Beksan Guntur Segara
Besan Guntur Segara adalah warisan budaya berupa tarian dari Yogyakarta yang membuka ruang inspirasi keteguhan dalam perjuangan dan usaha menempa diri terus menerus di kalangan anak muda atau prajurit.
Dari cerita dan permainan wayang Gedhog, kita dapat mengenali sumber Cerita beksan Guntur Segara dari siklus Panji. Soenartomo Tjondrotadono (Maret, 1999) yang menyusun naskah tari Guntur Segara, memberi pemahaman kepada kita bahwa Raden Jayasena adalah adik Prabu Kediri. Sedangkan Guntur Segara ternyata prajurit baru seperti dipersaudarakan dengan Prabu Ngracang Kencana dari Dhasaring Pertala (dasar bumi). Di naskah Guntur Segara tersebut, terjadi pertarungan antara Raden Jayasena dengan Guntur Segara. Ternyata, Raden Jayasena adalah putra Prabu di Jenggala, dari Isteri Dyah Dewi Wandhasari
Di suatu waktu, Raden Jayasena menghadap Raja Jenggala dengan maksud agar dirinya diakui sebagai putra dari ibu Dewi Windansari. Namun sebelum Raden Jayasena dapat mengalahkan Raden Guntur Segara putra Raden Brajanata, Raja Jenggala belum mau mengakuinya sebagai putra. Ketika terjadi pertempuran yang berlangsung sama kuat antara keduanya, akhirnya Raden Jayasena diakui oleh Raja Jenggala sebagai putranya.[1]
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ Dwiari Ratnawati, Iien (2018). Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. hlm. 169.