Lompat ke isi

Abjad Pegon: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(46 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 7: Baris 7:
*[[Bahasa Madura|Madura]]
*[[Bahasa Madura|Madura]]
*[[Bahasa Sunda|Sunda]]
*[[Bahasa Sunda|Sunda]]
*[[Bahasa Melayu|Melayu]]
*[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
}}
}}
|fam1=[[Hieroglif Mesir]]
|fam1=[[Hieroglif Mesir]]
Baris 18: Baris 20:
}}
}}


'''Abjad Pegon''' ([[Bahasa Jawa]]/[[Bahasa Sunda]]: '''ابجد ڤيڮون''', ''Abjad Pégon''; [[Bahasa Madura]]: '''أبجاْد ڤٰيغو''', ''Abjâd Pèghu''){{efn|juga disebut sebagai '''Abjad Arab-Jawa''', '''Abjad Arab-Madura''', atau '''Abjad Arab-Sunda'''}} adalah [[abjad Arab]] yang dimodifikasi untuk menuliskan [[bahasa Jawa]], [[Bahasa Madura|Madura]], [[Bahasa Sunda|Sunda]]. Kata pegon berasal dari kata berbahasa Jawa ''pégo'' yang berarti "menyimpang".{{sfn|Poerwadarminta|1939|pp=481}} Sebab bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim.{{sfn|Poerwadarminta|1939|pp=481}} Selain itu bisa jadi karena penulisan abjad Pegon ditulis secara miring (menyimpang).
'''Abjad Pegon''' ([[Bahasa Jawa]]/[[Bahasa Sunda]]: '''ابجد ڤيڮون''', ''Abjad Pégon''; [[Bahasa Madura]]: ا'''بجد''' '''ڤَيكُٜو''', ''Abjâd Pèghu''){{efn|juga disebut sebagai “Aksara Pegon”, “Pegon-Jawa”, “Pégon-Sunda”, “Pèghu-Madhurâ” & “Aksara Pegon-Indonesia”}} adalah [[abjad Arab]] yang dimodifikasi untuk menuliskan [[bahasa Jawa]], [[bahasa Madura|Madura]], [[bahasa Sunda|Sunda]] dan juga [[bahasa Melayu]] di pulau Jawa terutama pada zaman [[kesultanan Banten]].<ref>{{Cite book|last=Pudjiastuti|first=Titik|url=https://books.google.co.id/books?id=iCVf2eblDAMC&lpg=PR4&hl=id&pg=PR4#v=onepage&q&f=false|title=Perang, Dagang, Persahabatan: Surat-Surat Sultan Banten|url-status=live}}</ref> Seiring berkembangnya zaman, abjad Pegon juga digunakan untuk menulis [[bahasa Indonesia]].<ref>{{Cite web|last=Setiawan|first=Bram|title=Langkah Aksara Pegon Menapaki Ruang Digital|url=https://interaktif.tempo.co/proyek/pegon-digital/|website=Interaktif.tempo.co}}</ref><ref name=":1" /> Kata pegon berasal dari kata berbahasa Jawa ''pégo'' yang berarti "menyimpang".{{sfn|Poerwadarminta|1939|pp=481}} Sebab bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim.{{sfn|Poerwadarminta|1939|pp=481}} Selain itu bisa jadi karena penulisan abjad Pegon ditulis secara miring (menyimpang).


Aksara Pegon masih berkerabat dengan [[abjad Jawi]]. Perbedaan utama dengan Jawi adalah di dalam Pegon terdapat beberapa huruf tambahan untuk merepresentasikan beberapa konsonan dalam bahasa Jawa yang tidak dapat diwakilkan oleh [[abjad Arab]] standar dan [[abjad Jawi]].<ref name="KHAS–Katakan dengan Pegon 2">{{Cite web|url=https://islamindonesia.id/budaya/khas-katakan-dengan-pegon-2.htm|title=KHAS–Katakan dengan Pegon (2)|access-date=2019-09-05}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Jamaluddin|first=Jamaluddin|last2=Alfian|first2=Rahman Latif|last3=Mujahidah|first3=Affaf|last4=Wiwaha|first4=Kurnia Sari|date=2023-01-02|title=PENULIS KITAB PEGON DI JAWA ABAD XX: BIOGRAFI KIAI ASRORI AHMAD DAN KARYA-KARYANYA|url=https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jat/article/view/20787|journal=Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam|volume=19|issue=2|pages=145–158|doi=10.15575/al-tsaqafa.v19i2.20787|issn=2654-4598}}</ref> [[Abjad Sorabe]] yang pernah digunakan untuk menulis [[bahasa Malagasi]] di [[Madagaskar]], diyakini diturunkan dari Abjad Pegon.{{sfn|Himmelmann|2004}}{{sfn|Simon|2006}}
Aksara Pegon masih berkerabat dengan [[abjad Jawi]]. Perbedaan utama dengan Jawi adalah di dalam Pegon terdapat beberapa huruf tambahan untuk merepresentasikan beberapa konsonan dalam bahasa Jawa yang tidak dapat diwakilkan oleh [[abjad Arab]] standar dan [[abjad Jawi]].<ref name="KHAS–Katakan dengan Pegon 2">{{Cite web|url=https://islamindonesia.id/budaya/khas-katakan-dengan-pegon-2.htm|title=KHAS–Katakan dengan Pegon (2)|access-date=2019-09-05}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Jamaluddin|first=Jamaluddin|last2=Alfian|first2=Rahman Latif|last3=Mujahidah|first3=Affaf|last4=Wiwaha|first4=Kurnia Sari|date=2023-01-02|title=PENULIS KITAB PEGON DI JAWA ABAD XX: BIOGRAFI KIAI ASRORI AHMAD DAN KARYA-KARYANYA|url=https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jat/article/view/20787|journal=Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam|volume=19|issue=2|pages=145–158|doi=10.15575/al-tsaqafa.v19i2.20787|issn=2654-4598}}</ref> [[Abjad Sorabe]] yang pernah digunakan untuk menulis [[bahasa Malagasi]] di [[Madagaskar]], diyakini diturunkan dari Abjad Pegon.{{sfn|Himmelmann|2004}}{{sfn|Simon|2006}}
Baris 25: Baris 27:
Pegon sendiri digunakan di kalangan umat Muslim, yang hidup dari pendidikan agama di [[pesantren]]. Pegon sendiri muncul bersama Islam di Jawa. Pada saat itu, orang-orang Jawa masih menggunakan [[aksara Kawi]] dan [[aksara Jawa]] untuk menuliskan teks berbahasa Jawa klasik, dan [[Aksara Sunda Kuno|aksara Sunda kuno]] untuk menuliskan [[bahasa Sunda Klasik]]. Ketika Islam masuk ke Pulau Jawa, penggunaan abjad Arab sangat diintensifkan, karena dibutuhkan untuk memaknai kitab-kitab [[Al-Qur'an|Al-Qur'ān]], tafsirnya, serta kitab-kitab [[Hadis|ḥadiṡ]]. Untuk berkomunikasi dengan orang Jawa yang menuturkan bahasa Jawa, para '[[ulama]] kemudian mengadaptasi abjad Arab yang digunakan olehnya sebagai bahasa sehari-hari ke dalam bahasa Jawa. Mereka menulisnya agar orang-orang Jawa lebih mudah dalam memahami agama, terlebih metode dakwah keliling saat itu masih lazim untuk menyiarkan Islam. Di era [[Wali Songo]], contoh kitab misalnya ''[[Suluk Sunan Bonang]]'', yang diyakini merupakan buah karya [[Sunan Bonang]].<ref name=":0">{{Cite web|url=https://islamindonesia.id/budaya/budaya-mengenal-aksara-arab-pegon-simbol-perlawanan-dan-pemersatu-ulama-nusantara.htm|title=BUDAYA–Mengenal Aksara Arab Pegon: Simbol Perlawanan dan Pemersatu Ulama Nusantara|access-date=2019-09-05}}</ref>
Pegon sendiri digunakan di kalangan umat Muslim, yang hidup dari pendidikan agama di [[pesantren]]. Pegon sendiri muncul bersama Islam di Jawa. Pada saat itu, orang-orang Jawa masih menggunakan [[aksara Kawi]] dan [[aksara Jawa]] untuk menuliskan teks berbahasa Jawa klasik, dan [[Aksara Sunda Kuno|aksara Sunda kuno]] untuk menuliskan [[bahasa Sunda Klasik]]. Ketika Islam masuk ke Pulau Jawa, penggunaan abjad Arab sangat diintensifkan, karena dibutuhkan untuk memaknai kitab-kitab [[Al-Qur'an|Al-Qur'ān]], tafsirnya, serta kitab-kitab [[Hadis|ḥadiṡ]]. Untuk berkomunikasi dengan orang Jawa yang menuturkan bahasa Jawa, para '[[ulama]] kemudian mengadaptasi abjad Arab yang digunakan olehnya sebagai bahasa sehari-hari ke dalam bahasa Jawa. Mereka menulisnya agar orang-orang Jawa lebih mudah dalam memahami agama, terlebih metode dakwah keliling saat itu masih lazim untuk menyiarkan Islam. Di era [[Wali Songo]], contoh kitab misalnya ''[[Suluk Sunan Bonang]]'', yang diyakini merupakan buah karya [[Sunan Bonang]].<ref name=":0">{{Cite web|url=https://islamindonesia.id/budaya/budaya-mengenal-aksara-arab-pegon-simbol-perlawanan-dan-pemersatu-ulama-nusantara.htm|title=BUDAYA–Mengenal Aksara Arab Pegon: Simbol Perlawanan dan Pemersatu Ulama Nusantara|access-date=2019-09-05}}</ref>


Di wilayah Melayu sendiri, abjad yang masih bersaudara dengan Pegon adalah [[abjad Jawi]], digunakan untuk menulis [[bahasa Melayu]].<ref>{{Cite book|title=Kajian naskah-naskah klasik dan penerapannya bagi kajian sejarah Islam di Indonesia|url=https://www.worldcat.org/oclc/225432054|publisher=Puslitbang Lektur Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Departemen Agama RI|date=2006|location=Jakarta|isbn=9789797971038|oclc=225432054|last=Tjandrasasmita, Uka.}}</ref> Dalam perkembangannya, seluruh lembaga pendidikan agama Islam di Jawa maupun Sumatra menggunakan kitab-kitab dengan abjad Arab, baik dalam bahasa Arab sendiri maupun bahasa-bahasa yang dipakai di daerah setempat, utamanya bahasa Melayu, Jawa, sampai Thailand Selatan.<ref name=":0" />
Di wilayah Melayu sendiri, abjad yang masih bersaudara dengan Pegon adalah [[abjad Jawi]], digunakan untuk menulis [[bahasa Melayu]].<ref>{{Cite book|title=Kajian naskah-naskah klasik dan penerapannya bagi kajian sejarah Islam di Indonesia|url=https://www.worldcat.org/oclc/225432054|publisher=Puslitbang Lektur Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Departemen Agama RI|date=2006|location=Jakarta|isbn=9789797971038|oclc=225432054|last=Tjandrasasmita, Uka.}}</ref> Dalam perkembangannya, seluruh lembaga pendidikan agama Islam di Jawa maupun Sumatra menggunakan kitab-kitab dengan abjad Arab, baik dalam bahasa Arab sendiri maupun bahasa-bahasa yang dipakai di daerah setempat, utamanya Sumatra, Jawa, Madura sampai Thailand Selatan.<ref name=":0" />


Sayangnya, abjad Arab asli ini tidak mendukung fonem-fonem bahasa Jawa seperti ''e'' atau ''o'', ''ca'', ''dha'', ''tha'', ''nga'', ''pa'', ''ga'', dan ''nya''.<ref name="PR-31-OKTOBER" /> Pada akhirnya, di samping mengadopsi huruf-huruf asli Arab, abjad ini juga mengadopsi abjad Persia yang memiliki fonem-fonem tersebut selain ''dha'' dan ''tha''.<ref name="KHAS–Katakan dengan Pegon 2" /> Pada akhirnya, huruf-huruf baru diciptakan, yang diyakini diturunkan dari abjad Persia seperti ''ca'' dan ''gaf''. Huruf-huruf lainnya diyakini diciptakan berdasarkan huruf asli Arab, misalnya ''pa'' dari ''fa''' yang diberi tiga titik, atau ''ca'' dari ''jim'' diberi tiga titik. Pada masa lalu, Pegon ditulis dengan harakat untuk membedakan ''e'' dan ''o'', namun saat ini abjad Pegon sudah tidak lagi menggunakan harakat (beberapa orang menyebut ini Gundhil).<ref>{{Cite web|url=http://poskotanews.com/2016/07/01/huruf-pegon-sarana-kreativitas-umat-islam-di-jawa-masa-lalu/|title=Huruf Pegon, Sarana Kreativitas Umat Islam di Jawa Masa Lalu|date=2016-07-01|website=Poskota News|language=en|access-date=2019-09-05|archive-date=2019-09-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20190905152327/http://poskotanews.com/2016/07/01/huruf-pegon-sarana-kreativitas-umat-islam-di-jawa-masa-lalu/|dead-url=yes}}</ref>
Pegon sendiri berbeda dengan aksara Jawi.<ref name = "PR-31-OKTOBER"/> Aksara Pegon digunakan secara eksklusif hanya untuk urusan-urusan keagamaan.<ref name = "PR-31-OKTOBER"/> Sedangkan Aksara Jawi digunakan untuk segala hal, baik yang bersifat [[sakral]] ataupun [[sekular]].<ref name = "PR-31-OKTOBER"/>


Saat ini huruf Pegon di Jawa digunakan oleh kalangan umat [[Muslim]], terutama di [[pesantren]], [[Taman Pendidikan Al-Qur'an|TPQ]] dan [[madrasah]]. Biasanya digunakan untuk menulis [[tafsiran]] atau [[arti]] pada [[Al-Qur'an|Al-Qur'ān]], tetapi banyak pula [[Kitab|kitab-kitab]] [[Islam|agama]], [[buku pelajaran]], soal ujian dan [[Naskah|naskah-naskah]] [[kuno]] yang secara keseluruhan ditulis dalam Pegon. Misalkan naskah-naskah [[Serat Yusup]].
Sayangnya, abjad Arab asli ini tidak mendukung fonem-fonem bahasa Jawa seperti ''e'' atau ''o'', ''ca'', ''dha'', ''tha'', ''nga'', ''pa'', ''ga'', dan ''nya''.<ref name = "PR-31-OKTOBER"/> Pada akhirnya, di samping mengadopsi huruf-huruf asli Arab, abjad ini juga mengadopsi abjad Persia yang memiliki fonem-fonem tersebut selain ''dha'' dan ''tha''.<ref name="KHAS–Katakan dengan Pegon 2"/> Pada akhirnya, huruf-huruf baru diciptakan, yang diyakini diturunkan dari abjad Persia seperti ''ca'' dan ''gaf''. Huruf-huruf lainnya diyakini diciptakan berdasarkan huruf asli Arab, misalnya ''pa'' dari ''fa''' yang diberi tiga titik, atau ''ca'' dari ''jim'' diberi tiga titik. Pada masa lalu, Pegon ditulis dengan harakat untuk membedakan ''e'' dan ''o'', namun saat ini abjad Pegon sudah tidak lagi menggunakan harakat (beberapa orang menyebut ini Gundhil).<ref>{{Cite web|url=http://poskotanews.com/2016/07/01/huruf-pegon-sarana-kreativitas-umat-islam-di-jawa-masa-lalu/|title=Huruf Pegon, Sarana Kreativitas Umat Islam di Jawa Masa Lalu|date=2016-07-01|website=Poskota News|language=en|access-date=2019-09-05|archive-date=2019-09-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20190905152327/http://poskotanews.com/2016/07/01/huruf-pegon-sarana-kreativitas-umat-islam-di-jawa-masa-lalu/|dead-url=yes}}</ref> Karena abjad ini digunakan untuk menulis bahasa Jawa, maka orang Arab tidak mampu membaca teks ini sebelum mampu mempelajari bahasa Jawa karena ada huruf-huruf yang dianggap "asing" bagi mereka.<ref name = "PR-31-OKTOBER"/>

Saat ini huruf Pegon di Jawa dipergunakan oleh kalangan umat [[Muslim]], terutama di [[pesantren]]-pesantren. Biasanya ini hanya dipergunakan untuk menulis [[tafsiran]] atau [[arti]] pada [[Al-Qur'an|Al-Qur'ān]], tetapi banyak pula naskah-naskah [[manuskrip]] cerita yang secara keseluruhan ditulis dalam Pegon. Misalkan naskah-naskah [[Serat Yusup]].


== Daftar aksara ==
== Daftar aksara ==
{{noref section}}
Transkripsi didasarkan pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 158 Tahun 1987 dan No. 0543b/U/1987.<ref>https://anri.sikn.go.id/index.php/surat-keputusan-bersama-menteri-agama-dan-menteri-pendidikan-dan-kebudayaan-ri-nomor-158-th-1987-nomor-0543b-u-1987-tentang-pembakuan-pedoman-transliterasi-arab-latin</ref><ref>https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/7099/10.%20PEDOMAN%20TRANSLITERASI.pdf</ref>{{Failed verification}} <!-- Surat Keputusan Bersama tersebut bukanlah pedoman abjad Pegon, tetapi pedoman transliterasi abjad Arab–alfabet Latin. -->

=== Konsonan ===
=== Konsonan ===
Warna kuning menunjukkan aksara tersebut bukan huruf asli Arab.<ref name = "PR-31-OKTOBER">{{cite news | last1 = Hazmirullah | title = Lantas, Pegon Berkelindan dengan Budaya Jawa | newspaper = [[Pikiran Rakyat]] | date = 31 Oktober 2022 | pp = 7}}</ref>
Warna kuning menunjukkan aksara tersebut bukan huruf asli Arab.<ref name = "PR-31-OKTOBER">{{cite news | last1 = Hazmirullah | title = Lantas, Pegon Berkelindan dengan Budaya Jawa | newspaper = [[Pikiran Rakyat]] | date = 31 Oktober 2022 | pp = 7}}</ref><ref name=":1" />
{| class="wikitable" style="text-align:center;"
{| class="wikitable" style="text-align:center;"
|+ style="font-size:125%;" |Abjad Pegon
|+ style="font-size:125%;" |Abjad Pegon
Baris 46: Baris 43:
| style="width: 5em;" | ḥāʾ|| style="width: 5em;" |''ca''|| style="width: 5em;" | jīm|| style="width: 5em;" | ṡaʾ|| style="width: 5em;" | tāʾ|| style="width: 5em;" | bāʾ|| style="width: 5em;" | ʾalif
| style="width: 5em;" | ḥāʾ|| style="width: 5em;" |''ca''|| style="width: 5em;" | jīm|| style="width: 5em;" | ṡaʾ|| style="width: 5em;" | tāʾ|| style="width: 5em;" | bāʾ|| style="width: 5em;" | ʾalif
|- style="font-size:250%;" lang="ar"
|- style="font-size:250%;" lang="ar"
|س||ز||ر||bgcolor="yellow"|ڎ||ذ||د||خ
|س||ز||ر||bgcolor="yellow"|ڎ||ذ||د||خ
|- style="background-color:#ddd;"
|- style="background-color:#ddd;"
|sīn||zāi||rāʾ||''dha''||żāl||dāl||khāʾ
|sīn||zāi||rāʾ||''dha''||żāl||dāl||khāʾ
|- style="font-size:250%;" lang="ar"
|- style="font-size:250%;" lang="ar"
|ع||ظ||bgcolor="yellow"|ڟ||ط||ض||ص||ش
|ع||ظ||bgcolor="yellow"|ڟ/طٜ||ط||ض||ص||ش
|- style="background-color:#ddd;"
|- style="background-color:#ddd;"
|ʿain||ẓāʾ||''tha''||ṭāʾ||ḍād||ṣād||syīn
|ʿain||ẓāʾ||''tha''||ṭāʾ||ḍād||ṣād||syīn
|- style="font-size:250%;" lang="ar"
|- style="font-size:250%;" lang="ar"
|bgcolor="yellow"|ڮ/ؼ||ك||ق||bgcolor="yellow"|ڤ||ف||bgcolor="yellow"|ڠ||غ
|bgcolor="yellow"|ؼ/ݣ/ݢ/کٜ||ك||ق||bgcolor="yellow"|ڤ||ف||bgcolor="yellow"|ڠ||غ
|- style="background-color:#ddd;"
|- style="background-color:#ddd;"
|''gaf''||kāf||qāf||''pa''||fāʾ||''nga''||ġain
|''gaf''||kāf||qāf||''pa''||fāʾ||''nga''||ġain
|- style="font-size:250%;" lang="ar"
|- style="font-size:250%;" lang="ar"
|ي||ھ||و||bgcolor="yellow"|ۑ||ن||م||ل
|ي||ھ||و||bgcolor="yellow"| ۑ||ن||م||ل
|- style="background-color:#ddd;"
|- style="background-color:#ddd;"
|yāʾ||hāʾ||wāu||''nya''||nūn||mīm||lām
|yāʾ||hāʾ||wāu||''nya''||nūn||mīm||lām
Baris 215: Baris 212:


===Contoh kalimat===
===Contoh kalimat===
[[Bahasa Jawa]]:
[[Bahasa Jawa]]:


'''كانجۤڠ نبي محمد إكو أوتوسانيڤون ݢوستي الله داتۤڠ سۤدايا مخلوق، دينَي اڤا واهَي كاڠ ديڤون چريتاءكۤن دَينيڠ كانجۤڠ نبي محمد إكو ۑاتا بٓنۤر. ماڠكا سٓكابيهانَي مخلوق واجب مبٓنٓراكۤن لن نديرَيك ماريڠ كانجۤڠ نبي محمد'''
'''كانجڠ نبي محمد ڤونيكو اوتوسانيڤون ؼوستي الله ڎاتڠ سدايا مخلوق، دينَي ڤوناڤا ماوون إڠكڠ ديڤون چريوساكن دَينيڠ كانجڠ نبي محمد ڤونيكو ۑاتا٢ لٓرس. ڤراميلا سدايا مخلوق واجب اڠلٓرساكن لن هانڎيرَيك مريڠ كانجڠ نبي محمد'''


Latin:
Latin:
''"Kanjêng Nabi Muhammad iku utusanipun Gusti Allah datêng sêdåyå makhluk, déné åpå waé kang dipun cerita'akên déning Kanjêng Nabi Muhammad iku nyåtå nyåtå bênêr. Mångkå sêkabèhané makhluk wajib mbênêrakên lan ndèrèk maring Kanjêng Nabi Muhammad."''
''"Kanjêng Nabi Muhammad puniku utusanipun Gusti Allah dhatêng sêdåyå makluk, déné punåpå mawon ingkang dipun-criyosakên déning Kanjêng Nabi Muhammad puniku nyåtå-nyåtå lêrês. Pramila sêdåyå makhluk wajib anglêrêsakên lan handhèrèk maring Kanjêng Nabi Muhammad."''


[[Bahasa Madura]]:
[[Bahasa Madura]]:


'''كانجۤڠ نبي محمد ڤانَيكا أَوتوسانيڤون ݢوستَي اللّٰه داْء كا سادْاْجاْ مخلَوق، ڤان-ڤَوناڤان سَي أَيچاريتاأغي سارۤڠ كانجۤڠ نبي محمد ڤانَيكا ۑاتا بْٓنداْراْ. ماڠكا سادْاْجاْ مخلوق واْجب مابْٓنداْر تَور نورَوء مارَيڠ كانجۤڠ نبي محمد'''
'''كانجڠ نبي محمد ڤانَيكا أوتوسانَيڤَون ڬْوستَي اللّٰه داء كا سادْاجا مخلَوق، ڤان-ڤوناڤان سَي أيچارَيتأڬْي سارڠ كانجڠ نبي محمد ڤانَيكا ۑاتا بْندۤرا. ماڠكا سادْاجا مخلَوق واجب مابْندر تَور نَورَوء ڠيرَيڠ كانجڠ نبي محمد'''


Latin:
Latin ([[Bahasa Madura|Alfabét Bhâsa Madhurâ]]):
''"Kanjeng Nabi Muhammad panéka otosanépon Ghusté Allah dâ' ka sadhâjâ makhlok, pan-ponapan écarétaaghi sareng Kanjeng Nabi Muhammad panéka nyata bhendârâ. Mangka sadhâjâ makhlok wâjib mabhendâr tor nuro' maréng Kanjeng Nabi Muhammad."''
''"Kanjeng Nabi Muhammad panèka otosanèpon Ghustè Allah dâ' ka sadhâjâ makhlok, pan-ponapan ècarètaaghi sareng Kanjeng Nabi Muhammad panèka nyata bhenderâ. Mangka sadhâjâ makhlok wâjib mabhender tor noro' ngèrèng Kanjeng Nabi Muhammad."''


[[Bahasa Sunda]]:
[[Bahasa Sunda]]:


'''كانجۤڠ نبي محمد ماڠروڤيكن أوتوسان ݢوستي الله كا سادايا مخلوق، ناءَون واَي أنو ديچارييَوسكن كو كانجۤڠ نبي محمد ۑاَيتا كاۑاتاءن أنو لۤرس. جانتۤن سادايا مخلوق واجب مۤنركن سارۤڠ نوتوركن كانجۤڠ نبي محمد'''
'''كانجڠ نبي محمد ماڠروڤيكن اوتوسان ؼوستي الله كا سادايا مخلوق، ناءون واَي انو ديچارييوسكن كو كانجڠ نبي محمد ۑايتا كاۑاتأن انو لۤرس. جانتن سادايا مخلوق واجب منركن سارڠ نوتوركن كانجڠ نبي محمد'''


Latin:
Latin:
''"Kanjeng Nabi Muhammad mangrupikeun utusan Gusti Allah ka sadaya makhluk, naon waé anu dicarioskeun ku Kanjeng Nabi Muhammad nyaéta kanyataan anu leres. Janten sadaya makhluk wajib menerkeun sareng nuturkeun Kanjeng Nabi Muhammad."''
''"Kanjeng Nabi Muhammad mangrupikeun utusan Gusti Allah ka sadaya makhluk, naon waé anu dicarioskeun ku Kanjeng Nabi Muhammad nyaéta kanyataan anu leres. Janten sadaya makhluk wajib menerkeun sareng nuturkeun Kanjeng Nabi Muhammad."''


• [[Bahasa Indonesia]]<ref name=":1">{{Cite web|last=Aksara Pegon Indonesia|title=Baca Tulis Pegon Indonesia|url=https://archive.org/details/baca-tulis-pegon-indonesia/page/n7/mode/1up|website=archive.org}}</ref>:
Terjemahan Pegon Indonesia [[bahasa indonesia]]:

Pegon Indonesia:


'''بڮيندا نبي محمد اداله اوتوسن الله كڤد سموا مخلوق، اڤ ساج يڠ دچريتاكن اوليه بڮيندا نبي محمد اداله كبنرن يڠ ۑات. مک سموا مخلوق واجب ممبنركن دان مڠيكوتي بڮيندا نبي محمد'''
'''بڮينڎا نبي محمد اڎاله اوتوسن الله كڤڎ سموا مخلوق، اڤ ساج يڠ ڎچريتاكن اوليه بڮينڎا نبي محمد اڎاله كبنرن يڠ ۑات. مک سموا مخلوق واجب ممبنركن دان مڠيكوتي بڮينڎا نبي محمد'''


Latin: ''“Baginda Nabi Muhammad adalah utusan Allah kepada semua makhluk, Apa saja yang diceritakan oleh Baginda Nabi Muhammad adalah kebenaran yang nyata. Maka semua makhluk wajib membenarkan dan mengikuti Baginda Nabi Muhammad.”''
Latin: ''“Baginda Nabi Muhammad adalah utusan Allah kepada semua makhluk, Apa saja yang diceritakan oleh Baginda Nabi Muhammad adalah kebenaran yang nyata. Maka semua makhluk wajib membenarkan dan mengikuti Baginda Nabi Muhammad.”''
Baris 258: Baris 253:
|align=center colspan=2|
|align=center colspan=2|
<gallery mode="packed" heights="200">
<gallery mode="packed" heights="200">
Sundanese (Arabic char.) John 3 16 (1895).png|[[Yohanes 3:16]] dalam [[bahasa Sunda]].
Berkas:Sundanese (Arabic char.) John 3 16 (1895).png|[[Yohanes 3:16]] dalam [[bahasa Sunda]].
Babad Diponegoro in Pegon script – Perpusnas.jpg|[[Babad Diponegoro]] ditulis dalam abjad Pegon, koleksi [[Perpustakaan Nasional Republik Indonesia]]
Berkas:Babad Diponegoro in Pegon script – Perpusnas.jpg|[[Babad Diponegoro]] ditulis dalam abjad Pegon, koleksi [[Perpustakaan Nasional Republik Indonesia]]
MUS Koin Kesultanan Banten 1552-1596; 5.jpg|Koin [[Kesultanan Banten]], pada masa Pangeran Ratu Ing Banten ([[1552]]-[[1596]]).
Berkas:MUS Koin Kesultanan Banten 1552-1596; 5.jpg|Koin [[Kesultanan Banten]], pada masa Pangeran Ratu Ing Banten ([[1596]]-[[1651]]).
Berkas:Surat beraksara Pegon berbahasa Melayu.jpg|Surat beraksara [[Abjad Pegon|Pegon]] berbahasa [[Bahasa Melayu|Melayu]] dari [[Abu al-Mafakhir dari Banten|Sultan Abul Mufakir Mahmud Abdul Qadir]] (Pangeran Ratu) di [[Banten]] kepada Raja [[Inggris]], [[Charles I dari Inggris|Charles I]] [1628 M]. Terdapat ciri huruf [[Abjad Pegon|Pegon]] seperti huruf “[[Ḋul|ڎ]]” dan “[[ڊ]]”.
</gallery>
</gallery>
|}
|}
Baris 294: Baris 290:
=== Lainnya ===
=== Lainnya ===
* {{Cite web|url=https://www.unicode.org/L2/L2019/19340-javanese-sundanese-arabic.pdf|title=Proposal to encode Javanese and Sundanese Arabic characters|author=Denis Moyogo Jacquerye|website=unicode.org}}
* {{Cite web|url=https://www.unicode.org/L2/L2019/19340-javanese-sundanese-arabic.pdf|title=Proposal to encode Javanese and Sundanese Arabic characters|author=Denis Moyogo Jacquerye|website=unicode.org}}
* {{Cite web|author=Aksara Pegon Indonesia|date=|title=Baca Tulis Pegon Indonesia|url=https://archive.org/details/baca-tulis-pegon-indonesia/page/n7/mode/1up|website=archive.org}}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
Baris 307: Baris 304:
[[Kategori:Bahasa Jawa]]
[[Kategori:Bahasa Jawa]]
[[Kategori:Bahasa Sunda]]
[[Kategori:Bahasa Sunda]]
[[Kategori:Bahasa Madura]][[ragelem ngamalne:Bahasa Jawa]]
[[Kategori:Bahasa Madura]]

Revisi terkini sejak 25 Juli 2024 10.44

Abjad Pegon
ابجد ڤيڮون
Jenis aksara
Bahasa
Aksara terkait
Silsilah
Aksara turunan
Abjad Sorabe? (masih diperdebatkan)[1][2]
Aksara kerabat
Jawi, Turki Utsmani, Urdu
 Artikel ini mengandung transkripsi fonetik dalam Alfabet Fonetik Internasional (IPA). Untuk bantuan dalam membaca simbol IPA, lihat Bantuan:IPA. Untuk penjelasan perbedaan [ ], / / dan  , Lihat IPA § Tanda kurung dan delimitasi transkripsi.

Abjad Pegon (Bahasa Jawa/Bahasa Sunda: ابجد ڤيڮون, Abjad Pégon; Bahasa Madura: ابجد ڤَيكُٜو, Abjâd Pèghu)[a] adalah abjad Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa, Madura, Sunda dan juga bahasa Melayu di pulau Jawa terutama pada zaman kesultanan Banten.[3] Seiring berkembangnya zaman, abjad Pegon juga digunakan untuk menulis bahasa Indonesia.[4][5] Kata pegon berasal dari kata berbahasa Jawa pégo yang berarti "menyimpang".[6] Sebab bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim.[6] Selain itu bisa jadi karena penulisan abjad Pegon ditulis secara miring (menyimpang).

Aksara Pegon masih berkerabat dengan abjad Jawi. Perbedaan utama dengan Jawi adalah di dalam Pegon terdapat beberapa huruf tambahan untuk merepresentasikan beberapa konsonan dalam bahasa Jawa yang tidak dapat diwakilkan oleh abjad Arab standar dan abjad Jawi.[7][8] Abjad Sorabe yang pernah digunakan untuk menulis bahasa Malagasi di Madagaskar, diyakini diturunkan dari Abjad Pegon.[1][2]

Pegon sendiri digunakan di kalangan umat Muslim, yang hidup dari pendidikan agama di pesantren. Pegon sendiri muncul bersama Islam di Jawa. Pada saat itu, orang-orang Jawa masih menggunakan aksara Kawi dan aksara Jawa untuk menuliskan teks berbahasa Jawa klasik, dan aksara Sunda kuno untuk menuliskan bahasa Sunda Klasik. Ketika Islam masuk ke Pulau Jawa, penggunaan abjad Arab sangat diintensifkan, karena dibutuhkan untuk memaknai kitab-kitab Al-Qur'ān, tafsirnya, serta kitab-kitab ḥadiṡ. Untuk berkomunikasi dengan orang Jawa yang menuturkan bahasa Jawa, para 'ulama kemudian mengadaptasi abjad Arab yang digunakan olehnya sebagai bahasa sehari-hari ke dalam bahasa Jawa. Mereka menulisnya agar orang-orang Jawa lebih mudah dalam memahami agama, terlebih metode dakwah keliling saat itu masih lazim untuk menyiarkan Islam. Di era Wali Songo, contoh kitab misalnya Suluk Sunan Bonang, yang diyakini merupakan buah karya Sunan Bonang.[9]

Di wilayah Melayu sendiri, abjad yang masih bersaudara dengan Pegon adalah abjad Jawi, digunakan untuk menulis bahasa Melayu.[10] Dalam perkembangannya, seluruh lembaga pendidikan agama Islam di Jawa maupun Sumatra menggunakan kitab-kitab dengan abjad Arab, baik dalam bahasa Arab sendiri maupun bahasa-bahasa yang dipakai di daerah setempat, utamanya Sumatra, Jawa, Madura sampai Thailand Selatan.[9]

Sayangnya, abjad Arab asli ini tidak mendukung fonem-fonem bahasa Jawa seperti e atau o, ca, dha, tha, nga, pa, ga, dan nya.[11] Pada akhirnya, di samping mengadopsi huruf-huruf asli Arab, abjad ini juga mengadopsi abjad Persia yang memiliki fonem-fonem tersebut selain dha dan tha.[7] Pada akhirnya, huruf-huruf baru diciptakan, yang diyakini diturunkan dari abjad Persia seperti ca dan gaf. Huruf-huruf lainnya diyakini diciptakan berdasarkan huruf asli Arab, misalnya pa dari fa' yang diberi tiga titik, atau ca dari jim diberi tiga titik. Pada masa lalu, Pegon ditulis dengan harakat untuk membedakan e dan o, namun saat ini abjad Pegon sudah tidak lagi menggunakan harakat (beberapa orang menyebut ini Gundhil).[12]

Saat ini huruf Pegon di Jawa digunakan oleh kalangan umat Muslim, terutama di pesantren, TPQ dan madrasah. Biasanya digunakan untuk menulis tafsiran atau arti pada Al-Qur'ān, tetapi banyak pula kitab-kitab agama, buku pelajaran, soal ujian dan naskah-naskah kuno yang secara keseluruhan ditulis dalam Pegon. Misalkan naskah-naskah Serat Yusup.

Daftar aksara

[sunting | sunting sumber]

Warna kuning menunjukkan aksara tersebut bukan huruf asli Arab.[11][5]

Abjad Pegon
ح چ ج ث ت ب ا
ḥāʾ ca jīm ṡaʾ tāʾ bāʾ ʾalif
س ز ر ڎ/ڊ ذ د خ
sīn zāi rāʾ dha żāl dāl khāʾ
ع ظ ڟ/طٜ ط ض ص ش
ʿain ẓāʾ tha ṭāʾ ḍād ṣād syīn
ؼ/ݣ/ݢ/کٜ ك ق ڤ/ف ف ڠ غ
gaf kāf qāf pa fāʾ nga ġain
ي ھ و ۑ/پ ن م ل
yāʾ hāʾ wāu nya nūn mīm lām

Dalam penulisan Pegon,

  • harakat fatḥah digunakan untuk membedakan fonem i dan é, serta u dan o
  • penanda konsonan mati dilambangkan dengan huruf tanpa harakat
  • vokal ê dilambangkan dengan simbol pepet ( ۤ)
  • vokal è dilambangkan dengan simbol alif khanjariah ( ‌ٰ)
كا كي كو كَي كَو كۤ كٰي أك
ka/kå ki ku ko ak
  • huruf vokal diawal dilambangkan dengan huruf alif hamzah (أ)
أ إ أو إي او اۤ أي
A/Å I U É O Ê È
  • huruf konsonan rangkap
كرا كري كرو كرَي كرَو كرۤ كرٰي
kra/krå kri kru kré kro krê krè
  • huruf vokal rangkap
كاي كاو كاَي كاَو كاۤ كاٰي كَيِ كَوِ
kai kau kaé kao kaê kaè kéi koi
  • kaidah menyambung huruf pegon sama dengan menyambung huruf hijaiyah, penulisannya juga dari kanan
  • kata serapan dari bahasa arab tetap ditulis seperti aslinya. Contoh : kata batin harus ditulis باطن bukan باطين

Contoh kalimat

[sunting | sunting sumber]

Bahasa Jawa:

كانجڠ نبي محمد ڤونيكو اوتوسانيڤون ؼوستي الله ڎاتڠ سدايا مخلوق، دينَي ڤوناڤا ماوون إڠكڠ ديڤون چريوساكن دَينيڠ كانجڠ نبي محمد ڤونيكو ۑاتا٢ لٓرس. ڤراميلا سدايا مخلوق واجب اڠلٓرساكن لن هانڎيرَيك مريڠ كانجڠ نبي محمد

Latin: "Kanjêng Nabi Muhammad puniku utusanipun Gusti Allah dhatêng sêdåyå makluk, déné punåpå mawon ingkang dipun-criyosakên déning Kanjêng Nabi Muhammad puniku nyåtå-nyåtå lêrês. Pramila sêdåyå makhluk wajib anglêrêsakên lan handhèrèk maring Kanjêng Nabi Muhammad."

Bahasa Madura:

كانجڠ نبي محمد ڤانَيكا أوتوسانَيڤَون ڬْوستَي اللّٰه داء كا سادْاجا مخلَوق، ڤان-ڤوناڤان سَي أيچارَيتأڬْي سارڠ كانجڠ نبي محمد ڤانَيكا ۑاتا بْندۤرا. ماڠكا سادْاجا مخلَوق واجب مابْندر تَور نَورَوء ڠيرَيڠ كانجڠ نبي محمد

Latin: "Kanjeng Nabi Muhammad panèka otosanèpon Ghustè Allah dâ' ka sadhâjâ makhlok, pan-ponapan sè ècarètaaghi sareng Kanjeng Nabi Muhammad panèka nyata bhenderâ. Mangka sadhâjâ makhlok wâjib mabhender tor noro' ngèrèng Kanjeng Nabi Muhammad."

Bahasa Sunda:

كانجڠ نبي محمد ماڠروڤيكن اوتوسان ؼوستي الله كا سادايا مخلوق، ناءون واَي انو ديچارييوسكن كو كانجڠ نبي محمد ۑايتا كاۑاتأن انو لۤرس. جانتن سادايا مخلوق واجب منركن سارڠ نوتوركن كانجڠ نبي محمد

Latin: "Kanjeng Nabi Muhammad mangrupikeun utusan Gusti Allah ka sadaya makhluk, naon waé anu dicarioskeun ku Kanjeng Nabi Muhammad nyaéta kanyataan anu leres. Janten sadaya makhluk wajib menerkeun sareng nuturkeun Kanjeng Nabi Muhammad."

Bahasa Indonesia[5]:

بڮينڎا نبي محمد اڎاله اوتوسن الله كڤڎ سموا مخلوق، اڤ ساج يڠ ڎچريتاكن اوليه بڮينڎا نبي محمد اڎاله كبنرن يڠ ۑات. مک سموا مخلوق واجب ممبنركن دان مڠيكوتي بڮينڎا نبي محمد

Latin: “Baginda Nabi Muhammad adalah utusan Allah kepada semua makhluk, Apa saja yang diceritakan oleh Baginda Nabi Muhammad adalah kebenaran yang nyata. Maka semua makhluk wajib membenarkan dan mengikuti Baginda Nabi Muhammad.”

• Pada contoh di atas terdapat 5 kata serapan (hanya yang bersifat serapan/kesamaan kosa kata) dari bahasa Arab yang harus ditulis sesuai dengan bahasa Arab yaitu:

  • Nabi harus ditulis نبي bukan نابي
  • Muhammad harus ditulis محمد bukan موهمماد
  • Allah harus ditulis الله bukan أللاه
  • Makhluk harus ditulis مخلوق bukan ماخلوك
  • Wajib Harus ditulis واجب bukan واجيب
Contoh-contoh penggunaan abjad Pegon

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ juga disebut sebagai “Aksara Pegon”, “Pegon-Jawa”, “Pégon-Sunda”, “Pèghu-Madhurâ” & “Aksara Pegon-Indonesia”

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Himmelmann 2004.
  2. ^ a b Simon 2006.
  3. ^ Pudjiastuti, Titik. Perang, Dagang, Persahabatan: Surat-Surat Sultan Banten. 
  4. ^ Setiawan, Bram. "Langkah Aksara Pegon Menapaki Ruang Digital". Interaktif.tempo.co. 
  5. ^ a b c Aksara Pegon Indonesia. "Baca Tulis Pegon Indonesia". archive.org. 
  6. ^ a b Poerwadarminta 1939, hlm. 481.
  7. ^ a b "KHAS–Katakan dengan Pegon (2)". Diakses tanggal 2019-09-05. 
  8. ^ Jamaluddin, Jamaluddin; Alfian, Rahman Latif; Mujahidah, Affaf; Wiwaha, Kurnia Sari (2023-01-02). "PENULIS KITAB PEGON DI JAWA ABAD XX: BIOGRAFI KIAI ASRORI AHMAD DAN KARYA-KARYANYA". Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam. 19 (2): 145–158. doi:10.15575/al-tsaqafa.v19i2.20787. ISSN 2654-4598. 
  9. ^ a b "BUDAYA–Mengenal Aksara Arab Pegon: Simbol Perlawanan dan Pemersatu Ulama Nusantara". Diakses tanggal 2019-09-05. 
  10. ^ Tjandrasasmita, Uka. (2006). Kajian naskah-naskah klasik dan penerapannya bagi kajian sejarah Islam di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Departemen Agama RI. ISBN 9789797971038. OCLC 225432054. 
  11. ^ a b Hazmirullah (31 Oktober 2022). "Lantas, Pegon Berkelindan dengan Budaya Jawa". Pikiran Rakyat. hlm. 7. 
  12. ^ "Huruf Pegon, Sarana Kreativitas Umat Islam di Jawa Masa Lalu". Poskota News (dalam bahasa Inggris). 2016-07-01. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-05. Diakses tanggal 2019-09-05. 

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]