Maluku: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Menolak perubahan teks terakhir (oleh MAHWAN DUILA) dan mengembalikan revisi 10435103 oleh Gombang |
||
Baris 6: | Baris 6: | ||
| bendera = Maluku Flag.png |
| bendera = Maluku Flag.png |
||
| lambang = Maluku coa.png |
| lambang = Maluku coa.png |
||
| motto = Siwa Lima{{br}}<small>(<!-- [[Bahasa ]]: -->Saling Memiliki)</small> |
| motto = Siwa Lima{{br}}<small>(<!-- [[Bahasa ]]: --> Saling Memiliki)</small> |
||
| peta = Locator maluku final.png |
| peta = Locator maluku final.png |
||
| koordinat = 8º 30' - 2º 30' [[Lintang Selatan|LS]]{{br}}125º 20' - 135º 10' [[Bujur Timur|BT]] |
| koordinat = 8º 30' - 2º 30' [[Lintang Selatan|LS]]{{br}}125º 20' - 135º 10' [[Bujur Timur|BT]] |
||
| dasar hukum = UU 20/1958, UU 46/1999, UU 40/2003 |
| dasar hukum = UU 20/1958, UU 46/1999, UU 40/2003 |
||
| |
| tanggal = |
||
| |
| ibukota = [[Kota Ambon|Ambon]] |
||
| gubernurlink = Daftar gubernur Maluku |
| gubernurlink = Daftar gubernur Maluku |
||
| nama gubernur = [[Said Assagaff]] |
| nama gubernur = [[Said Assagaff]] |
||
Baris 23: | Baris 23: | ||
| penduduktahun = 2010 |
| penduduktahun = 2010 |
||
| pendudukref = <ref>Sensus Penduduk 2010</ref> |
| pendudukref = <ref>Sensus Penduduk 2010</ref> |
||
| |
| kabupaten = 12 kabupaten |
||
| |
| kota = 2 kota |
||
| |
| kecamatan = 98 kecamatan |
||
| |
| kelurahan = 33 kelurahan dan 989 negeri |
||
| suku = [[Alif'uru]] (60%), Eropa (20%), Arab (10%), Sulawesi, Jawa, Sumatra dan lainnya (10%){{Butuh rujukan}} |
| suku = [[Alif'uru]] (60%), Eropa (20%), Arab (10%), Sulawesi, Jawa, Sumatra dan lainnya (10%){{Butuh rujukan}} |
||
| agama = [[Islam]] (50,61%), [[Protestan]] (41,40%), [[Katolik]] (6,76%), [[Agama Hindu|Hindu]] (0,4%), [[Agama Buddha|Buddha]] (<0,1%), [[Agama Khonghucu|Khong Hu Chu]] (<0,1%), Lainnya (0,4%)<ref name="SP2010agama">Data Sensus Penduduk 2010 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321&wid=8100000000)</ref> |
| agama = [[Islam]] (50,61%), [[Protestan]] (41,40%), [[Katolik]] (6,76%), [[Agama Hindu|Hindu]] (0,4%), [[Agama Buddha|Buddha]] (<0,1%), [[Agama Khonghucu|Khong Hu Chu]] (<0,1%), Lainnya (0,4%)<ref name="SP2010agama">Data Sensus Penduduk 2010 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321&wid=8100000000)</ref> |
Revisi per 22 Desember 2015 17.16
Maluku | |
---|---|
Motto: Siwa Lima ( Saling Memiliki) | |
Negara | Indonesia |
Dasar hukum pendirian | UU 20/1958, UU 46/1999, UU 40/2003 |
Ibu kota | Ambon |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Gubernur | Said Assagaff |
Luas | |
• Total | 705,645 km2 (272,451 sq mi) |
• Luas daratan | 47,350,42 km2 (18,282,10 sq mi) |
• Luas perairan | 658,294,69 km2 (254,169,00 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 1,533,506 |
• Kepadatan | 2,2/km2 (5,6/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Islam (50,61%), Protestan (41,40%), Katolik (6,76%), Hindu (0,4%), Buddha (<0,1%), Khong Hu Chu (<0,1%), Lainnya (0,4%)[1] |
• Bahasa | Bahasa Ambon (utama), serta 140-an lebih bahasa-bahasa lainnya |
Kode Kemendagri | 81 |
Kode BPS | 81 |
DAU | Rp. 897.657.192.000.- |
Lagu daerah | Rasa Sayang e, Sarinande, Naik-Naik Ke Puncak Gunung, Burung Kaka Tua, Burung Tantina, Pela e, Huhate, Manise, Kole-Kole, Lembe-Lembe, Ouw Ullath e, Waktu Hujan Sore-Sore, Buka Pintu, Ambon Manise Sayang Kene, Hela Rotang, Hela e Hasa-Hasa, Batu Badaong, Nusaniwe, Ole Sio, Waktu Di Pangku Mama, Tanase, Toki Tifa,Hura-Hura Cincin, Balenggang Patah Tanjung, Gunung Salahutu, Saule, Siwalima Arika, Suda Balayar, Goro-Goro Ne, Nona Manis Siapa Yang Punya, Mande-Mande, Gandong e dll. |
Situs web | www.malukuprov.go.id |
Maluku atau yang dikenal secara internasional sebagai Moluccas dan Molukken adalah provinsi yang ada di Indonesia. Lintasan sejarah Maluku telah dimulai sejak zaman kerajaan-kerajaan besar di Timur Tengah seperti kerajaan Mesir yang dipimpin Firaun. Bukti bahwa sejarah Maluku adalah yang tertua di Indonesia adalah catatan tablet tanah liat yang ditemukan di Persia, Mesopotamia, dan Mesir menyebutkan adanya negeri dari timur yang sangat kaya, merupakan tanah surga, dengan hasil alam berupa cengkeh, emas dan mutiara, daerah itu tak lain dan tak bukan adalah tanah Maluku yang memang merupakan sentra penghasil Pala, Fuli, Cengkeh dan Mutiara. Pala dan Fuli dengan mudah didapat dari Banda Kepulauan, Cengkeh dengan mudah ditemui di negeri-negeri di Ambon, Pulau-Pulau Lease (Saparua, Haruku & Nusa laut) dan Nusa Ina serta Mutiara dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar di Kota Dobo, Kepulauan Aru.
Ibu kota Maluku adalah Ambon yang bergelar atau memiliki julukan sebagai Ambon Manise, kota Ambon berdiri di bagian selatan dari Pulau Ambon yaitu di jazirah Leitimur. Ada wacana bahwa Kota Ambon Manise sudah semakin padat, sumpek, dan tidak lagi layak untuk menampung jumlah penduduk yang dari tahun ke tahun meningkat tajam yang merupakan ibu kotapProvinsi akan menjadi kota biasa karena ibu kota direncanakan pindah ke negeri Makariki di Kabupaten Maluku Tengah.
Jumlah penduduk provinsi ini tahun 2010 dalam hasil sensus berjumlah 1.533.506 jiwa. Maluku terletak di Indonesia Bagian Timur. Berbatasan langsung dengan Maluku Utara dan Papua Barat di sebelah utara, Laut Maluku, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara di sebelah barat, Laut Banda, Timor Leste, dan Nusa Tenggara Timur di sebelah selatan serta Laut Aru dan Papua di sebelah timur.
Maluku memiliki 2 agama utama yaitu agama Islam yang dianut 50,61 % penduduk Maluku dan agama Kristen (baik Protestan maupun Katolik) yang dianut 48,4 % penduduk Maluku.[1] Maluku tercatat dalam ingatan sejarah dunia karena konflik atau tragedi krisis kemanusiaan dan konflik horizontal antara basudara Salam-Sarane atau antara Islam dan Kristen yang lebih dikenal sebagai Tragedi Ambon. Selepas tahun 2002, Maluku berubah wajah menjadi provinsi yang ramah dan damai di Indonesia, untuk itu dunia memberikan suatu tanda penghargaan berupa Gong Perdamaian Dunia yang diletakkan di ACC (Ambon City Centre).
Pada tahun 1999 ketika konflik atau tragedi krisis kemanusiaan dan konflik horizontal antara basudara Salam-Sarane atau antara Islam dan Kristen yang lebih dikenal sebagai Tragedi Ambon melanda Maluku, sebagian wilayah Provinsi Maluku dimekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara, dengan ibu kota di Sofifi. Namun, karena Kota Sofifi dinilai belum siap menjadi ibu kota maka pusat pemerintahan sementara sampai 2009 berada di Kota Ternate yang berada di Pulau Ternate.
Provinsi Maluku dan Maluku Utara membentuk suatu gugus-gugus kepulauan yang terbesar di Indonesia dikenal dengan Kepulauan Maluku dengan lebih dari 4.000 pulau baik pulau besar maupun kecil.
Nama
Pendapat pertama menyatakan kata Maluku berasal dari bahasa Arab yaitu kata Al-Mulk, Al-Mulk berarti sebagai tanah atau pulau atau negeri para raja. Hal ini memang benar karena Maluku sampai sekarang pun terdiri atas negeri-negeri kecil yang lumayan banyak dengan rajanya sendiri-sendiri.
Pendapat kedua menyatakan kata Maluku berasal dari bahasa Ternate yaitu kata Moloku atau Moloko, dua kata itu Moloku atau Moloko sama-sama berarti sebagai tanah air. Hal ini tercermin dari perkataan bangsa Ternate pada masa lampau yang menyebutkan bumi Maluku belahan utara sebagai Moloku Kie Raha yang berarti tanah air dengan empat gunung. Keempat gunung yang dimaksud adalah 4 kerajaan atau kesultanan besar dari Maluku Utara yaitu Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore, Bacan, dan Jailolo.
Sosial Budaya
Suku Bangsa
Suku bangsa Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga, dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan Samudra Pasifik.
Banyak bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi dengan bangsa bangsa kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah, makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik khas, contoh: Ukulele (yang terdapat pula dalam tradisi budaya Hawaii).
Mereka umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar dan kuat, serta profil tubuh yang lebih atletis dibanding dengan suku-suku lain di Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku kepulauan yang mana aktivitas laut seperti berlayar dan berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum pria.
Sejak zaman dahulu, banyak di antara mereka yang sudah memiliki darah campuran dengan suku lain yaitu dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda dan Portugal) serta Spanyol, kemudian bangsa Arab sudah sangat lazim mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama 2.300 tahun dan melahirkan keturunan keturunan baru, yang mana sudah bukan ras Melanesia murni lagi namun tetap mewarisi dan hidup dengan beradatkan gaya Melanesia-Alifuru.
Karena adanya percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa dan Arab inilah maka Maluku merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang digolongkan sebagai daerah yang memiliki kaum Mestizo terbesar selain Timor Leste (Timor Leste, sekarang menjadi negara sendiri]]. Bahkan hingga sekarang banyak nama fam/mata ruma di Maluku yang berasal adat bangsa asing seperti Belanda (Van Afflen, Van Room, De Wanna, De Kock, Kniesmeijer, Gaspersz, Ramschie, Payer, Ziljstra, Van der Weden, dan lain-lain) serta Portugal (Da Costa, De Fretes, Que, Carliano, De Souza, De Carvalho, Pareira, Courbois, Frandescolli, dan lain-lain). Ditemukan pula fam/mata ruma keturunan bangsa Spanyol (Oliviera, Diaz, De Jesus, Silvera, Rodriguez, Montefalcon, Mendoza, De Lopez, dan lain-lain) serta fam-fam Arab yang langsung dari Hadramaut (Al-Kaff, Al Chatib, Bachmid, Bakhwereez, Bahasoan, Al-Qadri, Alaydrus, Assegaff, dan lain-lain). Cara penulisan fam orang Ambon/Maluku pun masih mengikuti dan disesuaikan dengan cara pembacaan ejaan asing seperti Rieuwpassa (baca: Riupasa), Nikijuluw (baca: Nikiyulu), Louhenapessy (baca: Lohenapesi), Kallaij (baca: Kalai), dan Akyuwen (baca: Akiwen).
Dewasa ini, masyarakat Maluku tidak hanya terdapat di Indonesia saja melainkan tersebar di berbagai negara di dunia. Kebanyakan dari mereka yang hijrah keluar negeri disebabkan olah berbagai alasan. Salah satu sebab yang paling klasik adalah perpindahan besar-besaran masyarakat Maluku ke Eropa pada tahun 1950-an dan menetap di sana hingga sekarang. Alasan lainnya adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, menuntut ilmu, kawin-mengawin dengan bangsa lain, yang di kemudian hari menetap lalu memiliki generasi-generasi Maluku baru di belahan bumi lain. Para ekspatriat Maluku ini dapat ditemukan dalam komunitas yang cukup besar serta terkonsentrasi di beberapa negara seperti Belanda (yang dianggap sebagai tanah air kedua oleh orang Maluku selain tanah Maluku itu sendiri), Suriname, dan Australia. Komunitas Maluku di wilayah lain di Indonesia dapat ditemui di Medan, Palembang, Bandung, Jabodetabek, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Makassar, Kupang, Manado, Kalimantan Timur, Sorong, dan Jayapura.
Bahasa
Bahasa yang digunakan di Provinsi Maluku adalah Bahasa Ambon, yang merupakan salah satu dari rumpun bahasa Melayu timur yang dikenal sebagai bahasa dagang atau trade language. Bahasa yang dipakai di Maluku terkhusus di Ambon sedikit banyak telah dipengaruhi oleh bahasa-bahasa asing, bahasa-bahasa bangsa penjelajah yang pernah mendatangi, menyambangi, bahkan menduduki dan menjajah negeri/tanah Maluku pada masa lampau. Bangsa-bangsa itu ialah bangsa Spanyol, Portugis, Arab, dan Belanda.
Bahasa Ambon selaku lingua franca di Maluku telah dipahami oleh hampir semua penduduk di wilayah Provinsi Maluku dan umumnya, dipahami juga sedikit-sedikit oleh masyarakat Indonesia Timur lainnya seperti orang Ternate, Manado, Kupang, dll. karena Bahasa Ambon memiliki struktur bahasa yang sangat mirip dengan bahasa-bahasa trade language di wilayah Sulawesi Utara, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, serta Nusa Tenggara Timur.
Bahasa Indonesia selaku bahasa resmi dan bahasa persatuan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik yang resmi dan formal seperti di kantor-kantor pemerintah dan di sekolah-sekolah serta di tempat-tempat seperti museum, bandara, dan pelabuhan.
Maluku merupakan wilayah kepulauan terbesar di seluruh Indonesia, Provinsi Maluku dan Maluku Utara menyusun sebuah big islands yang dinamai Kepulauan Maluku. Banyaknya pulau yang saling terpisah satu dengan yang lainnya, juga mengakibatkan semakin beragamnya bahasa yang dipergunakan di provinsi ini. Beberapa bahasa yang paling umum dipetuturkan di Maluku yaitu:
- Bahasa Wemale, dipakai penduduk Negeri Piru, Seruawan, Kamarian, dan Rumberu (Kabupaten Seram Bagian Barat).
- Bahasa Alune, dipakai di wilayah tiga batang air yaitu Tala, Mala, dan Malewa di wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat.
- Bahasa Nuaulu, dituturkan oleh suku Nuaulu di Pulau Seram Selatan yaitu antara Teluk Elpaputi dan Teluk Teluti.
- Bahasa Atiahu, dipakai oleh tiga negeri yang juga termasuk rumpun Nuaulu yakni Negeri Atiahu, Werinama, dan Batuasa di wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur.
- Bahasa Koa, dituturkan di wilayah pegunungan tengah Pulau Seram yaitu sekitar Manusela dan Gunung Kabauhari.
- Bahasa Seti dituturkan oleh suku Seti, di Seram Utara dan Teluti Timur, merupakan bahasa dagang di Seram Bagian Timur.
- Bahasa Gorom merupakan turunan dari bahasa Seti dan dipakai oleh penduduk beretnis atau bersuku Gorom yang berdiam di kabupaten Seram Bagian Timur yang menyebar sampai Kepulauan Watubela dan Maluku Tenggara.
- Bahasa Tarangan merupakan bahasa pemersatu dan dipakai oleh penduduk wilayah Pulau Aru dengan ibu kota Kab. Dobo Maluku Tenggara.
Tiga bahasa yang hampir punah adalah Palamata dan Moksela serta Hukumina. Ratusan bahasa di atas dipersatukan oleh sebuah bahasa pengantar yang telah menjadi lingua franca sejak lama yaitu Bahasa Ambon. Sebelum bangsa-bangsa asing (Arab, Cina, Spanyol, Portohis, Wolanda, dan Inggris) menginjakkan kakinya di Maluku, bahasa-bahasa asli Maluku tersebut sudah hidup setidaknya ribuan tahun dan menjadi bahasa-bahasa dari keluarga atau rumpun paling barat keluarga bahasa-bahasa Pasifik/Melansia (bahasa Papua-Melanesoid)
Agama
Penduduk Maluku menganut 3 agama utama yaitu Islam sebanyak 50,61%, Kristen Protestan sebanyak 41,40%, dan Katolik sebanyak 6,76% penduduk. Penyebaran agama Islam dilakukan oleh Kesultanan Iha, Saulau, Hitu, dan Hatuhaha serta pedagang Arab yang mengunjungi Maluku. Sementara penyebaran agama Kristen dilakukan oleh misionaris-misionaris dari Portugis, Spanyol, dan Belanda.
Tempat ibadah di Provinsi Maluku pada tahun 2013 tercatat yaitu sebagai berikut:
- Masjid sebanyak hampir 2 ribu buah
- Gereja sebanyak 2.345 buah
- Pura sebanyak 10 buah
- Vihara sebanyak 5 buah.
Gereja Protestan Maluku atau biasa dikenal sebagai GPM merupakan organisasi sinode dan pertubuhan gereja terbesar yang ada di Maluku, yang memiliki jemaat gereja di hampir seluruh negeri Sarane di seluruh Maluku.
Sosial Budaya
Dalam masyarakat Maluku dikenal suatu sistem hubungan sosial yang disebut Pela dan Gandong.
Pemerintahan
Kabupaten dan Kota
Daftar Gubernur
Sebagai suatu provinsi tertua di wilayah Indonesia, Maluku telah diperintah berbagai bangsa penjelajah selama berabad-abad. Adapun daftar Gubernur Maluku sejak Zaman Kolonial dimulai dari Pemerintahan Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris hingga Masa Kemerdekaan Republik Indonesia, adalah sebagai berikut:
No. | Nama | Masa jabatan |
---|---|---|
A | Masa Pemerintahan Portugal | 1522- 1605 |
1 | Antonio de Brito | 1522 - 1525 |
2 | Garcia Henriques | 1525 - 1527 |
3 | Jorge de Meneses | 1527 - 1530 |
4 | Gonçalo Pereira | 1530 - 1531 |
5 | Vicente da Fonseca | 1531 - 1534 |
6 | Tristão de Ataide | 1534 - 1536 |
7 | Antonio Galvão | 1536 - 1540 |
8 | Jorge de Castro | 1540 - 1544 |
9 | Jordão de Freitas | 1544 - 1546 |
10 | Bernaldim de Sousa | 1546 - 1549 |
11 | Cristovão de Sa | Oct 1549 - Oct 1550 |
12 | Francisco Lopes de Sousa | 1552 - Feb 1554 |
13 | Cristovão de Sa (memerintah untuk kedua kalinya) | Feb 1554 - Nov 1555 |
14 | Duarte d'Eça | 1555 - Dec 1558 |
15 | António Pereira Brandão | Dec 1558 - Oct 1560 |
16 | Manoel de Vasconcellos | Oct 1560 - 1561 |
17 | Bastião Machado | Oct 1560 - 1561 |
18 | Henrique de Sa | Mar 1562 - 1564 |
19 | Alvaro de Mendonça | 1564 - 1567 |
20 | Diogo Lopes de Mesquita | 1567 - 1571 |
21 | Alvaro de Ataide | 1571 - Dec 1574 |
22 | Nuno Pereira de Lacerda | Dec 1574 - 28 Dec 1575 |
23 | Sancho de Vasconcellos | 1575 - 1578 |
24 | Diogo de Azambuja | Dec 1582 - Jan 1586 |
25 | Duarte Pereire de Sampaio | Jan 1586 - 1589 |
26 | Rui Dias da Cunha | 1589 - 1592 |
27 | Tristão de Sousa | 1592 - 1595 |
28 | Julião de Noronha | 1595 - 20 Nov 1598 |
29 | Rui Gonçalves de Sequeira | 20 Nov 1598 - Feb 1602 |
30 | Pedro Alvares de Abreu | Feb 1602 - 19 May 1605 |
B | Masa Pemerintahan Spanyol | 1606 - 1663 |
1 | Juan de Esquivel | 1606 - 1609 |
2 | Lucas de Vergara Gaviria | 1606 - 1609 |
3 | Cristobál de Azcueata Menchaca | 1610 - 1612 |
4 | Jerónimo de Silva | 1612 - 1617 |
5 | Lucas de Vergara Gaviria (memerintah untuk kedua kalinya) | 1617 - 1620 |
6 | Luis de Bracamonte | 1620 - 1623 |
7 | Pedro de Heredia | 1623 - 1636 |
8 | Pedro Muñoz de Carmona y Mendiola | 1636 - 1640 |
9 | Francesco Suárez de Figueroa | 1640 - 1642 |
10 | Pedro Fernández del Rio | 1642 - 1643 |
11 | Lorenzo de Olaso Achotegui | 1643 - 1652 |
12 | Pedro Fernández del Rio (memerintah untuk kedua kaliya) | 1652 |
13 | Francesco de Esteybar | 1652 - 1656 |
14 | Diego Sarria Lascano | 1659 - 1660 |
15 | Francesco de Esteybar (memerintah untuk kedua kalinya) | 1658 - 1659 |
16 | Francesco de Atienza Ibañez | 1659 - 1660 |
17 | Juan de Chaves | 1660 - 1661 |
18 | Agustín de Cepeda Carnacedo | 1661 - 1663 |
19 | Francesco de Atienza Ibañez (memerintah untuk kedua kalinya) | 1663 |
C | Masa Pemerintahan Belanda | 1599 - 1801 |
1 | Frank van der Does | 1599 - c.1602 |
2 | Jan Pieterszen Suyer | Jan 1601 - 1602 |
3 | Christiaen Adriaensz den Dorst | Sep 1602 - 1604 |
4 | Anthonie van Suylen van Nyevelt | Sep 1602 - 1604 |
5 | Adriaan Antoniszen | Jul 1605 - Mar 1606 |
6 | Gerrit Gerritszen van der Buis & Pieter Janszen Boenen | 1607 - 1608 |
7 | Adriaen Woutersz | 1608 - 1610 |
8 | Paulus van Caerden | 1610 - 1612 |
9 | Pieter Both | 1612 - 1616 |
10 | Laurens Reaal | 1616 - 1621 |
11 | Frederik Houtman | 1621 - 1623 |
12 | Jacques le Fèbre | 1623 - 1627 |
13 | Gilles van Zeijst | 1627 - 1628 |
14 | Pieter Wagensveld | 1628 - 1629 |
15 | Gijsbert van Lodestein | 1629 - 1633 |
16 | Johan Ottens | 1633 - 1635 |
17 | Jan van Broekom | 1635 - 1640 |
18 | Anthonij Caen | 1640 - 1642 |
19 | Wouter Seroijen | 1642 - 1648 |
20 | Gaspar van den Bogaerde | 1648 - 1653 |
21 | Jacob Hustaart | 1653 - 1656 |
22 | Simon Cos | 1656 - 1662 |
23 | Anthonij van Voorst | 1662 - 1667 |
24 | Maximilian de Jong | 1667 - 1669 |
25 | Abraham Verspreet | 1669 - 1672 |
26 | Cornelis Franks | 1672 - 1674 |
27 | Willem Corput | 1675 - 1675 |
28 | Willem Harthouwer | 1676 - 1676 |
29 | Jacob de Ghein | 1676 - 1677 |
30 | Robbert Padtbrugge | 1677 - 1682 |
31 | Jacob Lobs | 1682 - 1686 |
32 | Johan Henrik Thim | 1686 - 1689 |
33 | Johannes Cops | 1689 - 1692 |
34 | Cornelis van der Duin | 1692 - 1696 |
35 | Salomon le Sage | 1696 - 1701 |
36 | Pieter Rooselaar | 1701 - 1706 |
37 | Jacob Claaszoon | 1706 - 1710 |
38 | David van Petersom | 1710 - 1715 |
39 | Jacob Bottendorp | 1715 - 1720 |
40 | Antoni Heinsius | 1720 - 1723 |
41 | Jacob Cloeck | 1723 - 1724 |
42 | Joan Happon | 1724 - 1728 |
43 | Jacob Christiaan Pielat | 1728 - 1731 |
44 | Elias de Haeze | 1728 - 1731 |
45 | Johannes Bernard | 1728 - 1731 |
46 | Paulus Rouwenhoff | 1735 - 1739 |
47 | Marten Lelievelt | 1739 - 1744 |
48 | Gerrard van Brandwijk van Blokland | 1744 - 1750 |
49 | J. E. van Mijlendonk | 1750 - 1754 |
50 | Abraham Abeleven | 1754 - 1758 |
51 | Jacob van Schoonderwoert | 1754 - 1758 |
52 | Hendrik Breton | 1766 - 1767 |
53 | Paulus Jacob Valckenaer | 1771 - 1778 |
54 | Jacob Roeland Thomaszen | 1778 - 1780 |
55 | Alexander Cornabé | 1780 - 1793 |
56 | J. Ekenholm | 1793 - 1796 |
57 | Johan Godfried Burdach | 1796 - 1799 |
58 | Willem Jacob Cranssen | 13 Sep 1799 - 21 Jun 1801 |
D | Masa Pemerintahan Inggris | 1801 - 1817 |
1 | K. T. Farquhar | 21 Jun 1801 - 1803 |
2 | H. Webber | 1803 |
3 | Peter Adrianus Goldbach | 1803 - 1804 |
4 | Carel Lodewijk Wieling | 1804 - 1809 |
5 | R. Coop à Groen | 1809 - 1810 |
7 | E. Tucker | 1810 - 1811 |
8 | Forbes | 1811 |
9 | W. Ewer | 1811 - 1813 |
10 | W. G. Mackenzie | 1813 - 1815 |
11 | R. Stuart | 1815 - 1816 |
12 | W. G. Mackenzie (memerintah untuk kedua kalinya) | 1816 - 20 Apr 1817 |
E | Masa Kemerdekaan Indonesia | 1950 - sekarang |
1 | Mr. J.J. Latuharhary | 1950 - 1955 |
2 | Muhammad Djosan | 1955 - 1960 |
3 | Muhammad Padang | 1960 - 1965 |
4 | G. J. Latumahina | 1965 - 1968 |
5 | Soemitro | 1968 - 1973 |
6 | Soemeru | 1973 - 1975 |
7 | Hasan Slamet | 1975 - 1985 |
8 | Sebastian Soekoso | 1985 - 1993 |
9 | M. Akib Latuconsina | 1993 - 1998 |
10 | Dr. M. Saleh Latuconsina | 1998 - 2003 |
11 | Brigjen TNI (Purn) Karel Albert Ralahalu | 2003 - 2013 |
12 | Ir. H. Said Assagaff | 2014 - 2019 |
Perekonomian
Secara makro ekonomi, kondisi perekonomian Maluku cenderung membaik setiap tahun. Salah satu indikatornya antara lain, adanya peningkatan nilai PDRB. Pada tahun 2003 PDRB Provinsi Maluku mencapai 3,7 triliun rupiah kemudian meningkat menjadi 4,05 triliun tahun 2004. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004 mencapai 4,05 persen dan meningkat menjadi 5,06 persen pada 2005.
Kondisi geografis Provinsi Maluku bila dilihat dari sisi strategis peluang investasi bisnis dapat diprediksi bahwa sumber daya alam di sektor perikanan dan kelautan dapat dijadikan primadona bisnis di Maluku, selain sektor lainnya seperti pertanian subsektor peternakan dan perkebunan, sektor perdagangan dan sektor pariwisata serta sektor jasa yang seluruhnya memiliki nilai jual dan potensi bisnis yang cukup tinggi.
Sumber Daya Hutan
Luas sumber daya darat di Maluku adalah sebesar 54.185 km2, dengan potensi sumber daya hutan:
- Hutan Konversi: 475.433 Ha
- Hutan Lindung: 774.618 Ha
- Hutan Produksi Terbatas: 865.947 Ha
- Hutan Produksi Tetap: 908.702 Ha
- Hutan yang dapat dikonversi: 1.633.646 Ha
Potensi Tambang dan Mineral
Adapun daerah penghasil tambang dan Mineral di Provinsi Maluku adalah:
- Emas: Pulau Buru, Wetar, Ambon, Haruku, dan Pulau Romang
- Mercuri: Pulau Damar
- Perak: Pulau Romang
- Logam Dasar: Pulau Haruku dan Nusalaut
- Kuarsa: Pulau Buru
- Minyak Bumi: Bula (Pulau Seram), Laut Banda, Kepulauan Aru dan cadangan minyak di Maluku Barat Daya.
- Mangaan: Laut Banda
Perikanan
Provinsi Maluku ditetapkan oleh Menteri KKP (Fadel Mohammad) sebagai Lumbung Ikan Nasional 2030 sejak digelarnya Sail Banda 2010. Maluku yang merupakan kepulauan bahari terbesar di wilayah Nusantara memang layak dijadikan lumbung ikan nasional karena potensi perikanan yang luar biasa banyaknya disertai laut yang kaya dan masih terjaga dari campur tangan manusia. Daerah dengan potensi ikan di wilayah Maluku yaitu
- Kepulauan Banda
- Kepulauan Kei
- Kepulauan Aru
- Maluku Tenggara Barat
- Maluku Barat Daya
Potensi Perikanan dan Sumber Daya Air Maluku
Sumber daya perairan 658.294,69 km2, dengan potensi sebagai berikut : - Laut Banda : 277.890 ton/tahun - Laut Arafura : 771.500 ton/tahun - Laut Seram : 590.640 ton/tahun
Berbagai jenis ikan yang dapat ditangkap dan terdapat di Maluku antara lain : ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan demersal, ikan karang, udang, lobster, cumi.
Sementara untuk potensi budidaya laut yang penyebarannya terdapat pada Laut Seram, Manipa, Buru, Kep. Kei, Kep. Aru, Yamdena, pulau pulau terselatan dan wetar adalah kakap putih, kerapu, rumput laut, tiram mutiara, teripang, lobster, dan kerang-kerangan. Untuk potensi budidaya payau adalah bandeng dan udang windu.
Energi
Kepulauan Indonesia bagian timur umumnya serta Maluku secara khususnya mengalami dampak benturan lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia relatif lebih intensif yang menyebabkan wilayah ini menjadi salah satu yang sangat dinamis dengan berbagai jenis bahan tambang dan energi. Cadangan gas terbesar di Indonesia tercatat berada di blok Pulau Masela di MTB (Maluku Tenggara Barat).
Pariwisata
Profil pariwisata Maluku yang berisikan objek dan daya tarik maupun mengunjungi Maluku, merupakan kenyataan-kenyataan potensi kepariwisataan yang begitu menjanjikan terutama bagi wisatawan untuk saatnya datang berkunjung menyaksikan keindahan alam meliputi : Ketersediaan daya tarik bawah laut sesuai dengan karakteristik wilayah Maluku sebagai daerah kepulauan, Gunung api, Gunung api bawah laut, Daerah perbukitan, Pemandangan alam, Teluk, Danau dan Keramah-tamahan masyarakat Maluku yang sudah dikenal sejak dahulu dengan tradisi masyarakat yang menganggap Wisatawan Sebagai Raja.
Sejak zaman purba kala, Maluku diakui telah memiliki daya tarik alam selain daripada rempah-rempahnya. Terdiri dari ratusan kepulauan membuat Maluku memiliki keunikan panorama disetiap pulaunya dan mengundang banyak turis asing datang untuk mengunjungi bahkan menetap di kepulauan ini. Selain objek wisata alam, beberapa peninggalan zaman kolonial juga merupakan daya tarik tersendiri karena masih dapat terpelihara dengan baik hingga sekarang. Bahkan dibeberapa daerah,pariwisatanya sudah terkenal sampai ke mancanegara. Beberapa dari objek wisata terkenal di Maluku antara lain:
- Taman Laut Manusela
Pemandangan Taman Laut yang indah mengingat pantai di Maluku masih banyak yang belum terjamah. Wisata ini dapat dinikmati di Pulau Tiga, Manusela Beach, Pulau Banda.
- Pantai Pasir Panjang
Pantai Pasir Panjang yang di Tual Maluku Tenggara merupakan pantai yang sangat menakjubkan dengan pasir putihnya yang sangat panjang dan lembut menyerupai tepung itu membuat mata tak tahan melihatnya disiang hari karena memancarkan cahaya yang menyilaukan.
- Pantai Natsepa, Ambon
Pantai berpasir putih ini terletak di tepi jalan Provinsi dan menghadap ke beberapa Pulau. Sambil menikmati keindahan panorama juga dapat menikmati es kelapa muda dan rujak buah khas Natsepa. Sangat bagus untuk liburan akhir pekan keluarga dan kerabat sayang kalau tidak menikmatinya
- Pintu Kota, Ambon
Pantai pintu kota yang juga masih ada di ujung Pulau Ambon ini sangat menarik dengan batu karang khasnya yang sangat besar dan berlubang seperti pintu dan ada lorong di bawahnya membuat wisatawan yang datang tak henti-hentinya mengabadikan salah satu wujud kebesaran Tuhan yang sulit ditemui di tempat lain. Pintu kota juga merupakan sebuah batu karang besar berbentuk gapura yang yang menjorok ke Laut Banda di antara Desa Airlouw dan Desa Seri, sebelah Jazirah Leitimor. Tersedia beberapa fasilitas berteduh terutama untuk menikmati panorama matahari terbit dan bentuk-bentuk batu karang yang spesifik.
- Benteng Duurstede, Saparua
- Benteng Amsterdam, Ambon
- Benteng Victoria, Ambon
- Banda Neira, Banda
- Benteng Belgica, Banda
- Pantai Hunimua, Ambon (Pantai Liang)
Terletak di sebelah timur laut jazirah Leihitu berhadapan dengan Pulau Seram berpasir putih sepajang kurang lebih 4 km, berjarak 40 km dari pusat kota. Air lautnya bening mengundang setiap pengunjung untuk terjun ke laut. Sebuah restoran di laut milik masyarakat setempat menyediakan makan khas Malauku, ikan bakar dan colo-colo. Bersebelahan dengan pantai ini terdapat Dermaga Feri untuk penyerbangan ke Pulau Seram, bekas lapang terbang Jepang yang dipakai zaman Perang Dunia II. Di seberang pantai ini terletak cagar alam/taman laut Pulau Pombo sebuah pulau karang atoll berpasir putih dan dihuni oleh burung-burung Pombo (merpati).
- Pantai Ngur Sarnadan (Pasir Panjang), Kai
- Pantai Ngurtafur, Pulau Warbal, Kai
- Gua Ohoidertavun di Letvuan, Kai
- Sawai, Seram Utara
- Leksula, Buru
- Pantai Latuhalat, Ambon
- Tanjung Marthafons, Ambon
- Taman Nasional Manusela, Seram
- Air Terjun Waihetu, Rumahkay, Seram
- Pantai Hatuurang
- Pantai Lokki, Seram
- Pantai Englas, Seram
- Pantai Labuan Aisele, Seram Utara
- Pantai Ora, Saleman, Seram Utara
- Pulau Kasa, Seram
- Pulau Pombo
- Pulau Tiga
- Pulau Luciapara
- Pulau Ay, Run dan Rozengain (Hatta), Kepulauan Banda
- Weluan, Kep. Tanimbar
- Pulau Bais
- Tanjung Sesar, Seram
- Pulau Panjang, Pulau Lulpus dan Pulau Garogos
- Gunung Booi
- Kilfura, Seram
- Pantai Soplessy, Seram
- Pantai Manuala
Pantai yang tenang dan sejuk dengan banyaknya pepohonan di tepian pantai di dalamnya menyimpan pesona terumbu karang yang masih alami bercanda dengan satwa laut.
- Gua Lusiala, Seram
- Pantai Kobisadar
- Ahuralo, Amahai
- Batu meja masahatu, hualoy-seram
- Gua Hutan Kartenes
- Goa Akohy di Tamilouw, Seram
- Benteng Titaley, Seram
- Danau Binaya, Piliana
- Tawiri, Ambon
- Pemandian Air Panas Tulehu, Ambon
- Sungai kali ama,hualoy-seram
- pantai maruru,hualoy-seram
Wisata Budaya
Sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia bagian timur, Provinsi Maluku sangat kaya dengan berbagai objek wisata baik berupa panorama alam maupun bangunan-bangunan peninggalan sejarah seperti Masjid Kuno Desa Kaitetu dan hasil kerajinan.
Komunikasi:
Ambon Cyber City
Pada pertengahan tahun 2008, kota Ambon ditetapkan sebagai Cyber City. Pekerjaan proyek Ambon Cyber City yang dilakukan Pemkot Ambon untuk memberikan kemudahan berakses internet telah selesai hingga akhir Desember tahun tersebut. Pelaksanaan proyek ini semata-mata guna memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk berakses dengan mudah dan murah ke "dunia maya", tanpa harus antri di "warung internet" atau berlangganan telepon dengan biaya mahal untuk berinternet. Hanya dengan modal laptop atau komputer yang memiliki fasilitas wireless, masyarakat sudah bisa menikmati internet dengan mudah berbagai tempat di pusat kota Ambon. Pemkot Ambon pun telah menjalin kerja sama dengan perusahaan telekomunikasi Telkomsel untuk meminjam tower perusahaan seluler itu, di mana peralatan Cyber akan dipasang pada menara tower milik perusahaan itu, sehingga bisa memancarkan sinyalnya dan menjangkau seluruh wilayah Kota Ambon. Kota Ambon termasuk dalam kota-kota pertama di Indonesia yang telah menjadi Cyber City.
Stasiun Televisi Lokal
Maluku juga mempunyai televisi lokal yang berbasis dikota Ambon yaitu Molluca TV dan Ambon TV.
Stasiun Televisi Jaringan Kabel (CATV)
Maluku juga mempunyai Stasiun Televisi Berjaringan Kabel resmi yaitu Amboina Multimedia Channel atau AMC oleh PT. Amboina Multimedia
Surat Kabar Harian
- Ambon Express
- Suara Maluku
- Metro Maluku
- Siwalima
- Radar Ambon
- Titah Siwalima
- Maluku Expose
- Marinyo
- Seram Pos
- Suara Ekspresi
Tabloid/ Koran Mingguan
- Dhara Pos
- Bela Reformasi
- Maluku Media
- Door
- Tribun Maluku
- Lacak
- Radar Pos
- Sinar Maluku
- Media Nusantara
- Gosepa
- Maluku Baru
- Moria
- Maluku News
- Pelangi Maluku
- Suara Rakyat
- Utusan Rakyat
Stasiun Radio Lokal
- Suara Pelangi
- DMS
- Rock FM
- Binaya
- G-Tavlul
- Dian Mandiri
- Sangkakala
- Baku-Bae
- Resthy Mulya
- Arika Polnam
- Manusela FM
- Kabaresi
Media Citizen Journalism
Maluku Online alamat situs: www.malukuonline.co.id
Pendidikan
Perguruan Tinggi[3]
Negeri
Nama Perguruan Tinggi | Tahun Pendirian | Pemimpin | Lokasi | Situs Web |
---|---|---|---|---|
Universitas Pattimura (UNPATTI) | 1962 | Prof. Dr. Tommy Pentury.Msi | Ambon | www.unpatti.ac.id |
Politeknik Negeri Ambon (POLNAM) | 1985 | Ir. H. D. Nikijuluw, M.T. | Ambon | www.polnam.ac.id |
Politeknik Perikanan Negeri Tual (POLIKANT) | 1997 | Ir. P. Beruatwarin, M.Si. | Tual | [4] |
Institut Agama Islam Negeri Ambon (IAIN) | 1980 | Prof Dr H Dedi Djubaedi, M.Ag. | Ambon | |
Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Ambon(STAKPN) | 1999 | Dr .A. Ch. Kakiay, M.Si | Ambon | www.stakpn-ambon.ac.id |
Swasta
Nama Perguruan Tinggi | Pemimpin | Lokasi |
---|---|---|
Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) | DR. A.M.L. Batlayeri | Ambon |
Universitas Darussalam (UNIDAR) | Drs.Ir. Ibrahim Ohorella, MP | Tulehu |
Universitas Iqra | Drs. R. Suyatno S. Kusuma, M.Si. | Buru |
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Ambon | F.C. Renyut. S.Sos. M.Si. | Ambon |
STIA Abdul Aziz Kataloka | Drs. J. Madubun. M.Si. | Ambon |
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Said Perimtah | Dr. A. Wattiheluw, S.Sos., M.Si. | Masohi |
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Darul Rachman | Drs. Muuti Matloan | Tual |
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Langgur | P.C. Renwarin, S.E. M.Si. | Tual |
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Saumlaki | Semuel Luturyali, S.H. | Saumlaki |
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Umel | Asyara Rumkei, S.E. | Tual |
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Saumlaki | Drs. M.M. Lololuan | Saumlaki |
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Manajemen (STIEM) Rutu Nusa | Drs. G.M.B.K. Dahaklory | Ambon |
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial (STIS) Mutiara | Cilifius Reyaan, S.Sos. | Tual |
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Kebangsaan | Drs. J. Kapressy | Masohi |
Sekolah Tinggi Perikanan Hatta Sjahrir | Prof. Dr. Hamadi B. Husein | Banda |
STKIP Gotong Royong | Drs. Autan Sahib Patty | Masohi |
Akademi Maritim Maluku (AMM) | Drs. P.P. Rahaor. M.Pd. | Ambon |
Akademi Kebidanan (AKBID) Aru | Yonita E.O. Uniplaita, A.Kp., M.Kes. | Dobo |
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husada | Lukman La Bassy, S.Farm, M.Sc.,Apt. | Kairatu, SBB |
Seni dan Budaya
Musik
Alat musik yang terkenal adalah Tifa (sejenis gendang) dan Totobuang. Masing-masing alat musik dari Tifa Totobuang memiliki fungsi yang bereda-beda dan saling mendukung satu sama lain hingga melahirkan warna musik yang sangat khas. Namun musik ini didominasi oleh alat musik Tifa. Terdiri dari Tifa yaitu, Tifa Jekir, Tifa Dasar, Tifa Potong, Tifa Jekir Potong dan Tifa Bas, ditambah sebuah Gong berukuran besar dan Toto Buang yang merupakan serangkaian gong-gong kecil yang di taruh pada sebuah meja dengan beberapa lubang sebagai penyanggah. Adapula alat musik tiup yaitu Kulit Bia (Kulit Kerang).
Dalam kebudayaan Maluku, terdapat pula alat musik petik yaitu Ukulele dan Hawaiian seperti halnya terdapat dalam kebudayaan Hawaii di Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat ketika musik-musik Maluku dari dulu hingga sekarang masih memiliki ciri khas di mana terdapat penggunaan alat musik Hawaiian baik pada lagu-lagu pop maupun dalam mengiringi tarian tradisional seperti Katreji.
Musik lainnya ialah Sawat. Sawat adalah perpaduan dari budaya Maluku dan budaya Timur Tengah. Pada beberapa abad silam, bangsa Arab datang untuk menyebarkan agama Islam di Maluku, kemudian terjadilah campuran budaya termasuk dalam hal musik. Terbukti pada beberapa alat musik Sawat, seperti rebana dan seruling yang mencirikan alat musik gurun pasir.
Di luar daripada beragamnya alat musik, orang Maluku terkenal handal dalam bernyanyi. Sejak dahulu pun mereka sudah sering bernyanyi dalam mengiringi tari-tarian tradisional. Tak ayal bila sekarang terdapat banyak penyanyi terkenal yang lahir dari kepulauan ini. Sebut saja para legenda seperti Broery Pesulima, Harvey Malaihollo, Masnait Group, dan Yopie Latul. Belum lagi para penyanyi kaliber dunia lainnya seperti Daniel Sahuleka, Ruth Sahanaya, Monica Akihary, Eric Papilaya, Danjil Tuhumena, Romagna Sasabone, Harvey Malaihollo, Glen Fredly, Ello Tahitu, Webster Manuhutu, (Duo) Moluccas, Figgy Papilaya, dan lain-lain.
Tarian
Tari yang terkenal dari negeri Maluku adalah tari Cakalele yang menggambarkan keperkasaan orang Maluku. Tari ini biasanya diperagakan oleh para pria dewasa sambil memegang Parang dan Salawaku (Perisai).
Ada pula Tarian lain seperti Saureka-Reka yang menggunakan pelepah pohon sagu. Tarian yang dilakukan oleh enam orang gadis ini sangat membutuhkan ketepatan dan kecepatan sambil diiringi irama musik yang sangat menarik.
Tarian yang merupakan penggambaran pergaulan anak muda adalah Katreji. Tari Katreji dimainkan secara berpasangan antara wanita dan pria dengan gerakan bervariasi yang enerjik dan menarik. Tari ini hampir sama dengan tari-tarian Eropa pada umumnya karena Katreji juga merupakan suatu akulturasi dari budaya Eropa (Portugis dan Belanda) dengan budaya Maluku. Hal ini lebih nampak pada setiap aba-aba dalam perubahan pola lantai dan gerak yang masih menggunakan bahasa Portugis dan Belanda sebagai suatu proses biligualisme. Tarian ini diiringi alat musik biola, suling bambu, ukulele, karakas, guitar, tifa, dan bas gitar dengan pola rithm musik barat (Eropa) yang lebih menonjol. Tarian ini masih tetap hidup dan digemari oleh masyarakat Maluku sampai sekarang.
Selain Katreji, pengaruh Eropa yang terkenal adalah Polonaise yang biasanya dilakukan orang Maluku pada saat kawinan oleh setiap anggota pesta tersebut dengan berpasangan, membentuk formasi lingkaran serta melakukan gerakan-gerakan ringan yang dapat diikuti setiap orang baik tua maupun muda.
Selain itu, ada pula Tarian Bambu Gila. Tarian bambu gila adalah tarian khusus yang bersifat magis, berasal dari Desa Suli. Keunikan tarian ini adalah para penari seakan-akan dibebani oleh bambu yang dapat bergerak tidak terkendali dan tarian ini bisa diikuti oleh siapa saja.
Sejarah
Maluku memiliki sejarah yang panjang mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama kurang lebih 2300 tahun lamanya dengan didominasi secara berturut-turut oleh bangsa Arab, Portugis, Spanyol, dan Belanda serta menjadi daerah pertempuran sengit antara Jepang dan Sekutu pada era Perang Dunia ke II.
Para penduduk asli Banda berdagang rempah-rempah dengan negara-negara Asia lainnya, seperti Cina, paling tidak sejak zaman Kekaisaran Romawi. Dengan adanya kemunculan agama Islam, perdagangan didominasi oleh para pedagang Muslim. Salah satu sumber kuno Arab menggambarkan lokasi dari pulau ini berjarak sekitar lima belas hari berlayar dari Timur 'pulau Jaba' (Jawa) namun perdagangan langsung hanya terjadi hingga akhir tahun 1300-an. Para pedagang Arab tidak hanya membawa agama Islam, tetapi juga sistem kesultanan dan mengganti sistem lokal yang di mana didominasi oleh Orang Kaya, yang di samping itu lebih efektif digunakan jika berurusan dengan pihak luar.
Melalui perdagangan dengan para pedagang Muslim, bangsa Venesia kemudian datang untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah dari Eropa antara 1200 dan 1500, melalui dominasi atas Mediterania ke kota pelabuhan seperti Iskandariyah (Mesir), setelah jalur perdagangan tradisional mulai terganggu oleh Mongol dan Turki. Dalam menunjang monopoli ini kemudian mereka ikut serta dalam Abad Eksplorasi Eropa. Portugal mengambil langkah awal penjelajahan dengan berlayar ke sekitar tanjung selatan benua Afrika, mengamankan rute-rute penting perdagangan, bahkan tanpa sengaja menemukan pantai Brazil dalam pencarian ke arah selatan. Portugal akhirnya sukses dan pembentukan daerah monopolinya sendiri dan memancing kekuasaan maritim lain seperti Spanyol-Eropa, Perancis, Inggris dan Belanda untuk mengganggu posisinya.
Karena tingginya nilai rempah-rempah di Eropa dan besarnya pendapatan yang dihasilkan, Belanda dan Inggris segera terlibat dalam konflik untuk mendapatkan monopoli atas wilayah ini. Persaingan untuk memiliki kontrol atas kepulauan ini menjadi sangat intensif bahkan untuk itu Belanda bahkan memberikan pulau Manhattan (sekarang New York), di pihak lain Inggris memberikan Belanda kontrol penuh atas kepulauan Banda. Lebih dari 6.000 jiwa di Banda telah gugur dan mati syahid dalam perang memperebutkan rempah-rempah ini. Dan di kemudian hari, kemenangan atas kepulauan ini dikantongi Kerajaan Belanda.
Arkeologi
Bukti arkeologi paling awal adanya okupasi manusia di wilayah ini ditemukan sekitar tiga puluh dua ribu tahun, tetapi bukti adanya permukiman yang lebih tua di Australia mungkin mengindikasikan bahwa Maluku telah memiliki pengunjung sebelumnya. Bukti bahwa semakin meluasnya hubungan perdagangan jarak jauh dan frekuensi okupasi terhadap kepulauan lain yang menjadi semakin tinggi, dimulai sekitar sepuluh ribu hingga lima belas tahun kemudian. Batu permata dan perak yang biasanya digunakan sebagai mata uang di semenanjung India sekitar 200 sebelum Masehi telah ditemukan pada beberapa pulau. Maluku pada saat itu berkembang menjadi daerah kosmopolitan di mana para pedagang rempah-rempah dari seluruh wilayah menetap di sana, termasuk para pedagang Arab dan Cina yang mengunjungi atau bermaksud untuk tinggal di daerah tersebut. Kemungkinan lainnya adalah Maluku telah menjadi rumah bagi banyak bangsa-bangsa semi-nomadik Ras Melanesia. Gua-gua prasejarah masih bisa ditemukan di daerah Seram bagian Utara dan di wilayah Taniwel bisa dijumpai banyak fosil-fosil yang belum terungkap
Era Portugis dan Spanyol
Selain dari adanya pengaruh kebudayaan hal yang paling signifikan dari efek kehadiran Portugis adalah gangguan dan disorganisasi perdagangan Asia namun di samping itu adalah adanya penyebaran Agama Kristen di Indonesia Timur termasuk Maluku. Portugis yang telah menaklukkan Malaka pada awal abad keenambelas dan pengaruh mereka terasa sangat kuat di Maluku dan kawasan lain di timur Indonesia. Setelah penaklukan Portugis atas Malaka pada bulan Agustus 1511, Afonso de Albuquerque pelajari rute ke Kepulauan Banda dan Kpulauan Rempah-Rempah lainnya dengan mengirim sebuah penjelajahan tiga kapal ekspedisi di bawah pimpinan António de Abreu, Simao Afonso Bisigudo dan Francisco Serrano. Di tengah perjalanan untuk kembali, Francisco Serrao yang terdampar di pulau Hitu (Ambon utara) pada 1512. Ia mendirikan hubungan dengan penguasa lokal yang terkesan dengan kemampuan militer. Adanya pertikaian antara Kerajaan Ternate dan Tidore juga melibatkan Portugis.
Setelah bergabung dengan Ternate, Serrão kemudian membangun benteng di pulau tersebut dan menjadi kepala duitan dari para serdadu Portugis di bawah pelayanan satu dari dua sultan yang berkuasa mengendalikan perdagangan rempah-rempah. Namun dengan adanya penyebaran agama Kristen mengakibatkan terjadinya ketegangan dengan Penguasa Ternate yang adalah Muslim. Ferdinand Magellan Serrão mendesak dia untuk bergabung di Maluku dan memberikan informasi para penjelajah tentang Kepulauan rempah-rempah. Akan tetapi, keduanya meninggal sebelum sempat bertemu satu sama lain. Pada tahun 1535 Raja Tabariji diberhentikan dan dikirim ke Goa oleh Portugis. Ia kemudaun menganut Kristen serta mengubah namanya menjadi Dom Manuel. Setelah dinyatakan bersalah, dia dikirim kembali ke takhtanya kembali, tetapi meninggal dalam perjalanan di Melaka pada 1545. Meskipun begitu, ia mewariskan pulau Ambon kepada Ayah Baptisnya yang adalah seorang Portugis, Jordão de Freitas. Setelah kejadian pembunuhan Sultan Hairun oleh Portugis, Ternate keudian mengusir mereka pada tahun 1575 setelah pengepungan selama 5 tahun.
Pendaratan Portugis yang pertama di Ambon terjadi pada tahun 1513, yang di kemudian hari akan menjadi pusat kegiatan Portugal di Maluku setelah pengusiran dari Ternate. Kekuatan Eropa di daerah tersebut pada saat itu lemah dan Ternate makin menyebarkan kekuasaannya sebagai Kerajaan Islam anti Portugis di bawah pimpinan Sultan Baab Ullah dan anaknya Sultan Said. Di Ambon, Portugis mendapat perlawanan dari penduduk muslim lokal di daerah utara pulau tesebut terutama di Hitu yang telah lama menjalin hubungan kerjasama perdagangan dan agama dengan kota-kota pelabuhan di pantai utara Jawa.Sesungguhnya, Portugis tidak pernah berhasil mengendalikan perdagangan rempah-rempah lokal dan gagal dalam upaya untuk membangun otoritas mereka atas kepulauan Banda, pusat produksi pala.
Spanyol kemudian mengambil kontrol atas Ternate dan Tidore. Misionaris dan saah satu dari Orang Suci Katolik, Santo Fransiscus Xaverius (Saint Francis Xavier), tiba di Maluku pada tahun 1546-1547 kepada orang Ambon, Ternate, dan Morotai serta meletakkan dasar untuk misi permanen di sana. Dengan tibanya dia di sana, 10.000 orang telah dibaptis menjadi Katolik, dengan persentase terbanyak di pulau Ambon dan sekitar tahun 1590 terdapat 50.000 bahkan 60.000 orang telah dibaptis, walaupun beberapa daerah sekitarnya tetap menjadi daerah Muslim.
Selama pekerjaan Misionaris, telah terdapat komunitas Kristen dalam jumlah besar di daerah timur Indonesia selama beberapa waktu, serta telah berkontribusi terhadap kepentingan bersama dengan Eropa, khususnya di antara orang Ambon. Pengaruh lainnya termasuk sejumlah besar kata berasal dari Indonesia Portugis yang di samping Melayu merupakan bahasa pergaulan sampai awal abad kesembilanbelas. Kata-kata dalam Bahasa Indonesia seperti pesta, sabun, bendera, meja, Minggu, semua berasal dari bahasa Portugis. Banyak pula nama-nama keluarga di Maluku berasal dari Portugis seperti de Lima, Waas, da Costa, Dias, de Fretas, Gonsalves, Mendosa, Rodrigues, dan da Silva.
Bangsa Belanda
Orang Belanda tiba pada tahun 1599 dan melaporkan adanya usaha Portugis untuk memonopoli perdagangan tradisional mereka. Setelah Orang Ambon berhasil membantu Belanda dalam membangun benteng di Hitu Lama, Portugis memulai kampanye melawan bantuan terhadap Ambon dari Belanda.
Setelah 1605 Frederik Houtman menjadi gubernur Belanda pertama Ambon. VOC merupakan perusahaan perdagangan Belanda yang terhambat oleh tiga faktor daam menjalankan usahanya yaitu: Portugis, penduduk lokal dan Inggris. Sekali lagi, penyelundupan merupakan satu-satunya cara untuk monopoli Eropa. Selama abad ke-17, Banda melakukan perdagangan bebas dengan Inggris. Upaya Belanda adalah dengan mengurangi jumlah penduduk asli Banda lalu mengirim lainnya ke luar pulai serta mendirikan instalasi budak kerja.
Walaupun lainnya kembali menetap di Kepulauan Banda, sisa wilayah Maluku lainnya tetap sangat sulit untuk berada di bawah kontrol asing bahkan setelah Portugis mendirikan stasiun perdagangannya di Makassar, terjadi pemberontakan penduduk lokal pada tahun 1636 dan 1646. Di bawah kontrol kompeni Maluku teradministrasi menjadi residen Belanda yaitu Ternate di Utara dan Amboyna (Ambon) di selatan.
Perang Dunia II
Pecahnya Perang Pasifik tanggal 7 Desember 1941 sebagai bagian dari Perang Dunia II mencatat era baru dalam sejarah penjajahan di Indonesia. Gubernur Jendral Belanda A.W.L. Tjarda van Starkenborgh, melalui radio, menyatakan bahwa pemerintah Hindia Belanda dalam keadaan perang dengan Jepang.
Tentara Jepang tidak banyak kesulitan merebut kepulauan di Indonesia. Di Kepulauan Maluku, pasukan Jepang masuk dari utara melalui pulau Morotai dan dari timur melalui pulau Misool. Dalam waktu singkat seluruh Kepulauan Maluku dapat dikuasai Jepang. Perlu dicatat bahwa dalam Perang Dunia II, tentara Australia sempat bertempur melawan tentara Jepang di desa Tawiri. Dan untuk memperingatinya dibangun monumen Australia di negeri negeri Tawiri (tidak jauh dari Bandara Pattimura).
Dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Maluku dinyatakan sebagai salah satu provinsi Republik Indonesia. Namun pembentukan dan kedudukan Provinsi Maluku saat itu terpaksa dilakukan di Jakarta, sebab segera setelah Jepang menyerah, Belanda (NICA) langsung memasuki Maluku dan menghidupkan kembali sistem pemerintahan kolonial di Maluku. Belanda terus berusaha menguasai daerah yang kaya dengan rempah-rempahnya ini, bahkan hingga setelah keluarnya pengakuan kedaulatan pada tahun 1949 dengan mensponsori terbentuknya Republik Maluku Selatan (RMS).
Lihat pula
Referensi
- ^ a b Data Sensus Penduduk 2010 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321&wid=8100000000)
- ^ a b "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-09.
- ^ Daftar Perguruan Tinggi Swasta di Provinsi Maluku
- ^ Statuta Peliteknik Perikanan Negeri Tual
Pranala Luar
- (Indonesia) Situs resmi pemerintah provinsi
- (Indonesia) Informasi Lengkap Seputar Maluku
- (Indonesia) Badan Pusat Statistik: Maluku
- (Inggris) World International Library Of UNESCO About Maluku