Lompat ke isi

Bahasa Jawa Banyumasan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Syf.Ed77 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(417 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{bahasa
'''Dialek Banyumas''' atau '''Dialek Banyumasan''' adalah dialek [[bahasa Jawa]] yang dipergunakan di wilayah barat [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Beberapa kosakata dan dialeknya juga dipergunakan di [[Banten]] utara serta daerah [[Cirebon]]-[[Indramayu]]. Dialek ini agak berbeda dibanding dialek bahasa Jawa lainnya. Hal ini disebabkan dialek [[Banyumasan]] merupakan dialek yang masih berhubungan erat dengan [[bahasa Jawa Kuna]] ([[Kawi]]).
| name = Jawa Banyumasan
| nativename = {{jav|ꦧꦱꦗꦮꦧꦚꦸꦩꦱꦤ꧀}}<br>''basa Jawa Banyumasan''
| states = [[Indonesia]]
| region = {{tree list}}
* [[Jawa Tengah]]
** eks-[[Keresidenan Banyumas]]
** [[Kabupaten Wonosobo]]
** [[Kabupaten Kebumen]] ({{small|bagian barat}})
** [[Kabupaten Pemalang]] ({{small|bagian selatan}})
** [[Kabupaten Pekalongan]] ({{small|bagian selatan}})
** [[Kabupaten Batang]] ({{small|bagian selatan, timur dan sebagian tengah}})
* [[Jawa Barat]]
** [[Kabupaten Ciamis]]<ref name="Potret 5 Daerah di Ciamis yang Gunakan Bahasa Jawa">{{Cite web |url=https://www.detik.com/jabar/foto/d-6598090/potret-5-daerah-di-ciamis-yang-gunakan-bahasa-jawa|title=Salinan arsip |access-date=2024-05-13 |archive-date=2022-05-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221013084756/https://www.detik.com/jabar/foto/d-6598090/potret-5-daerah-di-ciamis-yang-gunakan-bahasa-jawa|dead-url=no }}</ref>
*** [[Lakbok, Ciamis|Kecamatan Lakbok]]
*** [[Purwadadi, Ciamis|Kecamatan Purwadadi]]
** [[Kabupaten Pangandaran]]<ref name="Potret 5 Daerah di Ciamis yang Gunakan Bahasa Jawa"/>
*** [[Padaherang, Pangandaran|Kecamatan Padaherang]]
*** [[Kalipucang, Pangandaran|Kecamatan Kalipucang]]
** [[Kota Banjar]]
*** [[Langensari, Banjar|Kecamatan Langensari]]
{{Tree list/end}}
| speakers = 13.940.028
| date = 2023
| ref = <ref>{{Cite web|url=http://www.bps.go.id/aboutus.php?sp=0&kota=35|title=Tabel Hasil Sensus Penduduk 2010 Provinsi JAWA Tengah|website=bps.go.id|publisher=Badan Pusat Statistik|dead-url=yes|archive-url=https://web.archive.org/web/20111031214926/http://www.bps.go.id/aboutus.php?sp=0&kota=33|archive-date=28 Oktober 2011|access-date=29 Mei 2020}}</ref>
| agency = Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah
| familycolor = Austronesia
| fam2 = [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]
| fam3 = [[Bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]]
| fam4 = [[Bahasa Jawa|Jawa Pertengahan]]
| fampos = Jawa
| glotto = bany1247
| script = *[[Aksara Jawa|Hanacaraka]]
* [[Abjad Pegon|Pegon (Arab-Jawa)]]
* [[Alfabet Latin|Latin]]
| contoh_teks =
| map = Banyumasan.svg
| mapcaption = Peta distribusi bahasa Sunda Banyumasan dengan legenda:
{{legend3|#0080FE|Dialek Banyumasan sebagai mayoritas}}
{{legend3|#89CFEF|Dialek Banyumasan sebagai minoritas}}
}}


'''Bahasa Jawa Banyumasan''' ({{lang-jv|ꦧꦱꦗꦮꦧꦚꦸꦩꦱꦤ꧀|basa Jawa Banyumasan}}; dikenal juga sebagai ''bahasa Ngapak'') adalah dialek [[bahasa Jawa]] tertua yang masih dituturkan di [[Jawa Tengah]] bagian barat, lebih tepatnya di dua eks-keresidenan Banyumas dan sebagian eks-keresidenan Kedu.<ref>Budiono Herusasoto (2008) Banyumas: Sejarah, Budaya, Bahasa Dan Watak</ref> Wilayah eks-[[Keresidenan Banyumas]] meliputi [[Banjarnegara]], [[Purbalingga]], [[Banyumas]], dan [[Cilacap]], serta sebagian [[Kebumen]], [[Wonosobo]], [[Pemalang]], [[Pekalongan]], dan [[Batang]] yang notabene bukan termasuk wilayah eks-Keresidenan Banyumas.
{{bahasa|name=Bahasa Banyumasan|nativename=Basa mBanyumasan
|familycolor=pink
|states=Wilayah Banyumasan ([[Jawa]], [[Indonesia]])
|region=[[Banyumasan]]
|speakers=12 - 15 juta|rank=
|family=[[Austronesia]]<br>
&nbsp;[[Melayu-Polinesia]]<br>
&nbsp;&nbsp;[[Melayu-Polinesia Barat]]<br>
&nbsp;&nbsp;&nbsp;[[Sundik]]<br>
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;[[Bahasa Jawa]]<br>
&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;'''Bahasa Banyumasan'''
|nation=-
|agency=-
|iso1=-|iso2=bany|sil=-}}
Dialek Banyumasan terkenal dengan cara bicaranya yang khas. Dialek ini disebut ''Banyumasan'' karena dipakai oleh masyarakat yang tinggal di wilayah [[Banyumasan]].


Bahasa Jawa Banyumasan juga dituturkan hingga ke [[Lakbok, Ciamis|Kecamatan Lakbok]] dan [[Purwadadi, Ciamis|Purwadadi]], [[Kabupaten Ciamis]], sebagian kecil [[Kota Banjar]] dan sebagian kecil di timur [[Kabupaten Pangandaran]],<ref>{{Cite book|url=https://petabahasa.kemdikbud.go.id/infobahasa2.php?idb=55&idp=Jawa%20Barat|title=Peta Bahasa Jawa Provinsi Jawa Barat|publisher=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|location=Jakarta}}</ref> yang merupakan daerah perbatasan antara [[Jawa Barat]] dengan [[Jawa Tengah]]. Dialek Banyumasan di daerah ini telah tercampur dengan [[bahasa Sunda Priangan]].<ref>Politik Mataram yang Membentuk Bahasa Jawa Banyumasan[https://tirto.id/politik-mataram-yang-membentuk-bahasa-jawa-banyumasan-gvBd]</ref> Dialek ini menjadi salah satu dialek bahasa Jawa yang masih mempunyai kaitan dengan [[fonetik]] [[bahasa Jawa Kuno]].<ref>{{Cite book|url=https://archive.org/details/kamus-bahasa-jawa-banyumasan--indonesia|title=Kamus Bahasa Jawa Banyumasan-Indonesia|author=Ahmad Tohari, dkk|date=2014|publisher=Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah|location=Semarang|isbn=9786027664630}}</ref>
Seorang ahli bahasa, E.M. Uhlenbeck, dalam bukunya ''A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura'' ([[1964]], [[Den Haag]], Martinus Nijhoff), mengelompokan dialek-dialek yang dipergunakan di wilayah barat dari Jawa Tengah sebagai kelompok (rumpun) bahasa Jawa bagian barat (Banyumasan, Tegalan, Cirebonan dan Banten Utara). Kelompok lainnya adalah bahasa Jawa bagian Tengah (Surakarta, Yogyakarta, Semarang dll) dan kelompok bahasa Jawa bagian Timur.

Kelompok bahasa Jawa bagian barat (harap dibedakan dengan Jawa Barat/Bahasa Sunda) inilah yang sering disebut bahasa Banyumasan (ngapak-ngapak).

Dibandingkan dengan bahasa [[Jawa]] dialek [[Yogyakarta]] dan [[Surakarta]], dialek Banyumasan banyak sekali bedanya. Perbedaan yang utama yakni akhiran 'a' tetap diucapkan 'a' bukan 'o'. Jadi jika di Solo orang makan dengan 'sego', di wilayah [[Banyumasan]] orang makan dengan 'sega'. Selain itu, kata-kata yang berakhiran huruf mati dibaca penuh, misalnya kata ''enak'' oleh dialek lain bunyinya ''ena'', sedangkan dalam dialek Banyumasan dibaca ''enak'' dengan suara huruf 'k' yang jelas, itulah sebabnya bahasa Banyumasan dikenal dengan bahasa Ngapak atau Ngapak-ngapak.


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Sejumlah ahli [[bahasa Jawa]] menyebut bahasa Jawa Banyumasan sebagai bentuk bahasa Jawa tahap awal.<ref>Budiono Herusasoto (2008) Banyumas: Sejarah, Budaya, Bahasa Dan Watak</ref><ref>Orang Ngapak Bukannya Kasar, Tapi Blak-blakan dan Apa Adanya[https://tirto.id/orang-ngapak-bukannya-kasar-tapi-blak-blakan-dan-apa-adanya-dkUE]</ref>
[[Gambar:Jawa.jpg|right|thumb|250px|Peta lokasi penutur Dialek Banyumas.]]
Menurut para pakar bahasa, sebagai bagian dari bahasa Jawa maka dari waktu ke waktu, bahasa Banyumasan mengalami tahap-tahap perkembangan sebagai berikut:
* Abad ke-9 - 13 sebagai bagian dari bahasa Jawa kuno
* Abad ke-13 - 16 berkembang menjadi bahasa Jawa abad pertengahan
* Abad ke-16 - 20 berkembang menjadi bahasa Jawa baru
* Abad ke-20 - sekarang, sebagai salah satu bahasa Jawa modern.
(Tahap-tahapan ini tidak berlaku secara universal)
Tahap-tahapan perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh munculnya kerajaan-kerajaan di pulau Jawa yang juga menimbulkan tumbuhnya budaya-budaya feodal. Implikasi selanjutnya adalah pada perkembangan bahasa Jawa yang melahirkan tingkatan-tingkatan bahasa berdasarkan status sosial. Tetapi pengaruh budaya feodal ini tidak terlalu signifikan menerpa masyarakat di wilayah Banyumasan, terbukti dari kemampuan mereka untuk tetap mempertahankan kosakata-kosakata dari bahasa Jawa kuno. Itulah sebabnya pada tahap perkembangan di era bahasa Jawa modern ini, terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara bahasa Banyumasan dengan bahasa Jawa standar sehingga di masyarakat Banyumasan timbul istilah ''bandhekan'' untuk merepresentasikan gaya bahasa Jawa standar, atau biasa disebut bahasa ''wetanan'' (timur).


Bahasa Jawa Banyumasan mengalami tahap-tahap perkembangan sebagai berikut:
Menurut M. Koderi (salah seorang pakar budaya & bahasa Banyumasan), kata ''bandhek'' secara morfologis berasal dari kata ''gandhek'' yang berarti ''pesuruh'' (orang suruhan/yang diperintah), maksudnya orang suruhan Raja yang diutus ke wilayah Banyumasan. Para ''pesuruh'' ini tentu menggunakan gaya bahasa Jawa standar (Surakarta / Yogyakarta) yang memang berbeda dengan bahasa Banyumasan.


* Abad ke-9 hingga ke-13, diklasifikasikan sebagai bagian dari bahasa Jawa kuno.
== Dialek-dialek Bahasa Jawa bagian barat ==
* Abad ke-13 hingga ke-16, berkembang menjadi bahasa Jawa abad pertengahan.
[[Gambar:Banyumasan.JPG|right|thumb|280px|Peta lokasi berdasarkan wilayah di Jawa.]]
* Abad ke-16 hingga ke-20, berkembang menjadi dialek yang terpisah cukup jauh dengan dialek lain dalam bahasa Jawa.
Terdapat 4 sub-dialek utama dalam dialek Banyumasan yaitu Wilayah Utara (Tegalan), Wilayah Selatan (Banyumasan), Wilayah Cirebon - Indramayu (Cirebonan) dan Banten Utara.


Tahap-tahapan perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh munculnya kerajaan-kerajaan di pulau Jawa yang juga menimbulkan tumbuhnya budaya-budaya feodal. Implikasi selanjutnya adalah pada perkembangan bahasa Jawa yang melahirkan tingkatan-tingkatan bahasa berdasarkan status sosial. Tetapi pengaruh budaya feodal ini tidak terlalu signifikan mempengaruhi masyarakat di wilayah Banyumasan. Meskipun demikian, bahasa ''[[krama]]'' tetap dibutuhkan untuk berbagai acara formal dan ritual keagamaan. Terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara bahasa Banyumasan dengan bahasa Jawa standar sehingga di masyarakat Banyumasan timbul istilah ''bandhêkan'' untuk merepresentasikan gaya bahasa Jawa standar, atau biasa disebut bahasa Jawa ''Wetanan'' (dialek timur).<ref>{{Cite web |title=Bupati Luncurkan Aplikasi Kamus Bahasa Banyumas |trans-title=Banyumas Regent Launches Banyumasan Language Dictionary Application |url=https://www.banyumaskab.go.id/read/18134/bupati-luncurkan-aplikasi-kamus-bahasa-banyumas#XhtSS8ayQwg |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20200113044358/https://www.banyumaskab.go.id/read/18134/bupati-luncurkan-aplikasi-kamus-bahasa-banyumas#XhtSS8ayQwg |archive-date=13 January 2020 |access-date=15 February 2020 |website=banyumaskab.go.id |language=id}}</ref>
===Wilayah Utara===


Menurut M. Koderi, seorang pakar budaya dan bahasa Banyumasan, kata ''bandhêk'' secara morfologis berasal dari kata ''gandhêk'' yang berarti 'pesuruh' (orang yang diperintah), maksudnya 'orang suruhan raja yang diutus ke wilayah Banyumasan'. Para 'pesuruh' ini tentu menggunakan gaya [[bahasa Jawa standar]] (Surakarta–Yogyakarta) yang memang berbeda dengan bahasa Jawa Banyumasan.<ref>{{cite journal|title=MAKALAH BUDAYA BANYUMASAN|author=Dwi Meilani|language=id|url=https://www.academia.edu/6349356/MAKALAH_BUDAYA_BANYUMASAN}}</ref>
Dialek Tegalan dituturkan di wilayah utara, antara lain Tanjung, Ketanggungan, Larangan, Brebes, Slawi, Moga, Pemalang, Surodadi dan Tegal.


===Wilayah Selatan===
== Kosakata ==
Berikut ini perbandingan kosakata bahasa Jawa Banyumasan, [[bahasa Jawa Tegal|Tegal]], [[bahasa Jawa Pekalongan|Pekalongan]], [[Bahasa Jawa Indramayu|Indramayu]], dan [[Bahasa Jawa Banten|Banten]] yang termasuk kedalam rumpun dialek Jawa Kulonan.
{| class="wikitable"
|+
! Banyumasan
! Tegal
! Pekalongan
! Indramayu
! Banten
! Glosa
|-
| ''inyong'', ''nyong''
| ''ênyong'', ''nyong'', ''aku''
| ''nyong'', ''aku''
| ''kula'', ''réang'', ''ingsun''
| ''kulê'', ''kitê'', ''ingsun''
| saya
|-
| ''rika'', ''ko'', koè
| ''kowên'', ''rika''
| ''sampéyan'', ''kowé''
| ''slira'', ''sira'', ''ira''
| ''sirê'', ''irê''
| Anda, kamu
|-
| ''awaké dhéwék''
| ''awaké dhéwék''
| ''awaké dhéwé''
| ''kita kabeh''
| ''kitê''
| kami
|-
| ''rika kabèh''
| ''kowên kabèh''
| ''kowé kabèh''
| ''sira kabèh''
| ''sirê kabèh''
| kalian
|-
| ''kiyé'', ''iki''
| ''kiyé'', ''iki''
| ''iki''
| ''kién'', ''iki''
| ''kién'', ''puniki'', ''iki''
| ini
|-
| ''kuwé'', ''koh'', ''iku''
| kuwé, kaé
| ''kuwi'', ''koh''
| ''kuèn'', ''kuh'', ''iku''
| ''kuèn'', ''iku''
| itu
|-
| ''kéné'', ''ngénéh'', ''mengené''
| ''kéné'', ''méné''
| ''kéné'', ''méné'', ''mréné''
| ''kéné'', ''méné''
| ''kéné'', ''mérené''
| sini
|-
| ''kana'', ''mengana''
| ''kana'', ''mana''
| ''kana'', ''mono'', ''mrono''
| ''kana'', ''mana''
| ''kana'', ''merana''
| sana
|-
| ''kêpriwé'', ''kêpribé''
| ''kêprimén'', ''kêpribén''
| ''kêpriyé'', ''kêpige''
| ''kêpribén'', ''kêpriwén'', ''kêpriyén''
| ''kêprémén'', ''kêlipun''
| bagaimana
|-
| ''ora'', ''udu'', ''séjén''
| ''ora'', ''dudu'', ''bélih'', ''béléh'', ''séjén''
| ''ora'', ''udu'', ''séjé''
| ''ora'', ''dudu'', ''bêlih'', ''bli'', ''séjén''
| ''orê'', ''udu''
| tidak, bukan
|}


Perbandingan kosakata bahasa Jawa Banyumasan dengan [[bahasa Jawa Surakarta|bahasa Jawa standar]] (Surakarta–Yogyakarta).
Dialek ini dituturkan di wilayah selatan, antara lain Bumiayu, Karang Pucung, Cilacap, Nusakambangan, Kroya, Ajibarang, Purwokerto, Purbalingga, Bobotsari, Banjarnegara, Purwareja, Kebumen serta Gombong.


{| class="wikitable"
===Cirebon - Indramayu===
|+
! Banyumasan
! Jawa standar<br>{{small|(Surakarta–Yogyakarta)}}
! Glosa
|-
| ''inyong'', ''nyong''
| ''aku'', ''awakku'', ''kula''
| saya
|-
| ''rika'', ''ko''
| ''kowé'', ''sampéyan'', ''awakmu''
| kamu
|-
| ''awaké dhéwék''
| ''kita'', ''awaké dhéwé''
| kami
|-
| ''rika kabéh''
| ''kowé kabéh''
| kalian
|-
| ''kiyé'', ''iki''
| ''iki'', ''ki''
| ini
|-
| ''kuwé'', ''koh'', ''iku''
| ''kuwi'', ''iku''
| itu
|-
| ''kéné'', ''méngéne''
| ''kéné'', ''méné''
| sini
|-
| ''kana'', ''mengana''
| ''kana'', ''mrana''
| sana
|-
| ''kêpriwé'', ''kêpribe''
| ''kêpiyé'', ''piyé''
| bagaimana
|-
| ''ora'', ''udu'', ''séjén''
| ''ora'', ''dudu''
| tidak, bukan
|}


Berikut ini dikutip dari perkataan [[Ahmad Tohari]] tentang bahasa Jawa Banyumasan.
Dialek ini dituturkan di sekitar Cirebon, Jatibarang dan Indramayu. Secara administratif, wilayah ini termasuk dalam propinsi Jawa Barat.


{{cquote|''Dalam kenyataan sehari-hari keberadaan '''basa Banyumasan''' termasuk dialek lokal yang sungguh terancam. Maka kita sungguh pantas bertanya dengan nada cemas, tinggal berapa persenkah pengguna '''basa Banyumasan''' 20 tahun ke depan? Padahal, bahasa atau dialek adalah salah satu ciri utama suatu suku bangsa. Jelasnya tanpa '''basa Banyumasan''' sesungguhnya "wong Penginyongan" boleh dikata akan Terhapus dari peta etnik bangsa ini… Mana bacaan teks-teks lama Banyumasan seperti babad-babad Kamandaka, misalnya, malah lebih banyak ditulis dalam dialek Jawa Wetanan. Jadi sebuah teks yang cukup mewakili budaya dan semangat "wong Penginyongan" harus segera disediakan.''}}
===Banten Utara===


Sebuah fakta empiris dikemukakan oleh Ahmad Tohari, menurutnya penutur asli bahasa Jawa Banyumasan akan 'mengalah' jika berbicara dengan penutur bahasa Jawa ''Wetanan'' (dialek Surakarta-Yogyakarta). Alasannya, penutur bahasa Jawa Banyumasan tidak ingin dicap sebagai 'orang rendahan' karena menggunakan 'bahasa berlogat kasar'.<ref>{{cite web|url=https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/05/29/ahmad-tohari-kembali-ingatkan-pentingnya-kesetaraan|title=Ahmad Tohari Kembali Ingatkan Pentingnya Kesetaraan|publisher=[[Kompas (surat kabar)|Kompas]]|website=www.kompas.id|date=29-05-2023|access-date=31-03-2024|language=id|first=Wilibrordus Megandika|last=Wicaksono|format=Online}}</ref>
Dialek ini dituturkan di wilayah Banten utara yang secara administratif termasuk dalam propinsi Banten.


== Lihat pula ==
Selain itu terdapat beberapa sub-sub dialek dalam bahasa Banyumasan, antara lain sub dialek Bumiayu dan lain-lain.
{{Portal|Bahasa|Indonesia|Jawa}}
* [[Bahasa Jawa Tegal]]
* [[Bahasa Jawa Pekalongan]]
* [[Bahasa Jawa Indramayu]]
* [[Bahasa Jawa Serang]]


== Kosakata ==
== Referensi ==
{{Reflist}}
Sebagian besar kosakata asli dari bahasa ini tidak memiliki kesamaan dengan bahasa Jawa standar (Surakarta/Yogyakarta) baik secara morfologi maupun fonetik.

<table border=1 width=%75>
<tr>
<td><b>Banten Utara</b></td>
<td><b>Cirebonan</b></td>
<td><b>Banyumasan & Tegalan</b></td>
<td><b>Jawa Standar</b></td>
<td><b>Indonesia</b></td>
</tr>
<tr>
<td>sire</td>
<td>sira/rika</td>
<td>sira/rika</td>
<td>kowe</td>
<td>kamu</td>
</tr>
<tr>
<td>pisan</td>
<td>pisan</td>
<td>pisan</td>
<td>banget</td>
<td>sangat</td>
</tr>
<tr>
<td>keprimen</td>
<td>kepriben</td>
<td>keprimen/kepriben</td>
<td>piye</td>
<td>bagaimana</td>
</tr>
</table>

Kosakata lainnya
* Inyong ==> aku
* Gandhul ==> pepaya
* Rika ==> kamu


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
{{InterWiki|code=map-bms}}
*{{id}} [http://hanacaraka.fateback.com/logat_bms.htm hanacaraka.fateback.com] - Dialek Banyumas (logat Banyumas) dapat dilihat keterangannya secara gamblang pada kamus Dialek Banyumas-Indonesia
{{Bahasa Jawa/Pranala luar}}

* [https://archive.org/details/kamus-bahasa-jawa-banyumasan--indonesia Kamus bahasa Jawa Banyumasan - Indonesia]—kamus bahasa Jawa dialek Banyumasan terbitan [[Balai Bahasa Jawa Tengah|Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah]]
{{stub}}
* [https://www.gurune.net/2019/06/les-bahasa-ngapak-banyumasan-part-1.html Kata - kata umum dialek banyumasan]—sebagai sarana belajar orang - orang diluar wilayah BRALINGMASCAKEB


[[kategori:Jawa]]
{{Bahasa Jawa}}


{{DEFAULTSORT:Banyumas, Dialek}}
[[en:Banyumasan language]]
[[Kategori:Dialek bahasa Jawa]]
[[Kategori:Bahasa Jawa]]
[[Kategori:Banyumasan]]
{{Small|{{Notelist}}}}

Revisi terkini sejak 14 Oktober 2024 18.36

Bahasa Jawa Banyumasan
ꦧꦱꦗꦮꦧꦚꦸꦩꦱꦤ꧀
basa Jawa Banyumasan
Dituturkan diIndonesia
Wilayah
Penutur
13.940.028 (2023)[2]
Lihat sumber templat}}
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
Posisi bahasa Jawa Banyumasan dalam dialek-dialek bahasa Jawa Sunting klasifikasi ini

Catatan:

Simbol "" menandai bahwa bahasa tersebut telah atau diperkirakan telah punah
Status resmi
Diatur olehBalai Bahasa Provinsi Jawa Tengah
Kode bahasa
ISO 639-3
Glottologbany1247[3]
Lokasi penuturan
Peta distribusi bahasa Sunda Banyumasan dengan legenda:
Dialek Banyumasan sebagai mayoritas
Dialek Banyumasan sebagai minoritas
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa Jawa Banyumasan (bahasa Jawa: ꦧꦱꦗꦮꦧꦚꦸꦩꦱꦤ꧀, translit. basa Jawa Banyumasan; dikenal juga sebagai bahasa Ngapak) adalah dialek bahasa Jawa tertua yang masih dituturkan di Jawa Tengah bagian barat, lebih tepatnya di dua eks-keresidenan Banyumas dan sebagian eks-keresidenan Kedu.[4] Wilayah eks-Keresidenan Banyumas meliputi Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, dan Cilacap, serta sebagian Kebumen, Wonosobo, Pemalang, Pekalongan, dan Batang yang notabene bukan termasuk wilayah eks-Keresidenan Banyumas.

Bahasa Jawa Banyumasan juga dituturkan hingga ke Kecamatan Lakbok dan Purwadadi, Kabupaten Ciamis, sebagian kecil Kota Banjar dan sebagian kecil di timur Kabupaten Pangandaran,[5] yang merupakan daerah perbatasan antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah. Dialek Banyumasan di daerah ini telah tercampur dengan bahasa Sunda Priangan.[6] Dialek ini menjadi salah satu dialek bahasa Jawa yang masih mempunyai kaitan dengan fonetik bahasa Jawa Kuno.[7]

Sejumlah ahli bahasa Jawa menyebut bahasa Jawa Banyumasan sebagai bentuk bahasa Jawa tahap awal.[8][9]

Bahasa Jawa Banyumasan mengalami tahap-tahap perkembangan sebagai berikut:

  • Abad ke-9 hingga ke-13, diklasifikasikan sebagai bagian dari bahasa Jawa kuno.
  • Abad ke-13 hingga ke-16, berkembang menjadi bahasa Jawa abad pertengahan.
  • Abad ke-16 hingga ke-20, berkembang menjadi dialek yang terpisah cukup jauh dengan dialek lain dalam bahasa Jawa.

Tahap-tahapan perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh munculnya kerajaan-kerajaan di pulau Jawa yang juga menimbulkan tumbuhnya budaya-budaya feodal. Implikasi selanjutnya adalah pada perkembangan bahasa Jawa yang melahirkan tingkatan-tingkatan bahasa berdasarkan status sosial. Tetapi pengaruh budaya feodal ini tidak terlalu signifikan mempengaruhi masyarakat di wilayah Banyumasan. Meskipun demikian, bahasa krama tetap dibutuhkan untuk berbagai acara formal dan ritual keagamaan. Terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara bahasa Banyumasan dengan bahasa Jawa standar sehingga di masyarakat Banyumasan timbul istilah bandhêkan untuk merepresentasikan gaya bahasa Jawa standar, atau biasa disebut bahasa Jawa Wetanan (dialek timur).[10]

Menurut M. Koderi, seorang pakar budaya dan bahasa Banyumasan, kata bandhêk secara morfologis berasal dari kata gandhêk yang berarti 'pesuruh' (orang yang diperintah), maksudnya 'orang suruhan raja yang diutus ke wilayah Banyumasan'. Para 'pesuruh' ini tentu menggunakan gaya bahasa Jawa standar (Surakarta–Yogyakarta) yang memang berbeda dengan bahasa Jawa Banyumasan.[11]

Berikut ini perbandingan kosakata bahasa Jawa Banyumasan, Tegal, Pekalongan, Indramayu, dan Banten yang termasuk kedalam rumpun dialek Jawa Kulonan.

Banyumasan Tegal Pekalongan Indramayu Banten Glosa
inyong, nyong ênyong, nyong, aku nyong, aku kula, réang, ingsun kulê, kitê, ingsun saya
rika, ko, koè kowên, rika sampéyan, kowé slira, sira, ira sirê, irê Anda, kamu
awaké dhéwék awaké dhéwék awaké dhéwé kita kabeh kitê kami
rika kabèh kowên kabèh kowé kabèh sira kabèh sirê kabèh kalian
kiyé, iki kiyé, iki iki kién, iki kién, puniki, iki ini
kuwé, koh, iku kuwé, kaé kuwi, koh kuèn, kuh, iku kuèn, iku itu
kéné, ngénéh, mengené kéné, méné kéné, méné, mréné kéné, méné kéné, mérené sini
kana, mengana kana, mana kana, mono, mrono kana, mana kana, merana sana
kêpriwé, kêpribé kêprimén, kêpribén kêpriyé, kêpige kêpribén, kêpriwén, kêpriyén kêprémén, kêlipun bagaimana
ora, udu, séjén ora, dudu, bélih, béléh, séjén ora, udu, séjé ora, dudu, bêlih, bli, séjén orê, udu tidak, bukan

Perbandingan kosakata bahasa Jawa Banyumasan dengan bahasa Jawa standar (Surakarta–Yogyakarta).

Banyumasan Jawa standar
(Surakarta–Yogyakarta)
Glosa
inyong, nyong aku, awakku, kula saya
rika, ko kowé, sampéyan, awakmu kamu
awaké dhéwék kita, awaké dhéwé kami
rika kabéh kowé kabéh kalian
kiyé, iki iki, ki ini
kuwé, koh, iku kuwi, iku itu
kéné, méngéne kéné, méné sini
kana, mengana kana, mrana sana
kêpriwé, kêpribe kêpiyé, piyé bagaimana
ora, udu, séjén ora, dudu tidak, bukan

Berikut ini dikutip dari perkataan Ahmad Tohari tentang bahasa Jawa Banyumasan.

Dalam kenyataan sehari-hari keberadaan basa Banyumasan termasuk dialek lokal yang sungguh terancam. Maka kita sungguh pantas bertanya dengan nada cemas, tinggal berapa persenkah pengguna basa Banyumasan 20 tahun ke depan? Padahal, bahasa atau dialek adalah salah satu ciri utama suatu suku bangsa. Jelasnya tanpa basa Banyumasan sesungguhnya "wong Penginyongan" boleh dikata akan Terhapus dari peta etnik bangsa ini… Mana bacaan teks-teks lama Banyumasan seperti babad-babad Kamandaka, misalnya, malah lebih banyak ditulis dalam dialek Jawa Wetanan. Jadi sebuah teks yang cukup mewakili budaya dan semangat "wong Penginyongan" harus segera disediakan.

Sebuah fakta empiris dikemukakan oleh Ahmad Tohari, menurutnya penutur asli bahasa Jawa Banyumasan akan 'mengalah' jika berbicara dengan penutur bahasa Jawa Wetanan (dialek Surakarta-Yogyakarta). Alasannya, penutur bahasa Jawa Banyumasan tidak ingin dicap sebagai 'orang rendahan' karena menggunakan 'bahasa berlogat kasar'.[12]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-13. Diakses tanggal 2024-05-13. 
  2. ^ "Tabel Hasil Sensus Penduduk 2010 Provinsi JAWA Tengah". bps.go.id. Badan Pusat Statistik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Oktober 2011. Diakses tanggal 29 Mei 2020. 
  3. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Jawa Banyumasan". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  4. ^ Budiono Herusasoto (2008) Banyumas: Sejarah, Budaya, Bahasa Dan Watak
  5. ^ Peta Bahasa Jawa Provinsi Jawa Barat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 
  6. ^ Politik Mataram yang Membentuk Bahasa Jawa Banyumasan[1]
  7. ^ Ahmad Tohari, dkk (2014). Kamus Bahasa Jawa Banyumasan-Indonesia. Semarang: Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah. ISBN 9786027664630. 
  8. ^ Budiono Herusasoto (2008) Banyumas: Sejarah, Budaya, Bahasa Dan Watak
  9. ^ Orang Ngapak Bukannya Kasar, Tapi Blak-blakan dan Apa Adanya[2]
  10. ^ "Bupati Luncurkan Aplikasi Kamus Bahasa Banyumas" [Banyumas Regent Launches Banyumasan Language Dictionary Application]. banyumaskab.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 January 2020. Diakses tanggal 15 February 2020. 
  11. ^ Dwi Meilani. "MAKALAH BUDAYA BANYUMASAN". 
  12. ^ Wicaksono, Wilibrordus Megandika (29-05-2023). "Ahmad Tohari Kembali Ingatkan Pentingnya Kesetaraan" (Online). www.kompas.id. Kompas. Diakses tanggal 31-03-2024. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]