandung. Selain itu, Aksara Sunda Baku juga digunakan pada papan nama [[Museum Sri Baduga]], Kampus Yayasan Atikan Sunda dan Kantor Dinas Pariwisata Daerah Kota Bandung. Langkah lain juga diambil oleh Pemerintah Daerah [[Kota Tasikmalaya]] yang menggunakan Aksara Sunda Baku pada papan nama jalan-jalan utama di kota tersebut. Namun, setidaknya hingga akhir tahun 2008 Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat belum juga mewajibkan para siswa untuk mempelajari Aksara Sunda Baku sebagaimana para siswa tersebut diwajibkan untuk mempelajari bahasa Sunda. Langkah memperkenalkan aksara daerah mungkin akan dapat lebih mencapai sasaran jika Aksara Sunda Baku dipelajari bersamaan dengan bahasa Sunda.<ref>{{Cite web|last=online|first=inilah|date=2018-07-11|title=Disparbud Gairahkan Kembali Aksara Sunda|url=https://inilahonline.com/disparbud-gairahkan-kembali-aksara-sunda/|website=Inilah Online|language=id|access-date=2023-01-16|archive-date=2023-01-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230116131348/https://inilahonline.com/disparbud-gairahkan-kembali-aksara-sunda/|dead-url=no}}</ref>


Dinas Pendidikan Nasional [[Provinsi Lampung]] dan [[Provinsi Jawa Tengah]] telah jauh-jauh hari menyadari hal ini dengan mewajibkan para siswa Sekolah Dasar yang mempelajari bahasa daerah untuk juga mempelajari aksara daerah.<ref>{{Cite web|last=Hanan|first=Shofira|date=2017-02-24|title=Bahasa Sunda Punah Tahun 2026? - Pikiran-Rakyat.com|url=https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-01275058/semarangku|website=www.pikiran-rakyat.com|language=id|access-date=2023-01-16|archive-date=2023-01-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230116091925/https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-01275058/semarangku|dead-url=no}}</ref>
Dinas Pendidikan Nasional [[Lampung|Provinsi Lampung]] dan [[Jawa Tengah|Provinsi Jawa Tengah]] telah jauh-jauh hari menyadari hal ini dengan mewajibkan para siswa Sekolah Dasar yang mempelajari bahasa daerah untuk juga mempelajari aksara daerah.<ref>{{Cite web|last=Hanan|first=Shofira|date=2017-02-24|title=Bahasa Sunda Punah Tahun 2026? - Pikiran-Rakyat.com|url=https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-01275058/semarangku|website=www.pikiran-rakyat.com|language=id|access-date=2023-01-16|archive-date=2023-01-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230116091925/https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-01275058/semarangku|dead-url=no}}</ref>


Hampir seluruh papan nama jalan di [[Kota Bogor]] dan [[Kota Bandung]] juga menggunakan bahasa Sunda dengan aksara Sunda baku di bawah nama dalam bahasa Indonesia/alfabet Latin.<ref>{{Cite web|url=http://poskotanews.com/2012/11/13/nama-jalan-di-bogor-ditulis-dengan-aksara-sunda/|title=Nama Jalan di Bogor Ditulis Dengan Aksara Sunda|date=2012-11-13|website=Poskota News|language=en|access-date=2019-07-14|archive-date=2019-07-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20190714125949/http://poskotanews.com/2012/11/13/nama-jalan-di-bogor-ditulis-dengan-aksara-sunda/|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://jabar.tribunnews.com/2016/01/26/terkait-papan-nama-jalan-beraksara-sunda-dbmp-punya-dua-opsi|title=Terkait Papan Nama Jalan Beraksara Sunda, DBMP Punya Dua Opsi|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2019-07-14|last=dra|archive-date=2019-07-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20190714125953/https://jabar.tribunnews.com/2016/01/26/terkait-papan-nama-jalan-beraksara-sunda-dbmp-punya-dua-opsi|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://jabar.tribunnews.com/2016/01/26/sukarno-jadi-soekaarano-satu-contoh-salah-papan-nama-jalan-beraksara-sunda|title=Sukarno Jadi Soekaarano, Satu Contoh Salah Papan Nama Jalan Beraksara Sunda|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2019-07-14|last=Abdussalam|first=Muhamad Syarif|archive-date=2019-07-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20190714125948/https://jabar.tribunnews.com/2016/01/26/sukarno-jadi-soekaarano-satu-contoh-salah-papan-nama-jalan-beraksara-sunda|dead-url=no}}</ref>
Hampir seluruh papan nama jalan di [[Kota Bogor]] dan [[Kota Bandung]] juga menggunakan bahasa Sunda dengan aksara Sunda baku di bawah nama dalam bahasa Indonesia/alfabet Latin.<ref>{{Cite web|url=http://poskotanews.com/2012/11/13/nama-jalan-di-bogor-ditulis-dengan-aksara-sunda/|title=Nama Jalan di Bogor Ditulis Dengan Aksara Sunda|date=2012-11-13|website=Poskota News|language=en|access-date=2019-07-14|archive-date=2019-07-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20190714125949/http://poskotanews.com/2012/11/13/nama-jalan-di-bogor-ditulis-dengan-aksara-sunda/|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://jabar.tribunnews.com/2016/01/26/terkait-papan-nama-jalan-beraksara-sunda-dbmp-punya-dua-opsi|title=Terkait Papan Nama Jalan Beraksara Sunda, DBMP Punya Dua Opsi|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2019-07-14|last=dra|archive-date=2019-07-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20190714125953/https://jabar.tribunnews.com/2016/01/26/terkait-papan-nama-jalan-beraksara-sunda-dbmp-punya-dua-opsi|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://jabar.tribunnews.com/2016/01/26/sukarno-jadi-soekaarano-satu-contoh-salah-papan-nama-jalan-beraksara-sunda|title=Sukarno Jadi Soekaarano, Satu Contoh Salah Papan Nama Jalan Beraksara Sunda|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2019-07-14|last=Abdussalam|first=Muhamad Syarif|archive-date=2019-07-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20190714125948/https://jabar.tribunnews.com/2016/01/26/sukarno-jadi-soekaarano-satu-contoh-salah-papan-nama-jalan-beraksara-sunda|dead-url=no}}</ref>


Namun pada prakteknya diperlukan koordinasi dengan pihak terkait dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, akademisi, serta penggiat budaya Sunda dalam pengaplikasian aksara Sunda dalam lingkup sosial, dikarenakan banyaknya kesalahan dalam penulisan aksara Sunda itu sendiri, seperti yang baru-baru ini terjadi di Sukabumi yaitu penulisan aksara Sunda baku di depan Balai Kota Sukabumi yang menurut penggiat seni dan budaya Sukabumi terjadi kesalahan penulisan yang membuat artinya pun berbeda dari seharusnya "Balai Kota Sukabumi" menjadi "Nyala Kata Sukanyama".<ref>{{Cite web|date=2022-11-13|title=Sempat Jadi Sorotan, Tulisan Aksara Sunda Baku di Balai Kota Sukabumi Akhirnya Dicopot dan Diperbaiki|url=https://jabar.suara.com/read/2022/11/13/155807/sempat-jadi-sorotan-tulisan-aksara-sunda-baku-di-balai-kota-sukabumi-akhirnya-dicopot-dan-diperbaiki|website=suara.com|language=id|access-date=2022-12-04|archive-date=2022-12-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20221204163110/https://jabar.suara.com/read/2022/11/13/155807/sempat-jadi-sorotan-tulisan-aksara-sunda-baku-di-balai-kota-sukabumi-akhirnya-dicopot-dan-diperbaiki|dead-url=no}}</ref>
Namun pada prakteknya diperlukan koordinasi dengan pihak terkait, dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, akademisi, serta penggiat budaya Sunda dalam pengaplikasian aksara Sunda dalam lingkup sosial, dikarenakan banyaknya kesalahan dalam penulisan aksara Sunda itu sendiri, seperti yang pernah terjadi di Sukabumi. Yaitu penulisan aksara Sunda baku di depan Balai Kota Sukabumi, yang menurut penggiat seni dan budaya Sunda dari Sukabumi terjadi kesalahan penulisan yang membuat artinya pun berbeda dari seharusnya "Balai Kota Sukabumi" menjadi "Nyala Kata Sukanyama".<ref>{{Cite web|date=2022-11-13|title=Sempat Jadi Sorotan, Tulisan Aksara Sunda Baku di Balai Kota Sukabumi Akhirnya Dicopot dan Diperbaiki|url=https://jabar.suara.com/read/2022/11/13/155807/sempat-jadi-sorotan-tulisan-aksara-sunda-baku-di-balai-kota-sukabumi-akhirnya-dicopot-dan-diperbaiki|website=suara.com|language=id|access-date=2022-12-04|archive-date=2022-12-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20221204163110/https://jabar.suara.com/read/2022/11/13/155807/sempat-jadi-sorotan-tulisan-aksara-sunda-baku-di-balai-kota-sukabumi-akhirnya-dicopot-dan-diperbaiki|dead-url=no}}</ref>


Penggunaan, Pemeliharaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra dan Aksara Sunda di Kota Bandung diperkuat dengan keluarnya Perda No. 9 Tahun 2012.<ref>{{Cite web|title=PERDA Kota Bandung No. 9 Tahun 2012 tentang Penggunaan, Pemeliharaan Dan Pengembangan Bahasa, Sastradan Aksara Sunda [JDIH BPK RI]|url=https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/202983/perda-|website=peraturan.bpk.go.id|access-date=2023-01-16|archive-date=2023-01-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230116152235/https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/202983/perda-|dead-url=no}}</ref>
Penggunaan, Pemeliharaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra dan Aksara Sunda di Kota Bandung diperkuat dengan keluarnya Perda No. 9 Tahun 2012.<ref>{{Cite web|title=PERDA Kota Bandung No. 9 Tahun 2012 tentang Penggunaan, Pemeliharaan Dan Pengembangan Bahasa, Sastradan Aksara Sunda [JDIH BPK RI]|url=https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/202983/perda-|website=peraturan.bpk.go.id|access-date=2023-01-16|archive-date=2023-01-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230116152235/https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/202983/perda-|dead-url=no}}</ref>


== Tipologi ==
== Tipologi ==
Aksara Sunda Baku terdiri dari 32 aksara dasar, yaitu 7 ''aksara swara'' (aksara vokal mandiri): ''a, é, i, o, u, e,'' dan ''eu'', dan 23 ''aksara ngalagena'' (konsonan berbunyi a): ''ka-ga-nga'', ''ca-ja-nya'', ''ta-da-na'', ''pa-ba-ma'', ''ya-ra-la'', ''wa-sa-ha'', ''fa-va-qa-xa-za''.
Aksara Sunda Baku terdiri dari 32 aksara dasar, yaitu 7 ''aksara swara'' (aksara vokal mandiri): ''a, é, i, o, u, e,'' dan ''eu'', dan 23 ''aksara ngalagena'' (konsonan berbunyi a): ''ka-ga-nga'', ''ca-ja-nya'', ''ta-da-na'', ''pa-ba-ma'', ''ya-ra-la'', dan ''wa-sa-ha''


Lima aksara ''ngalagena'' tambahan dimunculkan untuk merekam perkembangan bahasa Sunda, termasuk penyerapan kata-kata dari bahasa asing. Walaupun demikian, bentukan aksara tambahan ini bukan merupakan kreasi baru, melainkan dihasilkan melalui proses modifikasi dari aksara yang telah ada sebelumnya. Sebagai contoh: aksara ''"fa"'' dan "''va''" merupakan modifikasi dari aksara ''pa'', kemudian aksara "''qa"'' dan "''xa"'' merupakan modifikasi dari aksara ''ka'', dan aksara "''za"'' merupakan modifikasi dari aksara ''ja''.
Lima aksara ''ngalagena'' tambahan dimunculkan untuk merekam perkembangan bahasa Sunda, termasuk penyerapan kata-kata dari bahasa asing. Walaupun demikian, bentukan aksara tambahan ini bukan merupakan kreasi baru, melainkan dihasilkan melalui proses modifikasi dari aksara yang telah ada sebelumnya. Sebagai contoh: aksara ''"fa"'' dan "''va''" merupakan modifikasi dari aksara ''pa'', kemudian aksara "''qa"'' dan "''xa"'' merupakan modifikasi dari aksara ''ka'', dan aksara "''za"'' merupakan modifikasi dari aksara ''ja''.


Selain itu terdapat pula 2 (dua) aksara tambahan yakni "''kha"'' dan ''"sya",'' yang digunakan untuk menulis ⟨خ⟩ dan ⟨ش⟩ kata serapan dari Arab.
Selain itu terdapat pula 2 (dua) aksara tambahan yakni "''kha"'' dan ''"sya",'' yang digunakan untuk menulis ⟨خ⟩ dan ⟨ش⟩ yang berasal dari abjad Arab.


Ada pula ''rarangkén'' yang fungsinya untuk mengubah, menghilangkan, atau menambah bunyi pada aksara dasar. Tiga belas ''rarangkén'' menurut posisinya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu: (1) lima ''rarangkén'' di atas huruf, (2) tiga ''rarangkén'' di bawah huruf, dan (3) lima ''rarangkén'' sejajar dengan huruf. Untuk menuliskan angka, aksara ini memiliki 10 angka dasar (dari 0 sampai 9).
Ada pula ''rarangkén'' yang fungsinya untuk mengubah, menghilangkan, atau menambah bunyi pada aksara dasar. Tiga belas ''rarangkén'' menurut posisinya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu: (1) lima ''rarangkén'' di atas huruf, (2) tiga ''rarangkén'' di bawah huruf, dan (3) lima ''rarangkén'' sejajar dengan huruf. Untuk menuliskan angka, aksara ini memiliki 10 angka dasar (dari 0 sampai 9).
Baris 52: Baris 52:
Dilihat dari tampilan, huruf ''ngalagena'' termasuk ''rarangkén'' memiliki sudut 45°–75°. Umumnya, rasio dimensi huruf (tinggi:lebar) adalah 4:4, kecuali untuk huruf ''ngalagena'' ''ra'' (4:3), ''ba'' dan ''nya'' (4:6), dan ''aksara swara'' ''i'' (4:3). ''Rarangkén'' memiliki rasio dimensi 2:2, kecuali untuk ''panyecek'' (1:1), ''panglayar'' (4:2), ''panyakra'' (2:4), ''pamaéh'' (4:2) dan ''pamingkal'' (2:4 sisi bawah, 3:2 sisi kanan). Angka memiliki rasio dimensi 4:4, kecuali untuk angka ''4'' dan ''5'' (4:3).
Dilihat dari tampilan, huruf ''ngalagena'' termasuk ''rarangkén'' memiliki sudut 45°–75°. Umumnya, rasio dimensi huruf (tinggi:lebar) adalah 4:4, kecuali untuk huruf ''ngalagena'' ''ra'' (4:3), ''ba'' dan ''nya'' (4:6), dan ''aksara swara'' ''i'' (4:3). ''Rarangkén'' memiliki rasio dimensi 2:2, kecuali untuk ''panyecek'' (1:1), ''panglayar'' (4:2), ''panyakra'' (2:4), ''pamaéh'' (4:2) dan ''pamingkal'' (2:4 sisi bawah, 3:2 sisi kanan). Angka memiliki rasio dimensi 4:4, kecuali untuk angka ''4'' dan ''5'' (4:3).


=== ''Aksara Swara'' ===
=== Aksara Swara ===
[[Berkas:Sundanese-vocals.svg|jmpl|399x399px|Representasi grafis]]
[[Berkas:Sundanese-vocals.svg|jmpl|399x399px|Representasi grafis]]
{| class="wikitable" style="text-align:center" border="1"
{| class="wikitable" style="text-align:center" border="1"
| {{Sund|ᮃ}} = a|| {{Sund|ᮆ}} = é || {{Sund|ᮄ}} = i || {{Sund|ᮇ}} = o
| {{Sund|ᮃ}} = a|| {{Sund|ᮆ}} = é || {{Sund|ᮄ}} = i || {{Sund|ᮇ}} = o
|-
|-
| {{Sund|ᮅ}} = u || {{Sund|ᮈ}} = e || {{Sund|ᮉ}} = eu || {{Sund|ᮻ}} = reu || {{Sund|ᮼ}} = leu
| {{Sund|ᮅ}} = u || {{Sund|ᮈ}} = e || {{Sund|ᮉ}} = eu || {{Sund|ᮻ}} = re pepet || {{Sund|ᮼ}} = le pepet
|}
|}


=== ''Aksara Ngalagena'' ===
=== Aksara Ngalagena ===
[[Berkas:Sundanese-consonants.svg|jmpl|341x341px|Representasi grafis]]
[[Berkas:Sundanese-consonants.svg|jmpl|341x341px|Representasi grafis]]


Baris 142: Baris 142:
|}
|}


=== ''Rarangkén'' ===
=== Rarangkén ===


Berdasarkan letak penulisannya, 13 ''Rarangkén'' dikelompokkan sebagai berikut:
Berdasarkan letak penulisannya, 15 ''Rarangkén'' dikelompokkan sebagai berikut:


* ''Rarangkén'' di atas huruf = 5 macam
* ''Rarangkén'' di atas huruf = 5 macam
* ''Rarangkén'' di bawah huruf = 3 macam
* ''Rarangkén'' di bawah huruf = 5 macam
* ''Rarangkén'' sejajar huruf = 5 macam
* ''Rarangkén'' sejajar huruf = 6 macam
<!---------------------------------------
<!---------------------------------------


Baris 162: Baris 162:
Contoh: {{Sund|ᮊᮤ}} (ki)
Contoh: {{Sund|ᮊᮤ}} (ki)
|-
|-
| [[Berkas:Sundanese sign pamepet.png|50px|link=]] || ''pamepet'', membuat vokal aksara ''Ngalagena'' dari {{IPA|[a]}} menjadi {{IPA|[ə]}}.
| [[Berkas:Sundanese sign pamepet.png|50px|link=]] || ''pamepet'', membuat vokal aksara ''Ngalagena'' dari {{IPA|[a]}} menjadi {{IPA|[ə]}}.
Contoh: {{Sund|ᮊᮨ}} (ke)
Contoh: {{Sund|ᮊᮨ}} (ke)
|-
|-
| [[Berkas:Sundanese sign paneuleung.png|50px|link=]] || ''paneuleung'', membuat vokal aksara ''Ngalagena'' dari {{IPA|[a]}} menjadi {{IPA|[ɨ]}}.
| [[Berkas:Sundanese sign paneuleung.png|50px|link=]] || ''paneuleung'', membuat vokal aksara ''Ngalagena'' dari {{IPA|[a]}} menjadi {{IPA|[ɨ]}}.
Contoh: {{Sund|ᮊᮩ}} (keu)
Contoh: {{Sund|ᮊᮩ}} (keu)
|-
|-
| [[Berkas:Sundanese sign panglayar.png|50px|link=]] || ''panglayar'', menambah konsonan {{IPA|[r]}} pada akhir suku kata.
| [[Berkas:Sundanese sign panglayar.png|50px|link=]] || ''panglayar'', menambah konsonan {{IPA|[r]}} pada akhir suku kata.
Contoh: {{Sund|ᮊᮁ}} (kar)
Contoh: {{Sund|ᮊᮁ}} (kar)
|-
|-
| [[Berkas:Sundanese sign panyecek.png|50px|link=]] || ''panyecek'', menambah konsonan {{IPA|[ŋ]}} pada akhir suku kata.
| [[Berkas:Sundanese sign panyecek.png|50px|link=]] || ''panyecek'', menambah konsonan {{IPA|[ŋ]}} pada akhir suku kata.
Contoh: {{Sund|ᮊᮀ}} (kang)
Contoh: {{Sund|ᮊᮀ}} (kang)
|}
|}
Baris 184: Baris 184:
{| class="wikitable" border="1"
{| class="wikitable" border="1"
| [[Berkas:Sundanese sign panyuku.png|50px|link=]] || ''panyuku'', membuat vokal aksara ''Ngalagena'' dari {{IPA|[a]}} menjadi {{IPA|[u]}}.
| [[Berkas:Sundanese sign panyuku.png|50px|link=]] || ''panyuku'', membuat vokal aksara ''Ngalagena'' dari {{IPA|[a]}} menjadi {{IPA|[u]}}.
Contoh: {{Sund|ᮊᮣ}} (ku)
Contoh: {{Sund|ᮊᮥ}} (ku)
|-
|-
| [[Berkas:Sundanese sign panyakra.png|50px|link=]] || ''panyakra'', menambah konsonan {{IPA|[r]}} di tengah suku kata.
| [[Berkas:Sundanese sign panyakra.png|50px|link=]] || ''panyakra'', menambah konsonan {{IPA|[r]}} di tengah suku kata.
Contoh: {{Sund|ᮊᮢ}} (kra)
Contoh: {{Sund|ᮊᮢ}} (kra)
|-
|-
| [[Berkas:Sundanese sign panyiku.png|50px|link=]] || ''panyiku'', menambah konsonan {{IPA|[l]}} di akhir suku kata.
| [[Berkas:Sundanese sign panyiku.png|50px|link=]] || ''panyiku'', menambah konsonan {{IPA|[l]}} di akhir suku kata.
Contoh: {{Sund|ᮊᮣ}} (kla)
Contoh: {{Sund|ᮊᮣ}} (kla)
|-
|-
Baris 207: Baris 207:
----------------------------------------------------------------------------------------------->
----------------------------------------------------------------------------------------------->
{| class="wikitable" border="1"
{| class="wikitable" border="1"
| [[Berkas:Sundanese sign paneleng.png|50px|link=]] || ''panéléng'', membuat vokal aksara ''Ngalagena'' dari {{IPA|[a]}} menjadi {{IPA|[ɛ]}}.
| [[Berkas:Sundanese sign paneleng.png|50px|link=]] || ''panéléng'', membuat vokal aksara ''Ngalagena'' dari {{IPA|[a]}} menjadi {{IPA|[ɛ]}}.
Contoh: {{Sund|ᮊᮦ}} (ké)
Contoh: {{Sund|ᮊᮦ}} (ké)
|-
|-
| [[Berkas:Sundanese sign panolong.png|50px|link=]] || ''panolong'', membuat vokal aksara ''Ngalagena'' dari {{IPA|[a]}} menjadi {{IPA|[ɔ]}}.
| [[Berkas:Sundanese sign panolong.png|50px|link=]] || ''panolong'', membuat vokal aksara ''Ngalagena'' dari {{IPA|[a]}} menjadi {{IPA|[ɔ]}}.
Contoh: {{Sund|ᮊᮧ}} (ko)
Contoh: {{Sund|ᮊᮧ}} (ko)
|-
|-
| [[Berkas:Sundanese sign pamingkal.png|50px|link=]] || ''pamingkal'', menambah konsonan {{IPA|[j]}} di tengah suku kata.
| [[Berkas:Sundanese sign pamingkal.png|50px|link=]] || ''pamingkal'', menambah konsonan {{IPA|[j]}} di tengah suku kata.
Contoh: {{Sund|ᮊᮡ}} (kya)
Contoh: {{Sund|ᮊᮡ}} (kya)
|-
|-
| [[Berkas:Sundanese sign pangwisad.png|50px|link=]] || ''pangwisad'', menambah konsonan {{IPA|[h]}} di akhir suku kata.
| [[Berkas:Sundanese sign pangwisad.png|50px|link=]] || ''pangwisad'', menambah konsonan {{IPA|[h]}} di akhir suku kata.
Contoh: {{Sund|ᮊᮂ}} (kah)
Contoh: {{Sund|ᮊᮂ}} (kah)
|-
|-
| [[Berkas:Sundanese sign pamaeh.png|50px|link=]] || ''patén'' atau ''pamaéh'', meniadakan vokal pada suku kata.
| [[Berkas:Sundanese sign pamaeh.png|50px|link=]] || ''patén'' atau ''pamaéh'', meniadakan vokal pada suku kata.
Contoh: {{Sund|ᮊ᮪}} (k)
Contoh: {{Sund|ᮊ᮪}} (k)
|-
| <span style="font-size:2em;font-family:'Sundanese Unicode';">᮰ᮺ</span> || ''avagraha'', memisahkan bunyi vokal dari konsonan di akhir suku kata.
Contoh: {{Sund|ᮊᮺ}} (k'a)
|}
|}


=== Angka Sunda ===
=== Angka Sunda ===
{{Artikel Utama|Angka Sunda}}
{{Main|Angka Sunda}}
{| class="wikitable"
{| class="wikitable"
|+
|+
Baris 272: Baris 275:
|}
|}
Dalam teks, angka diapit oleh dua tanda pipa | ... |.
Dalam teks, angka diapit oleh dua tanda pipa | ... |.
* Contoh angka tahun sekarang: '''|᮲᮰᮲᮴|''' = 2024

* Contoh tanggal Indonesia merdeka: '''|᮱᮷-᮰᮸-᮱᮹᮴᮵|''' = 17-08-1945
Contoh: '''|[[Berkas:Sundanese digit 2.png|30px|link=]][[Berkas:Sundanese digit 0.png|30px|link=]][[Berkas:Sundanese digit 2.png|30px|link=]][[Berkas:Sundanese digit 2.png|30px|link=]]|''' = 2022


=== Tanda baca ===
=== Tanda baca ===


Pada masa sekarang tanda baca aksara Sunda menggunakan tanda baca Latin. Contohnya: koma ( , ), titik ( . ), titik koma ( ; ), titik dua ( : ), tanda seru ( ! ), tanda tanya ( ? ), tanda kutip ( " ), tanda kurung ( (…) ), tanda kurung siku ( […] ), dsb. Walau begitu, dulunya Aksara Sunda Kuno memiliki tanda bacanya sendiri.
Pada masa sekarang, tanda baca aksara Sunda menggunakan tanda baca Latin. Contohnya: koma ( , ), titik ( . ), titik koma ( ; ), titik dua ( : ), tanda seru ( ! ), tanda tanya ( ? ), tanda kutip ( " ), tanda kurung ( (…) ), tanda kurung siku ( […] ), dsb. Walau begitu, dulunya Aksara Sunda Kuno memiliki tanda bacanya sendiri.


* ''Bindu Surya'' 〈{{Sund|᳀}}〉 yang menggambarkan matahari digunakan pada 〈{{Sund|᳆᳀᳆}}〉, untuk menandakan naskah tersebut bernilai religius.
* ''Bindu Surya'' 〈{{Sund|᳀}}〉 yang menggambarkan matahari digunakan pada 〈{{Sund|᳆᳀᳆}}〉, untuk menandakan naskah tersebut bernilai religius.
* ''Bindu Panglong'' 〈{{Sund|᳁}}〉 yang menggambarkan bulan separuh digunakan pada 〈{{Sund|᳆᳁}}〉 dengan maksud yang sama. Tanda baca lain yang digunakan untuk menandai naskah liturgi adalah 〈{{Sund|᳇᳇}}〉.
* ''Bindu Panglong'' 〈{{Sund|᳁}}〉 yang menggambarkan bulan separuh digunakan pada 〈{{Sund|᳆᳁᳆}}〉 dengan maksud yang sama. Tanda baca lain yang digunakan untuk menandai naskah liturgi adalah 〈{{Sund|᳇᳇}}〉.
* ''Bindu Purnama'' 〈{{Sund|᳂}}〉 yang menggambarkan bulan purnama digunakan pada 〈{{Sund|᳅᳂᳅}}〉untuk menandai naskah sejarah.
* ''Bindu Purnama'' 〈{{Sund|᳂}}〉 yang menggambarkan bulan purnama digunakan pada 〈{{Sund|᳅᳂᳅}}〉untuk menandai naskah sejarah.
* ''Bindu Surya'' kadang digunakan sebagai pengganti titik; dalam beberapa kasus, ''bindu purnama'' digunakan sebagai pengganti koma. Ketika ''Bindu surya'' tidak digunakan sebagai tanda titik, ''Bindu cakra'' 〈{{Sund|᳃}}〉 yang menggambarkan roda digunakan bersamaan dengan ''Bindu purnama'' sebagai tanda koma.
* ''Bindu Surya'' kadang digunakan sebagai pengganti titik; dalam beberapa kasus, ''bindu purnama'' digunakan sebagai pengganti koma. Ketika ''Bindu surya'' tidak digunakan sebagai tanda titik, ''Bindu cakra'' 〈{{Sund|᳃}}〉 yang menggambarkan roda digunakan bersamaan dengan ''Bindu purnama'' sebagai tanda koma.
* Tanda baca lainnya antara lain 〈{{Sund|᳆}}〉, 〈{{Sund|᳅}}〉, dan 〈{{Sund|᳇}}〉 (''da satanga, ka satanga,'' dan ''ba satanga''). Untuk ini dapat ditambahkan ''leu satanga'' 〈{{Sund|᳄}}〉, yang artinya tidak jelas. Demikian juga, itu berasal sebagai suku kata "dihiasi" ''leu'' 〈{{Sund|ᮼ}}〉, yang kuno.<ref>EVERSON, Michael. Proposal for encoding additional Sundanese characters for Old Sundanese in the UCS. Available at [http://std.dkuug.dk/jtc1/sc2/wg2/docs/n3666.pdf here] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200807221159/http://std.dkuug.dk/jtc1/sc2/wg2/docs/n3666.pdf |date=2020-08-07 }}. September 5th, 2009.</ref>
* Tanda baca lainnya antara lain 〈{{Sund|᳆}}〉, 〈{{Sund|᳅}}〉, dan 〈{{Sund|᳇}}〉 (''da satanga, ka satanga,'' dan ''ba satanga''). Untuk ini dapat ditambahkan ''leu satanga'' 〈{{Sund|᳄}}〉, yang artinya tidak jelas. Demikian juga, itu berasal sebagai suku kata "dihiasi" ''leu'' 〈{{Sund|ᮼ}}〉, yang kuno.<ref>EVERSON, Michael. Proposal for encoding additional Sundanese characters for Old Sundanese in the UCS. Available at [https://web.archive.org/web/20200807221159/http://std.dkuug.dk/jtc1/sc2/wg2/docs/n3666.pdf here]. September 5th, 2009.</ref>


=== Penggunaan ''pasangan'' ===
=== Penggunaan pasangan ===


Kata-kata atau kalimat sederhana dapat ditulis secara langsung, misalnya dengan mengatur huruf ngalagena yang mewakili suara. Namun, dengan kata tertentu, konsonan majemuk dapat ditemukan. Kemudian, dua cara penulisan dapat digunakan: (1) menggunakan ''pamaéh'', atau (2) menggunakan ''pasangan''.
Kata-kata atau kalimat sederhana dapat ditulis secara langsung, misalnya dengan mengatur huruf ngalagena yang mewakili suara. Namun, dengan kata tertentu, konsonan majemuk dapat ditemukan. Kemudian, dua cara penulisan dapat digunakan: (1) menggunakan ''pamaéh'', atau (2) menggunakan ''pasangan''.
Baris 326: Baris 329:


== Dalam budaya populer ==
== Dalam budaya populer ==
Aksara Sunda bisa ditemui dalam film [[DreadOut (film)|DreadOut]].<ref>{{Cite web|url=https://merahputih.com/post/read/suka-duka-para-pemain-film-dread-out|title=Film Dread Out|last=Digdo|first=Ikhsan|date=2019-01-03|website=MerahPutih|access-date=2020-03-15|archive-date=2020-06-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20200610220254/https://merahputih.com/post/read/suka-duka-para-pemain-film-dread-out|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://www.medcom.id/hiburan/film/GbmLBZ1N-bintangi-film-dread-out-jefri-nichol-sempat-terkendala-berbahasa-sunda|title=Bintangi Film Dread Out, Jefri Nichol Sempat Terkendala Berbahasa Sunda|last=Yanuar|first=Elang Riki|date=2019-01-03|work=[[Medcom.id]]|language=id|access-date=2020-03-15|archive-date=2020-06-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20200610214438/https://www.medcom.id/hiburan/film/GbmLBZ1N-bintangi-film-dread-out-jefri-nichol-sempat-terkendala-berbahasa-sunda|dead-url=no}}</ref>
Aksara Sunda bisa ditemui dalam film ''[[DreadOut (film)|DreadOut]]''.<ref>{{Cite web|url=https://merahputih.com/post/read/suka-duka-para-pemain-film-dread-out|title=Film Dread Out|last=Digdo|first=Ikhsan|date=2019-01-03|website=MerahPutih|access-date=2020-03-15|archive-date=2020-06-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20200610220254/https://merahputih.com/post/read/suka-duka-para-pemain-film-dread-out|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://www.medcom.id/hiburan/film/GbmLBZ1N-bintangi-film-dread-out-jefri-nichol-sempat-terkendala-berbahasa-sunda|title=Bintangi Film Dread Out, Jefri Nichol Sempat Terkendala Berbahasa Sunda|last=Yanuar|first=Elang Riki|date=2019-01-03|work=[[Medcom.id]]|language=id|access-date=2020-03-15|archive-date=2020-06-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20200610214438/https://www.medcom.id/hiburan/film/GbmLBZ1N-bintangi-film-dread-out-jefri-nichol-sempat-terkendala-berbahasa-sunda|dead-url=no}}</ref>


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
Baris 348: Baris 351:
== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [http://std.dkuug.dk/jtc1/sc2/wg2/docs/n3022.pdf Proposal pengkodean karakter aksara Sunda]
* [http://std.dkuug.dk/jtc1/sc2/wg2/docs/n3022.pdf Proposal pengkodean karakter aksara Sunda]
* http://unicode-table.com/en/sections/sundanese/
* https://symbl.cc/en/unicode/blocks/sundanese/
{{Bahasa Sunda/Pranala luar}}
{{Bahasa Sunda/Pranala luar}}



Revisi terkini sejak 22 Oktober 2024 04.15

Aksara Sunda
ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ
Huruf-huruf konsonan dasar dalam aksara Sunda. Huruf konsonan baru tidak dimasukkan.
Jenis aksara
BahasaSunda
Periode
sekitar abad ke-17 hingga sekarang
Arah penulisanKiri ke kanan
Aksara terkait
Silsilah
Menurut hipotesis hubungan antara abjad Aramea dengan Brahmi, maka silsilahnya sebagai berikut:
Dari aksara Brahmi diturunkanlah:
Aksara kerabat
Bali
Batak
Baybayin
Bugis
Incung
Jawa
Lampung
Makassar
Rejang
ISO 15924
ISO 15924Sund, 362 Sunting ini di Wikidata, ​Sunda
Pengkodean Unicode
Nama Unicode
Sundanese
U+1B80–U+1BBF
U+1CC0–U+1CCF
 Artikel ini mengandung transkripsi fonetik dalam Alfabet Fonetik Internasional (IPA). Untuk bantuan dalam membaca simbol IPA, lihat Bantuan:IPA. Untuk penjelasan perbedaan [ ], / / dan  , Lihat IPA § Tanda kurung dan delimitasi transkripsi.

Aksara Sunda Baku (ᮃᮊ᮪ᮞᮛ  ᮞᮥᮔ᮪ᮓ  ᮘᮊᮥ) adalah sistem penulisan yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Sunda kontemporer, ia juga merupakan hasil penyesuaian Aksara Sunda Kuno. Saat ini Aksara Sunda Baku juga lazim disebut dengan sebutan Aksara Sunda.

Perbandingan aksara Kawi, aksara Sunda kuno, dan aksara Sunda baku

Kecakapan masyarakat dalam tulis menulis di wilayah Sunda telah diketahui keberadaannya sejak sekitar abad ke-5 Masehi, pada masa Kerajaan Tarumanagara. Hal itu terungkap pada prasasti-prasasti yang sebagian besar dibicarakan oleh Kern (1917) dalam bukunya yang berjudul Versvreide Beschriften; Inschripties Van Den Indischen Archipel. [1]

Namun pada awal masa kolonial, masyarakat Sunda dipaksa oleh keadaan yaitu dengan meluasnya pengaruh Mataram Islam ke dalam wilayah Priangan (kecuali wilayah Cirebon dan Banten) dan kebijakan penguasa saat itu untuk meninggalkan penggunaan Aksara Sunda Kuno yang merupakan salah satu identitas budaya Sunda lewat kebijakan pemerintahan kolonial melalui surat resminya tertanggal 3 November 1705 yang mewajibkan penggunaan aksara latin, arab gundul (pegon) dan aksara jawa modifikasi (cacarakan) sebagai aksara resmi yang digunakan di wilayah Sunda dalam kegiatan surat menyurat.[2] Keadaan yang berlangsung hingga masa kemerdekaan ini menyebabkan punahnya Aksara Sunda Kuno dalam tradisi tulis masyarakat Sunda.[2]

Pada akhir Abad ke-19 sampai pertengahan Abad ke-20, para peneliti berkebangsaan asing (misalnya K. F. Holle dan C. M. Pleyte) dan pribumi (misalnya Atja dan E. S. Ekadjati) mulai meneliti keberadaan prasasti-prasasti dan naskah-naskah tua yang menggunakan Aksara Sunda Kuno. Berdasarkan atas penelitian-penelitian sebelumnya, pada akhir Abad ke-20 mulai timbul kesadaran akan adanya sebuah Aksara Sunda yang merupakan identitas khas masyarakat Sunda.[1]

Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat menetapkan Perda No. 6 tahun 1996 tentang Pelestarian, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Sunda yang kelak digantikan oleh Perda No. 5 tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah kemudian digantikan dengan Perda No. 14 Tahun 2014.[3]

Pada tanggal 21 Oktober 1997, diadakan Lokakarya Aksara Sunda di Kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor yang diselenggarakan atas kerja sama Pemerintah Jawa Barat dengan Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran (sekarang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran). Kemudian hasil rumusan lokakarya tersebut dikaji oleh Tim Pengkajian Aksara Sunda. Dan akhirnya pada tanggal 16 Juni 1999 keluar Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 343/SK.614-Dis.PK/99 yang menetapkan bahwa hasil lokakarya serta pengkajian tim tersebut diputuskan sebagai Aksara Sunda Baku.

Penggunaan

[sunting | sunting sumber]

Saat ini Aksara Sunda Baku mulai diperkenalkan kepada khalayak umum antara lain melalui beberapa acara kebudayaan daerah yang diselenggarakan di Bandung. Selain itu, Aksara Sunda Baku juga digunakan pada papan nama Museum Sri Baduga, Kampus Yayasan Atikan Sunda dan Kantor Dinas Pariwisata Daerah Kota Bandung. Langkah lain juga diambil oleh Pemerintah Daerah Kota Tasikmalaya yang menggunakan Aksara Sunda Baku pada papan nama jalan-jalan utama di kota tersebut. Namun, setidaknya hingga akhir tahun 2008 Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat belum juga mewajibkan para siswa untuk mempelajari Aksara Sunda Baku sebagaimana para siswa tersebut diwajibkan untuk mempelajari bahasa Sunda. Langkah memperkenalkan aksara daerah mungkin akan dapat lebih mencapai sasaran jika Aksara Sunda Baku dipelajari bersamaan dengan bahasa Sunda.[4]

Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Lampung dan Provinsi Jawa Tengah telah jauh-jauh hari menyadari hal ini dengan mewajibkan para siswa Sekolah Dasar yang mempelajari bahasa daerah untuk juga mempelajari aksara daerah.[5]

Hampir seluruh papan nama jalan di Kota Bogor dan Kota Bandung juga menggunakan bahasa Sunda dengan aksara Sunda baku di bawah nama dalam bahasa Indonesia/alfabet Latin.[6][7][8]

Namun pada prakteknya diperlukan koordinasi dengan pihak terkait, dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, akademisi, serta penggiat budaya Sunda dalam pengaplikasian aksara Sunda dalam lingkup sosial, dikarenakan banyaknya kesalahan dalam penulisan aksara Sunda itu sendiri, seperti yang pernah terjadi di Sukabumi. Yaitu penulisan aksara Sunda baku di depan Balai Kota Sukabumi, yang menurut penggiat seni dan budaya Sunda dari Sukabumi terjadi kesalahan penulisan yang membuat artinya pun berbeda dari seharusnya "Balai Kota Sukabumi" menjadi "Nyala Kata Sukanyama".[9]

Penggunaan, Pemeliharaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra dan Aksara Sunda di Kota Bandung diperkuat dengan keluarnya Perda No. 9 Tahun 2012.[10]

Aksara Sunda Baku terdiri dari 32 aksara dasar, yaitu 7 aksara swara (aksara vokal mandiri): a, é, i, o, u, e, dan eu, dan 23 aksara ngalagena (konsonan berbunyi a): ka-ga-nga, ca-ja-nya, ta-da-na, pa-ba-ma, ya-ra-la, dan wa-sa-ha

Lima aksara ngalagena tambahan dimunculkan untuk merekam perkembangan bahasa Sunda, termasuk penyerapan kata-kata dari bahasa asing. Walaupun demikian, bentukan aksara tambahan ini bukan merupakan kreasi baru, melainkan dihasilkan melalui proses modifikasi dari aksara yang telah ada sebelumnya. Sebagai contoh: aksara "fa" dan "va" merupakan modifikasi dari aksara pa, kemudian aksara "qa" dan "xa" merupakan modifikasi dari aksara ka, dan aksara "za" merupakan modifikasi dari aksara ja.

Selain itu terdapat pula 2 (dua) aksara tambahan yakni "kha" dan "sya", yang digunakan untuk menulis ⟨خ⟩ dan ⟨ش⟩ yang berasal dari abjad Arab.

Ada pula rarangkén yang fungsinya untuk mengubah, menghilangkan, atau menambah bunyi pada aksara dasar. Tiga belas rarangkén menurut posisinya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu: (1) lima rarangkén di atas huruf, (2) tiga rarangkén di bawah huruf, dan (3) lima rarangkén sejajar dengan huruf. Untuk menuliskan angka, aksara ini memiliki 10 angka dasar (dari 0 sampai 9).

Dilihat dari tampilan, huruf ngalagena termasuk rarangkén memiliki sudut 45°–75°. Umumnya, rasio dimensi huruf (tinggi:lebar) adalah 4:4, kecuali untuk huruf ngalagena ra (4:3), ba dan nya (4:6), dan aksara swara i (4:3). Rarangkén memiliki rasio dimensi 2:2, kecuali untuk panyecek (1:1), panglayar (4:2), panyakra (2:4), pamaéh (4:2) dan pamingkal (2:4 sisi bawah, 3:2 sisi kanan). Angka memiliki rasio dimensi 4:4, kecuali untuk angka 4 dan 5 (4:3).

Aksara Swara

[sunting | sunting sumber]
Representasi grafis
= a = é = i = o
= u = e = eu = re pepet = le pepet

Aksara Ngalagena

[sunting | sunting sumber]
Representasi grafis

Aksara Ngalagena untuk Bahasa Sunda

Tempat pelafalan nirsuara bersuara sengau semivokal sibilan celah
velar
ka ga nga ha
palatal
ca ja nya ya
retrofleks
ra
dental
ta da na la sa
labial
pa ba ma wa

Aksara ngalagena untuk kata serapan

= fa = qa = va = xa = za
= kha = sya

Rarangkén

[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan letak penulisannya, 15 Rarangkén dikelompokkan sebagai berikut:

  • Rarangkén di atas huruf = 5 macam
  • Rarangkén di bawah huruf = 5 macam
  • Rarangkén sejajar huruf = 6 macam

Rarangkén di atas huruf

panghulu, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [i].

Contoh: ᮊᮤ (ki)

pamepet, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [ə].

Contoh: ᮊᮨ (ke)

paneuleung, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [ɨ].

Contoh: ᮊᮩ (keu)

panglayar, menambah konsonan [r] pada akhir suku kata.

Contoh: ᮊᮁ (kar)

panyecek, menambah konsonan [ŋ] pada akhir suku kata.

Contoh: ᮊᮀ (kang)

Rarangkén di bawah huruf

panyuku, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [u].

Contoh: ᮊᮥ (ku)

panyakra, menambah konsonan [r] di tengah suku kata.

Contoh: ᮊᮢ (kra)

panyiku, menambah konsonan [l] di akhir suku kata.

Contoh: ᮊᮣ (kla)

᮰ᮬ pamintel, menambah konsosnan [m] di tengah suku kata.

Contoh: ᮊᮬ (kma)

᮰ᮭ papasangan, menambah konsosnan [w] di tengah suku kata.

Contoh: ᮊᮭ (kwa)

Rarangkén sejajar huruf

panéléng, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [ɛ].

Contoh: ᮊᮦ (ké)

panolong, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [ɔ].

Contoh: ᮊᮧ (ko)

pamingkal, menambah konsonan [j] di tengah suku kata.

Contoh: ᮊᮡ (kya)

pangwisad, menambah konsonan [h] di akhir suku kata.

Contoh: ᮊᮂ (kah)

patén atau pamaéh, meniadakan vokal pada suku kata.

Contoh: ᮊ᮪ (k)

᮰ᮺ avagraha, memisahkan bunyi vokal dari konsonan di akhir suku kata.

Contoh: ᮊᮺ (k'a)

Angka Sunda

[sunting | sunting sumber]
Sunda Latin Bahasa Sunda
0 enol
1 hiji
2 dua
3 tilu
4 opat
5 lima
6 genep
7 tujuh
8 dalapan
9 salapan

Dalam teks, angka diapit oleh dua tanda pipa | ... |.

  • Contoh angka tahun sekarang: |᮲᮰᮲᮴| = 2024
  • Contoh tanggal Indonesia merdeka: |᮱᮷-᮰᮸-᮱᮹᮴᮵| = 17-08-1945

Tanda baca

[sunting | sunting sumber]

Pada masa sekarang, tanda baca aksara Sunda menggunakan tanda baca Latin. Contohnya: koma ( , ), titik ( . ), titik koma ( ; ), titik dua ( : ), tanda seru ( ! ), tanda tanya ( ? ), tanda kutip ( " ), tanda kurung ( (…) ), tanda kurung siku ( […] ), dsb. Walau begitu, dulunya Aksara Sunda Kuno memiliki tanda bacanya sendiri.

  • Bindu Surya〉 yang menggambarkan matahari digunakan pada 〈᳆᳀᳆〉, untuk menandakan naskah tersebut bernilai religius.
  • Bindu Panglong〉 yang menggambarkan bulan separuh digunakan pada 〈᳆᳁᳆〉 dengan maksud yang sama. Tanda baca lain yang digunakan untuk menandai naskah liturgi adalah 〈᳇᳇〉.
  • Bindu Purnama〉 yang menggambarkan bulan purnama digunakan pada 〈᳅᳂᳅〉untuk menandai naskah sejarah.
  • Bindu Surya kadang digunakan sebagai pengganti titik; dalam beberapa kasus, bindu purnama digunakan sebagai pengganti koma. Ketika Bindu surya tidak digunakan sebagai tanda titik, Bindu cakra〉 yang menggambarkan roda digunakan bersamaan dengan Bindu purnama sebagai tanda koma.
  • Tanda baca lainnya antara lain 〈〉, 〈〉, dan 〈〉 (da satanga, ka satanga, dan ba satanga). Untuk ini dapat ditambahkan leu satanga〉, yang artinya tidak jelas. Demikian juga, itu berasal sebagai suku kata "dihiasi" leu〉, yang kuno.[11]

Penggunaan pasangan

[sunting | sunting sumber]

Kata-kata atau kalimat sederhana dapat ditulis secara langsung, misalnya dengan mengatur huruf ngalagena yang mewakili suara. Namun, dengan kata tertentu, konsonan majemuk dapat ditemukan. Kemudian, dua cara penulisan dapat digunakan: (1) menggunakan pamaéh, atau (2) menggunakan pasangan.

Penggunaan pamaéh adalah salah satu cara untuk menulis aksara Sunda pada tahap dasar. Cara lain, pasangan, biasanya digunakan untuk menghindari penggunaan pamaéh di tengah kata-kata, serta untuk menghemat ruang menulis. Pasangan dibuat dengan menyambungkan huruf ngalagena kedua ke huruf yang pertama, sehingga menghilangkan vokal /a/ dari ngalagena pertama.

Aksara Sunda telah ditambahkan ke Standar Unicode pada bulan April 2008 dengan merilis versi 5.1. Dalam versi 6.3, dukungan pasangan dan beberapa karakter dari aksara Sunda Kuno ditambahkan.

Blok Unicode untuk aksara Sunda adalah U+1B80–U+1BBF. Blok Unicode untuk aksara Sunda tambahan adalah U+1CC0–U+1CCF.

Sundanese[1]
Official Unicode Consortium code chart (PDF)
  0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 A B C D E F
U+1B8x
U+1B9x
U+1BAx  ᮫ 
U+1BBx ᮿ
Catatan
1.^Seperti Unicode versi 13.0
Sundanese Supplement[1][2]
Official Unicode Consortium code chart (PDF)
  0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 A B C D E F
U+1CCx
Catatan
1.^Seperti Unicode versi 13.0
2.^Daerah abu-abu berarti belum diisi

UDHR Pasal 1:

Sakumna jalma gubrag ka alam dunya téh sipatna merdika jeung boga martabat katut hak-hak anu sarua. Maranéhna dibéré akal jeung haté nurani, campur-gaul jeung sasamana aya dina sumanget duduluran.

ᮞᮊᮥᮙ᮪ᮔ ᮏᮜᮬ ᮌᮥᮘᮢᮌ᮪ ᮊ ᮃᮜᮙ᮪ ᮓᮥᮑ ᮒᮦᮂ ᮞᮤᮕᮒ᮪ᮔ ᮙᮨᮁᮓᮤᮊ ᮏᮩᮀ ᮘᮧᮌ ᮙᮁᮒᮘᮒ᮪ ᮊᮒᮥᮒ᮪ ᮠᮊ᮪-ᮠᮊ᮪ ᮃᮔᮥ ᮞᮛᮥᮃ. ᮙᮛᮔᮦᮂᮔ ᮓᮤᮘᮦᮛᮦ ᮃᮊᮜ᮪ ᮏᮩᮀ ᮠᮒᮦ ᮔᮥᮛᮔᮤ, ᮎᮙ᮪ᮕᮥᮁ-ᮌᮅᮜ᮪ ᮏᮩᮀ ᮞᮞᮙᮔ ᮃᮚ ᮓᮤᮔ ᮞᮥᮙᮍᮨᮒ᮪ ᮓᮥᮓᮥᮜᮥᮛᮔ᮪.

Contoh-contoh penggunaan aksara Sunda baku

Dalam budaya populer

[sunting | sunting sumber]

Aksara Sunda bisa ditemui dalam film DreadOut.[12][13]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b "Asal Usul Aksara Sunda: Identitas Budaya di Abad Lampau yang Sempat Dilarang Penjajah". m.caping.co.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-16. Diakses tanggal 2023-01-16. 
  2. ^ a b Media, Kompas Cyber (2022-02-05). "Aksara Sunda: Sejarah dan Jumlahnya Halaman all". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-04. Diakses tanggal 2022-12-04. 
  3. ^ "Perda Provinsi Jawa Barat No. 14 Tahun 2014". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-27. Diakses tanggal 16-01-2023. 
  4. ^ online, inilah (2018-07-11). "Disparbud Gairahkan Kembali Aksara Sunda". Inilah Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-16. Diakses tanggal 2023-01-16. 
  5. ^ Hanan, Shofira (2017-02-24). "Bahasa Sunda Punah Tahun 2026? - Pikiran-Rakyat.com". www.pikiran-rakyat.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-16. Diakses tanggal 2023-01-16. 
  6. ^ "Nama Jalan di Bogor Ditulis Dengan Aksara Sunda". Poskota News (dalam bahasa Inggris). 2012-11-13. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-14. Diakses tanggal 2019-07-14. 
  7. ^ dra. "Terkait Papan Nama Jalan Beraksara Sunda, DBMP Punya Dua Opsi". Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-14. Diakses tanggal 2019-07-14. 
  8. ^ Abdussalam, Muhamad Syarif. "Sukarno Jadi Soekaarano, Satu Contoh Salah Papan Nama Jalan Beraksara Sunda". Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-14. Diakses tanggal 2019-07-14. 
  9. ^ "Sempat Jadi Sorotan, Tulisan Aksara Sunda Baku di Balai Kota Sukabumi Akhirnya Dicopot dan Diperbaiki". suara.com. 2022-11-13. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-04. Diakses tanggal 2022-12-04. 
  10. ^ "PERDA Kota Bandung No. 9 Tahun 2012 tentang Penggunaan, Pemeliharaan Dan Pengembangan Bahasa, Sastradan Aksara Sunda [JDIH BPK RI]". peraturan.bpk.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-16. Diakses tanggal 2023-01-16. 
  11. ^ EVERSON, Michael. Proposal for encoding additional Sundanese characters for Old Sundanese in the UCS. Available at here. September 5th, 2009.
  12. ^ Digdo, Ikhsan (2019-01-03). "Film Dread Out". MerahPutih. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-10. Diakses tanggal 2020-03-15. 
  13. ^ Yanuar, Elang Riki (2019-01-03). "Bintangi Film Dread Out, Jefri Nichol Sempat Terkendala Berbahasa Sunda". Medcom.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-10. Diakses tanggal 2020-03-15. 
  • Juniarso Ridwan: Perda Kebudayaan yang Terkesan Chauvinistik, Pikiran Rakyat 4 Desember 2003.
  • Tedi Permadi: Aksara Sunda dan Soal Lainnya, Pikiran Rakyat 15 Februari 2004.
  • Atep Kurnia: Jasa Tuan Hola Buat Sunda, Kompas (Edisi Jawa Barat) 10 November 2007.
  • Djasepudin: Memasyarakatkan Aksara Sunda, Kompas (Edisi Jawa Barat) 07 April 2007.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]