Lompat ke isi

Pakubuwana VI: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baskoro Aji (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
 
(42 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox royalty
{{Infobox royalty
|name = Sri Susuhunan Pakubuwana VI
|name = Pakubuwana VI<br />{{java|ꦥꦏꦸꦧꦸꦮꦤ꧇꧖꧇}}
|image = Surakarta-PBVI.jpg
|title = Sri Susuhunan Pakubuwana VI
|caption = Pakubuwana VI
|image = Sri Susuhunan Pakubuwono VI.jpg
|succession = [[Susuhunan Surakarta]]
|succession = [[Susuhunan Surakarta]] ke-5
|moretext =
|reign = [[1823]] – [[1830]]
|reign = [[1823]] – [[1830]]
|predecessor = [[Pakubuwana V|Susuhunan Pakubuwana V]]
|predecessor = [[Pakubuwana V|Susuhunan Pakubuwana V]]
Baris 9: Baris 10:
|successor = [[Pakubuwana VII|Susuhunan Pakubuwana VII]]
|successor = [[Pakubuwana VII|Susuhunan Pakubuwana VII]]
|reg-type = [[Daftar Gubernur-Jenderal Hindia Belanda|Gubernur Jenderal]]
|reg-type = [[Daftar Gubernur-Jenderal Hindia Belanda|Gubernur Jenderal]]
|regent = [[G.A.G.Ph. van der Capellen]] </br> [[Leonard Pierre Joseph du Bus de Gisignies]] </br> [[Johannes van den Bosch]]
|regent = [[G.A.G.Ph. van der Capellen]] <br /> [[Leonard Pierre Joseph du Bus de Gisignies]] <br /> [[Johannes van den Bosch]]
|spouse = GKR. Kedaton </br> GKR. Ageng </br> GKR. Anom </br> KRAy. Asmaraningrum </br> KRAy. Himbaningrum </br> KRAy. Retnaasmora </br> KRAy. Tejaningrum
|spouse = GKR. Kedaton <br /> GKR. Ageng <br /> GKR. Anom <br /> KRAy. Asmaraningrum <br /> KRAy. Himbaningrum <br /> KRAy. Retnaasmara <br /> KRAy. Tejaningrum
|house = [[Wangsa Mataram]]
|house = [[Wangsa Mataram|Mataram]]
|regnal name = ''Sahandhap Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwana Senapati ing Alaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Ingkang Jumeneng kaping Enem ing Nagari Surakarta Hadiningrat''
|full name = Raden Mas Sapardan
|full name = Raden Mas Sapardan
|father = [[Pakubuwana V|Susuhunan Pakubuwana V]]
|father = [[Pakubuwana V|Susuhunan Pakubuwana V]]
|mother = KRAy. Sasrakusuma
|mother = KRAy. Sasrakusuma
|birth_date = [[26 April]] [[1807]]
|birth_date = [[26 April]] [[1807]]
|birth_place = {{Negara|Hindia Belanda}} [[Surakarta]], [[Hindia Belanda]]
|birth_place = [[Surakarta]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{Death date and age|1849|6|2|1807|5|26}}
|death_date = {{Death date and age|1849|6|2|1807|5|26}}
|death_place = {{Negara|Hindia Belanda}} [[Surakarta]], [[Hindia Belanda]]
|death_place = [[Kota Ambon]], [[Hindia Belanda]]
|religion = [[Islam]]
|religion = [[Islam]]
|signature =
|signature =
|burial_place=[[Pemakaman Imogiri|Astana Kapingsangan]], [[Imogiri, Bantul]], [[Yogyakarta]]}}
}}
'''Sri Susuhunan Pakubuwana VI''' ([[Bahasa Jawa]]: ''Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwono VI'') {{lahirmati|[[Kota Surakarta|Surakarta]], [[Jawa Tengah]]|26|4|1807|[[Kota Ambon|Ambon]]|2|6|1849}}, adalah raja [[Kasunanan Surakarta]] yang memerintah tahun [[1823]] – [[1830]]. Ia dijuluki pula dengan nama '''Sinuhun Bangun Tapa''', karena kegemarannya melakukan tapa brata.
'''Sri Susuhunan Pakubuwana VI''' (sering disingkat '''PB VI'''; {{lahirmati|[[Kota Surakarta|Surakarta]], [[Jawa Tengah]]|26|4|1807|[[Kota Ambon|Ambon]]|2|6|1849}}) adalah [[susuhunan]] [[Kesunanan Surakarta|Surakarta]] kelima yang memerintah tahun [[1823]] – [[1830]]. Ia dijuluki pula dengan nama '''Sinuhun Bangun Tapa''' karena kegemarannya melakukan tapa brata.


Sunan Pakubuwana VI telah ditetapkan pemerintah [[Republik Indonesia]] sebagai [[pahlawan nasional]] berdasarkan S.K. Presiden RI No. 294 Tahun 1964, tanggal [[17 November]] [[1964]].
Sunan Pakubuwana VI telah ditetapkan pemerintah [[Republik Indonesia]] sebagai [[pahlawan nasional]] berdasarkan S.K. Presiden RI No. 294 Tahun 1964, tanggal [[17 November]] [[1964]].


== Asal-Usul ==
== Riwayat hidup ==
Nama aslinya adalah '''Raden Mas Sapardan''', putra [[Pakubuwana V]] yang lahir dari istri KRAy. Sasrakusuma, keturunan [[Ki Juru Martani]].
Nama aslinya adalah Raden Mas Sapardan, putra [[Pakubuwana V]], anak lelaki ke-11 yang lahir dari istri KRAy. Sasrakusuma, keturunan [[Ki Juru Martani]], patih pertama dalam sejarah [[Kesultanan Mataram]], dari garis darah ibunya. Raden Mas Sapardan dilahirkan pada 26 April 1807. Pakubuwana VI naik tahta tanggal 15 September 1823, selang sepuluh hari setelah kematian ayahnya, pada usia menginjak 16 tahun.<ref name="PB VI">{{cite web|title=Peran Ganda Raja Surakarta Berujung Petaka|author= Iswara N Raditya|website= Tirto.id|year= 2017|accessdate= 27 Januari 2021|url= https://tirto.id/peran-ganda-raja-surakarta-berujung-petaka-crZU}}</ref>


== Hubungan dengan Diponegoro ==
Pakubuwana VI naik tahta tanggal [[15 September]] [[1823]], selang sepuluh hari setelah kematian ayahnya.

== Hubungan dengan Pangeran Diponegoro ==
Pakubuwana VI adalah pendukung perjuangan [[Pangeran Diponegoro]], yang memberontak terhadap [[Kesultanan Yogyakarta]] dan pemerintah [[Hindia Belanda]] sejak tahun [[1825]]. Namun, sebagai seorang raja yang terikat perjanjian dengan [[Belanda]], Pakubuwana VI berusaha menutupi persekutuannya itu.
Pakubuwana VI adalah pendukung perjuangan [[Pangeran Diponegoro]], yang memberontak terhadap [[Kesultanan Yogyakarta]] dan pemerintah [[Hindia Belanda]] sejak tahun [[1825]]. Namun, sebagai seorang raja yang terikat perjanjian dengan [[Belanda]], Pakubuwana VI berusaha menutupi persekutuannya itu.


Agar pertemuan antara Pakubuwana VI dengan Pangeran Diponegoro tidak diketahui oleh Belanda maka dibuatlah siasat-siasat yang hanya diketahui oleh mereka. Beberapa siasat-siasat yang pernah digunakan seperti siasat ''mimis kencana'', sebuah siasat dimana mereka berpura-pura saling berperang agar pihak Belanda mengira mereka saling bermusuhan. Selain itu ada siasat ''candradimuka'', sebuah siasat yang penamaanya bersumber dari cerita wayang [[gatotkaca]]. Siasat ini digunakan untuk membicarakan tentang jalannya perang melawan Belanda.<ref name="Pakubuwana VI">{{cite journal|title= Strategi Politik Pakubuwana VI Melawan Kolonial Belanda Tahun 1823 – 1830|author= Sukrismiyati|journal= Candi|volume= 12|number= 2|year= 2015|issn= 2086-2717|page= 142-146|publisher= Program Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Sebelas Maret|url= https://jurnal.uns.ac.id/candi/article/view/42849}}</ref>
Penulis naskah-naskah babad waktu itu sering menutupi pertemuan rahasia Pakubuwana VI dengan [[Pangeran Diponegoro]] menggunakan bahasa simbolis. Misalnya, Pakubuwana VI dikisahkan pergi bertapa ke [[Gunung Merbabu]] atau bertapa di Hutan Krendawahana. Padahal sebenarnya, ia pergi menemui [[Pangeran Diponegoro]] secara diam-diam.


[[Pangeran Diponegoro]] juga pernah menyusup ke dalam [[keraton Surakarta]] untuk berunding dengan Pakubuwana VI seputar sikap [[Mangkunegaran]] dan [[Pulau Madura|Madura]]. Ketika [[Belanda]] tiba, mereka pura-pura bertikai dan saling menyerang. Konon, kereta [[Pangeran Diponegoro]] tertinggal dan segera ditanam di dalam keraton oleh Pakubuwana VI.
[[Pangeran Diponegoro]] juga pernah menyusup ke dalam [[keraton Surakarta]] untuk berunding dengan Pakubuwana VI seputar sikap [[Mangkunegaran]] dan [[Pulau Madura|Madura]]. Ketika [[Belanda]] tiba, mereka pura-pura bertikai dan saling menyerang yang diakiri dengan Diponegoro yang melarikan diri dari istana.<ref name="PB VI" />


Dalam perang melawan [[Pangeran Diponegoro]], Pakubuwana VI menjalankan aksi ganda. Di samping memberikan bantuan dan dukungan, ia juga mengirim pasukan untuk pura-pura membantu [[Belanda]]. Pujangga besar [[Ranggawarsita]] mengaku semasa muda dirinya pernah ikut serta dalam pasukan sandiwara tersebut.
Dalam perang melawan [[Pangeran Diponegoro]], Pakubuwana VI menjalankan aksi ganda. Di samping memberikan bantuan dan dukungan, ia juga mengirim pasukan untuk pura-pura membantu [[Belanda]]. Pujangga besar [[Ranggawarsita]] mengaku semasa muda dirinya pernah ikut serta dalam pasukan sandiwara tersebut.


== Penangkapan oleh Belanda ==
== Penangkapan oleh Belanda ==
[[Berkas:Pahlawan Pakubuwana VI.JPG|thumb|Patung Pakubuwana VI di [[Keraton Surakarta]].]]
[[Berkas:Pahlawan Pakubuwana VI.JPG|jmpl|Patung Pakubuwana VI di [[Keraton Surakarta]].]]


[[Belanda]] akhirnya berhasil menangkap [[Pangeran Diponegoro]] pada tanggal 28 Maret [[1830]]. Sasaran berikutnya ialah Pakubuwana VI. Kecurigaan [[Belanda]] dilatarbelakangi oleh penolakan Pakubuwana VI atas penyerahan beberapa wilayah [[Surakarta]] kepada [[Belanda]].
[[Belanda]] akhirnya berhasil menangkap [[Pangeran Diponegoro]] pada tanggal 28 Maret [[1830]]. Sasaran berikutnya ialah Pakubuwana VI. Kecurigaan [[Belanda]] dilatarbelakangi oleh penolakan Pakubuwana VI atas penyerahan beberapa wilayah [[Surakarta]] kepada [[Belanda]].


[[Belanda]] berusaha mencari bukti untuk menangkap Pakubuwana VI. Juru tulis keraton yang bernama Mas Pajangswara (ayah [[Ranggawarsita]]) ditangkap untuk dimintai keterangan. Sebagai anggota keluarga [[Yasadipura]] yang anti [[Belanda]], Pajangswara menolak membocorkan hubungan rahasia Pakubuwana VI dengan [[Pangeran Diponegoro]]. Ia akhirnya meninggal setelah disiksa secara kejam. Konon jenazahnya ditemukan penduduk di sekitar Luar Batang.
[[Belanda]] berusaha mencari bukti untuk menangkap Pakubuwana VI. Juru tulis keraton yang bernama Mas Pajangswara (ayah [[Ranggawarsita]]) ditangkap untuk dimintai keterangan. Sebagai anggota keluarga [[Yasadipura]] yang anti [[Belanda]], Pajangswara menolak membocorkan hubungan rahasia Pakubuwana VI dengan [[Pangeran Diponegoro]]. Ia akhirnya meninggal setelah disiksa secara kejam. Oleh Belanda, mayatnya dibuang ke tengah laut.<ref name="PB VI" /> Pada tanggal 8 Juni 1830 Pakubuwana VI ditangkap di Mancingan oleh Residen Yogyakarka Van Nes dan Letnan Kolonel B. Sollewijn. Belanda memutuskan untuk mengasingkan Pakubuwana VI ke luar Jawa karena ditakutkan akan melakukan pemberontakan. Pakubuwana VI dibuang ke Ambon pada 8 Juli 1830.<ref name="Pakubuwana VI" />


Fitnah yang dilancarkan pihak [[Belanda]] ini kelak berakibat buruk pada hubungan antara putra Pakubuwana VI, yaitu [[Pakubuwana IX]] dengan putra Mas Pajangswara, yaitu [[Ranggawarsita]]. [[Pakubuwana IX]] sendiri masih berada dalam kandungan ketika Pakubuwana VI berangkat ke [[Kota Ambon|Ambon]]. Takhta [[Surakarta]] kemudian jatuh kepada paman Pakubuwana VI, yang bergelar [[Pakubuwana VII]].<ref name="Pakubuwana VI" />
[[Belanda]] tetap saja menangkap Pakubuwana VI dan membuangnya ke [[Ambon]] pada tanggal 8 Juni [[1830]] dengan alasan bahwa Mas Pajangswara sudah membocorkan semuanya, dan kini ia hidup nyaman di [[Batavia]].


== Misteri kematian ==
Fitnah yang dilancarkan pihak [[Belanda]] ini kelak berakibat buruk pada hubungan antara putra Pakubuwana VI, yaitu [[Pakubuwana IX]] dengan putra Mas Pajangswara, yaitu [[Ranggawarsita]].
Pakubuwana VI meninggal dunia di [[Kota Ambon|Ambon]] pada tanggal 2 Juni [[1849]]. Menurut laporan resmi [[Belanda]], ia meninggal karena kecelakaan saat berpesiar di laut.


Pada tahun [[1957]] jasad Pakubuwana VI dipindahkan dari [[Kota Ambon|Ambon]] ke Astana [[Imogiri]], yaitu kompleks pemakaman keluarga raja keturunan [[Mataram]]. Pada saat makamnya digali, ditemukan bukti bahwa tengkorak Pakubuwana VI berlubang di bagian dahi. Menurut analisis Jenderal [[Djatikoesoemo|GPH. Jatikusumo]] (salah satu putra [[Pakubuwana X]]), lubang tersebut seukuran peluru senapan ''baker''.
[[Pakubuwana IX]] sendiri masih berada dalam kandungan ketika Pakubuwana VI berangkat ke [[Ambon]]. Takhta [[Surakarta]] kemudian jatuh kepada paman Pakubuwana VI, yang bergelar [[Pakubuwana VII]].


Ditinjau dari letak lubang, Pakubuwana VI jelas tidak wafat karena bunuh diri, apalagi kecelakaan saat berpesiar. Raja Surakarta yang anti penjajahan ini diperkirakan wafat dibunuh dengan cara ditembak pada bagian dahi.
== Misteri Kematian ==
== Referensi ==
Pakubuwana VI meninggal dunia di [[Ambon]] pada tanggal 2 Juni [[1849]]. Menurut laporan resmi [[Belanda]], ia meninggal karena kecelakaan saat berpesiar di laut.
{{reflist}}


== Bacaan lanjutan ==
Pada tahun [[1957]] jasad Pakubuwana VI dipindahkan dari [[Ambon]] ke Astana [[Imogiri]], yaitu kompleks pemakaman keluarga raja keturunan [[Mataram]]. Pada saat makamnya digali, ditemukan bukti bahwa tengkorak Pakubuwana VI berlubang di bagian dahi. Menurut analisis Jenderal [[Djatikoesoemo|KGPH. Jatikusumo]] (salah satu putra [[Pakubuwana X]]), lubang tersebut seukuran peluru senapan ''baker''.

Ditinjau dari letak lubang, Pakubuwana VI jelas tidak wafat karena bunuh diri, apalagi kecelakaan saat berpesiar. Raja Surakarta yang anti penjajahan ini diperkirakan wafat dibunuh dengan cara ditembak pada bagian dahi.


== Kepustakaan ==
* Andjar Any. 1980. ''Raden Ngabehi Ronggowarsito, Apa yang Terjadi?'' Semarang: Aneka Ilmu
* Andjar Any. 1980. ''Raden Ngabehi Ronggowarsito, Apa yang Terjadi?'' Semarang: Aneka Ilmu
* M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
* M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Baris 66: Baris 65:
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu


== Lihat Pula ==
== Lihat pula ==
{{Commonscat|Pakubuwono VI}}
{{Commonscat|Pakubuwono VI}}
* [[Kasunanan Surakarta]]
* [[Kasunanan Surakarta]]
Baris 73: Baris 72:
{{kotak mulai}}
{{kotak mulai}}
{{s-reg}}
{{s-reg}}
{{kotak suksesi|jabatan = [[Pakubuwana|Susuhunan Surakarta]]|pendahulu=[[Pakubuwana V]]|pengganti = [[Pakubuwana VII]]|tahun = 1823-1830}}
{{kotak suksesi|jabatan = [[Pakubuwana|Susuhunan Surakarta]]|pendahulu=[[Pakubuwana V|Susuhunan Pakubuwana V]]|pengganti = [[Pakubuwana VII|Susuhunan Pakubuwana VII]]|tahun = 1823-1830}}
{{kotak selesai}}
{{kotak selesai}}

{{Authority control}}

{{Pahlawan Indonesia}}
{{Pahlawan Indonesia}}
{{Pakubuwana}}
{{Pakubuwana}}
{{lifetime|1807|1849|Pakubuwana 06}}
{{lifetime|1807|1849|Pakubuwana 06}}
<!-- Bantulah wikipedia menambahkan templat ini pada halaman tokoh muslim yang belum terhimpun di dalam --Kategori:Semua artikel biografi tokoh muslim -- Lihat Templat:Lifetime-Tokoh-Muslim -->
{{Lifetime-Tokoh-Muslim
|sort =
|hari_lahir =
|tgl_lahir_h =
|tgl_lahir_m = 26
|bln_lahir_h =
|bln_lahir_m = April
|thn_lahir_h =
|thn_lahir_m = 1807
|tempat_lahir = Surakarta
|status_hidup_wafat = WAFAT
|sebab_wafat = kecelakaan
|tempat_wafat = Ambon
|hari_wafat =
|tgl_wafat_h =
|tgl_wafat_m = 2
|bln_wafat_h =
|bln_wafat_m = Juni
|thn_wafat_h =
|thn_wafat_m = 1849
|tempat_makam =
}}


[[Kategori:Sunan Surakarta]]
[[Kategori:Susuhunan Surakarta|6]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]]
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]]
[[Kategori:Tokoh yang dibunuh]]
[[Kategori:Tokoh yang dibunuh di Nusantara]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]

Revisi terkini sejak 20 Juni 2024 02.29

Pakubuwana VI
ꦥꦏꦸꦧꦸꦮꦤ꧇꧖꧇
Sri Susuhunan Pakubuwana VI
Susuhunan Surakarta ke-5
Berkuasa18231830
PendahuluSusuhunan Pakubuwana V
PenerusSusuhunan Pakubuwana VII
Gubernur JenderalG.A.G.Ph. van der Capellen
Leonard Pierre Joseph du Bus de Gisignies
Johannes van den Bosch
Informasi pribadi
Kelahiran26 April 1807
Surakarta, Hindia Belanda
Kematian2 Juni 1849(1849-06-02) (umur 42)
Kota Ambon, Hindia Belanda
Pemakaman
WangsaMataram
Nama lengkap
Raden Mas Sapardan
Nama takhta
Sahandhap Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwana Senapati ing Alaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Ingkang Jumeneng kaping Enem ing Nagari Surakarta Hadiningrat
AyahSusuhunan Pakubuwana V
IbuKRAy. Sasrakusuma
PasanganGKR. Kedaton
GKR. Ageng
GKR. Anom
KRAy. Asmaraningrum
KRAy. Himbaningrum
KRAy. Retnaasmara
KRAy. Tejaningrum
AgamaIslam

Sri Susuhunan Pakubuwana VI (sering disingkat PB VI; 26 April 1807 – 2 Juni 1849) adalah susuhunan Surakarta kelima yang memerintah tahun 18231830. Ia dijuluki pula dengan nama Sinuhun Bangun Tapa karena kegemarannya melakukan tapa brata.

Sunan Pakubuwana VI telah ditetapkan pemerintah Republik Indonesia sebagai pahlawan nasional berdasarkan S.K. Presiden RI No. 294 Tahun 1964, tanggal 17 November 1964.

Riwayat hidup

[sunting | sunting sumber]

Nama aslinya adalah Raden Mas Sapardan, putra Pakubuwana V, anak lelaki ke-11 yang lahir dari istri KRAy. Sasrakusuma, keturunan Ki Juru Martani, patih pertama dalam sejarah Kesultanan Mataram, dari garis darah ibunya. Raden Mas Sapardan dilahirkan pada 26 April 1807. Pakubuwana VI naik tahta tanggal 15 September 1823, selang sepuluh hari setelah kematian ayahnya, pada usia menginjak 16 tahun.[1]

Hubungan dengan Diponegoro

[sunting | sunting sumber]

Pakubuwana VI adalah pendukung perjuangan Pangeran Diponegoro, yang memberontak terhadap Kesultanan Yogyakarta dan pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1825. Namun, sebagai seorang raja yang terikat perjanjian dengan Belanda, Pakubuwana VI berusaha menutupi persekutuannya itu.

Agar pertemuan antara Pakubuwana VI dengan Pangeran Diponegoro tidak diketahui oleh Belanda maka dibuatlah siasat-siasat yang hanya diketahui oleh mereka. Beberapa siasat-siasat yang pernah digunakan seperti siasat mimis kencana, sebuah siasat dimana mereka berpura-pura saling berperang agar pihak Belanda mengira mereka saling bermusuhan. Selain itu ada siasat candradimuka, sebuah siasat yang penamaanya bersumber dari cerita wayang gatotkaca. Siasat ini digunakan untuk membicarakan tentang jalannya perang melawan Belanda.[2]

Pangeran Diponegoro juga pernah menyusup ke dalam keraton Surakarta untuk berunding dengan Pakubuwana VI seputar sikap Mangkunegaran dan Madura. Ketika Belanda tiba, mereka pura-pura bertikai dan saling menyerang yang diakiri dengan Diponegoro yang melarikan diri dari istana.[1]

Dalam perang melawan Pangeran Diponegoro, Pakubuwana VI menjalankan aksi ganda. Di samping memberikan bantuan dan dukungan, ia juga mengirim pasukan untuk pura-pura membantu Belanda. Pujangga besar Ranggawarsita mengaku semasa muda dirinya pernah ikut serta dalam pasukan sandiwara tersebut.

Penangkapan oleh Belanda

[sunting | sunting sumber]
Patung Pakubuwana VI di Keraton Surakarta.

Belanda akhirnya berhasil menangkap Pangeran Diponegoro pada tanggal 28 Maret 1830. Sasaran berikutnya ialah Pakubuwana VI. Kecurigaan Belanda dilatarbelakangi oleh penolakan Pakubuwana VI atas penyerahan beberapa wilayah Surakarta kepada Belanda.

Belanda berusaha mencari bukti untuk menangkap Pakubuwana VI. Juru tulis keraton yang bernama Mas Pajangswara (ayah Ranggawarsita) ditangkap untuk dimintai keterangan. Sebagai anggota keluarga Yasadipura yang anti Belanda, Pajangswara menolak membocorkan hubungan rahasia Pakubuwana VI dengan Pangeran Diponegoro. Ia akhirnya meninggal setelah disiksa secara kejam. Oleh Belanda, mayatnya dibuang ke tengah laut.[1] Pada tanggal 8 Juni 1830 Pakubuwana VI ditangkap di Mancingan oleh Residen Yogyakarka Van Nes dan Letnan Kolonel B. Sollewijn. Belanda memutuskan untuk mengasingkan Pakubuwana VI ke luar Jawa karena ditakutkan akan melakukan pemberontakan. Pakubuwana VI dibuang ke Ambon pada 8 Juli 1830.[2]

Fitnah yang dilancarkan pihak Belanda ini kelak berakibat buruk pada hubungan antara putra Pakubuwana VI, yaitu Pakubuwana IX dengan putra Mas Pajangswara, yaitu Ranggawarsita. Pakubuwana IX sendiri masih berada dalam kandungan ketika Pakubuwana VI berangkat ke Ambon. Takhta Surakarta kemudian jatuh kepada paman Pakubuwana VI, yang bergelar Pakubuwana VII.[2]

Misteri kematian

[sunting | sunting sumber]

Pakubuwana VI meninggal dunia di Ambon pada tanggal 2 Juni 1849. Menurut laporan resmi Belanda, ia meninggal karena kecelakaan saat berpesiar di laut.

Pada tahun 1957 jasad Pakubuwana VI dipindahkan dari Ambon ke Astana Imogiri, yaitu kompleks pemakaman keluarga raja keturunan Mataram. Pada saat makamnya digali, ditemukan bukti bahwa tengkorak Pakubuwana VI berlubang di bagian dahi. Menurut analisis Jenderal GPH. Jatikusumo (salah satu putra Pakubuwana X), lubang tersebut seukuran peluru senapan baker.

Ditinjau dari letak lubang, Pakubuwana VI jelas tidak wafat karena bunuh diri, apalagi kecelakaan saat berpesiar. Raja Surakarta yang anti penjajahan ini diperkirakan wafat dibunuh dengan cara ditembak pada bagian dahi.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c Iswara N Raditya (2017). "Peran Ganda Raja Surakarta Berujung Petaka". Tirto.id. Diakses tanggal 27 Januari 2021. 
  2. ^ a b c Sukrismiyati (2015). "Strategi Politik Pakubuwana VI Melawan Kolonial Belanda Tahun 1823 – 1830". Candi. Program Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Sebelas Maret. 12 (2): 142-146. ISSN 2086-2717. 

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]
  • Andjar Any. 1980. Raden Ngabehi Ronggowarsito, Apa yang Terjadi? Semarang: Aneka Ilmu
  • M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
  • Joko Subroto & Suripto. 1995. Ikhtisar Biografi Pahlawan-Pahlawan Indonesia. Solo: CV Aneka
  • Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Susuhunan Pakubuwana V
Susuhunan Surakarta
1823-1830
Diteruskan oleh:
Susuhunan Pakubuwana VII