Gatot Soebroto: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Ariandi Lie (bicara | kontrib) k Membatalkan 1 suntingan oleh Rowr323433 (bicara) ke revisi terakhir oleh Aditya Trihatmanto(✨) Tag: Pembatalan |
||
(141 revisi perantara oleh 82 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Untuk| |
{{Untuk|bandar udara di Baturaja, Sumatera Selatan|Bandar Udara Gatot Subroto}} |
||
{{Untuk|halte Koridor 2|Halte Transjakarta Gatot Subroto RSPAD}} |
|||
{{Untuk|halte Koridor 9|Halte Transjakarta Gatot Subroto LIPI|Halte Transjakarta Gatot Subroto Jamsostek}} |
|||
{{Infobox Officeholder |
|||
| name = Gatot Soebroto |
|||
| image = Col Gatot Subroto, Kenang-Kenangan Pada Panglima Besar Letnan Djenderal Soedirman, p27.jpg |
|||
| caption = Gatot Soebroto saat berpangkat kolonel |
|||
| birth_date = {{birth date|1907|10|10}} |
|||
| birth_place = [[Purwokerto]], [[Banyumas]], [[Hindia Belanda]] |
|||
| death_date = {{death date and age|1962|6|11|1907|10|10}} |
|||
| death_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]] |
|||
| party = {{Parpolicon|IPKI}} |
|||
| known_for = Pahlawan Nasional |
|||
| alma_mater = [[KNIL]] |
|||
| office = Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat |
|||
| order = Jabatan ke-2 |
|||
| term_start = 1956 |
|||
| term_end = 1962 |
|||
| predecessor = Kolonel Inf [[Zulkifli Lubis]] |
|||
| successor = [[Letnan Jenderal|Letjen TNI]] [[Maraden Panggabean]] |
|||
| office2 = Polisi Militer Angkatan Darat Indonesia|Komandan Pusat Polisi Militer TNI Angkatan Darat |
|||
| order2 = Jabatan ke-3 |
|||
| term_start2 = 1948 |
|||
| term_end2 = 1949 |
|||
| predecessor2 = [[Marsekal]] [[TNI]] [[Soerjadi Soerjadarma]] |
|||
| successor2 = Kolonel CPM [[Ahmad Yunus Mokoginta|A.Y. Mokoginta]] |
|||
| awards = Pahlawan Kemerdekaan Nasional {{refn|group=note|name=gatot|Pada tahun [[1962]], Soebroto dinobatkan sebagai [[Pahlawan Kemerdekaan Nasional]] menurut SK Presiden RI No.222 tanggal [[18 Juni]] [[1962]].}} |
|||
| education = {{bulleted list|[[Europeesche Lagere School]] (ELS)|[[Hollandsch-Inlandsche School]] (HIS)|Sekolah Militer, [[Magelang]] (1923)|Pendidikan Tentara [[Pembela Tanah Air]] (Peta)|[[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR)}} |
|||
| occupation = {{bulleted list|Wakil Kepala Staff Angkatan Darat (1953)|Panglima Tentara & Teritorium (T & T) IV Diponegoro Semarang|Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya (1945—1950)|Panglima Corps. Polisi Militer (1945—1950)|Panglima Divisi II (1945—1950)|Komandan Batalyon|Komandan Kompi, Sumpyuh, Banyumas|Anggota KNIL (Tentara Hindia Belanda)}} |
|||
* Pegawai pemerintah |
|||
| allegiance = {{bulleted list|{{flag|Hindia Belanda}} (1925–1942)|{{flag|Kekaisaran Jepang}} (1943–1945)|{{flag|Indonesia}} (1945–1962)}} |
|||
| branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian Army.svg|25px]] [[TNI Angkatan Darat]] |
|||
| serviceyears = 1925–1962 |
|||
| rank = [[File:22-TNI Army-GEN.svg|25px| ]] [[Jenderal]] [[TNI]] |
|||
| unit = [[Infanteri]] |
|||
| battles = [[Revolusi Nasional Indonesia]]{{tree list}} |
|||
**[[Pertempuran Ambarawa]] |
|||
**[[Serangan Umum Surakarta]] |
|||
}} |
|||
'''[[Jenderal (Indonesia)|Jenderal]] [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] Gatot Soebroto''' ({{lahirmati|[[Banyumas, Banyumas|Sumpiuh, Banyumas]], [[Jawa Tengah]]|10|10|1907|[[Jakarta]]|11|6|1962}}) adalah tokoh perjuangan militer Indonesia dalam merebut kemerdekaan dan juga pahlawan nasional [[Indonesia]] yang berasal dari [[Banyumas]]. Ia dimakamkan di [[Ungaran]], [[kabupaten Semarang]]. |
|||
[[Berkas:Gatot subroto.jpg|right|thumb|<center>G. Subroto<center>]] |
|||
== Riwayat hidup == |
|||
'''Jenderal Gatot Soebroto''' ({{lahirmati|[[Banyumas, Banyumas|Banyumas]], [[Jawa Tengah]]|10|10|1907|[[Jakarta]]|11|6|1962}}) adalah tokoh perjuangan militer Indonesia dalam merebut kemerdekaan dan juga pahlawan nasional [[Indonesa]]. Ia dimakamkan di [[Ungaran]], [[kabupaten Semarang]]. Pada tahun [[1962]], Soebroto dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional menurut SK Presiden RI No.222 tanggal [[18 Juni]] [[1962]]. Ia juga merupakan ayah angkat dari [[Bob Hasan]], seorang pengusaha ternama dan mantan menteri Indonesia pada era [[Soeharto]]. |
|||
Setamat pendidikan dasar di [[HIS|Hollandsch-Inlandsche School (HIS)]], Gatot Subroto tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi memilih menjadi pegawai. Namun tak lama kemudian pada tahun 1923 memasuki sekolah militer ''[[KNIL|het Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL)]]'' di [[Kota Magelang|Magelang]]. Sempat menjadi sersan kelas II saat dikirim di Padang Panjang selama lima tahun, Gatot Subroto kemudian dikirim ke Sukabumi untuk mengikuti pendidikan lanjutan, pendidikan ''masose''. Gatot Subroto dikenal sebagai tentara yang solider terhadap rakyat kecil meski tengah bekerja sebagai tentara kependudukan Belanda dan Jepang. Ia dianggap contoh seorang pemimpin yang layak diapresiasi berkat jasa-jasanya. Bergabung dengan KNIL membuat Gatot Subroto paham dan mengerti bagaimana seorang tentara harus bertindak. |
|||
Setelah Jepang menduduki Indonesia, serta merta Gatot Subroto pun mengikuti pendidikan [[PETA|Pembela Tanah Air (PETA)]], organisasi militer milik Jepang yang merekrut tentara pribumi untuk berperang, di Bogor. Di sanalah karier Gatot Subroto mulai merangkak naik. Selepas lulus dari pendidikan Peta, ia diangkat menjadi komandan kompi di Banyumas sebelum akhirnya ditunjuk menjadi komandan batalyon. Setelah kemerdekaan, Gatot Subroto memilih masuk [[TKR|Tentara Keamanan Rakyat (TKR)]] dan kariernya berlanjut hingga dipercaya menjadi Panglima Divisi II, [[Polisi Militer Angkatan Darat Indonesia|Panglima Corps Polisi Militer]], dan Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya. |
|||
== Karier == |
|||
Setamat pendidikan dasar die [[HIS]], Gatot Subroto tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, namun memilih menjadi pegawai. Namun tak lama kemudian pada tahun 1923 memasuki sekolah militer [[KNIL]] di [[Kota Magelang|Magelang]]. Setelah Jepang menduduki Indonesia, serta merta Gatot Subroto pun mengikuti pendidikan [[PETA]] di Bogor. Setelah kemerdekaan, Gatot Subroto memilih masuk Tentara Keamanan Rakyat [[TKR]] dan kariernya berlanjut hingga dipercaya menjadi Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, dan Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya. |
|||
Gatot Subroto dikenal sebagai tentara yang solider terhadap rakyat kecil meski tengah bekerja sebagai tentara kependudukan Belanda dan Jepang. Ia dianggap contoh seorang pemimpin yang layak diapresiasi berkat jasa-jasanya. Bergabung dengan KNIL membuat Gatot Subroto paham dan mengerti bagaimana seorang tentara harus bertindak. Selama menjabat sebagai komandan kompi dan komandan batalyon, Gatot Subroto dinilai sering memihak kepada rakyat pribumi. Hal itulah yang sering kali membuat ia ditegur oleh atasannya. |
|||
Setelah ikut berjuang dalam Perang Kemerdekaan, pada tahun 1949 Gatot Subroto diangkat menjadi Panglima Tentara & Teritorium (T&T) IV I Diponegoro. |
|||
Namun, bukan berarti sering mendapat teguran dari atasan membuat Gatot Subroto kapok dan patuh terhadap perintah. Justru hal itulah yang membuat Gatot Subroto mendapatkan angin segar untuk sekadar 'menakuti dan mengancam' pihak Jepang. Saat itu, ia mengancam bahwa dirinya mengundurkan diri sebagai komandan kompi dengan melemparkan atribut senjata perangnya. Melihat tindakan berani Gatot Subroto, atasannya kemudian meluluskan apa yang dikerjakan Gatot Subroto, yakni memihak pribumi terlebih rakyat kecil. Ia juga menentang Jepang jika berbuat semena-mena dan kasar terhadap anak buahnya. |
|||
Pada tahun [[1953]], beliau sempat mengundurkan diri dari dinas militer, namun tiga tahun kemudian diaktifkan kembali sekaligus diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad). |
|||
Setelah kemerdekaan Indonesia berhasil didapat, Gatot Subroto kemudian membentuk [[TKR|Tentara Keamanan Rakyat (TKR)]] yang merupakan cikal bakal nama [[Tentara Nasional Indonesia]] yang ada kini. TKR dipimpin oleh Kol. [[Soedirman|Sudirman]] di mana saat itu Gatot Subroto menjabat sebagai Kepala Siasat dan berganti menjadi Komandan Devisi dengan pangkat Kolonel setelah prestasinya yang dianggap gemilang dalam [[pertempuran Ambarawa]]. |
|||
Beliau adalah penggagas akan perlunya sebuah akademi militer gabungan (AD,AU,AL) untuk membina para perwira muda. Gagasan tersebut diwujudkan dengan pembentukan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ([[AKABRI]]) pada tahun 1965. |
|||
Pada tahun 1948 terdapat ''[[peristiwa Madiun 1948|Peristiwa Madiun]]'' atau ''Madiun Affairs'' yang melibatkan pihak [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) dan [[Tentara Nasional Indonesia]]. Pemberontakan tersebut berada di wilayah Madiun, Jawa Timur, yang kemudian berakhir diatasi dengan baik oleh TKR di bawah pimpinan Gatot Subroto. Saat melawan PKI, Gatot Subroto melancarkan operasi militer agar dapat memulihkan keamanan. Di sebelah barat, Gatot yang diangkat menjadi Gubernur Militer Wilayah II ([[Semarang]]-[[Surakarta]]) tanggal 15 September 1948, serta pasukan dari Divisi Siliwangi, sedangkan dari timur diserang oleh pasukan dari Divisi I, di bawah pimpinan Kolonel Soengkono, yang diangkat menjadi Gubernur Militer Jawa Timur, tanggal 19 September 1948, serta pasukan Mobil Brigade Besar (MBB) Jawa Timur, di bawah pimpinan M. Yasin. |
|||
Panglima Besar [[Soedirman]] menyampaikan kepada pemerintah, bahwa TNI dapat menumpas pasukan-pasukan pendukung [[Muso]] dalam waktu 2 minggu. Memang benar, kekuatan inti pasukan-pasukan pendukung Muso dapat dihancurkan dalam waktu singkat. Tanggal 30 September 1948, kota Madiun dapat dikuasai seluruhnya. Pasukan Republik yang datang dari arah timur dan pasukan yang datang dari arah barat, bertemu di hotel Merdeka di Madiun. Namun pimpinan kelompok kiri beserta beberapa pasukan pendukung mereka, lolos dan melarikan diri ke beberapa arah, sehingga tidak dapat segera ditangkap. |
|||
Baru pada akhir bulan November 1948 seluruh pimpinan dan pasukan pendukung Muso tewas atau dapat ditangkap. Sebelas pimpinan kelompok kiri, termasuk [[Amir Syarifuddin Harahap]], mantan Perdana Menteri Republik Indonesia, dieksekusi pada 20 Desember 1948 di makam Ngalihan, atas perintah Kol. Gatot Subroto. |
|||
Tak berbeda jauh dengan pemberontakan yang ada di Jawa, di Sulawesi Selatan juga terdapat pemberontakan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) yang dipimpin oleh [[Kahar Muzakar]] pada tahun 1952. Lagi-lagi karena dinilai pandai dalam memasang strategi, Gatot Subroto diserahi untuk menumpas pasukan pemberontak dan kembali pulang dengan membawa kemenangan. Tak hanya sekadar kemenangan, para pemberontak pun juga berhasil dibujuknya agar kembali dalam barisan TKR. Berkat usahanya tersebut, Gatot Subroto diangkat menjadi Panglima Tentara & Teritorium (T & T) IV Diponegoro pada tahun yang sama. |
|||
Selama memimpin, Gatot Subroto dikenal sebagai pemimpin yang disiplin, tegas, berani, dan membela kaum yang tertindas. Maka, pada tahun 1953, ketika terjadi kerusuhan di istana negara akibat tuntutan rakyat atas pembubaran parlemen ditolak, Gatot Subroto yang dituduh sebagai dalang kerusuhan tersebut langsung mengundurkan diri dari jabatannya sekaligus dari dinas militer. Pada [[1953]], ia mengundurkan diri dari dinas militer, tetapi tiga tahun kemudian diaktifkan kembali sekaligus diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) pada tahun [[1956]]. Melalui tangannya, ia berhasil melumpuhkan pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia-Perdjuangan Rakjat Semesta ([[Permesta|PRRI/Permesta]]) yang ada di Sumatra dan [[Sulawesi Utara]]. |
|||
Pada tanggal 11 Juni 1962, Gatot Subroto meninggal di usia 54 tahun. Pangkat terakhir yang disandangnya adalah Letnan Jenderal. Ia adalah penggagas akan perlunya sebuah akademi militer gabungan ([[Angkatan Darat]], [[Angkatan Udara]], [[Angkatan Laut]]) untuk membina para perwira muda. Gagasan tersebut diwujudkan dengan pembentukan [[AKABRI|Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia]] pada tahun 1965. |
|||
Melengkapi pangkatnya, seminggu setelah ia dimakamkan di desa Mulyoharjo, Ungaran, Jawa Tengah, gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional menurut Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.283 tanggal 18 Juni 1962 disematkan kepadanya.<ref>{{Cite news|url=http://profil.merdeka.com/indonesia/g/gatot-subroto/|title=Gatot Subroto|authors=Atiqoh Hasan|publisher=profil.merdeka.com|date=|accessdate=5 September 2015|language=id|work=[[Merdeka.com]]|archive-date=2017-10-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20171021060421/https://profil.merdeka.com//indonesia/g/gatot-subroto/|dead-url=no}}</ref> |
|||
== Tanda Kehormatan{{sfn|Dinas Sejarah TNI AD|1981|p=501-502}} == |
|||
Selama berkarier di dunia militer dan memangku berbagai jabatan, atas jasa-jasanya beliau telah dianugerahkan tanda kehormatan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. |
|||
{| style="margin:1em auto; text-align:center;" |
|||
|- |
|||
|colspan="3"|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=PIta (Ribbon) Bintang Mahaputera Utama.png|width=100}} {{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Gerilya.png|width=100}} |
|||
|- |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Sakti.png|width=100}} |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Dharma.png|width=100}} |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Indonesian Armed Forces "8 Years" Service Star (1945-1953).gif|width=100}} |
|||
|- |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalencana Kesetiaan XVI.gif|width=100}} |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Satyalencana Kesetiaan VIII.png|width=100}} |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalancana Perang Kemerdekaan I.gif|width=100}} |
|||
|- |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satya Lencana Perang Kemerderkaan II.gif|width=100}} |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satya Lencana GOM I.gif|width=100}} |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalencana G.O.M. II.gif|width=100}} |
|||
|- |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalencana G.O.M. III.gif|width=100}} |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalencana G.O.M. IV.gif|width=100}} |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satya Lencana GOM VI.gif|width=100}} |
|||
|- |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satya Lencana Sapta Marga.gif|width=100}} |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Order for Merit in Defence and Security - 1st Class Ribbon Bar.gif|width=100}} |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=PHL Legion of Honor - Commander Ribbon Bar (Before 2003).png|width=100}} |
|||
|} |
|||
{| class="wikitable" width="70%" style="margin:1em auto; text-align:center;" |
|||
|- |
|||
!Baris ke-1 |
|||
| colspan="2"|[[Bintang Mahaputera Utama]] (14 Agustus 1962)<ref>{{cite book |title=Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003 |url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20180910/41462-Bintang_Mahaputera_tahun_1959-2003.pdf |access-date=3 September 2021}}</ref> |
|||
| colspan="1"|[[Bintang Gerilya]] |
|||
|- |
|||
!Baris ke-2 |
|||
| colspan="1"|[[Bintang Sakti]] |
|||
| colspan="1"|[[Bintang Dharma]] |
|||
| colspan="1"|[[Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia]] |
|||
|- |
|||
!Baris ke-3 |
|||
| colspan="1"|[[Satyalancana Kesetiaan]] 16 Tahun |
|||
| colspan="1"|[[Satyalancana Kesetiaan]] 8 Tahun |
|||
| colspan="1"|[[Satyalancana Perang Kemerdekaan I]] |
|||
|- |
|||
!Baris ke-4 |
|||
| colspan="1"|[[Satyalancana Perang Kemerdekaan II]] |
|||
| colspan="1"|[[Satyalancana G.O.M I]] |
|||
| colspan="1"|[[Satyalancana G.O.M II]] |
|||
|- |
|||
!Baris ke-5 |
|||
| colspan="1"|[[Satyalancana G.O.M III]] |
|||
| colspan="1"|[[Satyalancana G.O.M IV]] |
|||
| colspan="1"|[[Satyalancana G.O.M VI]] |
|||
|- |
|||
!Baris ke-5 |
|||
| colspan="1"|[[Daftar tanda kehormatan di Indonesia#Bekas|Satyalancana Sapta Marga]] |
|||
| colspan="1"|[[:en:Orders, decorations, and medals of the Socialist Federal Republic of Yugoslavia#Orders|First Rank of the Order of Military Merits with Great Star]] - Yugoslavia |
|||
| colspan="1"|[[:en:Philippine Legion of Honor|Commander of the Philippine Legion of Honor]] - Filipina |
|||
|} |
|||
== Lihat juga == |
|||
* [[Bob Hasan|Mohammad (Bob) Hasan]] |
|||
* [[Abdul Haris Nasution]] |
|||
* [[Soeharto]] |
|||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
*{{id}} [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/g/gatot-subroto/index.shtml Profil di TokohIndonesia.com] |
|||
* {{id}} [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/g/gatot-subroto/index.shtml Profil di TokohIndonesia.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20050728135557/http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/g/gatot-subroto/index.shtml |date=2005-07-28 }} |
|||
* {{Citation|author=Dinas Sejarah TNI AD|date=1981|title=Sejarah TNI-AD 1945—1973: Riwayat Hidup Singkat Pimpinan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|volume=XIII|pages=|url=https://books.google.com/books?id=l7maivDM07kC}} |
|||
== Catatan == |
|||
{{reflist|group=note}} |
|||
== Referensi == |
|||
{{reflist}} |
|||
{{Pahlawan Indonesia}} |
{{Pahlawan Indonesia}} |
||
{{DEFAULTSORT:Soebroto, Gatot}} |
{{DEFAULTSORT:Soebroto, Gatot}} |
||
[[Kategori:Pahlawan Kemerdekaan Nasional]] |
|||
[[Kategori:Tokoh militer Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]] |
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]] |
||
[[Kategori:Tokoh |
[[Kategori:Tokoh TNI]] |
||
[[Kategori:Tokoh militer Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]] |
|||
[[ms:Jeneral Gatot Subroto]] |
|||
[[Kategori:Panglima Komando Daerah Militer IV/Diponegoro]] |
|||
'''{{rapikanTeks ini akan dicetak tebal}}{{artikelutama}}''' |
|||
[[Kategori:Panglima Komando Daerah Militer VII/Wirabuana]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Jawa]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Banyumas]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Jakarta]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]] |
|||
[[Kategori:Tokoh dari Purwokerto]] |
|||
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Utama]] |
|||
[[Kategori:Penerima Bintang Gerilya]] |
|||
[[Kategori:Penerima Bintang Sakti]] |
|||
[[Kategori:Penerima Bintang Dharma]] |
|||
[[Kategori:Penerima Bintang Sewindu APRI]] |
Revisi terkini sejak 5 Oktober 2024 14.12
Gatot Soebroto | |
---|---|
Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jabatan ke-2 | |
Masa jabatan 1956–1962 | |
Polisi Militer Angkatan Darat Indonesia Jabatan ke-3 | |
Masa jabatan 1948–1949 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Purwokerto, Banyumas, Hindia Belanda | 10 Oktober 1907
Meninggal | 11 Juni 1962 Jakarta, Indonesia | (umur 54)
Partai politik | IPKI |
Pendidikan |
|
Almamater | KNIL |
Pekerjaan |
|
Dikenal karena | Pahlawan Nasional |
Penghargaan sipil | Pahlawan Kemerdekaan Nasional [note 1] |
Karier militer | |
Pihak |
|
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Masa dinas | 1925–1962 |
Pangkat | Jenderal TNI |
Satuan | Infanteri |
Pertempuran/perang | Revolusi Nasional Indonesia |
| |
Sunting kotak info • L • B |
Jenderal TNI Gatot Soebroto (10 Oktober 1907 – 11 Juni 1962) adalah tokoh perjuangan militer Indonesia dalam merebut kemerdekaan dan juga pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Banyumas. Ia dimakamkan di Ungaran, kabupaten Semarang.
Riwayat hidup
[sunting | sunting sumber]Setamat pendidikan dasar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), Gatot Subroto tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi memilih menjadi pegawai. Namun tak lama kemudian pada tahun 1923 memasuki sekolah militer het Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) di Magelang. Sempat menjadi sersan kelas II saat dikirim di Padang Panjang selama lima tahun, Gatot Subroto kemudian dikirim ke Sukabumi untuk mengikuti pendidikan lanjutan, pendidikan masose. Gatot Subroto dikenal sebagai tentara yang solider terhadap rakyat kecil meski tengah bekerja sebagai tentara kependudukan Belanda dan Jepang. Ia dianggap contoh seorang pemimpin yang layak diapresiasi berkat jasa-jasanya. Bergabung dengan KNIL membuat Gatot Subroto paham dan mengerti bagaimana seorang tentara harus bertindak.
Setelah Jepang menduduki Indonesia, serta merta Gatot Subroto pun mengikuti pendidikan Pembela Tanah Air (PETA), organisasi militer milik Jepang yang merekrut tentara pribumi untuk berperang, di Bogor. Di sanalah karier Gatot Subroto mulai merangkak naik. Selepas lulus dari pendidikan Peta, ia diangkat menjadi komandan kompi di Banyumas sebelum akhirnya ditunjuk menjadi komandan batalyon. Setelah kemerdekaan, Gatot Subroto memilih masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan kariernya berlanjut hingga dipercaya menjadi Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, dan Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya.
Gatot Subroto dikenal sebagai tentara yang solider terhadap rakyat kecil meski tengah bekerja sebagai tentara kependudukan Belanda dan Jepang. Ia dianggap contoh seorang pemimpin yang layak diapresiasi berkat jasa-jasanya. Bergabung dengan KNIL membuat Gatot Subroto paham dan mengerti bagaimana seorang tentara harus bertindak. Selama menjabat sebagai komandan kompi dan komandan batalyon, Gatot Subroto dinilai sering memihak kepada rakyat pribumi. Hal itulah yang sering kali membuat ia ditegur oleh atasannya.
Namun, bukan berarti sering mendapat teguran dari atasan membuat Gatot Subroto kapok dan patuh terhadap perintah. Justru hal itulah yang membuat Gatot Subroto mendapatkan angin segar untuk sekadar 'menakuti dan mengancam' pihak Jepang. Saat itu, ia mengancam bahwa dirinya mengundurkan diri sebagai komandan kompi dengan melemparkan atribut senjata perangnya. Melihat tindakan berani Gatot Subroto, atasannya kemudian meluluskan apa yang dikerjakan Gatot Subroto, yakni memihak pribumi terlebih rakyat kecil. Ia juga menentang Jepang jika berbuat semena-mena dan kasar terhadap anak buahnya.
Setelah kemerdekaan Indonesia berhasil didapat, Gatot Subroto kemudian membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang merupakan cikal bakal nama Tentara Nasional Indonesia yang ada kini. TKR dipimpin oleh Kol. Sudirman di mana saat itu Gatot Subroto menjabat sebagai Kepala Siasat dan berganti menjadi Komandan Devisi dengan pangkat Kolonel setelah prestasinya yang dianggap gemilang dalam pertempuran Ambarawa.
Pada tahun 1948 terdapat Peristiwa Madiun atau Madiun Affairs yang melibatkan pihak Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Tentara Nasional Indonesia. Pemberontakan tersebut berada di wilayah Madiun, Jawa Timur, yang kemudian berakhir diatasi dengan baik oleh TKR di bawah pimpinan Gatot Subroto. Saat melawan PKI, Gatot Subroto melancarkan operasi militer agar dapat memulihkan keamanan. Di sebelah barat, Gatot yang diangkat menjadi Gubernur Militer Wilayah II (Semarang-Surakarta) tanggal 15 September 1948, serta pasukan dari Divisi Siliwangi, sedangkan dari timur diserang oleh pasukan dari Divisi I, di bawah pimpinan Kolonel Soengkono, yang diangkat menjadi Gubernur Militer Jawa Timur, tanggal 19 September 1948, serta pasukan Mobil Brigade Besar (MBB) Jawa Timur, di bawah pimpinan M. Yasin.
Panglima Besar Soedirman menyampaikan kepada pemerintah, bahwa TNI dapat menumpas pasukan-pasukan pendukung Muso dalam waktu 2 minggu. Memang benar, kekuatan inti pasukan-pasukan pendukung Muso dapat dihancurkan dalam waktu singkat. Tanggal 30 September 1948, kota Madiun dapat dikuasai seluruhnya. Pasukan Republik yang datang dari arah timur dan pasukan yang datang dari arah barat, bertemu di hotel Merdeka di Madiun. Namun pimpinan kelompok kiri beserta beberapa pasukan pendukung mereka, lolos dan melarikan diri ke beberapa arah, sehingga tidak dapat segera ditangkap.
Baru pada akhir bulan November 1948 seluruh pimpinan dan pasukan pendukung Muso tewas atau dapat ditangkap. Sebelas pimpinan kelompok kiri, termasuk Amir Syarifuddin Harahap, mantan Perdana Menteri Republik Indonesia, dieksekusi pada 20 Desember 1948 di makam Ngalihan, atas perintah Kol. Gatot Subroto.
Tak berbeda jauh dengan pemberontakan yang ada di Jawa, di Sulawesi Selatan juga terdapat pemberontakan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) yang dipimpin oleh Kahar Muzakar pada tahun 1952. Lagi-lagi karena dinilai pandai dalam memasang strategi, Gatot Subroto diserahi untuk menumpas pasukan pemberontak dan kembali pulang dengan membawa kemenangan. Tak hanya sekadar kemenangan, para pemberontak pun juga berhasil dibujuknya agar kembali dalam barisan TKR. Berkat usahanya tersebut, Gatot Subroto diangkat menjadi Panglima Tentara & Teritorium (T & T) IV Diponegoro pada tahun yang sama.
Selama memimpin, Gatot Subroto dikenal sebagai pemimpin yang disiplin, tegas, berani, dan membela kaum yang tertindas. Maka, pada tahun 1953, ketika terjadi kerusuhan di istana negara akibat tuntutan rakyat atas pembubaran parlemen ditolak, Gatot Subroto yang dituduh sebagai dalang kerusuhan tersebut langsung mengundurkan diri dari jabatannya sekaligus dari dinas militer. Pada 1953, ia mengundurkan diri dari dinas militer, tetapi tiga tahun kemudian diaktifkan kembali sekaligus diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) pada tahun 1956. Melalui tangannya, ia berhasil melumpuhkan pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia-Perdjuangan Rakjat Semesta (PRRI/Permesta) yang ada di Sumatra dan Sulawesi Utara.
Pada tanggal 11 Juni 1962, Gatot Subroto meninggal di usia 54 tahun. Pangkat terakhir yang disandangnya adalah Letnan Jenderal. Ia adalah penggagas akan perlunya sebuah akademi militer gabungan (Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut) untuk membina para perwira muda. Gagasan tersebut diwujudkan dengan pembentukan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada tahun 1965.
Melengkapi pangkatnya, seminggu setelah ia dimakamkan di desa Mulyoharjo, Ungaran, Jawa Tengah, gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional menurut Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.283 tanggal 18 Juni 1962 disematkan kepadanya.[1]
Tanda Kehormatan[2]
[sunting | sunting sumber]Selama berkarier di dunia militer dan memangku berbagai jabatan, atas jasa-jasanya beliau telah dianugerahkan tanda kehormatan baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Baris ke-1 | Bintang Mahaputera Utama (14 Agustus 1962)[3] | Bintang Gerilya | |
---|---|---|---|
Baris ke-2 | Bintang Sakti | Bintang Dharma | Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia |
Baris ke-3 | Satyalancana Kesetiaan 16 Tahun | Satyalancana Kesetiaan 8 Tahun | Satyalancana Perang Kemerdekaan I |
Baris ke-4 | Satyalancana Perang Kemerdekaan II | Satyalancana G.O.M I | Satyalancana G.O.M II |
Baris ke-5 | Satyalancana G.O.M III | Satyalancana G.O.M IV | Satyalancana G.O.M VI |
Baris ke-5 | Satyalancana Sapta Marga | First Rank of the Order of Military Merits with Great Star - Yugoslavia | Commander of the Philippine Legion of Honor - Filipina |
Lihat juga
[sunting | sunting sumber]Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) Profil di TokohIndonesia.com Diarsipkan 2005-07-28 di Wayback Machine.
- Dinas Sejarah TNI AD (1981), Sejarah TNI-AD 1945—1973: Riwayat Hidup Singkat Pimpinan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, XIII
Catatan
[sunting | sunting sumber]- ^ Pada tahun 1962, Soebroto dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional menurut SK Presiden RI No.222 tanggal 18 Juni 1962.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Atiqoh Hasan. "Gatot Subroto". Merdeka.com. profil.merdeka.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-21. Diakses tanggal 5 September 2015.
- ^ Dinas Sejarah TNI AD 1981, hlm. 501-502.
- ^ Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003 (PDF). Diakses tanggal 3 September 2021.
- Kelahiran 1907
- Kematian 1962
- Meninggal usia 55
- Pahlawan nasional Indonesia
- Pahlawan Kemerdekaan Nasional
- Tokoh TNI
- Tokoh militer Indonesia
- Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat
- Panglima Komando Daerah Militer IV/Diponegoro
- Panglima Komando Daerah Militer VII/Wirabuana
- Tokoh Jawa
- Tokoh Banyumas
- Tokoh Jakarta
- Tokoh Jawa Tengah
- Tokoh dari Purwokerto
- Penerima Bintang Mahaputera Utama
- Penerima Bintang Gerilya
- Penerima Bintang Sakti
- Penerima Bintang Dharma
- Penerima Bintang Sewindu APRI