Lompat ke isi

Kuda lumping: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Yan29ti (bicara | kontrib)
 
(134 revisi perantara oleh 87 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[category: tarian tradisional]]{{Infobox dance
[[Berkas:Kuda Lumping 1.jpg|thumb|right|300px|Tarian kuda lumping saat festival di Yogyakarta.]]
|title = Kuda Lumping
[[Berkas:Kudalumpingmakankaca hariadhi.jpg|thumb|300px|Atraksi memakan kaca di beberapa pertunjukan kuda lumping.]]
|image = Kuda Lumping 1.jpg
'''Kuda lumping''' juga disebut '''jaran kepang''' adalah tarian tradisional [[Suku Jawa|Jawa]] menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang [[kuda]]. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari [[bambu]] yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi [[kesurupan]], kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan [[kaca|beling]] dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. Jaran Kepang merupakan bagian dari pagelaran tari [[Reog (Ponorogo)|reog]]. Meskipun tarian ini berasal dari [[Jawa]], [[Indonesia]], tarian ini juga diwariskan oleh kaum Jawa yang menetap di [[Malaysia]] dan [[Singapura]].
|imagesize =
|alt =
|caption = Tarian kuda lumping saat festival di Yogyakarta
|genre = Tradisional
|signature =
|inventor =
|year =
|origin = [[Ponorogo]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]
}}


[[Berkas:Kudalumpingmakankaca hariadhi.jpg|jmpl|Atraksi memakan kaca di beberapa pertunjukan kuda lumping]]
Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
'''Kuda lumping''' juga disebut '''Jaran kepang''' atau '''[[jatilan|Jathilan]]''' adalah tarian tradisional [[Jawa]] yang berasal dari [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]], [[Jawa Timur]]. Di dalam tarian ini menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda.<ref>{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/jaran-kepang-jawa-timur-jaranan-atau-kuda-lumping/|title=Jaran Kepang Jawa Timur, Jaranan atau kuda Lumping|website=kebudayaan.kemdikbud.go.id|access-date=7 Mei 2020}}</ref><ref>{{Cite web|last=Juniman|first=Puput Tripeni|title=Hikayat Kuda Lumping yang Diklaim Malaysia|url=https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20171005163849-241-246404/hikayat-kuda-lumping-yang-diklaim-malaysia|website=hiburan|language=id-ID|access-date=2022-11-22}}</ref><ref>{{Cite web|last=Handayani|first=Maulida Sri|title=Ketika Ratu Kecantikan Malaysia Menjadi Kuda Lumping|url=https://tirto.id/ketika-ratu-kecantikan-malaysia-menjadi-kuda-lumping-cxGe|website=tirto.id|language=id|access-date=2022-11-22}}</ref>


== Tentang Kuda Lumping ==
Konon, tari kuda lumping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda.
Tarian Kuda Lumping ini menggunakan kuda yang terbuat dari [[bambu]] atau bahan lainnya yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda, dengan dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi [[kesurupan]], kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan [[kaca|beling]] dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. Jaran Kepang merupakan bagian dari pagelaran tari [[Reog (Ponorogo)|Reog]]. Meskipun tarian ini berasal dari [[Jawa]], [[Indonesia]], tarian ini juga diwariskan oleh kaum Jawa yang menetap di [[Sumatera Utara]]<ref>{{Cite news|title=Kuda Kepang, Kesenian yang Akan Dilestarikan di Medan|url=https://medan.tribunnews.com/2015/11/27/kuda-kepang-kesenian-yang-akan-dilestarikan-di-medan|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2020-10-08|first=Liston|last=Damanik}}</ref><ref>{{Cite web|last=editor2|date=2019-03-31|title=Kesenian Budaya Kuda Kepang Diresmikan Ketua Satrio Piningit Pujakesuma|url=http://dnaberita.com/2019/03/31/kesenian-budaya-kuda-kepang-diresmikan-ketua-pujakesuma/|website=DNAberita|language=en-US|access-date=2020-10-08}}</ref> dan di beberapa daerah di luar Indonesia seperti di [[Malaysia]], [[Suriname]], [[Hong Kong]], [[Jepang]] , Singapura , Inggris , dan [[Amerika]].


Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau bahan lainnya dengan dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang, sehingga pada masyarakat jawa sering disebut sebagai jaran kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.


Konon, tari kuda lumping adalah tari kesurupan. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah seorang pasukan pemuda cantik bergelar Jathil penunggang kuda putih berambut emas, berekor emas, serta memiliki sayap emas yang membantu pertempuran kerajaan Bantarangin melawan pasukan penunggang babi hutan dari kerajaan lodaya pada serial legenda reog abad ke 11.
Seringkali dalam pertunjukan tari kuda lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada jaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.


Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.
Di Jawa Timur, seni ini akrab dengan masyarakat di beberapa daerah, seperti Malang, Nganjuk, Tulungagung, dan daerah-daerah lainnya. Tari ini biasanya ditampilkan pada event-event tertentu, seperti menyambut tamu kehormatan, dan sebagai ucapan syukur, atas hajat yang dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.


Seringkali dalam pertunjukan tari kuda lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.
Dalam pementasanya, tidak diperlukan suatu koreografi khusus, serta perlengkapan peralatan gamelan seperti halnya Karawitan. Gamelan untuk mengiringi tari kuda lumping cukup sederhana, hanya terdiri dari Kendang, Kenong, Gong, dan Slompret, yaitu seruling dengan bunyi melengking. Sajak-sajak yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta.

Selain mengandung unsur hiburan dan religi, kesenian tradisional kuda lumping ini seringkali juga mengandung unsur ritual. Karena sebelum pagelaran dimulai, biasanya seorang pawang hujan akan melakukan ritual, untuk mempertahankan cuaca agar tetap cerah mengingat pertunjukan biasanya dilakukan di lapangan terbuka.


== Pagelaran tari kuda lumping ==
[[Berkas:Kuda Lumping in Cemoro.jpg|jmpl|Seorang pemudi bermain kuda lumping]]
Dalam setiap pagelarannya, tari kuda lumping ini menghadirkan 4 fragmen tarian yaitu 2 kali tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon Putri.
Dalam setiap pagelarannya, tari kuda lumping ini menghadirkan 4 fragmen tarian yaitu 2 kali tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon Putri.


Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh para pria saja dan terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda menunggangi kuda anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan ini. Banyak warga sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan enerjik dan terlihat kompak dengan para penari lainnya.
Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh para pria saja dan terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda menunggangi kuda anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan ini. Banyak warga sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan enerjik dan terlihat kompak dengan para penari lainnya.


Untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang kerasukan, dalam setiap pagelaran selalu hadir para datuk, yaitu orang yang memiliki kemampuan supranatural yang kehadirannya dapat dikenali melalui baju serba hitam yang dikenakannya. Para datuk ini akan memberikan penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih.
Untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang kerasukan, dalam setiap pagelaran selalu hadir para warok, yaitu orang yang memiliki kemampuan supranatural yang kehadirannya dapat dikenali melalui baju serba hitam bergaris merah dengan kumis tebal. Para [[warok]] ini akan memberikan penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih.


Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita bergabung membawakan tari senterewe.
Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita bergabung membawakan tari senterewe.
Baris 27: Baris 38:
Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai, enam orang wanita membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari kuda lumping.
Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai, enam orang wanita membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari kuda lumping.


== Dakwah Wali Songo ==
{{indo-stub}}
[[Sunan Kalijaga]] yang merupakan satu-satunya anggota [[Wali Sanga|wali Songo]] asli Jawa keturunan bangsawan [[Kerajaan Wengker|Wengker]] (Ponorogo), menggunakan ''Eblek Ponoragan'' sebagai media dakwah agama Islam di Pulau Jawa terutama [[Pantura|Pantai Utara]] untuk tari Jaran Kepang, Karena banyak tertarik danmemeluk agama Islam setelah melihat Jaran Kepang yang diperlihatkan Sunan Kali Jaga, Maka Bathoro Katong turut melakukan hal serupa dengan menggunakan ''Eblek'' sebagai kesenian tandingan Reog yang dibawakan [[Ki Ageng Kutu|Ki Ageng Surya Alam]] penguasa Wengker dari desa Kutu.yang ada di kecamatan Jetis sekarang...

== Jenis kuda lumping ==
[[Berkas:Legendaris, Kuda Lumping.jpg|jmpl|Para penari [[Jathil]] di pementasan [[Reog Ponorogo]]]]Dari Ponorogo menyebar ke berbagai daerah hingga menjadi kuda lumping dengan ciri khas setempat, Berikut berbagai Jenis Kuda Lumping yang ada :
* [[Jathil|Jathil Reog]], Ponorogo
* Jathil Obyok, Ponorogo
* [[Jaranan Thek Ponorogo|Jaranan Thek]], Ponorogo
* [[Jaranan Pegon]], Ponorogo
* [[Jaranan Senterewe|Jaranan Sentherewe]], Ponorogo dan Tulungagung
* [[Jaranan Jowo]], Tulungagung
* [[Jaranan Kediri]], Kediri
* [[Jaranan Turonggo Yakso]], Trenggalek
* [[Jaranan Buto]], Banyuwangi
* [[Jaranan Dor]], Jombang dan Malang
* [[Jaranan Suroboyoan]], Surabaya
* [[Jathilan Diponegoro]], Yogyakarta dan Jawa Tengah
* [[Jathilan Hamengkubuwono]], Yogyakarta dan Jawa Tengah
* [[Jathilan Warok]], Yogyakarta dan Jawa Tengah
* [[Jathilan Wiroyudho]], Temanggung
* [[Jaran Kencak]], Lumajang
* [[Jaran Jenggo]], Lamongan dan Gresik
* [[Ebeg]], di Kawasan kebudayaan Jawa Banyumasan
* [[Seni Reak]], Bandung Raya dan Sumedang
* Jaran Sang Hyang, Bali
* [[Kuda Kepang Semanjung|Kuda Kepang]], Malaysia
* [[Kuda gipang|Kuda Gipang]], Banjar (Kalimantan selatan)

== Kuda Lumping Di Luar Negeri ==
Kuda Lumping dapat ditemukan di luar negeri seperti, Singapura, Malaysia, Hongkong, Korea, Suriname. Suriname dan Malaysia juga dapat ditemukan banyak kelompok seni Kuda Lumping.

== Referensi ==
{{Reflist}}

{{Tarian di wilayah pulau Jawa|state=autocollapse}}
[[Kategori:Budaya Jawa]]
[[Kategori:Budaya Jawa]]
[[Kategori:Kesenian Jawa]]
[[Kategori:Tari di Indonesia]]
[[Kategori:Tari di Indonesia]]


Kuda Lumping, Tarian Magis Asal Ponorogo https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/08/120000979/kuda-lumping-tarian-magis-asal-ponorogo?page=all Diakses 4 Februari 2022.
[[en:Kuda Lumping]]

[[fr:Kuda kepang]]
Tari Kuda Lumping: Sejarah, Makna, Jenis, dan Properti yang Digunakan
[[ms:Kuda kepang]]
https://www.gramedia.com/literasi/tari-kuda-lumping/ Diakses 4 Februari 2022.

Tarian Kuda Lumping: Sejarah, Asal daerah, Properti dan Fungsinya
https://saintif.com/tarian-kuda-lumping/ Diakses 4 Februari 2022.

Revisi terkini sejak 19 Maret 2024 04.45

Kuda Lumping
Tarian kuda lumping saat festival di Yogyakarta
GenreTradisional
AsalPonorogo, Jawa Timur, Indonesia
Atraksi memakan kaca di beberapa pertunjukan kuda lumping

Kuda lumping juga disebut Jaran kepang atau Jathilan adalah tarian tradisional Jawa yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur. Di dalam tarian ini menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda.[1][2][3]

Tentang Kuda Lumping[sunting | sunting sumber]

Tarian Kuda Lumping ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu atau bahan lainnya yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda, dengan dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. Jaran Kepang merupakan bagian dari pagelaran tari Reog. Meskipun tarian ini berasal dari Jawa, Indonesia, tarian ini juga diwariskan oleh kaum Jawa yang menetap di Sumatera Utara[4][5] dan di beberapa daerah di luar Indonesia seperti di Malaysia, Suriname, Hong Kong, Jepang , Singapura , Inggris , dan Amerika.

Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau bahan lainnya dengan dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang, sehingga pada masyarakat jawa sering disebut sebagai jaran kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Konon, tari kuda lumping adalah tari kesurupan. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah seorang pasukan pemuda cantik bergelar Jathil penunggang kuda putih berambut emas, berekor emas, serta memiliki sayap emas yang membantu pertempuran kerajaan Bantarangin melawan pasukan penunggang babi hutan dari kerajaan lodaya pada serial legenda reog abad ke 11.

Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.

Seringkali dalam pertunjukan tari kuda lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.

Pagelaran tari kuda lumping[sunting | sunting sumber]

Seorang pemudi bermain kuda lumping

Dalam setiap pagelarannya, tari kuda lumping ini menghadirkan 4 fragmen tarian yaitu 2 kali tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon Putri.

Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh para pria saja dan terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda menunggangi kuda anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan ini. Banyak warga sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan enerjik dan terlihat kompak dengan para penari lainnya.

Untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang kerasukan, dalam setiap pagelaran selalu hadir para warok, yaitu orang yang memiliki kemampuan supranatural yang kehadirannya dapat dikenali melalui baju serba hitam bergaris merah dengan kumis tebal. Para warok ini akan memberikan penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih.

Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita bergabung membawakan tari senterewe.

Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai, enam orang wanita membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari kuda lumping.

Dakwah Wali Songo[sunting | sunting sumber]

Sunan Kalijaga yang merupakan satu-satunya anggota wali Songo asli Jawa keturunan bangsawan Wengker (Ponorogo), menggunakan Eblek Ponoragan sebagai media dakwah agama Islam di Pulau Jawa terutama Pantai Utara untuk tari Jaran Kepang, Karena banyak tertarik danmemeluk agama Islam setelah melihat Jaran Kepang yang diperlihatkan Sunan Kali Jaga, Maka Bathoro Katong turut melakukan hal serupa dengan menggunakan Eblek sebagai kesenian tandingan Reog yang dibawakan Ki Ageng Surya Alam penguasa Wengker dari desa Kutu.yang ada di kecamatan Jetis sekarang...

Jenis kuda lumping[sunting | sunting sumber]

Para penari Jathil di pementasan Reog Ponorogo

Dari Ponorogo menyebar ke berbagai daerah hingga menjadi kuda lumping dengan ciri khas setempat, Berikut berbagai Jenis Kuda Lumping yang ada :

Kuda Lumping Di Luar Negeri[sunting | sunting sumber]

Kuda Lumping dapat ditemukan di luar negeri seperti, Singapura, Malaysia, Hongkong, Korea, Suriname. Suriname dan Malaysia juga dapat ditemukan banyak kelompok seni Kuda Lumping.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Jaran Kepang Jawa Timur, Jaranan atau kuda Lumping". kebudayaan.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 7 Mei 2020. 
  2. ^ Juniman, Puput Tripeni. "Hikayat Kuda Lumping yang Diklaim Malaysia". hiburan. Diakses tanggal 2022-11-22. 
  3. ^ Handayani, Maulida Sri. "Ketika Ratu Kecantikan Malaysia Menjadi Kuda Lumping". tirto.id. Diakses tanggal 2022-11-22. 
  4. ^ Damanik, Liston. "Kuda Kepang, Kesenian yang Akan Dilestarikan di Medan". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2020-10-08. 
  5. ^ editor2 (2019-03-31). "Kesenian Budaya Kuda Kepang Diresmikan Ketua Satrio Piningit Pujakesuma". DNAberita (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-10-08. 

Kuda Lumping, Tarian Magis Asal Ponorogo https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/08/120000979/kuda-lumping-tarian-magis-asal-ponorogo?page=all Diakses 4 Februari 2022.

Tari Kuda Lumping: Sejarah, Makna, Jenis, dan Properti yang Digunakan https://www.gramedia.com/literasi/tari-kuda-lumping/ Diakses 4 Februari 2022.

Tarian Kuda Lumping: Sejarah, Asal daerah, Properti dan Fungsinya https://saintif.com/tarian-kuda-lumping/ Diakses 4 Februari 2022.