Alimin: Perbedaan antara revisi
alimin |
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k cosmetic changes |
||
Baris 7: | Baris 7: | ||
=== Remaja === |
=== Remaja === |
||
Sejak remaja Alimin telah aktif dalam pergerakan nasional. Semula ia menjadi wartawan koran ''[[Djawa Moeda]]'' dan bergabung dengan [[Budi Utomo]]. Saat kemunculan [[Sarekat Islam]] yang lebih jelas garis perlawanannya dengan politik pemerintahan kolonial, Alimin bergabung dengan organisasi tersebut dan pernah tinggal di rumah kost milik [[Tjokroaminoto]]. Setelah itu bersama seorang dokter muda [[Tjipto Mangunkusumo]], ia bergabung dengan [[Insulinde (partai politik)|Insulinde]] dan juga sebagai editor di jurnal bernama ''[[Modjopahit]]'' di [[Batavia]]. Ia juga aktif mengorganisir para buruh pelabuhan dan pelaut, dan turut mendirikan Sarekat Buruh Pelabuhan (dulu namanya Sarekat Pegawai Pelabuhan dan Lautan). |
Sejak remaja Alimin telah aktif dalam pergerakan nasional. Semula ia menjadi wartawan koran ''[[Djawa Moeda]]'' dan bergabung dengan [[Budi Utomo]]. Saat kemunculan [[Sarekat Islam]] yang lebih jelas garis perlawanannya dengan politik pemerintahan kolonial, Alimin bergabung dengan organisasi tersebut dan pernah tinggal di rumah kost milik [[Tjokroaminoto]]. Setelah itu bersama seorang dokter muda [[Tjipto Mangunkusumo]], ia bergabung dengan [[Insulinde (partai politik)|Insulinde]] dan juga sebagai editor di jurnal bernama ''[[Modjopahit]]'' di [[Batavia]]. Ia juga aktif mengorganisir para buruh pelabuhan dan pelaut, dan turut mendirikan Sarekat Buruh Pelabuhan (dulu namanya Sarekat Pegawai Pelabuhan dan Lautan). |
||
== Bergabung dengan partai komunis == |
== Bergabung dengan partai komunis == |
||
Baris 20: | Baris 20: | ||
Ketika [[Jepang]] melakukan agresi terhadap [[Cina]], Alimin pergi ke daerah basis perlawanan di Yenan dan bergabung bersama [[tentara merah]] di sana. Ia pulang ke Indonesia pada tahun [[1946]], yaitu setelah Republik Indonesia diproklamasikan. Dia kembali bergabung dengan PKI, sebagai tokoh senior. Sempat menjadi anggota konstituante di era Orde Lama.<ref>[http://www.merdeka.com/peristiwa/dicap-komunis-orang-orang-berjasa-ini-lenyap-dari-buku-sejarah/alimin.html Dicap komunis, orang-orang berjasa ini lenyap dari buku sejarah - Alimin]</ref> |
Ketika [[Jepang]] melakukan agresi terhadap [[Cina]], Alimin pergi ke daerah basis perlawanan di Yenan dan bergabung bersama [[tentara merah]] di sana. Ia pulang ke Indonesia pada tahun [[1946]], yaitu setelah Republik Indonesia diproklamasikan. Dia kembali bergabung dengan PKI, sebagai tokoh senior. Sempat menjadi anggota konstituante di era Orde Lama.<ref>[http://www.merdeka.com/peristiwa/dicap-komunis-orang-orang-berjasa-ini-lenyap-dari-buku-sejarah/alimin.html Dicap komunis, orang-orang berjasa ini lenyap dari buku sejarah - Alimin]</ref> |
||
Ketika [[DN Aidit]] mendirikan kembali PKI secara legal pada awal tahun 1950-an dan kemudian menjadi Ketua Komite Sentralnya, Alimin termasuk tokoh komunis yang tidak diindahkannya. Namun Alimin masih banyak didatangi oleh para pengikutnya sampai dengan saat meninggalnya pada tahun [[1964]]. |
Ketika [[DN Aidit]] mendirikan kembali PKI secara legal pada awal tahun 1950-an dan kemudian menjadi Ketua Komite Sentralnya, Alimin termasuk tokoh komunis yang tidak diindahkannya. Namun Alimin masih banyak didatangi oleh para pengikutnya sampai dengan saat meninggalnya pada tahun [[1964]]. |
||
== Gelar pahlawan nasional == |
== Gelar pahlawan nasional == |
Revisi per 13 Agustus 2017 08.45
Alimin bin Prawirodirdjo (Solo, 1889-Jakarta, 24 Juni 1964)[1] adalah seorang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia serta tokoh komunis Indonesia. Berdasarkan SK Presiden No. 163 Tahun 1964 tertanggal 26 Juni 1964, Alimin tercatat sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.[2]
Sejarah
Masa anak-anak
Alimin dilahirkan dari keluarga miskin di Solo pada tahun 1889. Saat Alimin masih anak-anak, seorang Belanda bernama G.A.J. Hazeu yang saat itu menjabat Penasehat Urusan Pribumi, memberikan beberapa keping uang, Alimin membagi-bagikan uang ini kepada teman-teman sepermainannya. Hal ini menarik hati dari G.A.J. Hazeu yang kemudian mengangkat Alimin sebagai anak angkatnya, dan kemudian disekolahkan di sekolah Eropa di Betawi dengan harapan nantinya Alimin akan bekerja sebagai pegawai pemerintah, alih-alih Alimin malah masuk ke dunia politik dan menjadi jurnalis.[3]
Remaja
Sejak remaja Alimin telah aktif dalam pergerakan nasional. Semula ia menjadi wartawan koran Djawa Moeda dan bergabung dengan Budi Utomo. Saat kemunculan Sarekat Islam yang lebih jelas garis perlawanannya dengan politik pemerintahan kolonial, Alimin bergabung dengan organisasi tersebut dan pernah tinggal di rumah kost milik Tjokroaminoto. Setelah itu bersama seorang dokter muda Tjipto Mangunkusumo, ia bergabung dengan Insulinde dan juga sebagai editor di jurnal bernama Modjopahit di Batavia. Ia juga aktif mengorganisir para buruh pelabuhan dan pelaut, dan turut mendirikan Sarekat Buruh Pelabuhan (dulu namanya Sarekat Pegawai Pelabuhan dan Lautan).
Bergabung dengan partai komunis
Ketika organisasi komunis pertama di Indonesia bernama Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) lahir, Alimin bergabung di situ. Belakangan organisasi itu menjadi Partai Komunis Indonesia. Dia menjadi pimpinan wilayah Jakarta sejak 1918.[3]
Menurut Robert Cribb dalam Para Jago dan Kaum Revolusioner Jakarta 1945-1949 (2010), Alimin yang bergerak di pelabuhan Tanjung Priok juga berhubungan dengan jawara Banten. Belakangan, PKI wilayah Jakarta dengan sadar merekrut para jawara itu dalam pergerakan. Sikap militansi dan solidaritas kaum jagoan dari dunia hitam itu memberi perlindungan bagi PKI dari gangguan penjahat lain yang disewa oleh penguasa kolonial maupun kaum kapitalis industri sekitar Jakarta.[3]
Pada awal 1926, sebagai pimpinan PKI Alimin pergi ke Singapura untuk berunding dengan Tan Malaka dalam rangka menyiapkan pemberontakan. Tapi sebelum Alimin pulang, pemberontakan sudah meletus 12 November 1926. Alimin dan Musso ditangkap oleh polisi Inggris.
Setelah ia keluar dari penjara, Alimin pergi ke Moskow dan bergabung dengan Komintern. Alimin tidak lama di sana karena bertemu dengan Ho Chi Minh dan diajak ke Kanton (Guangzhou). Pada saat itu ia terlibat secara ilegal untuk mendidik kader-kader komunis di Vietnam, Laos, dan Kamboja untuk melawan penjajah dan merebut kemerdekaan dari jajahan Perancis.
Ketika Jepang melakukan agresi terhadap Cina, Alimin pergi ke daerah basis perlawanan di Yenan dan bergabung bersama tentara merah di sana. Ia pulang ke Indonesia pada tahun 1946, yaitu setelah Republik Indonesia diproklamasikan. Dia kembali bergabung dengan PKI, sebagai tokoh senior. Sempat menjadi anggota konstituante di era Orde Lama.[4]
Ketika DN Aidit mendirikan kembali PKI secara legal pada awal tahun 1950-an dan kemudian menjadi Ketua Komite Sentralnya, Alimin termasuk tokoh komunis yang tidak diindahkannya. Namun Alimin masih banyak didatangi oleh para pengikutnya sampai dengan saat meninggalnya pada tahun 1964.
Gelar pahlawan nasional
Setelah tidak lagi aktif di PKI, Alimin menikah dengan Hajjah Mariah dan dikarunia dua orang putra, yaitu TJipto dan Lilo, dan ia berdiam di Jakarta hingga wafat. Pada saat wafatnya Alimin, Soekarno, Presiden RI pertama menganugerahkan gelar pahlawan nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 163 tanggal 26 Juni 1964, dan dimakamkan di TMP Kalibata.[3]
Referensi
Lihat pula
Catatan kaki
- ^ Utamakan Persatuan dan Dialog, Copyright © 2002-2010 Situs TokohIndonesia, 2 Oktober 2010. Diakses 2 Februari 2011
- ^ Pahlawan Center: Alimin
- ^ a b c d Tokoh PKI di TMP Kalibata
- ^ Dicap komunis, orang-orang berjasa ini lenyap dari buku sejarah - Alimin