Lompat ke isi

Citrānggada: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 120.188.78.169 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh EmausBot
M. Adiputra (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 3: Baris 3:
| Nama = Citrānggada
| Nama = Citrānggada
| Image = Citranggada.jpg
| Image = Citranggada.jpg
| Caption = Sosok Citrānggada versi wayang.
| Caption = Citrānggada sebagai tokoh [[pewayangan]] [[Jawa]].
| Devanagari = चित्राङद
| Devanagari = चित्रांगद
| Kitab = ''[[Mahabharata]]''
| Tokoh = ''Mahabharata''
| Kitab = ''[[Mahabharata]]'' (''[[Adiparwa]]'')
| Ejaan_Sanskerta = Citrāṅgada
| Ejaan_Sanskerta = Citrāṅgada
| Kasta = kesatria
| Golongan = [[Candrawangsa]]
| Asal = [[Hastinapura]], [[Kerajaan Kuru]]
| Asal = [[Hastinapura]], [[Kerajaan Kuru]]
| Gelar = Pangeran Kuru
| Gelar = Pangeran Kuru
| Profesi = Raja
| Profesi = raja
| Dinasti = Kuru
| Dinasti = [[Dinasti Kuru|Kuru]]
| Tempat = [[Hastinapura]]
| Tempat = [[Hastinapura]]
| Orangtua = [[Santanu]] dan [[Satyawati]]
| Ayah = [[Santanu]]
| Ibu = [[Satyawati]]
| Pasangan = —
}}
}}
'''Citrānggada''' adalah putera sulung pasangan Raja [[Santanu]] dan [[Satyawati]] dalam [[wiracarita]] [[Mahabharata]]. Semenjak [[Bisma]] (kakak tirinya) mengucapkan sumpah bahwa ia tidak akan menikah dan meneruskan tahta [[Hastinapura]], Citrānggada menjadi raja menggantikan ayahnya dan pemerintahannya berhasil. Saat Citrānggada naik tahta, Hastinapura merasakan ketentraman, khususnya bagi [[Satyawati]], namun hanya sesaat.
'''Citrānggada''' {{Sanskerta|चित्रांगद|Citrāṅgada}} adalah putra sulung Raja [[Santanu]] dan Permaisuri [[Satyawati]] dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Ia memiliki kakak tiri bernama [[Dewabrata]] alias [[Bisma]], dan adik kandung bernama [[Wicitrawirya]]. Ia menjabat sebagai Raja [[Dinasti Kuru|Kuru]] setelah Santanu mangkat. Tokoh ini tidak banyak disebutkan dalam kitab ''Mahabharata''. Ia terutama diceritakan dalam buku pertama, ''[[Adiparwa]]'', bagian ''Sambhawaparwa'' yang mengandung riwayat para leluhur [[Pandawa]] dan [[Korawa]].


== Kisah ==
Tanpa diduga, petaka muncul di [[Hastinapura]]. Surat tantangan diberikan oleh seorang raja [[gandarwa]] yang juga bernama Citrānggada. Ia marah karena merasa dua raja dengan nama yang sama tidak mungkin akan hidup bersama dalam satu zaman, maka ia berpikir bahwa salah satu di antaranya harus mati. Citrānggada putera Santanu menerima tantangan tersebut. Setelah itu, meletuslah pertempuran antara Citrānggada manusia dengan Citrānggada gandarwa di "medan Kuru" atau [[Kurukshetra]]. Setelah pertempuran besar terjadi selama tiga bulan, Citrānggada putera [[Santanu]] gugur dan kekuasaannya digantikan oleh adiknya, [[Wicitrawirya]].
Dalam ''[[Mahabharata]]'', karena [[Bisma]] mengucapkan sumpah bahwa ia tidak akan menikah dan meneruskan takhta [[Hastinapura]], maka Citrānggada menjadi raja menggantikan ayahnya dan pemerintahannya berhasil. Dalam kitab ''[[Adiparwa]]'' disebutkan bahwa Citrānggada adalah manusia yang perkasa, dan mampu menaklukkan para raja yang ada di dunia; bahkan para [[asura]] dan [[dewata]] sekalipun.<ref name="sacred-text">{{citation|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01102.htm|title=Shambava Parva, Section CI| publisher=The Mahabharata, Book 1: Adi Parva| site=Sacred-Texts.com| accessdate=3 November 2017}}</ref>


Saat Citrānggada naik tahta, Hastinapura merasakan ketentraman, khususnya bagi [[Satyawati]], namun hanya sesaat. Tanpa diduga, petaka muncul di [[Hastinapura]]. Surat tantangan diberikan oleh seorang raja [[gandarwa]] yang juga bernama Citrānggada. Ia marah karena merasa dua raja dengan nama yang sama tidak mungkin akan hidup bersama dalam satu zaman, maka ia berpikir bahwa salah satu di antaranya harus mati. Citrānggada putra Santanu menerima tantangan tersebut.
Sebelum wafat, Citrānggada belum menikah sehingga tidak memiliki keturunan.

Menurut ''Adiparwa'', pertempuran mereka berlangsung di tepi [[sungai Saraswati]]. Baik Citrānggada manusia maupun Citrānggada gandarwa sama-sama kuat dan sakti. Namun, Citrānggada gandarwa lebih mahir dalam tipu muslihat. Setelah pertempuran sengit berlangsung selama tiga tahun, Citrānggada putra [[Santanu]] akhirnya gugur.<ref name="sacred-text"/>

Sebelum wafat, Citrānggada belum menikah sehingga tidak memiliki keturunan. Maka dari itu, takhta Hastinapura diteruskan oleh adiknya, [[Wicitrawirya]].


== Arti nama ==
== Arti nama ==


Dalam [[bahasa Sanskerta]], kata ''Citrānggada'' secara [[harfiah]] berarti "dihiasi dengan gelang-gelang yang indah".
Dalam [[bahasa Sanskerta]], kata ''Citrānggada'' secara [[harfiah]] berarti "dihiasi dengan gelang-gelang yang indah".

== Referensi ==
{{reflist}}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
Baris 29: Baris 40:
{{s-start}}
{{s-start}}
{{succession box|before=[[Santanu]]|years=Raja [[Hastinapura]]|
{{succession box|before=[[Santanu]]|years=Raja [[Hastinapura]]|
title=[[Dinasti Candra|Dinasti Candra,{{br}}keturunan Kuru]]|
title=[[Dinasti Kuru]]|
after=[[Wicitrawirya]]}}
after=[[Wicitrawirya]]}}
{{end}}
{{end}}
{{Tokoh Mahabharata}}
{{Tokoh Mahabharata}}
{{tokoh mitologi hindu}}
{{tokoh mitologi hindu}}
{{Hindu-bio-stub}}


[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]
[[Kategori:Raja dalam mitologi Hindu]]

Revisi per 3 November 2017 14.27

Citrānggada
चित्रांगद
Citrānggada sebagai tokoh pewayangan Jawa.
Citrānggada sebagai tokoh pewayangan Jawa.
Tokoh Mahabharata
NamaCitrānggada
Ejaan Dewanagariचित्रांगद
Ejaan IASTCitrāṅgada
GelarPangeran Kuru
Kitab referensiMahabharata (Adiparwa)
AsalHastinapura, Kerajaan Kuru
KediamanHastinapura
GolonganCandrawangsa
Kastakesatria
Profesiraja
DinastiKuru
AyahSantanu
IbuSatyawati

Citrānggada (Dewanagari: चित्रांगद; ,IASTCitrāṅgada, चित्रांगद) adalah putra sulung Raja Santanu dan Permaisuri Satyawati dalam wiracarita Mahabharata. Ia memiliki kakak tiri bernama Dewabrata alias Bisma, dan adik kandung bernama Wicitrawirya. Ia menjabat sebagai Raja Kuru setelah Santanu mangkat. Tokoh ini tidak banyak disebutkan dalam kitab Mahabharata. Ia terutama diceritakan dalam buku pertama, Adiparwa, bagian Sambhawaparwa yang mengandung riwayat para leluhur Pandawa dan Korawa.

Kisah

Dalam Mahabharata, karena Bisma mengucapkan sumpah bahwa ia tidak akan menikah dan meneruskan takhta Hastinapura, maka Citrānggada menjadi raja menggantikan ayahnya dan pemerintahannya berhasil. Dalam kitab Adiparwa disebutkan bahwa Citrānggada adalah manusia yang perkasa, dan mampu menaklukkan para raja yang ada di dunia; bahkan para asura dan dewata sekalipun.[1]

Saat Citrānggada naik tahta, Hastinapura merasakan ketentraman, khususnya bagi Satyawati, namun hanya sesaat. Tanpa diduga, petaka muncul di Hastinapura. Surat tantangan diberikan oleh seorang raja gandarwa yang juga bernama Citrānggada. Ia marah karena merasa dua raja dengan nama yang sama tidak mungkin akan hidup bersama dalam satu zaman, maka ia berpikir bahwa salah satu di antaranya harus mati. Citrānggada putra Santanu menerima tantangan tersebut.

Menurut Adiparwa, pertempuran mereka berlangsung di tepi sungai Saraswati. Baik Citrānggada manusia maupun Citrānggada gandarwa sama-sama kuat dan sakti. Namun, Citrānggada gandarwa lebih mahir dalam tipu muslihat. Setelah pertempuran sengit berlangsung selama tiga tahun, Citrānggada putra Santanu akhirnya gugur.[1]

Sebelum wafat, Citrānggada belum menikah sehingga tidak memiliki keturunan. Maka dari itu, takhta Hastinapura diteruskan oleh adiknya, Wicitrawirya.

Arti nama

Dalam bahasa Sanskerta, kata Citrānggada secara harfiah berarti "dihiasi dengan gelang-gelang yang indah".

Referensi

  1. ^ a b Shambava Parva, Section CI, The Mahabharata, Book 1: Adi Parva, diakses tanggal 3 November 2017 

Pranala luar

Didahului oleh:
Santanu
Dinasti Kuru
Raja Hastinapura
Diteruskan oleh:
Wicitrawirya