Lompat ke isi

Perumpamaan domba yang hilang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Msiahaan (bicara | kontrib)
Penjelasan: pembetulan referensi ayat Alkitab
Msiahaan (bicara | kontrib)
Penjelasan: penambahan ayat mengenai gembala yang baik
Baris 21: Baris 21:


Hal yang menarik dalam perumpamaan ini adalah:
Hal yang menarik dalam perumpamaan ini adalah:
# Orang-orang berdosa diibaratkan sebagai domba yang tersesat. Domba merupakan lambang yang sangat sering dijumpai di dalam [[Alkitab]] sejak zaman sebelum [[Daud]], Domba dianggap sebagai binatang yang lemah, yang bergantung penuh kepada pemeliharaan gembala. [[Gembala]] domba, di sisi lain, adalah orang yang mencukupi kebutuhan domba-dombanya, melindungi mereka dari serangan binatang buas, mengobati mereka yang terluka, dan menuntun mereka ke mana-mana. Domba yang tersesat atau terlepas dari kawanan akan kesulitan untuk bertahan hidup dan mati di padang karena kelaparan atau menjadi manngsa binatang buas. Yesus pun mengumpamakan diri-Nya sebagai gembala yang mencukupkan kebutuhan melindungi kawanan domba-Nya alias umat-Nya. Rasul Petrus merujuk Yesus sebagai "Sang Gembala Agung"<ref>1 Petrus 5:4</ref>.
# Orang-orang berdosa diibaratkan sebagai domba yang tersesat. Domba merupakan lambang yang sangat sering dijumpai di dalam [[Alkitab]] sejak zaman sebelum [[Daud]], Domba dianggap sebagai binatang yang lemah, yang bergantung penuh kepada pemeliharaan gembala. [[Gembala]] domba, di sisi lain, adalah orang yang mencukupi kebutuhan domba-dombanya, melindungi mereka dari serangan binatang buas, mengobati mereka yang terluka, dan menuntun mereka ke mana-mana. Domba yang tersesat atau terlepas dari kawanan akan kesulitan untuk bertahan hidup dan mati di padang karena kelaparan atau menjadi mangsa binatang buas. Yesus pun mengumpamakan diri-Nya sebagai gembala yang baik, gembala yang mengenal domba-domab-Nya, gembala mencukupkan kebutuhan melindungi kawanan domba-Nya alias umat-Nya<ref>Yohanes 10:11-14</ref>. Rasul Petrus merujuk Yesus sebagai "Sang Gembala Agung"<ref>1 Petrus 5:4</ref>.
# Gembala dalam perumpamaan ini tidak tinggal diam, melainkan aktif untuk mencari domba yang hilang sampai ditemukan. Dia bahkan meninggalkan 99 domba yang tidak tersesat hanya demi mencari satu domba yang hilang. Perumpamaan ini menggambarkan Allah karena kasih-Nya kepada manusia berdosa, aktif untuk mencari orang-orang berdosa agar bertobat. Allah tidaklah pasif menunggu domba yang hilang ini kembali ke kawanan. Yesus mengatakan:
# Gembala dalam perumpamaan ini tidak tinggal diam, melainkan aktif untuk mencari domba yang hilang sampai ditemukan. Dia bahkan meninggalkan 99 domba yang tidak tersesat hanya demi mencari satu domba yang hilang. Perumpamaan ini menggambarkan Allah karena kasih-Nya kepada manusia berdosa, aktif untuk mencari orang-orang berdosa agar bertobat. Allah tidaklah pasif menunggu domba yang hilang ini kembali ke kawanan. Yesus mengatakan:
{{cquote|Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.|||Matius 18:14}}
{{cquote|Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.|||Matius 18:14}}

Revisi per 24 Januari 2017 16.46

"Domba yang hilang", karya Dalziel Bersaudara

Perumpamaan tentang domba yang hilang adalah sebuah perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridnya. Kisah ini tercantum di dalam Matius 18:12-14 dan Lukas 15:1-7.

Matius 18:12-14: (Terjemahan Baru)

Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.

Lukas 15:1-7: (Terjemahan Baru)

Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."

Domba yang terhilang

Perumpamaan ini menceritakan tentang seorang gembala domba yang memiliki seratus ekor domba. Pada suatu hari salah seekor dombanya hilang, dan ia meninggalkan domba yang lainnya di pegunungan dan mencari seekor yang tersesat. Diceritakan bahwa ketika gembala tersebut menemukan domba yang hilang, maka kegembiraannya atas seekor domba itu lebih dari 99 ekor domba yang tidak sesat.

Penjelasan

Lukas mengawali kisah Yesus menceritakan perumpamaan ini dengan: Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka."

Pada masa itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tidak bergaul dengan kaum yang dianggap sebagai orang-orang berdosa seperti pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal[1]. Para pemungut cukai dibenci oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena diangap sebagai antek-antek penjajah Romawi, karena para pemungut cukai bertugas untuk mengumpulkan pajak atau upeti dari orang Israel untuk disetorkan ke penjajah Romawi[2]. Perempuan-perempuan sundal dianggap sebagai orang-orang amoral[3]. Sebagian orang berpendapat bahwa orang-orang berdosa merujuk kepada orang-orang non-Yahudi yang dianggap sebagai orang-orang kafir[4], mereka yang tidak percaya kepada Allah. Oleh karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mengkritik Yesus: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka".

Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat marah karena para pemungut cukai dan orang-orang berdosa diberi sarana untuk menikmati anugerah, dipanggil untuk bertobat, dan didorong untuk mengharapkan pengampunan pada saat bertobat. Bagi para ahli Taurat dan orang Farisi, orang-orang ini sudah tidak mempunyai harapan lagi. Mereka pikir tidak ada orang lain lagi kecuali mereka sendiri yang memiliki keistimewaan untuk bertobat dan mendapatkan pengampunan.

Menurut orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, Yesus hanya merendahkan diri-Nya sendiri dengan berbuat demikian, dan juga sangat tidak sesuai dengan martabat-Nya jika Ia bergaul dekat dengan orang-orang semacam itu, menyambut mereka ke dalam kawanan-Nya, dan makan bersama-sama dengan mereka. Karena malu, mereka tidak bisa mencela-Nya atas perbuatan-Nya memberitakan Injil kepada orang-orang itu, meskipun justru itulah yang sebenarnya membuat mereka paling marah. Oleh sebab itu, mereka cuma bisa menegur-Nya karena makan bersama-sama dengan orang-orang berdosa, yang lebih jelas bertentangan dengan adat istiadat leluhur mereka.

Yesus kemudian menceritakan perumpamaan ini untuk menunjukkan bahwa kedatangan-Nya justru untuk mencari orang-orang berdosa agar orang-orang berdosa ini bertobat[5][6].

Sementara Matius dalam Matius 18:12-14 mengaitkan perumpamaan ini dengan pemeliharaan dan penjagaan Allah akan umat-Nya, bahkan terhadap anak-anak kecil sekalipun[7].

Hal yang menarik dalam perumpamaan ini adalah:

  1. Orang-orang berdosa diibaratkan sebagai domba yang tersesat. Domba merupakan lambang yang sangat sering dijumpai di dalam Alkitab sejak zaman sebelum Daud, Domba dianggap sebagai binatang yang lemah, yang bergantung penuh kepada pemeliharaan gembala. Gembala domba, di sisi lain, adalah orang yang mencukupi kebutuhan domba-dombanya, melindungi mereka dari serangan binatang buas, mengobati mereka yang terluka, dan menuntun mereka ke mana-mana. Domba yang tersesat atau terlepas dari kawanan akan kesulitan untuk bertahan hidup dan mati di padang karena kelaparan atau menjadi mangsa binatang buas. Yesus pun mengumpamakan diri-Nya sebagai gembala yang baik, gembala yang mengenal domba-domab-Nya, gembala mencukupkan kebutuhan melindungi kawanan domba-Nya alias umat-Nya[8]. Rasul Petrus merujuk Yesus sebagai "Sang Gembala Agung"[9].
  2. Gembala dalam perumpamaan ini tidak tinggal diam, melainkan aktif untuk mencari domba yang hilang sampai ditemukan. Dia bahkan meninggalkan 99 domba yang tidak tersesat hanya demi mencari satu domba yang hilang. Perumpamaan ini menggambarkan Allah karena kasih-Nya kepada manusia berdosa, aktif untuk mencari orang-orang berdosa agar bertobat. Allah tidaklah pasif menunggu domba yang hilang ini kembali ke kawanan. Yesus mengatakan:

Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.

— Matius 18:14

Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.

— Lukas 15:7

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Golongan Yahudi Di Era Yesus Kristus - SarapanPagi Biblika". www.sarapanpagi.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-01-24. 
  2. ^ Lukas 3:12
  3. ^ Lukas 7:37
  4. ^ Galatia 2:14
  5. ^ Lukas 15:7
  6. ^ Lukas 5:32
  7. ^ Matius 18:10-11,14
  8. ^ Yohanes 10:11-14
  9. ^ 1 Petrus 5:4