Lompat ke isi

Peristiwa Tanjung Morawa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(20 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3: Baris 3:
== Kronologi peristiwa ==
== Kronologi peristiwa ==


Pada tahun 1953 Pemerintah RI Karesidenan [[Sumatera Timur]] merencanakan untuk mencetak [[sawah]] percontohan di bekas areal perkebunan [[tembakau]] di [[desa Perdamaian]], [[Tanjung Morawa]]. Akan tetapi areal perkebunan itu sudah ditempati oleh penggarap liar. Di antara mereka terdapat beberapa [[imigran]] gelap [[Cina]]. Usaha [[pemerintah]] untuk memindahkan para penggarap dengan memberi ganti rugi dan menyediakan lahan pertanian, dihalang-halangi oleh [[Barisan Tani Indonesia]] (BTI), organisasi massa [[PKI]]. Oleh karena cara musyawarah gagal, maka pada tanggal 16 Maret 1953 pemerintah terpaksa mentraktor areal tersebut dengan dikawal oleh sepasukan [[polisi]]. Untuk menggagalkan usaha pentraktoran, BTI mengerahkan [[massa]] yang sudah mereka pengaruhi dari berbagai tempat di sekitar Tanjung Morawa. Mereka bertindak [[brutal]]. Polisi melepaskan tembakan peringatan ke atas, tetapi tidak dihiraukan, bahkan mereka berusaha merebut senjata polisi. Dalam suasana kacau, jatuh korban meninggal dan luka-luka.
Pada tahun 1953, [[pemerintah RI]] Karesidenan [[Sumatera Utara]] merencanakan untuk mencetak [[sawah]] percontohan di bekas areal perkebunan [[tembakau]] di Desa Perdamaian, [[Tanjung Morawa]]. Akan tetapi areal perkebunan itu sudah ditempati oleh penggarap liar (alias [[ilegal]]). Di antara mereka, terdapat beberapa penggarap yang sebetulnya adalah [[imigran gelap]] dari [[RRC|Cina]] yang sudah bekerja pada daerah tersebut (secara ilegal). Pemerintah segera mengambil tindakan untuk memindahkan para penggarap-panggarap ilegal tersebut dan memberi ganti rugi, sekaligus menyediakan lahan pertanian. Namun sayangnya, saat usaha [[pemerintah]] untuk memindahkan para penggarap dengan memberi ganti rugi dan menyediakan lahan pertanian berlangsung, mereka dihalang-halangi oleh [[Barisan Tani Indonesia]] (BTI), organisasi massa yang merupakan ''subunit'' dari [[PKI]]. Oleh karena cara musyawarah gagal, maka pada tanggal 16 Maret 1953 pemerintah terpaksa mentraktor areal tersebut dengan dikawal oleh sepasukan [[polisi]]. Untuk menggagalkan usaha pentraktoran, BTI mengerahkan massa yang sudah mereka pengaruhi dari berbagai tempat di sekitar Tanjung Morawa.<ref>http://www.sejarahtni.mil.id/index.php?cid=1827&page=6{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, WWW.SEJARAHTNI.MIL.ID - ''Layanan Global Berbasis Fakta Sejarah</ref> Mereka bertindak brutal. Polisi melepaskan tembakan peringatan ke atas, tetapi tidak dihiraukan, bahkan mereka berusaha merebut senjata polisi. Dalam suasana kacau, jatuh korban meninggal dan luka-luka.

Namun setelah polisi menang dalam peristiwa itu polisi malah menuntaskan amarhnya terhadap wanita-wanita yang ada ditanjung Morawa.Para polisi langsung menyisir rumah-rumah yang ada di daerah tanjung morawa untuk mencari wanita teruta ma para gadis.stelah merasa cukup untuk mendapatkan wanita-wanita cantik tanjung morawa,polisi mengumpulkannya di Mapolsek setempat.
== Dampak Peristiwa Tanjung Morawa ==
Para polisi pun dengan buasnya melaha wanita-wanita cantik Tanjung Morawa yang salah satu wanita
Peristiwa Tanjung Morawa terjadi pada masa pemerintahan Orde Lama Presiden Soekarno. Peristiwa ini terjadi dimasa [[Demokrasi liberal|Demokrasi Liberal]] masa [[Kabinet Wilopo]] (3 April 1952 - 3 Juni 1953). Dengan adanya peristiwa Tanjung Morawa mengakibatkan munculnya mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia terhadap [[kabinet Wilopo]].<ref>{{Cite book|last=Pujosantoso|first=Sudarwanto|date=2018|title=Demokrasi Liberal (1950-1959) dan Demokrasi Terpimpin (1959-1966)|location=Pontianak|publisher=Derwati Press|isbn=978-602-5705-03-8|pages=32|url-status=live}}</ref> Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno dan peristiwa Tanjung Morawa mengakibatkan jatuhnya Kabinet Wilopo.
nya bernama Putry Ayu.karena diantara semua wanita dialah yang tercantik maka dia pun menjadi jatah kapolsek tanjung Morawa.Dengan lahap nya sang Kapolsek melahap tubuh Putry Ayu.Setelah puas menciuminya sang Kapolsek pun membuka paksa pakaian Putri Ayu yg menangis tersedu sedu.Pak Kapolsek pun dengan keenakan menghisap susu Putri Ayu erlebih di bagian puting susunya yg menjadi incaran lidah Pak Kapolsek.Setelah puas menghisap puting susu Putry Ayu yg putih mulus Pak Kapolsek pun membuka pakaiannya dan memaksa Putry manghisap kontolnya.Denagn trpaksa dan menangis tersedu sedu putry pun membuka mulutnya dan measukkan kontol itu kedalam mulutnya.Pak Kapolsek mun mengerang kenikmatan.setelah puas dengan isapan mulut Putry Pak Kapolsek pun menyusruh Putry membuka seluruh pakaiannya.dengan mata berbinar binar sang Kapolsek menikmati pemandangan kemulusan tubuh putry ayu.dengan ganasnyanya Kapolsek itu pun melahap tubuh putry.dengan tergesa gesa di bakar nafsu sang Kapolsek menancapkan kontolnya ke dalam kemaluan puty.sambil menagis kesakitan putry menjerit sekeras kerasnya.Namin Kapolsek itu tang perduli lg.setelah berusaha kers kontol itu pun berhasil menembus selaput dara putry ayu.denagn senyum nikmat kapolsek menikmati sasat-saat kenikmatan yg dirasaknnya.setelaj 20 menit pak kapolsek memaju mundurkan kontolnya ke dalam kemaluan putry akhirnya sang kapolsek orgasme juga.dengan sekuat tenaga dia menekan kontolnya masuk kedalam kemaluan putry dan akhirnya ccreett....ccrrooott..... sperma sang Kapolsek pun menyembur kedalam rahim putry ayu.setelah puas sang kapolek pun pergi begitu saja dan meninggalkan Mapolsek Tanjung Morawa.


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
Baris 13: Baris 13:


== Referensi ==
== Referensi ==
<references />


* http://www.sejarahtni.mil.id/index.php?cid=1827&page=6, WWW.SEJARAHTNI.MIL.ID - ''Layanan Global Berbasis Fakta Sejarah''


{{sejarah-stub}}
{{sejarah-stub}}

Revisi terkini sejak 29 September 2023 00.49

Peristiwa Tanjung Morawa adalah salah satu peristiwa berdarah yang cukup terkenal di Indonesia. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Maret 1953.

Kronologi peristiwa

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1953, pemerintah RI Karesidenan Sumatera Utara merencanakan untuk mencetak sawah percontohan di bekas areal perkebunan tembakau di Desa Perdamaian, Tanjung Morawa. Akan tetapi areal perkebunan itu sudah ditempati oleh penggarap liar (alias ilegal). Di antara mereka, terdapat beberapa penggarap yang sebetulnya adalah imigran gelap dari Cina yang sudah bekerja pada daerah tersebut (secara ilegal). Pemerintah segera mengambil tindakan untuk memindahkan para penggarap-panggarap ilegal tersebut dan memberi ganti rugi, sekaligus menyediakan lahan pertanian. Namun sayangnya, saat usaha pemerintah untuk memindahkan para penggarap dengan memberi ganti rugi dan menyediakan lahan pertanian berlangsung, mereka dihalang-halangi oleh Barisan Tani Indonesia (BTI), organisasi massa yang merupakan subunit dari PKI. Oleh karena cara musyawarah gagal, maka pada tanggal 16 Maret 1953 pemerintah terpaksa mentraktor areal tersebut dengan dikawal oleh sepasukan polisi. Untuk menggagalkan usaha pentraktoran, BTI mengerahkan massa yang sudah mereka pengaruhi dari berbagai tempat di sekitar Tanjung Morawa.[1] Mereka bertindak brutal. Polisi melepaskan tembakan peringatan ke atas, tetapi tidak dihiraukan, bahkan mereka berusaha merebut senjata polisi. Dalam suasana kacau, jatuh korban meninggal dan luka-luka.

Dampak Peristiwa Tanjung Morawa

[sunting | sunting sumber]

Peristiwa Tanjung Morawa terjadi pada masa pemerintahan Orde Lama Presiden Soekarno. Peristiwa ini terjadi dimasa Demokrasi Liberal masa Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 3 Juni 1953). Dengan adanya peristiwa Tanjung Morawa mengakibatkan munculnya mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo.[2] Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno dan peristiwa Tanjung Morawa mengakibatkan jatuhnya Kabinet Wilopo.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ http://www.sejarahtni.mil.id/index.php?cid=1827&page=6[pranala nonaktif permanen], WWW.SEJARAHTNI.MIL.ID - Layanan Global Berbasis Fakta Sejarah
  2. ^ Pujosantoso, Sudarwanto (2018). Demokrasi Liberal (1950-1959) dan Demokrasi Terpimpin (1959-1966). Pontianak: Derwati Press. hlm. 32. ISBN 978-602-5705-03-8.