Lompat ke isi

Bagindo Aziz Chan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(99 revisi perantara oleh 36 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Officeholder
{{Infobox Officeholder
|honorific-prefix = <!-- Kolom ini hanya untuk gelar kenegaraan/kehormatan (bukan gelar akademis/keagamaan/pangkat) -->
|honorific-prefix =
|honorific-suffix = <!-- Kolom ini hanya untuk gelar kenegaraan/kehormatan (bukan gelar akademis) -->
|honorific-suffix =
|name = Bagindo Azizchan
|name = Bagindo Aziz Chan
|image = Bagindo azizchan pt.jpg
|image = Bagindo Azizchan.jpg
|imagesize =
|imagesize =
|caption =
|caption =
|office = Wali kota Padang
|office = Wali Kota Padang
|order = 2
|order = ke-2
|term_start = [[1946]]
|term_start = 15 Agustus 1946
|term_end = [[1947]]
|term_end = 19 Juli 1947
|lieutenant =
|lieutenant =
|predecessor = [[Abubakar Jaar|Mr. Abubakar Jaar]]
|predecessor = [[Abubakar Jaar|Mr. Abubakar Jaar]]
|successor =
|successor = [[Said Rasad]]
|office2 =
|office2 = Wakil Wali Kota Padang
|order2 =
|order2 = ke-1
|term_start2 =
|term_start2 = 24 Januari 1946
|term_end2 =
|term_end2 = 15 Agustus 1946
|succeeding2 =
|succeeding2 =
|president2 =
|president2 =
|predecessor2 =
|predecessor2 =
|successor2 = [[Said Rasad]]
|successor2 =
|birth_date = {{birth date|1910|9|30}}
|birth_date = {{birth date|1910|9|30}}
|birth_place = {{flagicon|Belanda}} [[Padang]]
|birth_place = [[Kota Padang|Padang]], [[Pantai Barat Sumatra]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{death date and age|1947|7|19|1910|9|30}}
|death_date = {{death date and age|1947|7|19|1910|9|30}}
|death_place = {{flagicon|Indonesia}} [[Padang]]
|death_place = [[Kota Padang|Padang]], [[Sumatera Barat]]
|nationality = {{flagcountry|Indonesia}}
|nationality = <!-- Kolom ini hanya untuk warga negara asing -->
|party = [[Persatuan Muslimin Indonesia]] (sampai 1937){{br}}[[Partai Syarikat Islam Indonesia]] (1945-1947)<ref name=hist>https://historia.id/militer/articles/wali-kota-padang-berpulang-di-bulan-ramadan-Pyj4r</ref>
|party =
|spouse=Raden Entis Atisah<ref>https://books.google.co.id/books?id=pVBxAAAAMAAJ&q=Entis+Atisah&dq=Entis+Atisah&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjpmuii0oT5AhWmR2wGHZArCkoQ6AF6BAgKEAM</ref><br>Hj. Siti Zaura Oesman
|spouse =
|relations =
|relations =
|children = <!-- Kolom ini diisi hanya jumlah anak; hanya nama anak yang secara independen sudah terkenal atau telah memiliki artikelnya di Wikipedia; bila ada rujukan/referensi, uraikan dan tulis pada artikel -->8
|children =
|alma_mater =
|alma_mater = [[Rechtshoogeschool te Batavia]]
|occupation =
|occupation =
|profession =
|profession = {{hlist|[[Guru]]|[[politikus]]}}
|religion = <!-- Kosongkan bagian ini; kolom terkait Suku, Agama dan Ras telah dinonaktifkan -->
|religion = [[Islam]]
|signature =
|signature =
|website =
|website =
|footnotes =
|footnotes =
}}
}}
'''Bagindo Azizchan''' ({{lahirmati|[[Padang]]|30|9|1910|[[Padang]]|19|7|1947}}) merupakan [[Wali Kota Padang]] kedua setelah kemerdekaan, yang dilantik pada tanggal 15 Agustus 1946 menggantikan [[Abubakar Jaar|Mr. Abubakar Jaar]].<ref>Husein, Ahmad (1992). ''Sejarah Perjuangan Kemerdekaan R.I. di Minangkabau/Riau 1945-1950''. Volume 1. Badan Pemurnian Sejarah Indonesia-Minangkabau. ISBN 978-979-405-126-9.</ref> Ia meninggal pada 19 Juli 1947 dalam usia 36 tahun, setelah terlibat dalam sebuah pertempuran melawan [[Belanda]]. Jasadnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Bahagia, [[Bukittinggi]]. Gelar Pahlawan Nasional Indonesia telah disematkan kepadanya pada [[9 November]] [[2005]].


'''Bagindo Aziz Chan''' atau juga ditulis dengan ejaan '''Bagindo Azizchan''' ({{lahirmati|[[Kota Padang|Padang]]|30|9|1910|Padang|19|7|1947}}) adalah seorang guru dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan [[Wali Kota Padang]] kedua setelah [[kemerdekaan]], yang dilantik pada tanggal [[15 Agustus]] 1946 menggantikan [[Abubakar Jaar|Mr. Abubakar Jaar]].<ref>[[Ahmad Husein|Husein, Ahmad]] (1992). ''Sejarah Perjuangan Kemerdekaan R.I. di Minangkabau/Riau 1945-1950''. Volume 1. Badan Pemurnian Sejarah Indonesia-Minangkabau. ISBN 978-979-405-126-9.</ref>
Lahir pada 30 September 1910, Bagindo Azizchan mengenyam pendidikan [[Hollandsch-Inlandsche School|HIS]] di Padang, [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|MULO]] di [[Surabaya]], dan [[Algemeene Middelbare School|AMS]] di [[Batavia]]. Tamat dari AMS dan sempat dua tahun duduk di ''Rechts Hooge School'' (RHS), ia sempat membuka praktik pengacara dan aktif di beberapa organiasi, di antaranya sebagai anggota pengurus Jong Islamieten Bond di bawah pimpinan [[Agus Salim]]. Kembali ke kampung halamannya pada tahun 1935, ia mengabdi sebagai guru di beberapa sekolah di Padang dan berkali-kali pindah mengajar ke luar kota. Ia sempat aktif di [[Persatuan Muslim Indonesia]] (Permi) sampai organisasi itu dibubarkan pada tahun 1937. Setelah [[proklamasi kemerdekaan Indonesia|proklamasi kemerdekaan]], ia ditunjuk sebagai Wakil Wali Kota Padang pada 24 Januari 1946 dan pada 15 Agustus 1946 dilantik sebagai wali kota menggantikan [[Abubakar Jaar|Mr. Abubakar Jaar]], yang yang pindah tugas menjadi residen di [[Sumatera Utara]].


Ia meninggal dalam usia 36 tahun setelah terlibat dalam sebuah [[Agresi militer Belanda I|pertempuran melawan Belanda]]. Jasadnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Bahagia, [[Bukittinggi]]. Melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 082/TK/2005, tanggal 7 November 2005, Bagindo Aziz Chan menerima [[Bintang Mahaputera Adipradana]] dan Gelar [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|Pahlawan Nasional Indonesia]] pada [[9 November]] [[2005]].<ref name="suaramerdeka.com">[http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0511/09/nas6.htm "Gelar Pahlawan Nasional buat Bagindo Aziz Chan"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150108160103/http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0511/09/nas6.htm |date=2015-01-08 }} ''[[Suara Merdeka]]'', 09-11-2005. Diakses 08-01-2015.</ref>
Di tengah situasi pasca-kedatangan [[Sekutu]] di Padang pada 10 Oktober 1945, ia menolak tunduk terhadap kekuatan militer Belanda yang berada di belakang tentara Sekutu.<ref>Kahin, A. (1999). ''Rebellion to Integration: West Sumatra and the Indonesian Polity''. 1926-1998. Amsterdam University Press. ISBN 90-5356-395-4.</ref> Ia terus melakukan perlawanan dengan menerbitkan surat kabar perjuangan yang bernama ''Republik Indonesia Jaya'', bahkan turun langsung memimpin perlawanan terhadap Belanda sampai akhirnya meninggal pada tanggal [[19 Juli]] [[1947]].<ref>Sudarmanto, J. B. (2007). ''Jejak-jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia''. Grasindo. ISBN 978-979-759-716-0.</ref> Menurut hasil visum (yang dilakukan di Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Ganting sekarang), ia meninggal karena terkena benda tumpul dan terdapat tiga bekas tembakan di wajahnya.
== Riwayat hidup ==
[[File:Rumah Kelahiran Bagindo Azizchan.jpg|jmpl|[[Museum Rumah Kelahiran Bagindo Aziz Chan]]]]


=== Kehidupan awal dan pendidikan ===
== Rujukan ==
Bagindo Aziz Chan lahir di [[Alang Laweh, Padang Selatan, Padang|Kampung Alang Laweh]], Kota Padang pada 30 September 1910. Ia adalah anak keempat dari enam bersaudara, buah pernikahan Bagindo Montok dan Djamilah.<ref>https://daerah.sindonews.com/read/1151091/29/bagindo-aziz-chan-wali-kota-padang-yang-jadi-korban-kelicikan-belanda-1477702760</ref>
{{reflist}}

Lahir pada 30 September 1910, Bagindo Aziz Chan mengenyam pendidikan [[Hollandsch-Inlandsche School|HIS]] di Padang, [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|MULO]] di [[Kota Surabaya|Surabaya]], dan [[Algemeene Middelbare School|AMS]] di [[Batavia]]. Ia sempat dua tahun duduk di ''[[Rechtshoogeschool te Batavia]]'' (RHS) danmembuka praktik [[pengacara]]. Ia juga aktif di beberapa [[organisasi]], di antaranya sebagai anggota pengurus [[Jong Islamieten Bond]] di bawah pimpinan [[Agus Salim]].

Kembali ke kampung halamannya pada tahun 1935, ia mengabdi sebagai guru di beberapa sekolah di Padang dan berkali-kali pindah mengajar ke luar kota.<ref>{{Cite book|last=Fatimah|first=Siti|date=2007|url=https://books.google.com/books?id=pVBxAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22DARUL+Maarif+%22+pariaman&q=%22DARUL+Maarif+%22+pariaman&hl=id|title=Bgd. Azizchan, 1910-1947: pahlawan nasional dari Kota Padang|publisher=Universitas Negeri Padang, PKSBE|isbn=978-979-3458-14-4|language=id}}</ref> Ia sempat aktif di [[Persatuan Muslim Indonesia]] (Permi) sampai organisasi itu dibubarkan pada tahun 1937.

Dari pernikahannya dengan Siti Zaura Oesman, Bagindo Aziz dikaruniai anak Ineke Azizchan Nafis.<ref>Tabloid Minang News.
Edisi 09 - November 2010, hal 10 - 11 (Tokoh).</ref><ref>''Satu Abad (30 SEPT 1910 - 30 SEPT 2010) Bagindo Azizchan, Pahlawan Nasional dari Kota Padang'', Siti Fatimah, Emizal Amri, Yasrina Ayu, ISBN 978-979-3458-14-4, Editor Ahli : Mestika Zed, hal 111 - 114.</ref>

=== Perjuangan ===
Setelah [[proklamasi kemerdekaan Indonesia|proklamasi kemerdekaan]], ia ditunjuk sebagai Wakil Wali Kota Padang pada [[24 Januari]] 1946 dan pada [[15 Agustus]] 1946 dilantik sebagai wali kota menggantikan [[Abubakar Jaar|Mr. Abubakar Jaar]], yang pindah tugas menjadi [[residen]] di [[Sumatera Utara]].

Di tengah situasi pasca-kedatangan [[Sekutu Perang Dunia II|Sekutu]] di Padang pada [[10 Oktober]] 1945, ia menolak tunduk terhadap kekuatan [[militer]] [[Belanda]] yang berada di belakang tentara Sekutu.<ref>Kahin, A. (1999). ''Rebellion to Integration: West Sumatra and the Indonesian Polity''. 1926-1998. Amsterdam University Press. ISBN 90-5356-395-4.</ref> Ia terus melakukan perlawanan dengan menulis di surat kabar perjuangan ''Tjahaja Padang'', bahkan turun langsung memimpin perlawanan terhadap Belanda sampai akhirnya meninggal pada tanggal [[19 Juli]] [[1947]].<ref>Sudarmanto, J. B. (2007). ''Jejak-jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia''. Grasindo. ISBN 978-979-759-716-0.</ref> Ia juga berpidato di depan umum, "Langkahilah dulu mayatku, baru Kota Padang saya serahkan".<ref>{{Cite book|last=Anwar|first=Rosihan|date=2004|url=https://books.google.com/books?id=Ew-3prmwsvgC&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA185&dq=U-Brigade+padang&hl=en|title=Sejarah kecil "petite histoire" Indonesia|publisher=Penerbit Buku Kompas|isbn=978-979-709-532-1|language=id}}</ref>

=== Meninggal dunia ===
Pada 19 Juli 1947 sore hari, Bagindo dan keluarga bertolak dari Padang menuju [[Padang Panjang]]. Di daerah [[Purus, Padang Barat, Padang|Purus]], rombongannya dicegat oleh Letnan Kolonel Van Erps yang memberitahukan telah terjadi insiden di [[Nanggalo, Padang|Nanggalo]] yang merupakan daerah garis demarkasi Belanda.<ref name=pst>https://books.google.co.id/books?id=bnkSAAAAMAAJ&pg=PA155</ref>

Menurut versi Belanda, ketika Bagindo turun itu dari mobil Jeep yang mengantarkannya di daerah Nanggalo itu, ia tertembak di lehernya dan dibawa ke sebuah rumah sakit di Padang.<ref name=pst/>

Namun, menurut hasil visum yang dilakukan oleh 4 dokter Indonesia di Bukittinggi, Bagindo meninggal karena kepala belakangnya dipukul dengan barang berat sehingga tulang kepalanya hancur. Selain itu, terdapat tiga bekas tembakan di wajahnya yang dilakukan tentara Belanda setelah ia menjadi mayat.<ref name=hist/><ref name=pst/>

Jenazah Bagindo Aziz Chan dimakamkan pada 20 Juli 1947 pukul 02.00 dalam sebuah upacara besar yang dihadiri pejabat sipil dan militer di Taman Makam Pahlawan Bahagia, Bukittinggi.<ref name=pst/> Keesokan harinya Belanda melancarkan [[Agresi Militer Belanda]].<ref name=hist/>

== Penghormatan ==
Untuk menghormati jasa-jasa dan pengorbanannya, nama Bagindo Aziz Chan diabadikan menjadi nama jalan di beberapa kota, seperti Padang dan Bukittinggi. Di Padang, sebuah [[monumen]] berbentuk kepalan tinju didirikan di persimpangan [[Jalan Gajah Mada, Padang|Jalan Gajah Mada]] dan [[Jalan Jhoni Anwar, Padang|Jalan Jhoni Anwar]], [[Kampung Olo, Nanggalo, Padang|Kampung Olo]], [[Nanggalo, Padang|Nanggalo]]. Meskipun diresmikan sebagai Monumen Bagindo Aziz Chan oleh Wali Kota Padang [[Syahrul Ujud]] pada 19 Juli 1983, monumen ini berikut persimpangan lebih dikenal sebagai tugu [[Simpang Tinju]].

Monumen lainnya, terletak di Taman Melati dalam kompleks [[Museum Adityawarman]], hasil karya pemahat [[Arby Samah]].<ref>{{Cite journal|last=Rian|first=Rica|last2=Suryanti|first2=Suryanti|date=2020-04-30|title=Reinterpretasi Monumen Bagindo Aziz Chan Karya Arby Samah dalam Ikonografi Erwin Panofsky|url=https://jurnal.isbi.ac.id/index.php/panggung/article/view/1140|journal=Panggung|language=en|volume=30|issue=1|doi=10.26742/panggung.v30i1.1140|issn=2502-3640}}</ref> Momumen ini memiliki tinggi 2,75 meter. Diresmikan oleh Wali Kota Padang [[Hasan Basri Durin]] pada 19 Juli 1973.<ref>{{Cite book|date=1978|url=https://www.google.co.id/books/edition/Seri_monumen_sejarah_T_N_I_Angkatan_Dara/Tvq4AAAAIAAJ?hl=en&gbpv=1&bsq=bagindo|title=Seri monumen sejarah T.N.I. Angkatan Darat|publisher=Dinas|language=id}}</ref>

== Kehidupan pribadi ==
Bagindo Azizchan memiliki dua orang istri, yakni R. Atisah Adiwirya dan Siti Zaura Oesman. Dari istri pertama, ia dikaruniai tujuh orang anak, yakni Roswita Azizchan, Bagindo Radhi Azizchan, Upy Azumar Azizchan, Bagindo Azir Azizchan, Andoda Nushati Azizchan, Huriah Pratiwi Azizchan, dan Bagindo Rendra Azizchan.<ref>{{Cite web|last=[[Donny Syofyan]]|first=|date=2023-01-14|title=Apa Kabar Sekolah Internasional Bagindo Azizchan?|url=https://langgam.id/apa-kabar-sekolah-internasional-bagindo-azizchan/|website=Langgam.id|language=id|access-date=2023-01-14}}</ref> Adapun dari istri kedua ia memiliki anak bernama Ineke Azizchan.

== Referensi ==
{{reflist|2}}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.padang.go.id Situs web resmi kota Padang]
* {{id}} [http://www.padang.go.id Situs web resmi kota Padang]
* {{id}} [http://www.harianhaluan.com/index.php/khas/19997-yang-terlupakan-dari-tugu-simpang-tinju "Yang Terlupakan dari Tugu Simpang Tinju"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150108151146/http://www.harianhaluan.com/index.php/khas/19997-yang-terlupakan-dari-tugu-simpang-tinju |date=2015-01-08 }}<small> ''[[Harian Haluan|Haluan]]'', 24-12-2012. Diakses 08-01-2015.</small>
* {{id}} [http://hariansinggalang.co.id/kisah-di-balik-gelar-pahlawan-bagindo-azis-chan-zulkisman-berharap-penghargaan/ "Kisah di Balik Gelar Pahlawan Bagindo Azis Chan: Zulkisman Berharap Penghargaan"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150108180839/http://hariansinggalang.co.id/kisah-di-balik-gelar-pahlawan-bagindo-azis-chan-zulkisman-berharap-penghargaan/ |date=2015-01-08 }}<small> ''[[Harian Singgalang|Singgalang]]'', 21-07-2014. Diakses 08-01-2015.</small>

{{S-start}}
{{S-start}}
{{s-off}}
{{s-off}}
Baris 55: Baris 91:
{{Daftar wali kota Padang}}
{{Daftar wali kota Padang}}
{{Pahlawan Indonesia}}
{{Pahlawan Indonesia}}
{{lifetime|1910|1947|Azizchan, Bagindo}}
{{lifetime|1910|1947|}}
{{Indo-bio-stub}}
{{politikus-stub}}


{{URUTANBAKU:Aziz Chan, Bagindo}}
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Pejuang kemerdekaan Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh yang dibunuh di Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh pejuang Minangkabau]]
[[Kategori:Cerdik Pandai Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Sumatera Barat]]
[[Kategori:Tokoh dari Padang]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Minangkabau]]
[[Kategori:Politikus Partai Syarikat Islam Indonesia]]
[[Kategori:Wali Kota Padang]]
[[Kategori:Wali Kota Padang]]
[[Kategori:Tokoh yang dibunuh]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Adipradana]]

[[jv:Bagindo Azizchan]]

Revisi terkini sejak 26 Juli 2024 01.52

Bagindo Aziz Chan
Wali Kota Padang ke-2
Masa jabatan
15 Agustus 1946 – 19 Juli 1947
Sebelum
Pengganti
Said Rasad
Sebelum
Wakil Wali Kota Padang ke-1
Masa jabatan
24 Januari 1946 – 15 Agustus 1946
Informasi pribadi
Lahir(1910-09-30)30 September 1910
Padang, Pantai Barat Sumatra, Hindia Belanda
Meninggal19 Juli 1947(1947-07-19) (umur 36)
Padang, Sumatera Barat
Partai politikPersatuan Muslimin Indonesia (sampai 1937)
Partai Syarikat Islam Indonesia (1945-1947)[1]
Suami/istriRaden Entis Atisah[2]
Hj. Siti Zaura Oesman
Anak8
Alma materRechtshoogeschool te Batavia
Profesi
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Bagindo Aziz Chan atau juga ditulis dengan ejaan Bagindo Azizchan (30 September 1910 – 19 Juli 1947) adalah seorang guru dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan Wali Kota Padang kedua setelah kemerdekaan, yang dilantik pada tanggal 15 Agustus 1946 menggantikan Mr. Abubakar Jaar.[3]

Ia meninggal dalam usia 36 tahun setelah terlibat dalam sebuah pertempuran melawan Belanda. Jasadnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Bahagia, Bukittinggi. Melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 082/TK/2005, tanggal 7 November 2005, Bagindo Aziz Chan menerima Bintang Mahaputera Adipradana dan Gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada 9 November 2005.[4]

Riwayat hidup

[sunting | sunting sumber]
Museum Rumah Kelahiran Bagindo Aziz Chan

Kehidupan awal dan pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Bagindo Aziz Chan lahir di Kampung Alang Laweh, Kota Padang pada 30 September 1910. Ia adalah anak keempat dari enam bersaudara, buah pernikahan Bagindo Montok dan Djamilah.[5]

Lahir pada 30 September 1910, Bagindo Aziz Chan mengenyam pendidikan HIS di Padang, MULO di Surabaya, dan AMS di Batavia. Ia sempat dua tahun duduk di Rechtshoogeschool te Batavia (RHS) danmembuka praktik pengacara. Ia juga aktif di beberapa organisasi, di antaranya sebagai anggota pengurus Jong Islamieten Bond di bawah pimpinan Agus Salim.

Kembali ke kampung halamannya pada tahun 1935, ia mengabdi sebagai guru di beberapa sekolah di Padang dan berkali-kali pindah mengajar ke luar kota.[6] Ia sempat aktif di Persatuan Muslim Indonesia (Permi) sampai organisasi itu dibubarkan pada tahun 1937.

Dari pernikahannya dengan Siti Zaura Oesman, Bagindo Aziz dikaruniai anak Ineke Azizchan Nafis.[7][8]

Perjuangan

[sunting | sunting sumber]

Setelah proklamasi kemerdekaan, ia ditunjuk sebagai Wakil Wali Kota Padang pada 24 Januari 1946 dan pada 15 Agustus 1946 dilantik sebagai wali kota menggantikan Mr. Abubakar Jaar, yang pindah tugas menjadi residen di Sumatera Utara.

Di tengah situasi pasca-kedatangan Sekutu di Padang pada 10 Oktober 1945, ia menolak tunduk terhadap kekuatan militer Belanda yang berada di belakang tentara Sekutu.[9] Ia terus melakukan perlawanan dengan menulis di surat kabar perjuangan Tjahaja Padang, bahkan turun langsung memimpin perlawanan terhadap Belanda sampai akhirnya meninggal pada tanggal 19 Juli 1947.[10] Ia juga berpidato di depan umum, "Langkahilah dulu mayatku, baru Kota Padang saya serahkan".[11]

Meninggal dunia

[sunting | sunting sumber]

Pada 19 Juli 1947 sore hari, Bagindo dan keluarga bertolak dari Padang menuju Padang Panjang. Di daerah Purus, rombongannya dicegat oleh Letnan Kolonel Van Erps yang memberitahukan telah terjadi insiden di Nanggalo yang merupakan daerah garis demarkasi Belanda.[12]

Menurut versi Belanda, ketika Bagindo turun itu dari mobil Jeep yang mengantarkannya di daerah Nanggalo itu, ia tertembak di lehernya dan dibawa ke sebuah rumah sakit di Padang.[12]

Namun, menurut hasil visum yang dilakukan oleh 4 dokter Indonesia di Bukittinggi, Bagindo meninggal karena kepala belakangnya dipukul dengan barang berat sehingga tulang kepalanya hancur. Selain itu, terdapat tiga bekas tembakan di wajahnya yang dilakukan tentara Belanda setelah ia menjadi mayat.[1][12]

Jenazah Bagindo Aziz Chan dimakamkan pada 20 Juli 1947 pukul 02.00 dalam sebuah upacara besar yang dihadiri pejabat sipil dan militer di Taman Makam Pahlawan Bahagia, Bukittinggi.[12] Keesokan harinya Belanda melancarkan Agresi Militer Belanda.[1]

Penghormatan

[sunting | sunting sumber]

Untuk menghormati jasa-jasa dan pengorbanannya, nama Bagindo Aziz Chan diabadikan menjadi nama jalan di beberapa kota, seperti Padang dan Bukittinggi. Di Padang, sebuah monumen berbentuk kepalan tinju didirikan di persimpangan Jalan Gajah Mada dan Jalan Jhoni Anwar, Kampung Olo, Nanggalo. Meskipun diresmikan sebagai Monumen Bagindo Aziz Chan oleh Wali Kota Padang Syahrul Ujud pada 19 Juli 1983, monumen ini berikut persimpangan lebih dikenal sebagai tugu Simpang Tinju.

Monumen lainnya, terletak di Taman Melati dalam kompleks Museum Adityawarman, hasil karya pemahat Arby Samah.[13] Momumen ini memiliki tinggi 2,75 meter. Diresmikan oleh Wali Kota Padang Hasan Basri Durin pada 19 Juli 1973.[14]

Kehidupan pribadi

[sunting | sunting sumber]

Bagindo Azizchan memiliki dua orang istri, yakni R. Atisah Adiwirya dan Siti Zaura Oesman. Dari istri pertama, ia dikaruniai tujuh orang anak, yakni Roswita Azizchan, Bagindo Radhi Azizchan, Upy Azumar Azizchan, Bagindo Azir Azizchan, Andoda Nushati Azizchan, Huriah Pratiwi Azizchan, dan Bagindo Rendra Azizchan.[15] Adapun dari istri kedua ia memiliki anak bernama Ineke Azizchan.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c https://historia.id/militer/articles/wali-kota-padang-berpulang-di-bulan-ramadan-Pyj4r
  2. ^ https://books.google.co.id/books?id=pVBxAAAAMAAJ&q=Entis+Atisah&dq=Entis+Atisah&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjpmuii0oT5AhWmR2wGHZArCkoQ6AF6BAgKEAM
  3. ^ Husein, Ahmad (1992). Sejarah Perjuangan Kemerdekaan R.I. di Minangkabau/Riau 1945-1950. Volume 1. Badan Pemurnian Sejarah Indonesia-Minangkabau. ISBN 978-979-405-126-9.
  4. ^ "Gelar Pahlawan Nasional buat Bagindo Aziz Chan" Diarsipkan 2015-01-08 di Wayback Machine. Suara Merdeka, 09-11-2005. Diakses 08-01-2015.
  5. ^ https://daerah.sindonews.com/read/1151091/29/bagindo-aziz-chan-wali-kota-padang-yang-jadi-korban-kelicikan-belanda-1477702760
  6. ^ Fatimah, Siti (2007). Bgd. Azizchan, 1910-1947: pahlawan nasional dari Kota Padang. Universitas Negeri Padang, PKSBE. ISBN 978-979-3458-14-4. 
  7. ^ Tabloid Minang News. Edisi 09 - November 2010, hal 10 - 11 (Tokoh).
  8. ^ Satu Abad (30 SEPT 1910 - 30 SEPT 2010) Bagindo Azizchan, Pahlawan Nasional dari Kota Padang, Siti Fatimah, Emizal Amri, Yasrina Ayu, ISBN 978-979-3458-14-4, Editor Ahli : Mestika Zed, hal 111 - 114.
  9. ^ Kahin, A. (1999). Rebellion to Integration: West Sumatra and the Indonesian Polity. 1926-1998. Amsterdam University Press. ISBN 90-5356-395-4.
  10. ^ Sudarmanto, J. B. (2007). Jejak-jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia. Grasindo. ISBN 978-979-759-716-0.
  11. ^ Anwar, Rosihan (2004). Sejarah kecil "petite histoire" Indonesia. Penerbit Buku Kompas. ISBN 978-979-709-532-1. 
  12. ^ a b c d https://books.google.co.id/books?id=bnkSAAAAMAAJ&pg=PA155
  13. ^ Rian, Rica; Suryanti, Suryanti (2020-04-30). "Reinterpretasi Monumen Bagindo Aziz Chan Karya Arby Samah dalam Ikonografi Erwin Panofsky". Panggung (dalam bahasa Inggris). 30 (1). doi:10.26742/panggung.v30i1.1140. ISSN 2502-3640. 
  14. ^ Seri monumen sejarah T.N.I. Angkatan Darat. Dinas. 1978. 
  15. ^ Donny Syofyan (2023-01-14). "Apa Kabar Sekolah Internasional Bagindo Azizchan?". Langgam.id. Diakses tanggal 2023-01-14. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Jabatan politik
Didahului oleh:
Mr. Abubakar Jaar
Wali kota Padang
19461947
Diteruskan oleh:
Said Rasad