Dhammapada: Perbedaan antara revisi
Baris 26: | Baris 26: | ||
== APPAMADA VAGGA == |
== APPAMADA VAGGA == |
||
Berisikan sabda-sabda [[Buddha Gotama]] tentang ''' |
Berisikan sabda-sabda [[Buddha Gotama]] tentang '''Kewaspadaan'''. |
||
* (21) Kewaspadaan adalah jalan menuju kekekalan; kelengahan adalah jalan menuju kematian. Orang yang waspada tidak akan mati, Tetapi orang yang lengah seperti orang yang sudah mati. |
|||
* (22) Setelah mengerti hal ini dengan jelas, orang bijaksana akan bergembira dalam kewaspadaan dan bergembira dalam praktek para ariya. |
|||
* (23) Orang bijaksana yang tekun bersamadhi, hidup bersemangat dan selalu bersungguh-sungguh, pada akhirnya mencapai nibbana (kebebasan mutlak). |
|||
* (24) Orang yang penuh semangat, selalu sadar, murni dalam perbuatan, memiliki pengendalian diri, hidup sesuai dengan Dhamma,dan selalu waspada, maka kebahagiaannya akan bertambah. |
|||
* (25) Dengan usaha yang tekun, semangat, disiplin, dan pengendalian diri, hendaklah orang bijaksana, membuat pulau bagi dirinya sendiri, yang tidak dapat ditenggelamkan oleh banjir. |
|||
* (26) Orang dungu yang berpengertian dangkal, terlena dalam kelengahan, sebaliknya,orang bijaksana senantiasa menjaga kewaspadaan. seperti menjaga harta yang paling berharga. |
|||
* (27) Jangan terlena dalam kelengahan, Jangan terikat pada kesenangan-kesenangan indria. Orang yang waspada dan rajin bersamadhi, akan memperoleh kebahagiaan sejati. |
|||
* (28) Bilamana orang bijaksana, telah mengatasi kelengahan dengan kewaspadaan, maka ia akan bebas dari kesedihan, seakan memanjat menara kebijaksanaan, dan memandang orang-orang yang menderita di sekelilingnya, seperti seseorang yang berdiri diatas gunung memandang mereka yang berada di bawah. |
|||
* (29) Waspada di antara yang lengah, berjaga di antara yang tertidur, orang bijaksana akan maju terus, bagaikan seekor kuda yang tangkas berlari meninggalkan kuda yang lemah di belakangnya. |
|||
* (30) Dengan menyempurnakan kewaspadaan, Dewa Sakka dapat mencapai tingkat pemimpin di antara para dewa. Sesungguhnya, kewaspadaan itu akan selalu dipuji, dan kelengahan akan selalu dicela. |
|||
* (31) Seorang bhikkhu, yang bergembira dalam kewaspadaan, dan melihat bahaya dalam kelengahan, akan maju terus membakar semua rintangan batin, bagaikan api membakar kayu, baik yang besar maupun yang kecil. |
|||
* (32) Seorang bhikkhu yang bergembira dalam kewaspadaan, dan melihat bahaya dalam kelengahan, tak akan terperosok lagi, Ia sudah berada di ambang pintu nibbana. |
|||
== CITTA VAGGA == |
== CITTA VAGGA == |
Revisi per 18 April 2016 13.24
Bagian dari seri tentang |
Buddhisme |
---|
Dhammapada (bahasa Pali) atau Dharmapada (bahasa Sanskerta) merupakan salah satu kitab suci Agama Buddha dari bagian Khuddaka Nikāya, yang merupakan salah satu bagian dari Sutta Pitaka. Dhammapada terdiri dari 26 vagga (bab) atau 423 bait.
YAMAKA VAGGA
Bab pertama ini berisikan Syair-syair Kembar, terdiri atas dua puluh ayat sebagai berikut.
- Segala perbuatan buruk didahului oleh pikiran, dipimpin oleh pikiran, dan dihasilkan oleh pikiran. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran tidak suci, penderitaan pun akan mengikuti, seperti roda pedati mengikuti jejak kaki lembu yang menariknya. (1)
- Segala perbuatan baik didahului oleh pikiran, dipimpin oleh pikiran, dan dihasilkan oleh pikiran. Bila sesseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran suci, kebahagiaan pun akan mengikuti, seperti bayang-banyang tak pernah meninggalkan dirinya. (2)
- "Ia menghinaku, ia memukulku, ia mengalahkanku, ia merampas milikku," - kebencian dalam diri mereka yang diracuni pikiran-pikiran seperti itu, tak akan pernah berakhir. (3)
- "Ia menghinaku, ia memukulku, ia mengalahkankanku, ia merampas milikku," - kebencian dalam diri mereka yang telah bebas dari pikiran-pikiran seperti itu, akan segera berakhir. (4)
- Kebencian tak dapat dipadamkan dengan kebencian. Hanya sikap tidak membenci yang dapat mengakhirinya. Inilah hukum yang abadi. (5)
- Banyak orang tidak menyadari, bahwa dalam permusuhan mereka akan binasa. Bagi yang telah sadar, segala permusuhan pun segera diakhiri. (6)
- Mara menjerat orang yang hidupnya hanya mencari kesenangan, indra-indrianya tak terkendali, makan berlebihan, bermalas-malas, dan lemah hati, seperti angin yang menumbangkan pohon yang lapuk. (7)
- Mara tak berdaya menjerat orang yang pikirannya tidak terikat oleh kesenangan-kesenangan, indria-indrianya terkuasai, makannya sederhana, penuh keyakinan, dan tekun merenungkan "ketidaksucian", seperti angin tak mampu menggoyahkan sebuah gunung batu. (8)
- Orang yang belum terbebas dari noda, yang tak mampu mengendalikan diri, dan tidak mengerti kebenaran, tidaklah layak mengenakan jubah kuning. (9)
- Sesungguhnya ia yang telah membuang segala noda, berkelakuan baik, diberkahi pengendalian diri dan kebenaran, yang layak mengenakan jubah kuning. (10)
- Mereka yang membayangkan ketidakbenaran sebagai Kebenaran, dan menganggap Kebenaran sebagai ketidakbenaran,-mendasarkan dirinya pada pikiran keliru dan tak pernah dapat melihat Kesunyataan. (11)
- Tapi mereka yang mengetahui Kebenaran sebagai Kebenaran, dan ketidakbenaran sebagai ketidakbenaran,-mendasarkan dirinya pada pikiran benar sehingga dapat melihat Kesunyataan. (12)
- Seperti hujan menembus rumah beratap tipis, begitulah nafsu dengan mudah merasuk ke dalam pikiran yang tidak terlatih. (13)
- Seperti hujan tidak dapat menembus rumah beratap kuat, begitulah nafsu tak kuasa merasuk ke dalam pikiran yang terlatih. (14)
- Di sini ia menderita, begitu pula di alam berikutnya. Pembuat kejahatan menderita di kedua alam, dan merana melihat hasil perbuatan buruknya. (15)
- Di sini ia berbahagia, begitu pula di alam berikutnya. Pembuat kebajikan berbahagia di kedua alam, terlebih lagi setelah melihat hasil perbuatan baiknya. (16)
- Di sini ia bersedih, begitu pula di alam berikutnya. Pembuat kejahatanbersedih hati di kedua alam. Ia bersedih mengingat kejahatan yang telah dilakukannya, terlebih lagi setelah jatuh ke dalam penderitaan. (17)
- Di sini ia bergembira, begitu pula di alam berikutnya. Pembuat kebajikan bergembira di kedua alam. Ia bergembira mengingat kebajikan yang telah dilakukannya, terlebih lagi setelah mengecap kebahagiaan. (18)
- Orang yang meskipun banyak membaca kitab suci, tapi tidak berbuat sesuai Ajaran, seperti gembala yang menghitung sapi milik orang lain, tidak akan beroleh manfaat Kehidupan suci. (19)
- Orang yang meskipun sedikit membaca kitab suci, tapi berbuat sesuai Ajaran, menyingkirkan nafsu, kebencian, dan kebodohan, memiliki Pengetahuan benar, batin yang bebas, dan tidak terikat pada kehidupan sekarang maupun yang akan datang; akan beroleh manfaat Kehidupan suci. (20)
APPAMADA VAGGA
Berisikan sabda-sabda Buddha Gotama tentang Kewaspadaan.
- (21) Kewaspadaan adalah jalan menuju kekekalan; kelengahan adalah jalan menuju kematian. Orang yang waspada tidak akan mati, Tetapi orang yang lengah seperti orang yang sudah mati.
- (22) Setelah mengerti hal ini dengan jelas, orang bijaksana akan bergembira dalam kewaspadaan dan bergembira dalam praktek para ariya.
- (23) Orang bijaksana yang tekun bersamadhi, hidup bersemangat dan selalu bersungguh-sungguh, pada akhirnya mencapai nibbana (kebebasan mutlak).
- (24) Orang yang penuh semangat, selalu sadar, murni dalam perbuatan, memiliki pengendalian diri, hidup sesuai dengan Dhamma,dan selalu waspada, maka kebahagiaannya akan bertambah.
- (25) Dengan usaha yang tekun, semangat, disiplin, dan pengendalian diri, hendaklah orang bijaksana, membuat pulau bagi dirinya sendiri, yang tidak dapat ditenggelamkan oleh banjir.
- (26) Orang dungu yang berpengertian dangkal, terlena dalam kelengahan, sebaliknya,orang bijaksana senantiasa menjaga kewaspadaan. seperti menjaga harta yang paling berharga.
- (27) Jangan terlena dalam kelengahan, Jangan terikat pada kesenangan-kesenangan indria. Orang yang waspada dan rajin bersamadhi, akan memperoleh kebahagiaan sejati.
- (28) Bilamana orang bijaksana, telah mengatasi kelengahan dengan kewaspadaan, maka ia akan bebas dari kesedihan, seakan memanjat menara kebijaksanaan, dan memandang orang-orang yang menderita di sekelilingnya, seperti seseorang yang berdiri diatas gunung memandang mereka yang berada di bawah.
- (29) Waspada di antara yang lengah, berjaga di antara yang tertidur, orang bijaksana akan maju terus, bagaikan seekor kuda yang tangkas berlari meninggalkan kuda yang lemah di belakangnya.
- (30) Dengan menyempurnakan kewaspadaan, Dewa Sakka dapat mencapai tingkat pemimpin di antara para dewa. Sesungguhnya, kewaspadaan itu akan selalu dipuji, dan kelengahan akan selalu dicela.
- (31) Seorang bhikkhu, yang bergembira dalam kewaspadaan, dan melihat bahaya dalam kelengahan, akan maju terus membakar semua rintangan batin, bagaikan api membakar kayu, baik yang besar maupun yang kecil.
- (32) Seorang bhikkhu yang bergembira dalam kewaspadaan, dan melihat bahaya dalam kelengahan, tak akan terperosok lagi, Ia sudah berada di ambang pintu nibbana.
CITTA VAGGA
Bab ini berisikan kotbah Buddha tentang Pikiran.
- (33) Pikiran itu mudah goyah dan tidak tetap; pikiran susah dikendalikan dan dikuasai. Orang bijaksana meluruskannya bagaikan seorang pembuat panah meluruskan anak panah.
- (34) Bagaikan ikan yang dikeluarkan dari air dan dilemparkan ke atas tanah, pikiran itu selalu menggelepar. Karena itu cengkeraman dari Mara harus ditaklukkan.
- (35) Sukar mengendalikan pikiran yang binal dan senang mengembara sesuka hatinya. Adalah baik untuk mengendalikan pikiran, suatu pengendalian pikiran yang baik akan membawa kebahagiaan.
- (36) Pikiran sangat sulit untuk dilihat, amat lembut dan halus, pikiran bergerak sesuka hatinya. Orang bijaksana selalu menjaga pikirannya, seseorang yang menjaga pikirannya akan berbahagia.
- (37) Pikiran itu selalu mengembara jauh, tidak berwujud, dan terletak jauh di lubuk hati. Mereka yang dapat mengendalikannya, akan bebas dari jeratan Mara.
- (38) Orang yang pikirannya tidak teguh, yang tidak mengenal ajaran yang benar, yang keyakinannya selalu goyah, orang seperti itu tidak akan sempurna kebijaksanaannya.
- (39) Orang yang pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu dan kebencian, yang telah mengatasi keadaan baik dan buruk, di dalam diri orang yang selalu sadar seperti itu tidak ada lagi ketakutan.
- (40) Dengan mengetahui bahwa tubuh ini rapuh bagaikan tempayan, hendaknya seseorang memperkokoh pikirannya bagaikan benteng kota, dan melenyapkan Mara dengan senjata kebijaksanaan. Ia harus menjaga apa yang telah dicapainya, dan hidup tanpa ikatan lagi.
- (41) Aduh, tak lama lagi tubuh ini akan terbujur di atas tanah,dibiarkan saja, tanpa kesadaran, bagaikan sebatang kayu yang tidak berguna.
- (42) Luka dan kesakitan macam apa pun, dapat dibuat oleh orang yang saling bermusuhan atau saling membenci. Namun pikiran yang diarahkan secara salah, akan melukai seseorang jauh lebih berat.
PUPHA VAGGA
Pupha Vagga membahas tentang Bunga-bunga.
BALA VAGGA
Bab tersebut berisi syair Orang-orang Dungu.
PANDITA VAGGA
Bab keenam ini berisi tentang Orang Bijaksana.
ARAHANTA VAGGA
Bab Arahanta Vagga berisi bait Arahat.
SAHASSA VAGGA
Sahassa Vagga juga dikenal membahas topik Beribu-ribu.
PAPA VAGGA
Papa Vagga memaparkan tentang Kejahatan.
DANDA VAGGA
Bab kesepuluh ini berisi bait Hukuman.
JARA VAGGA
Topik Usia Tua dibahas dalam bab tersebut.
ATTA VAGGA
Bait mengenai Diri Sendiri tertulis dalam bab ini.
LOKA VAGGA
Loka Vagga membahas tentang Dunia.
BUDDHA VAGGA
Bait-bait tentang Buddha terdapat dalam bab keenam-belas ini.
SUKHA VAGGA
Ayat-ayat Kebahagiaan terangkum dalam Sukha Vagga.
PIYA VAGGA
Piya Vagga berisikan ayat-ayat Cinta Kasih.
KODHA VAGGA
Vagga ini membahas tentang Kemarahan.
MALA VAGGA
Mala Vagga berisi ayat Noda-noda.
DHAMMATTHA VAGGA
Topik mengenai Orang Adil terdapat dalam bab ini.
MAGGA VAGGA
Ayat Sang Jalan tertulis dalam Magga Vagga.
PAKINNAKA VAGGA
Pakinnaka Vagga merangkum ayat Bunga Rampai.
NIRAYA VAGGA
Pembahasan Neraka terdapat dalam vagga tersebut.
NAGA VAGGA
Naga Vagga berisi tentang Syair-syair Gajah.
TANHA VAGGA
Nafsu Keinginan diulas dalam Tanha Vagga.
BHIKKHU VAGGA
Vagga kedua-puluh-lima ini berisi tentang Bhkikkhu atau Pertapa.
BRAHMANA VAGGA
Bab terakhir Dhammapada ini mengulas topik Brahmana.