Kabupaten Karawang: Perbedaan antara revisi
Menolak 24 perubahan teks terakhir dan mengembalikan revisi 11878479 oleh Lyndonbaines |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 84: | Baris 84: | ||
Sebagai suatu daerah berpemerintahan sendiri tampaknya dimulai semenjak Karawang diduduki oleh [[Kesultanan Mataram]], di bawah pimpinan [[Wiraperbangsa]] dari [[Sumedang Larang]] tahun 1632. Kesuksesannya menempatkannya sebagai wedana pertama dengan gelar Adipati Kertabumi III. Semenjak masa ini, sistem pertanian melalui pengairan [[irigasi]] mulai dikembangkan di Karawang dan perlahan-lahan daerah ini menjadi daerah pusat penghasil [[beras]] utama di [[Pulau Jawa]] hingga akhir abad ke-20. |
Sebagai suatu daerah berpemerintahan sendiri tampaknya dimulai semenjak Karawang diduduki oleh [[Kesultanan Mataram]], di bawah pimpinan [[Wiraperbangsa]] dari [[Sumedang Larang]] tahun 1632. Kesuksesannya menempatkannya sebagai wedana pertama dengan gelar Adipati Kertabumi III. Semenjak masa ini, sistem pertanian melalui pengairan [[irigasi]] mulai dikembangkan di Karawang dan perlahan-lahan daerah ini menjadi daerah pusat penghasil [[beras]] utama di [[Pulau Jawa]] hingga akhir abad ke-20. |
||
Selanjutnya, Karawang menjadi kabupaten dengan [[bupati]] pertama [[Raden Adipati Singaperbangsa]] bergelar Kertabumi IV yang dilantik 14 September 1633. Tanggal ini dinobatkan menjapada hari jadi Kabupaten Karawang. Selanjutnya, bupatinya berturut-turut adalah R. Anom Wirasuta 1677-1721, R. Jayanegara (gelar R.A Panatayuda II) 1721-1731, |
Selanjutnya, Karawang menjadi kabupaten dengan [[bupati]] pertama [[Raden Adipati Singaperbangsa]] bergelar Kertabumi IV yang dilantik 14 September 1633. Tanggal ini dinobatkan menjapada hari jadi Kabupaten Karawang. Selanjutnya, bupatinya berturut-turut adalah R. Anom Wirasuta 1677-1721, R. Jayanegara (gelar R.A Panatayuda II) 1721-1731, |
||
R. Martanegara (R. Singanagara dengan gelar R. A Panatayuda III) 1731-1752, R. Mohamad Soleh (gelar R. A Panatayuda IV) 1752-1786. Pada rentang ini terjadi peralihan penguasa dari Mataram kepada [[VOC]] (Belanda). |
R. Martanegara (R. Singanagara dengan gelar R. A Panatayuda III) 1731-1752, R. Mohamad Soleh (gelar R. A Panatayuda IV) 1752-1786. Pada rentang ini terjadi peralihan penguasa dari Mataram kepada [[VOC]] (Belanda). |
||
Baris 293: | Baris 293: | ||
Berkas:4._Bisma_Wicara.jpg | Bisma wicara pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''kulonan'' - '''ditatah'' oleh Arie Nugraha dan Ki Tasma Atmaja |
Berkas:4._Bisma_Wicara.jpg | Bisma wicara pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''kulonan'' - '''ditatah'' oleh Arie Nugraha dan Ki Tasma Atmaja |
||
Berkas:Reynan_Bambang_Arasoma.jpg | Bambang Arasoma pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''kulonan'' yang ''disungging'' oleh Arie Nugraha ( lakon ini terdapat kerusakan pada ornamen ''Garuda Mungkur'' kecilnya yang terdapat di atas kepala ) |
Berkas:Reynan_Bambang_Arasoma.jpg | Bambang Arasoma pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''kulonan'' yang ''disungging'' oleh Arie Nugraha ( lakon ini terdapat kerusakan pada ornamen ''Garuda Mungkur'' kecilnya yang terdapat di atas kepala ) |
||
Berkas:3._Salya.jpg | Salya pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''kulonan'' - ''ditatah'' oleh Arie Nugraha dan Ki Tasma Atmaja. |
Berkas:3._Salya.jpg | Salya pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''kulonan'' - ''ditatah'' oleh Arie Nugraha dan Ki Tasma Atmaja. |
||
Berkas:Reynan_Wayang_Cirebon_gaya_cilamaya.jpg | Pangeran Duryodana pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''kulonan'' - karya Ki Ardi, ''disungging'' ulang oleh Ki Enang Sutria dan ''dibrom'' ulang oleh Arie Nugraha. |
Berkas:Reynan_Wayang_Cirebon_gaya_cilamaya.jpg | Pangeran Duryodana pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''kulonan'' - karya Ki Ardi, ''disungging'' ulang oleh Ki Enang Sutria dan ''dibrom'' ulang oleh Arie Nugraha. |
||
Baris 299: | Baris 299: | ||
Berkas:Reynan_Jabang.jpg | Jabang karya Arie Nugraha |
Berkas:Reynan_Jabang.jpg | Jabang karya Arie Nugraha |
||
Berkas:Reynan._Aruna_Mangu.jpg | Arjuna ( mangu ) - ''ditatah'' oleh Arie Nugraha dan Ki Tasma Atmaja |
Berkas:Reynan._Aruna_Mangu.jpg | Arjuna ( mangu ) - ''ditatah'' oleh Arie Nugraha dan Ki Tasma Atmaja |
||
Berkas:Reynan_Begawan_Sekutrem.jpg | Begawan Sekutrem pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''kulonan'' karya Arie Nugraha |
Berkas:Reynan_Begawan_Sekutrem.jpg | Begawan Sekutrem pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''kulonan'' karya Arie Nugraha |
||
Berkas:9._Reynan-Batara_Guru1.jpg| Betara Guru - ''ditatah'' oleh Arie Nugraha dan Ki Tasma Atmaja |
Berkas:9._Reynan-Batara_Guru1.jpg| Betara Guru - ''ditatah'' oleh Arie Nugraha dan Ki Tasma Atmaja |
||
Berkas:Reynan._Narada_-_usup.jpg | Betara Narada pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''Kulonan'' karya Pak Usup |
Berkas:Reynan._Narada_-_usup.jpg | Betara Narada pada [[Wayang Kulit Cirebon|Wayang kulit Cirebon]] gaya ''Kulonan'' karya Pak Usup |
Revisi per 11 September 2017 12.15
- Karawang beralih ke halaman ini. Untuk kota yang bernama sama, lihat Karawang (kota). Untuk kegunaan lain, lihat Karawang (disambiguasi).
Kabupaten Karawang ᮊᮘ᮪. ᮊᮛᮝᮀ | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: Pangkal Perjuangan Semboyan: INTERASIH (Indah Tertib Aman Bersih) | |
Koordinat: 6°18′18″S 107°18′01″E / 6.3050853°S 107.3002579°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Barat |
Tanggal berdiri | 10 rabi’ul awal tahun 1043 H, atau bertepatan dengan tanggal 14 September 1633 M |
Ibu kota | Karawang (kota) |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | dr. Cellica Nurrachdiana |
• Wakil Bupati | H. Ahmad Zamakhsyari, S.Ag. |
Luas | |
• Total | 1.737,30 km2 (67,080 sq mi) |
Populasi ((2007)[1]) | |
• Total | 2.073.356 |
• Kepadatan | 1,193/km2 (3,090/sq mi) |
Demografi | |
• Bahasa | Indonesia, Sunda, Bahasa Cirebon (dengan beragam dialek, Bahasa Cirebon dialek Cilamaya menjadi dialek khas wilayah Pesisir Karawang),Bahasa Betawi (termasuk dialek Bekasi) Penyebarannya terpusat disekitar Kecamatan Tirtajaya dan Batujaya.[2][3] |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0267, 0264 (Khusus Wilayah Eks-Kawedanan Cikampek) |
Kode Kemendagri | 32.15 |
DAU | Rp1.134.530.200.000.- |
Flora resmi | Jambu Air Cincalo |
Fauna resmi | Ayam Ciparage |
Situs web | www |
Kabupaten Karawang (aksara Sunda: ᮊᮘ᮪. ᮊᮛᮝᮀ, Latin: Kab. Karawang) adalah sebuah kabupaten di Tatar Pasundan Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Karawang. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor di barat, Laut Jawa di utara, Kabupaten Subang di timur, Kabupaten Purwakarta di tenggara, serta Kabupaten Cianjur di selatan ini memiliki luas wilayah 1.737,53 km2, dengan jumlah penduduk 2.125.234 jiwa (sensus 2010) yang berarti berkepadatan 1.223 jiwa per km2.[4] Pada tahun 2012-an Kabupaten Karawang sedang dibanjiri proyek-proyek besar yaitu Summarecon, Agung Podomoro, Agung Sedayu, Metland dan lain-lain. Rencananya Karawang akan memiliki bandara internasional, dan kereta cepat yang berada di selatan kota Karawang.[5][6].
Toponomi dan sejarah
Toponomi
Kata "karawang" muncul pada Naskah Bujangga Manik dari akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16. Bujangga Manik menuliskan sebagai berikut:
- Leteng karang ti Karawang,
- Leteng susuh ti Malayu,
- Pamuat aki puhawang.
- Dipinangan pinang tiwi,
- Pinang tiwi ngubu cai,
Dalam bahasa Sunda, karawang mempunyai arti "penuh dengan lubang". Bisa jadi pada daerah Karawang zaman dulu banyak ditemui lubang.
Cornelis de Houtman, orang Belanda pertama yang menginjakkan kakinya di pulau Jawa, pada tahun 1596 menuliskan adanya suatu tempat yang bernama Karawang sebagai berikut:
- Di tengah jalan antara Pamanukan dan Jayakarta, pada sebuah tanjung terletak Karawang.[7]
Meskipun ada sumber sejarah primer yaitu Naskah Bujangga Manik dan catatan dari Cornelis de Houtman yang menyebutkan kata Karawang, sebagian orang menyebutnya Kerawang adapula yang menyebut Krawang seperti yang ditulis dalam buku Miracle sight West Java[butuh rujukan] yang diterbitkan oleh Provinsi Jawa Barat.
R. Tjetjep Soepriadi dalam buku Sejarah Karawang[butuh rujukan] berspekulasi tentang asal-muasal kata karawang, pertama kemungkinan berasal dari kata karawaan yang mengandung arti bahwa daerah ini terdapat "banyak rawa", dibuktikan dengan banyaknya daerah yang menggunakan kata rawa di depannya seperti, Rawa Gabus, Rawa Monyet, Rawa Merta dan lain-lain; selain itu berasal dari kata kera dan uang yang mengandung arti bahwa daerah ini dulunya merupakan habitat binatang sejenis monyet yang kemudian berubah menjadi kota yang menghasilkan uang; serta istilah serapan yang berasal dari bahasa Belanda seperti caravan dan lainnya.
Pemukiman awal
Wilayah Karawang sudah sejak lama dihuni manusia. Peninggalan Situs Batujaya dan Situs Cibuaya yang luas menunjukkan pemukiman pada awal masa moderen yang mungkin mendahului masa Kerajaan Tarumanagara. Penduduk Karawang semula beragama Hindu dan Budha dan wilayah ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda.
Penyebaran Islam
Agama Islam mulai dianut masyarakat setempat pada masa Kerajaan Sunda, setelah seorang patron bernama Syekh Hasanudin bin Yusuf Idofi, konon dari Makkah, yang terkenal dengan sebutan "Syekh Quro", Syekh Quro merupakan seorang utusan Raja Campa yang mengikuti pelayaran persahabatan ke Majapahit dari Dinasti Ming yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho (Kapal Laksamana Cheng Ho tercatat mendarat di Pelabuhan Muara Jati, Kerajaan Singapura (cikal bakal Kesultanan Cirebon pada tahun 1415[8].), ketika kapal sudah berada di Pura, Karawang, Syekh Quro beserta pengikutnya turun dan tinggal untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Pura dan kemudian menikah dengan Putri Ki Gede Karawang yang bernama Ratna sondari[9] dan meluaskan pengajarannya hingga ke wilayah Pura Dalem (Pedalaman Pura) kemudian mendirikan pesantren di Desa Pulo Kelapa (sekarang masuk kecamatan Lemah Abang, Kabupaten Karawang)
Dari pernikahannya dengan Ratna Sondari, Syekh Quro memiliki seorang anak yang diberi nama Ahmad, Ahmad inilah yang kemudian dikenal dengan nama Syekh Ahmad (Penghulu Pertama di Karawang), Syekh Ahmad pernah diperintahkan oleh ayahnya untuk membantu Syekh Nur Jati atau Syekh Datuk Kahfi di Pesambangan (sekarang masuk wilayah kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon).
Hubungan penyebaran Islam di Karawang dengan Kesultanan Cirebon
Puteri Ki Gede Karawang yaitu Ratna sondari memberikan sumbangan hartanya untuk mendirikan sebuah masjid di Gunung Sembung (letaknya berdekatan dengan Gunung Jati) atau dikenal dengan sebutan (Nur Giri Cipta Rengga) yang bernama Masjid Dog Jumeneng atau Masjid Sang Saka Ratu, yang sampai sekarang masih digunakan dan terawat baik.[10]
Syekh Ahmad (Anak Syekh Quro dengan Ratna sondari) kemudian berkeluarga dan memiliki seorang putera bernama Musanudin, Musanudin inilah yang kemudian menjadi Lebai di Kesultanan Cirebon dan memimpim Masjid Agung Sang Cipta Rasa pada masa kepemimpinan Sunan Gunung Jati
Pengangkatan juru kunci di situs makam Syekh Quro dikuatkan oleh pihak Keraton Kanoman, Cirebon.
Syekh Quro memberikan ajaran yang kemudian dilanjutkan oleh murid-murid Wali Sanga. Makam Syeikh Quro terletak di Pulobata, Kecamatan Lemahabang.
Masa kekuasaan Kesultanan Cirebon
Setelah Kerajaan Sunda runtuh maka wilayah antara sungai Angke dan sungai Cipunegara terbagi dua. Menurut Carita Sajarah Banten, Sunan Gunung Jati pada abad ke 15[11] membagi wilayah antara sungai Angke dan sungai Cipunegara menjadi dua bagian dengan sungai Citarum sebagai pembatasnya, sebelah timur sungai Citarum hingga sungai Cipunegara masuk wilayah Kesultanan Cirebon yang sekarang menjadi Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dan sebelah barat sungai Citarum hingga sungai Angke menjadi wilayah bawahan Kesultanan Banten dengan nama Jayakarta.[12][13].
Pemerintahan mandiri
Sebagai suatu daerah berpemerintahan sendiri tampaknya dimulai semenjak Karawang diduduki oleh Kesultanan Mataram, di bawah pimpinan Wiraperbangsa dari Sumedang Larang tahun 1632. Kesuksesannya menempatkannya sebagai wedana pertama dengan gelar Adipati Kertabumi III. Semenjak masa ini, sistem pertanian melalui pengairan irigasi mulai dikembangkan di Karawang dan perlahan-lahan daerah ini menjadi daerah pusat penghasil beras utama di Pulau Jawa hingga akhir abad ke-20.
Selanjutnya, Karawang menjadi kabupaten dengan bupati pertama Raden Adipati Singaperbangsa bergelar Kertabumi IV yang dilantik 14 September 1633. Tanggal ini dinobatkan menjapada hari jadi Kabupaten Karawang. Selanjutnya, bupatinya berturut-turut adalah R. Anom Wirasuta 1677-1721, R. Jayanegara (gelar R.A Panatayuda II) 1721-1731, R. Martanegara (R. Singanagara dengan gelar R. A Panatayuda III) 1731-1752, R. Mohamad Soleh (gelar R. A Panatayuda IV) 1752-1786. Pada rentang ini terjadi peralihan penguasa dari Mataram kepada VOC (Belanda).
Menjelang kemerdekaan
Pada masa menjelang Kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Karawang menyimpan banyak catatan sejarah. Rengasdengklok merupakan tempat disembunyikannya Soekarno dan Hatta oleh para pemuda Indonesia untuk secepatnya merumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1945.
Kabupaten Karawang juga menjadi inspirasi sastrawan Chairil Anwar menulis karya Antara Karawang-Bekasi karena peristiwa pertempuran di daerah sewaktu pasukan dari Divisi Siliwangi harus meninggalkan Bekasi menuju Karawang yang masih menjadi daerah kekuasaan Republik.
Kecamatan Rengasdengklok adalah daerah pertama milik Republik Indonesia yang gagah berani mengibarkan bendera Merah Putih sebelum Proklamasi kemerdekaan Indonesia di Gaungkan.[butuh rujukan] Oleh karena itu selain dikenal dengan sebutan Lumbung Padi Karawang juga sering disebut sebagai Kota Pangkal Perjuangan. Di Rengasdengklok didirikan sebuah monumen yang dibangun oleh masyarakat sekitar, kemudian pada masa pemerintahan Megawati didirikan Tugu Kebulatan Tekad untuk mengenang sejarah Republik Indonesia.
Setelah kemerdekaan
Wilayah Karawang pada masa lalu (hasil pembagian oleh Sunan Gunung Jati pada abad ke 15) kemudian dipecah menjadi dua bagian pada masa perang kemerdekaan sekitar tahun 1948 dengan sungai Citarum dan sungai Cilamaya menjadi pembatasnya, wilayah Kabupaten Karawang Barat meliputi wilayah Kabupaten Karawang sekarang ditambah desa-desa di sebelah barat Citarum yaitu desa-desa Sukasari dan Kertamanah dengan ibukota di kecamatan Karawang, sementara Kabupaten Karawang Timur meliputi wilayah Kabupaten Purwakarta dikurangi desa-desa di kecamatan Sukasari (yang dahulu masih bagian dari Kabupaten Karawang) dan Kabupaten Subang dengan ibukota di kecamatan Subang.[14].
lalu kemudian pada tahun 1950 nama Kabupaten Karawang Timur diubah menjadi Kabupaten Purwakarta dengan ibukota di kecamatan Subang dan Kabupaten Karawang Barat menjadi Krawang dengan ibukota di kecamatan Karawang.[15].
Pada tahun 1968 terjadi pemekaran wilayah Kabupaten Purwakarta yang sebelumnya bernama Kabupaten Karawang Timur menjadi Kabupaten Subang dengan ibukota di kecamatan Subang dan Kabupaten Purwakarta dengan ibukota di kecamatan Purwakarta, karena pada tahun yang sama berlangsung proyek besar bendungan Ir. Djuanda atau yang dikenal dengan nama Bendungan Jatiluhur maka pemerintah pusat pada masa itu merasa perlu untuk menyatukan wilayah waduk Jatiluhur ke dalam satu wilayah kerja yang akhirnya diputuskan dimasukan ke dalam wilayah Kabupaten Purwakarta sehingga pada tahun 1968 wilayah Kabupaten Krawang harus melepaskan desa-desa yang berada disebelah barat sungai Citarum yang masuk dalam proyek besar bendungan Ir. Djuanda atau Bendungan Jatiluhur, desa-desa tersebut adalah desa-desa Sukasari dan Kertamanah yang sekarang masuk dalam kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, sehingga dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1968 maka wilayah Kabupaten Krawang menjadi berkurang dan wilayah inilah yang dikemudian hari disebut sebagai Kabupaten Karawang[16]
-
Candi Jiwa di Situs Percandian Batujaya
Geologi
Wilayah Kabupaten Karawang sebagian besar dataran pantai yang luas, terhampar di bagian pantai Utara dan merupakan endapan batuan sedimen yang dibentuk oleh bahan–bahan lepas terutama endapan laut dan aluvium vulkanik. Sedangkan di bagian tengah kawasan perbukitan yang sebagian besar terbentuk oleh batuan sedimen, sedang di bagian Selatan terdapat Gunung Sanggabuana dengan ketinggian ± 1.291 m di atas permukaan laut.
Topografi
Sebagian besar wilayah Kabupaten Karawang adalah dataran rendah, dan di sebagian kecil di wilayah selatan berupa dataran tinggi.
Iklim
Sesuai dengan bentuk morfologinya Kabupaten Karawang terdiri dari dataran rendah yang mempunyai temperatur udara rata-rata 270C dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66 persen dan kelembaban nisbi 80 persen. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.100 – 3.200 mm/tahun. Pada bulan Januari sampai April bertiup angin Muson Laut dan sekitar bulan Juni bertiup angin Muson Tenggara. Kecepatan angin antara 30 – 35 km/jam, lamanya tiupan rata-rata 5 – 7 jam.
Hidrografi
Kabupaten Karawang dilalui oleh aliran sungai yang melandai ke arah utara: Cibe'et yang mengalir dari selatan karawang menuju sungai citarum yang juga menjadi batas antara Kabupaten Karawang dan Bekasi,Citarum, yang merupakan pemisah Kabupaten Karawang dari Kabupaten Bekasi, dan Cilamaya, yang merupakan batas wilayah dengan Kabupaten Subang. Selain sungai, terdapat juga tiga buah saluran irigasi yang besar yaitu Saluran Induk Tarum Utara, Saluran Induk Tarum Tengah dan Saluran Induk Tarum Barat yang dimanfaatkan untuk pengairan sawah, tambak, dan pembangkit tenaga listrik.
Curah hujan
Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan orografi dan perputaran/ pertemuan arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan sangat beragam menurut bulan. Catatan rata-rata curah hujan di Kabupaten Karawang selama tahun 2005 mencapai 2.534 mm dengan rata-rata curah hujan per bulan sebesar 127 mm, lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata curah hujan pada tahun 2004 yang mencapai 1.677 mm dengan rata-rata curah hujan per bulannya mencapai 104 mm. Kadang suka pindah ke wilayah Kabupaten Bekasi awannya biar Jakarta hujan deras.
Pada tahun 2005 rata-rata curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Tegalwaru yaitu mencapai 318 mm per bulan, dan yang terendah terjadi di Kecamatan Talagasari yaitu hanya 51 mm.
-
Curug Cigentis
Demografi
Penduduk umumnya adalah suku Sunda yang menggunakan Bahasa Sunda. Di daerah utara Kabupaten Karawang, seperti di Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya, Kecamatan Tempuran Kecamatan Cilamaya, mereka menggunakan Bahasa Sunda Kasar, beberapa kosakata yang mereka gunakan adalah 'aing' (bhs. Sunda standar kuring/abdi), 'nyanéh' (bhs. Sunda standar manéh/anjeun), nyanéhna (bhs. Sunda standar manéhna/anjeunna), nyaranéhna (bhs. Sunda standar maranéhna/aranjeunna), manyaho (bhs. Sunda standar nyaho/terang). Tetapi di daerah selatan Kabupaten Karawang, mereka menggunakan bahasa Sunda standar.
Penduduk Kabupaten Karawang mempunyai mata pencaharian yang beragam, tetapi di sejumlah kecamatan, mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani atau pembajak sawah karena Kabupaten Karawang adalah daerah penghasil padi.
-
Pusat Pertokoan Jalan Tuparev
-
Mall Karawang
-
Bagian dalam Stasiun Besar Cikampek
Penduduk menurut jenis kelamin
Tahun/ Jenis Kelamin |
2000 | 2001 | 2002 | 2003 | 2004 | 2005 | 2006 | 2007 | 2008 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Laki-laki | - | 916.554 | 935.634 | 972.174 | 968.511 | 985.727 | - | - | - |
Perempuan | - | 872.971 | 927.205 | 931.337 | 965.761 | 985.736 | - | - | - |
Total | - | 1.799.525 | 1.862.839 | 1.903.511 | 1.934.272 | 1.971.463 | - | - | - |
Sumber: Buku DDA: BPS Kabupaten Karawang[17] |
Jumlah penduduk, rumah tangga, dan rata-rata penduduk per rumah tangga
Tahun/ Rincian |
2000 | 2001 | 2002 | 2003 | 2004 | 2005 | 2006 | 2007 | 2008 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Penduduk | - | - | - | - | 1.934.272 | 1.971.463 | - | - | - |
Rumahtangga | - | - | - | - | 475.251 | 490.414 | - | - | - |
Penduduk/Rumahtangga | - | - | - | - | 4,07 | 4,02 | - | - | - |
Sumber: Buku DDA: BPS Kabupaten Karawang[17] |
Pemerintahan
Kabupaten Karawang terdiri atas 30 kecamatan, yang dibagi lagi atas 197 desa dan 12 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Karawang Timur, tepatnya di kelurahan Karawang Wetan.
Potensi
Kabupaten Karawang merupakan lokasi dari beberapa kawasan industri, antara lain Karawang International Industry City KIIC, Kawasan Surya Cipta, Kawasan Bukit Indah City atau BIC di jalur Cikampek (Karawang). Salah satu industri strategis milik negara juga memiliki fasilitasnya di deretan kawasan industri tersebut, yaitu Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (http://www.peruri.co.id/) yang mencetak uang kertas, uang logam, maupun dokumen-dokumen berharga seperti paspor, pita cukai, meterai dan lain sebagainya.
Di bidang pertanian, Karawang terkenal sebagai lumbung padi Jawa Barat.
Stasiun radio
- Suara Kita 88,2 MHz jangkauan Karawang, Bekasi, Subang, sebagian Jakarta dan Bogor
Pemekaran daerah
Karawang merupakan ibukota Kabupaten Karawang yang direncanakan akan dimekarkan dari Kabupaten Karawang yang terdiri dari 4 kecamatan, yakni kecamatan Karawang Barat, kecamatan Karawang Timur, kecamatan Telukjambe Timur dan kecamatan Telukjambe Barat dan nantinya ibukota Kabupaten Karawang akan dipindahkan ke Cikampek.[18]
Namun jika Cikampek juga dimekarkan menjadi kota juga seperti Karawang, maka ibukota Kabupaten Karawang akan dipindahkan ke kecamatan Talagasari karena selain terletak ditengah - tengah Kabupaten Karawang, juga dekat dengan Pelabuhan Cilamaya yang akan dibangun dan akan menjadi pusat perekonomian yang baru.[19]
Fauna identitas
Ayam Ciparage adalah ayam khas asli dari Kabupaten Karawang yang merupakan ayam laga legendaris, Karena ayam ini memiliki gaya bertarung yang cepat seperti ayam Birma. Pukulan tajinya akurat dan bertubi-tubi mengarah ke kepala dan leher lawan. Gaya bertarung seperti ini sangat "mematikan" bagi lawan yang ukuran tubuhnya sama. Bahkan, ayam Ciparage seringkali mampu mengalahkan lawan yang lebih besar. Ayam Ciparage adalah varietas ayam petarung lokal terbaik asli Indonesia. Ayam ini berasal dari kampung Ciparage, Desa Cilamaya, Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat. Konon ayam Ciparage adalah keturunan dari ayam milik adipati Singaperbangsa yang melegenda.
Flora identitas
Flora atau tumbuhan yang menjadi identitas wilayah kabupaten Karawang adalah Jambu air Cincalo, menurut data statistik dari dinas pertanian provinsi Jawa Barat, wilayah kabupaten Karawang merupakan wilayah yang terbesar sebagai sentra penanaman pohon Jambu. Jambu air Cincalo yang berwarna merah banyak terdapat di wilayah kabupaten Karawang yang oleh masyarakat sekitar disebut sebagai Jambu Bolang[20] yang jika matang maka akan berwarna merah tua kebiruan dengan rasa manis asam segar, kecamatan yang terkenal dengan "Jambu Bolang" ini adalah kecamatan Tirtajaya[21]
Kesenian Daerah
Kesenian daerah kabupaten Karawang dipengaruhi oleh budaya dari tiga suku asli Jawa Barat yaitu Sunda, Betawi dan Cirebon.
Wayang kulit Cirebon di Karawang
Wayang kulit Cirebon yang terdapat di wilayah kabupaten Karawang merupakan bagian dari wilayah pedalangan Cirebon gaya kulonan yang di antaranya berada di kabupaten Subang dan kabupaten Karawang, pada pola penyebarannya di kabupaten Karawang wilayah desa-desa di kecamatan Cilamaya Wetan, kabupaten Karawang ( termasuk di antaranya wilayah desa Cilamaya dan pemekarannya ), sebagian wilayah desa di kecamatan Banyu Sari ( termasuk di antaranya desa Banyu Asih ) menjadi pusat utama pelestariannya , desa-desa tersebut juga bersinergi dengan desa-desa lain yang masih satu budaya di wilayah kabupaten Subang seperti desa Rawa Meneng dan sekitarnya yang juga memegang peranan penting dalam menghidupkan dan melestarikan wayang kulit Cirebon di kabupaten Karawang
Gaya sunggingan (pewarnaan) pada wayang kulit Cirebon gaya kulonan terutama Cilamaya memiliki perbedaan yang tidak jauh dengan gaya sunggingan wayang kulit Cirebon gaya kidulan terutama Palimanan, menurut Waryo (budayawan Cirebon) hal tersebut dimungkinkan karena pada masa lalu para pedalang dan pengrajin wayang antar kedua wilayah saling bertukar dan saling melakukan pembelian wayang kulit cirebon.
Tradisi Mapag Sri dan Wayang kulit Cirebon
Tahun 2014 tepatnya pada bulan Oktober menandai berakhirnya kekosongan tradisi syukuran panen atau yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan istilah mapag sri yang selama kurang lebih lima puluh tahun hampir tidak pernah digelar di blok Cibango, desa Cilamaya, kecamatan Cilamaya Wetan, kabupaten Karawang. Tradisi ini juga disempurnakan dengan pagelaran wayang kulit cirebon gaya kulonan ( cilamaya ).
Menurut Aef Sudrajat yang merupakan ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Saluyu yang menggelar syukuran tersebut, kekosongan yang terjadi selama kurang lebih lima puluh tahun disebabkan oleh modernisasi dan rendahnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan tradisi syukuran.[22] Berkurangnya masyarakat yang melakukan tradisi syukuran mapag sri dimungkinkan terjadi dalam kondisi masyarakat yang mayoritas muslim dikarenakan dalam salah satu urutan prosesi tradisi mapag sri ada sebuah prosesi mengarak simbolisasi dewi sri untuk mengelilingi kampung yang oleh beberapa kalangan masyarakat muslim bagian ini dianggap tidak Islami walau bagian lain dalam prosesi syukuran mapag sri pada budaya Cirebon telah kental nuansa Islamnya. Beberapa masyarakat adat Cirebon telah mengganti simbolisasi dewi sri ini dengan sepasang pengantin padi seperti pada tradisi mapag sri di pesisir timur kabupaten Indramayu sehingga tidak bertentangan dengan nilai-nilai keislaman.[23]
Pada masyarakat adat Cirebon di wilayah Cilamaya dan sekitarnya, tradisi syukuran mapag sri dimaknai sebagai wujud syukur kepada Allah swt menjelang musim panen, tradisi syukuran mapag sri merupakan bagian dari rangkaian tradisi panen, pasca panen dan menjelang tanam padi, pada masyarakat adat Cirebon di wilayah Cilamaya dan sekitarnya rangkaian tradisi selanjutnya setelah syukuran mapag sri adalah tradisi hajat bumi atau dalam bahasa setempat dikenal dengan istilah Babaritan yang dilakukan setelah prosesi panen dan kemudian tradisi mapag cai ( membawa air ) yang dilakukan menjelang musim tanam.
Menurut Aef Sudrajat prosesi Mapag Sri di wilayahnya dapat dilakukan dengan dukungan dari donatur dan sumbangan dari delapan kelompok tani yang tergabung di dalam Gapoktan pimpinannya, prosesi mapag sri disempurnakan dengan pagelaran wayang kulit cirebon gaya kulonan yang dipimpin oleh Ki Dalang Udama dari desa Rawa Meneng, kecamatan Blanakan, kabupaten Subang. Pagelaran wayang kulit cirebon gaya kulonan tersebut dipentaskan siang - malam di kompleks pemakaman sesepuh blok Cibango, oleh masyarakat sekitar prosesi pagelaran wayang kulit ini disebut "prosesi ngaruwat" atau selamatan guna memohon doa dari Allah swt agar dijauhkan dari bahaya, penyakit dan kesulitan. pada pagelaran wayang kulit cirebon yang menjadi pelengkap prosesi adat mapag sri, lakon wayang yang biasanya dipentaskan adalah lakon Sulanjana yang bercerita tentang asal muasalnya padi.
Set Wayang kulit Cirebon gaya Kulonan ( Cilamaya )
-
Bisma wicara pada Wayang kulit Cirebon gaya kulonan - 'ditatah oleh Arie Nugraha dan Ki Tasma Atmaja
-
Bambang Arasoma pada Wayang kulit Cirebon gaya kulonan yang disungging oleh Arie Nugraha ( lakon ini terdapat kerusakan pada ornamen Garuda Mungkur kecilnya yang terdapat di atas kepala )
-
Salya pada Wayang kulit Cirebon gaya kulonan - ditatah oleh Arie Nugraha dan Ki Tasma Atmaja.
-
Pangeran Duryodana pada Wayang kulit Cirebon gaya kulonan - karya Ki Ardi, disungging ulang oleh Ki Enang Sutria dan dibrom ulang oleh Arie Nugraha.
-
Gunungan Wayang kulit Cirebon gaya Kulonan ( Cilamaya ) dengan Kayon Windu, ditatah oleh Ki Tasma Atmaja dan disungging oleh Arie Nugraha
-
Jabang karya Arie Nugraha
-
Arjuna ( mangu ) - ditatah oleh Arie Nugraha dan Ki Tasma Atmaja
-
Begawan Sekutrem pada Wayang kulit Cirebon gaya kulonan karya Arie Nugraha
-
Betara Guru - ditatah oleh Arie Nugraha dan Ki Tasma Atmaja
-
Betara Narada pada Wayang kulit Cirebon gaya Kulonan karya Pak Usup
-
Betara Narada pada Wayang kulit Cirebon gaya Kulonan karya Arie Nugraha
-
Cungkring pada Wayang kulit Cirebon gaya kulonan
-
Semar ( Jamblang ) pada Wayang kulit Cirebon gaya kulonan, cempurit disungging oleh Arie Nugraha
-
Bagong Sunda - disungging oleh Arie Nugraha
-
Togog pada Wayang kulit Cirebon gaya kulonan
Transportasi
Ibukota kabupaten Karawang berada di jalur pantura. Kabupaten Karawang dilintasi ruas jalan tol Jakarta-Cikampek(Karawang) serta Cipularang (Cikampek(Karawang)-Purwakarta-Padalarang) dan Cipali (Cikopo(Karawang)-Palimanan(Cirebon)). Cikampek merupakan kecamatan yang berada di bagian timur Kabupaten Karawang. Di Cikampek terdapat stasiun kereta api yang merupakan pertemuan dua jalur utama dari Bandung dan dari Cirebon menuju Jakarta.
Pariwisata[24]
- Pantai Tanjung Pakis
- Bendungan Walahar
- Curug Bandung
- Curug Cigeuntis
- Pantai Tanjung Pakis
- Pantai Samudra Baru
- Pantai Tanjung Baru
- Danau Cipule
Olahraga
- Karawang adalah tuan rumah PORPROV Jabar X tahun 2006.
- Klub olahraga yang berbasis di kabupaten Karawang di antaranya adalah Persika Karawang dan Pelita Jaya FC (sepak bola), Persika Karawang dan Pelita Jaya menggunakan Stadion Singaperbangsa.
Lihat pula
Referensi
- ^ Penduduk Kabupaten Karawang tahun 2007 menurut BPS Provinsi Jawa Barat
- ^ Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003
- ^ Peta Budaya Provinsi Jawa Barat Tahun 2011
- ^ Gatra
- ^ Sumarecon Karawang
- ^ Daftar gedung tertinggi di Karawang#Referensi
- ^ Sumber-sumber Asli Sejarah Jakarta Jilid II, Adolf Heuken SJ, Cipta Loka Caraka, Jakarta, 2000
- ^ Yuanzhi Kong, Hembing Wijayakusuma. 2011. Muslim Tionghoa Cheng Ho: misteri perjalanan muhibah di Nusantara. : Yayasan Obor Indonesia.
- ^ [1]|Kerajaan Pura
- ^ [2]|Sumur Jalatunda - IAIN Syekh Nurjati
- ^ [3]|Sungai Citarum Sekilas Sejarah, Banjir: Dulu hingga Sekarang, Menuju Tujuan Bersama
- ^ Perang, Dagang, Persahabatan: Surat-surat Sultan Banten, Titik Pudjiastuti, Buku Obor, Jakarta, 2007
- ^ [4]|jayakarta
- ^ Surat Keputusan DPRD Kabupaten Subang - DPRD No.: 01/SK/DPRD/1977
- ^ Undang-Undang No. 14 tahun 1950 - Tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat
- ^ Undang-Undang No. 4 Tahun 1968 - Pembentukan Kabupaten Purwakarta Dan Kabupaten Subang Dengan Mengubah Undang-Undang NO.14 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat
- ^ a b Buku DDA: BPS Kabupaten Karawang
- ^ Wacana Pemekaran Kabupaten Karawang Kembali Santer pikiran-rakyat.com
- ^ Cikampek Layak Pisahkan Diri Dari Karawang inilah.com
- ^ Warintek kabupaten Bantul - Jambu Air
- ^ Karawang News - Produksi Buah Jambu Bisa Meningkatkan Ekonomi Warga Miskin (edisi tahun 2013)
- ^ Radar Karawang - Petani Gelar Wayang Kulit (edisi tahun 2014)
- ^ Pambudi, J. 2013. Mapag Sri, Cara Petani Syukuri Hasil Bumi. Bandung : Pikiran Rakyat
- ^ Kutayu
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web terintegrasi Kabupaten Karawang
- (Indonesia) Sejarah singkat Karawang
- (Indonesia) Karawang Info - Gerbang Informasi Karawang