Parikesit: Perbedaan antara revisi
k bot Menambah: jv:Parikesit Mengubah: en:Parikshit |
k Robot: Cosmetic changes |
||
Baris 16: | Baris 16: | ||
Parikesit tewas digigit oleh [[Naga Taksaka]], setelah beliau diramalkan akan dibunuh oleh seekor ular. Maka beliaupun menyuruh untuk mengadakan [[upacara]] [[sarpayajna]] untuk mengusir semua ular. Tetapi karena sudah takdirnya, beliau pun digigit sampai wafat. |
Parikesit tewas digigit oleh [[Naga Taksaka]], setelah beliau diramalkan akan dibunuh oleh seekor ular. Maka beliaupun menyuruh untuk mengadakan [[upacara]] [[sarpayajna]] untuk mengusir semua ular. Tetapi karena sudah takdirnya, beliau pun digigit sampai wafat. |
||
==Peristiwa sebelum kelahiran== |
== Peristiwa sebelum kelahiran == |
||
Saat Maharaja Parikesit masih berada dalam kandungan, ayahnya yang bernama [[Abimanyu]], turut serta bersama [[Arjuna]] dalam sebuah pertempuran besar di daratan [[Kurukshetra]]. Dalam pertempuran tersebut, Abimanyu gugur dalam serangan musuh yang dilakukan secara curang. Abimanyu meninggalkan ibu Parikesit yang bernama [[Utara (Mahabharata)|Utara]] karena gugur dalam perang. |
Saat Maharaja Parikesit masih berada dalam kandungan, ayahnya yang bernama [[Abimanyu]], turut serta bersama [[Arjuna]] dalam sebuah pertempuran besar di daratan [[Kurukshetra]]. Dalam pertempuran tersebut, Abimanyu gugur dalam serangan musuh yang dilakukan secara curang. Abimanyu meninggalkan ibu Parikesit yang bernama [[Utara (Mahabharata)|Utara]] karena gugur dalam perang. |
||
Baris 22: | Baris 22: | ||
Pada pertempuran di akhir hari kedelapan belas, [[Aswatama]] bertarung dengan [[Arjuna]]. Aswatama dan Arjuna sama-sama sakti dan sama-sama mengeluarkan senjata Brahmāstra. Karena dicegah oleh Resi [[Byasa]], Aswatama dianjurkan untuk mengarahkan senjata tersebut kepada objek lain. Maka Aswatama memilih agar senjata tersebut diarahkan ke kandungan [[Utara (Mahabharata)|Utara]]. Senjata tersebut pun membunuh Parikesit yang maish berada dalam kandungan. Atas pertolongan dari [[Kresna]], Parikesit dihidupkan kembali. Aswatama kemudian dikutuk agar mengembara di dunia selamanya. |
Pada pertempuran di akhir hari kedelapan belas, [[Aswatama]] bertarung dengan [[Arjuna]]. Aswatama dan Arjuna sama-sama sakti dan sama-sama mengeluarkan senjata Brahmāstra. Karena dicegah oleh Resi [[Byasa]], Aswatama dianjurkan untuk mengarahkan senjata tersebut kepada objek lain. Maka Aswatama memilih agar senjata tersebut diarahkan ke kandungan [[Utara (Mahabharata)|Utara]]. Senjata tersebut pun membunuh Parikesit yang maish berada dalam kandungan. Atas pertolongan dari [[Kresna]], Parikesit dihidupkan kembali. Aswatama kemudian dikutuk agar mengembara di dunia selamanya. |
||
==Ramalan kehidupan== |
== Ramalan kehidupan == |
||
[[Berkas:Pariksit-snake.jpg|right|240px|thumb|Raja parikesit mengalungkan bangkai ular di leher Bagawan Samiti]] |
[[Berkas:Pariksit-snake.jpg|right|240px|thumb|Raja parikesit mengalungkan bangkai ular di leher Bagawan Samiti]] |
||
{{HastinaRaja}} |
{{HastinaRaja}} |
||
Baris 29: | Baris 29: | ||
Resi Dhomya memprediksikan bahwa Parikesit akan selamanya mencurahkan kebajikan, ajaran agama dan kebenaran, dan akan menjadi pemimpin yang bijaksana, tepatnya seperti [[Ikswaku]] dan [[Rama]] dari [[Ayodhya]]. Ia akan menjadi ksatria panutan seperti [[Arjuna]], yaitu kakeknya sendiri, dan akan membawa kemahsyuran bagi keluarganya. |
Resi Dhomya memprediksikan bahwa Parikesit akan selamanya mencurahkan kebajikan, ajaran agama dan kebenaran, dan akan menjadi pemimpin yang bijaksana, tepatnya seperti [[Ikswaku]] dan [[Rama]] dari [[Ayodhya]]. Ia akan menjadi ksatria panutan seperti [[Arjuna]], yaitu kakeknya sendiri, dan akan membawa kemahsyuran bagi keluarganya. |
||
==Raja Hastinapura== |
== Raja Hastinapura == |
||
Saat dimulainya zaman [[Kali Yuga]], yaitu zaman kegelapan, dan mangkatnya [[Kresna]] [[Awatara]] dari dunia fana, lima [[Pandawa]] bersaudara pensiun dari pemerintahan. Parikesit sudah layak diangkat menjadi raja, dengan [[Krepa]] sebagai penasihatnya. Beliau menyelenggarakan [[Aswameddha]] [[Yadnya|Yajña]] tiga kali di bawah bimibingan Krepa. |
Saat dimulainya zaman [[Kali Yuga]], yaitu zaman kegelapan, dan mangkatnya [[Kresna]] [[Awatara]] dari dunia fana, lima [[Pandawa]] bersaudara pensiun dari pemerintahan. Parikesit sudah layak diangkat menjadi raja, dengan [[Krepa]] sebagai penasihatnya. Beliau menyelenggarakan [[Aswameddha]] [[Yadnya|Yajña]] tiga kali di bawah bimibingan Krepa. |
||
==Kehidupan selanjutnya== |
== Kehidupan selanjutnya == |
||
Pada suatu hari, Raja Parikesit pergi berburu ke tengah hutan. Ia kepayahan menangkap seekor buruan, lalu berhenti untuk beristirahat. Akhirnya ia sampai di sebuah tempat pertapaan. Di pertapaan tersebut, tinggalah Bagawan [[Samiti]]. Beliau sedang duduk bertapa dan membisu. Ketika Sang Raja bertanya kemana buruannya pergi, Bagawan Samiti hanya diam membisu karena pantang berkata-kata saat sedang bertapa. Karena pertanyaannya tidak dijawab, Raja Parikesit marah dan mengambil bangkai [[ular]] dengan anak panahnya, lalu mengalungkannya ke leher Bagawan Samiti. Kemudian Sang Kresa menceritakan kejadian tersebut kepada putera Bagawan Samiti yang bernama Sang Srenggi yang bersifat mudah marah. |
Pada suatu hari, Raja Parikesit pergi berburu ke tengah hutan. Ia kepayahan menangkap seekor buruan, lalu berhenti untuk beristirahat. Akhirnya ia sampai di sebuah tempat pertapaan. Di pertapaan tersebut, tinggalah Bagawan [[Samiti]]. Beliau sedang duduk bertapa dan membisu. Ketika Sang Raja bertanya kemana buruannya pergi, Bagawan Samiti hanya diam membisu karena pantang berkata-kata saat sedang bertapa. Karena pertanyaannya tidak dijawab, Raja Parikesit marah dan mengambil bangkai [[ular]] dengan anak panahnya, lalu mengalungkannya ke leher Bagawan Samiti. Kemudian Sang Kresa menceritakan kejadian tersebut kepada putera Bagawan Samiti yang bernama Sang Srenggi yang bersifat mudah marah. |
||
Baris 41: | Baris 41: | ||
Kemudian Naga [[Taksaka]] pergi ke [[Hastinapura]] untuk melaksanakan perintah Sang Srenggi untuk menggigit Sang Raja. Penjagaan di Hastinapura sangat ketat. Sang Raja berada dalam menara tinggi dan dikelilingi oleh prajurit, brahmana, dan ahli bisa. Untuk dapat membunuh Sang Raja, Naga Taksaka menyamar menjadi ulat dalam buah [[jambu]]. Kemudian jambu tersebut diduguhkan kepada Sang Raja. Kutukan tersebut menjadi kenyataan. Raja Parikesit wafat setelah digigit Naga [[Taksaka]] yang menyamar menjadi [[ulat]] dalam buah [[jambu]]. |
Kemudian Naga [[Taksaka]] pergi ke [[Hastinapura]] untuk melaksanakan perintah Sang Srenggi untuk menggigit Sang Raja. Penjagaan di Hastinapura sangat ketat. Sang Raja berada dalam menara tinggi dan dikelilingi oleh prajurit, brahmana, dan ahli bisa. Untuk dapat membunuh Sang Raja, Naga Taksaka menyamar menjadi ulat dalam buah [[jambu]]. Kemudian jambu tersebut diduguhkan kepada Sang Raja. Kutukan tersebut menjadi kenyataan. Raja Parikesit wafat setelah digigit Naga [[Taksaka]] yang menyamar menjadi [[ulat]] dalam buah [[jambu]]. |
||
==Keturunan Raja Parikesit== |
== Keturunan Raja Parikesit == |
||
Parikesit menikahi Madrawati, dan memiliki seorang putera bernama [[Janamejaya]]. [[Janamejaya]] diangkat menjadi raja pada usia yang masih muda. [[Janamejaya]] menikahi Wapushtama, dan memiliki dua putera bernama Satanika dan Sankukarna. Satanika diangkat sebagai raja menggantikan ayahnya dan menikahi puteri dari [[Kerajaan Wideha]], kemudian memiliki seorang putra bernama Aswamedhadatta. |
Parikesit menikahi Madrawati, dan memiliki seorang putera bernama [[Janamejaya]]. [[Janamejaya]] diangkat menjadi raja pada usia yang masih muda. [[Janamejaya]] menikahi Wapushtama, dan memiliki dua putera bernama Satanika dan Sankukarna. Satanika diangkat sebagai raja menggantikan ayahnya dan menikahi puteri dari [[Kerajaan Wideha]], kemudian memiliki seorang putra bernama Aswamedhadatta. |
||
Baris 60: | Baris 60: | ||
# Dewi Dangan, berputera Ramaprawa dan Basanta. |
# Dewi Dangan, berputera Ramaprawa dan Basanta. |
||
==Lihat pula== |
== Lihat pula == |
||
* [[Adiparwa]] |
* [[Adiparwa]] |
||
* [[Taksaka]] (tewasnya Raja Parikesit) |
* [[Taksaka]] (tewasnya Raja Parikesit) |
||
==Pranala luar== |
== Pranala luar == |
||
* {{en}} [http://moralstories.wordpress.com/2006/05/25/anger-is-ones-greatest-enemy/ Kisah yang menceritakan keagungan Maharaja Parikesit] |
* {{en}} [http://moralstories.wordpress.com/2006/05/25/anger-is-ones-greatest-enemy/ Kisah yang menceritakan keagungan Maharaja Parikesit] |
||
* {{en}} [http://www.dharmakshetra.com/sages/Parikshit.htm Dharmakshetra.com: Parikshita] |
* {{en}} [http://www.dharmakshetra.com/sages/Parikshit.htm Dharmakshetra.com: Parikshita] |
||
Baris 78: | Baris 78: | ||
{{Tokoh Mahabharata}} |
{{Tokoh Mahabharata}} |
||
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]] |
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]] |
Revisi per 18 Februari 2008 07.24
परीक्षित | |
---|---|
Tokoh dalam mitologi Hindu | |
Nama | Parikesit |
Ejaan Dewanagari | परीक्षित |
Nama lain | Parikshit; Parikshita |
Asal | Hastinapura, Kerajaan Kuru |
Senjata | Panah |
Parikesit (Sansekerta: परीक्षित; parikṣita, parikṣit) atau Pariksita adalah seorang tokoh dari wiracarita Mahabharata. Ia adalah raja Hastina dan cucu Arjuna. Ayahnya adalah Abimanyu sedangkan putranya adalah Janamejaya.
Dalam kitab Adiparwa, akhir riwayatnya diceritakan bahwa Prabu Parikesit meninggal karena digigit Naga Taksaka yang bersembunyi di dalam buah jambu, sesuai dengan kutukan Brahmana Granggi yang merasa sakit hati karena Prabu Parikesit telah mengkalungkan bangkai ular hitam di leher ayahnya, Bagawan Sarmiti.
Parikesit tewas digigit oleh Naga Taksaka, setelah beliau diramalkan akan dibunuh oleh seekor ular. Maka beliaupun menyuruh untuk mengadakan upacara sarpayajna untuk mengusir semua ular. Tetapi karena sudah takdirnya, beliau pun digigit sampai wafat.
Peristiwa sebelum kelahiran
Saat Maharaja Parikesit masih berada dalam kandungan, ayahnya yang bernama Abimanyu, turut serta bersama Arjuna dalam sebuah pertempuran besar di daratan Kurukshetra. Dalam pertempuran tersebut, Abimanyu gugur dalam serangan musuh yang dilakukan secara curang. Abimanyu meninggalkan ibu Parikesit yang bernama Utara karena gugur dalam perang.
Pada pertempuran di akhir hari kedelapan belas, Aswatama bertarung dengan Arjuna. Aswatama dan Arjuna sama-sama sakti dan sama-sama mengeluarkan senjata Brahmāstra. Karena dicegah oleh Resi Byasa, Aswatama dianjurkan untuk mengarahkan senjata tersebut kepada objek lain. Maka Aswatama memilih agar senjata tersebut diarahkan ke kandungan Utara. Senjata tersebut pun membunuh Parikesit yang maish berada dalam kandungan. Atas pertolongan dari Kresna, Parikesit dihidupkan kembali. Aswatama kemudian dikutuk agar mengembara di dunia selamanya.
Ramalan kehidupan
Para Raja |
Hastinapura |
---|
Tokoh wiracarita Mahabharata |
Resi Dhomya memprediksikan kepada Yudistira setelah Parikesit lahir bahwa ia akan menjadi pemuja setia Dewa Wisnu, dan semenjak ia diselamatkan oleh Bhatara Kresna, ia akan dikenal sebagai Vishnurata (Orang yang selalu dilindungi oleh Sang Dewa).
Resi Dhomya memprediksikan bahwa Parikesit akan selamanya mencurahkan kebajikan, ajaran agama dan kebenaran, dan akan menjadi pemimpin yang bijaksana, tepatnya seperti Ikswaku dan Rama dari Ayodhya. Ia akan menjadi ksatria panutan seperti Arjuna, yaitu kakeknya sendiri, dan akan membawa kemahsyuran bagi keluarganya.
Raja Hastinapura
Saat dimulainya zaman Kali Yuga, yaitu zaman kegelapan, dan mangkatnya Kresna Awatara dari dunia fana, lima Pandawa bersaudara pensiun dari pemerintahan. Parikesit sudah layak diangkat menjadi raja, dengan Krepa sebagai penasihatnya. Beliau menyelenggarakan Aswameddha Yajña tiga kali di bawah bimibingan Krepa.
Kehidupan selanjutnya
Pada suatu hari, Raja Parikesit pergi berburu ke tengah hutan. Ia kepayahan menangkap seekor buruan, lalu berhenti untuk beristirahat. Akhirnya ia sampai di sebuah tempat pertapaan. Di pertapaan tersebut, tinggalah Bagawan Samiti. Beliau sedang duduk bertapa dan membisu. Ketika Sang Raja bertanya kemana buruannya pergi, Bagawan Samiti hanya diam membisu karena pantang berkata-kata saat sedang bertapa. Karena pertanyaannya tidak dijawab, Raja Parikesit marah dan mengambil bangkai ular dengan anak panahnya, lalu mengalungkannya ke leher Bagawan Samiti. Kemudian Sang Kresa menceritakan kejadian tersebut kepada putera Bagawan Samiti yang bernama Sang Srenggi yang bersifat mudah marah.
Saat Sang Srenggi pulang, ia melihat bangkai ular melilit leher ayahnya. Kemudian Sang Srenggi mengucapkan kutukan bahwa Raja Parikesit akan mati digigit ular setelah tujuh hari sejak kutukan tersebut diucapkan. Bagawan Samiti kecewa terhadap perbuatan puteranya tersebut, yang mengutuk raja yang telah memberikan mereka tempat berlindung. Akhirnya Bagawan Samiti berjanji akan mengakhiri kutukan tersebut. ia mengutus muridnya untuk memberitahu Sang Raja, namun Sang Raja merasa malu untuk mengakhiri kutukan tersebut dan memilih untuk berlindung.
Kemudian Naga Taksaka pergi ke Hastinapura untuk melaksanakan perintah Sang Srenggi untuk menggigit Sang Raja. Penjagaan di Hastinapura sangat ketat. Sang Raja berada dalam menara tinggi dan dikelilingi oleh prajurit, brahmana, dan ahli bisa. Untuk dapat membunuh Sang Raja, Naga Taksaka menyamar menjadi ulat dalam buah jambu. Kemudian jambu tersebut diduguhkan kepada Sang Raja. Kutukan tersebut menjadi kenyataan. Raja Parikesit wafat setelah digigit Naga Taksaka yang menyamar menjadi ulat dalam buah jambu.
Keturunan Raja Parikesit
Parikesit menikahi Madrawati, dan memiliki seorang putera bernama Janamejaya. Janamejaya diangkat menjadi raja pada usia yang masih muda. Janamejaya menikahi Wapushtama, dan memiliki dua putera bernama Satanika dan Sankukarna. Satanika diangkat sebagai raja menggantikan ayahnya dan menikahi puteri dari Kerajaan Wideha, kemudian memiliki seorang putra bernama Aswamedhadatta.
Para keturunan Raja Parikesit tersebut merupakan raja legendaris yang memimpin Kerajaan Kuru, namun riwayatnya tidak muncul dalam Mahabharata.
Parikesit dalam pewayangan Jawa
Parikesit adalah putera Abimanyu alias Angkawijaya, kesatria Plangkawati dengan permaisuri Dewi Utari, puteri Prabu Matsyapati dengan Dewi Ni Yustinawati dari Kerajaan Wirata. Ia seorang anak yatim, karena ketika ayahnya gugur di medan perang Bharatayuddha, ia masih dalam kandungan ibunya. Parikesit lahir di istana Hastinapura setelah keluarga Pandawa boyong dari Amarta ke Hastinapura.
Parikesit naik tahta negara Hastinapura menggantikan kakeknya Prabu Karimataya, nama gelar Prabu Yudistira setelah menjadi raja negara Hastinapura. Ia berwatak bijaksana, jujur dan adil.
Prabu Parikesit mempunyai 5 (lima) orang permasuri dan 8 (delapan) orang putera, yaitu:
- Dewi Puyangan, berputera Ramayana dan Pramasata
- Dewi Gentang, berputera Dewi Tamioyi
- Dewi Satapi alias Dewi Tapen, berputera Yudayana dan Dewi Pramasti
- Dewi Impun, berputera Dewi Niyedi
- Dewi Dangan, berputera Ramaprawa dan Basanta.
Lihat pula
Pranala luar
- (Inggris) Kisah yang menceritakan keagungan Maharaja Parikesit
- (Inggris) Dharmakshetra.com: Parikshita
- (Inggris) Kejadian setelah Bharatayuddha: lahirnya Parikesit
Didahului oleh: Yudistira |
Raja Hastinapura | Diteruskan oleh: Janamejaya |