Halim Perdanakusuma: Perbedaan antara revisi
k namun (di tengah kalimat) → tetapi |
k Perubahan kosmetik |
||
Baris 35: | Baris 35: | ||
Semasa [[perang]] mempertahankan [[kemerdekaan]] [[Indonesia]] melawan penjajah [[Belanda]] di [[Sumatra]] pada tahun 1948, Halim Perdanakusuma dan [[Marsekal Pertama|Marsma]] Iswahyudi ditugaskan membeli perlengkapan [[senjata]] di [[Thailand]]. Keduanya ditugaskan dengan [[pesawat]] terbang multifungsi [[Avro Anson RI-003]].<ref>[http://fineartamerica.com/images-medium/anderson-and-yeager-scott-alcorn.jpg/ http://fineartamerica.com/images-medium/anderson-and-yeager-scott-alcorn.jpg/]</ref> Pesawat terbang itu dipenuhi dengan berbagai [[senjata api]], diantaranya [[karabin]], [[Bren|stun gun]], [[pistol]] dan [[Granat tangan|bom tangan]]. |
Semasa [[perang]] mempertahankan [[kemerdekaan]] [[Indonesia]] melawan penjajah [[Belanda]] di [[Sumatra]] pada tahun 1948, Halim Perdanakusuma dan [[Marsekal Pertama|Marsma]] Iswahyudi ditugaskan membeli perlengkapan [[senjata]] di [[Thailand]]. Keduanya ditugaskan dengan [[pesawat]] terbang multifungsi [[Avro Anson RI-003]].<ref>[http://fineartamerica.com/images-medium/anderson-and-yeager-scott-alcorn.jpg/ http://fineartamerica.com/images-medium/anderson-and-yeager-scott-alcorn.jpg/]</ref> Pesawat terbang itu dipenuhi dengan berbagai [[senjata api]], diantaranya [[karabin]], [[Bren|stun gun]], [[pistol]] dan [[Granat tangan|bom tangan]]. |
||
Dalam perjalanan pulang, [[pesawat]] terbang tersebut jatuh. Tidak diketahui penyebabnya, tetapi diduga karena cuaca buruk atau karena ditembak ([[Sabotase|disabotase]]). Bangkai [[pesawat]] terbang tersebut ditemukan di sebuah hutan berdekatan dengan kota Lumut, [[Perak, Malaysia|Perak]], [[Malaysia]] (ketika itu masih bernama [[Uni Malaya]]). Namun tim penyelamat hanya menemukan jasad Halim dan jasad Iswahyudi sedangkan berbagai perlengkapan [[senjata api]] yang mereka beli di [[Thailand]], tidak diketahui |
Dalam perjalanan pulang, [[pesawat]] terbang tersebut jatuh. Tidak diketahui penyebabnya, tetapi diduga karena cuaca buruk atau karena ditembak ([[Sabotase|disabotase]]). Bangkai [[pesawat]] terbang tersebut ditemukan di sebuah hutan berdekatan dengan kota Lumut, [[Perak, Malaysia|Perak]], [[Malaysia]] (ketika itu masih bernama [[Uni Malaya]]). Namun tim penyelamat hanya menemukan jasad Halim dan jasad Iswahyudi sedangkan berbagai perlengkapan [[senjata api]] yang mereka beli di [[Thailand]], tidak diketahui ke mana rimbanya. |
||
Jasad Halim kemudian sempat dikebumikan di kampung [[:ms:Kampung Gunung Mesah|Gunung Mesah]], tidak jauh dari [[:ms:Gopeng|Gopeng]], [[Perak, Malaysia|Perak]], [[Malaysia]]. Pusat data Tokoh Indonesia mencatat, di daerah Gunung Mesah itu banyak bermukim penduduk keturunan [[Sumatra]]. Beberapa tahun kemudian, kuburan Halim digali dan jasadnya dibawa ke [[Jakarta]] dan dimakamkan kembali di [[TMP Kalibata|Taman Makam Pahlawan Kalibata]], [[Jakarta]]. |
Jasad Halim kemudian sempat dikebumikan di kampung [[:ms:Kampung Gunung Mesah|Gunung Mesah]], tidak jauh dari [[:ms:Gopeng|Gopeng]], [[Perak, Malaysia|Perak]], [[Malaysia]]. Pusat data Tokoh Indonesia mencatat, di daerah Gunung Mesah itu banyak bermukim penduduk keturunan [[Sumatra]]. Beberapa tahun kemudian, kuburan Halim digali dan jasadnya dibawa ke [[Jakarta]] dan dimakamkan kembali di [[TMP Kalibata|Taman Makam Pahlawan Kalibata]], [[Jakarta]]. |
Revisi per 9 Juni 2019 18.50
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Halim Perdanakusuma | |
---|---|
Lahir | Sampang, Madura, Jawa Timur, Hindia Belanda | 18 November 1922
Meninggal | 14 Desember 1947 Lumut, Perak, Uni Malaya | (umur 25)
Dikebumikan | Taman Makam Pahlawan Kalibata (6°15′26″S 106°50′47″E / 6.25722°S 106.84639°E) |
Pengabdian | Hindia Belanda (ca 1940 – 1945) Indonesia (1945–1947) |
Dinas/cabang | Angkatan Laut Hindia Belanda Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara |
Lama dinas | ca 1940 – 1947 |
Pangkat | Marsda |
Penghargaan | Pahlawan Nasional Indonesia |
Abdul Halim Perdanakusuma (18 November 1922 – 14 Desember 1947) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia meninggal dunia saat menjalankan tugas semasa perang Indonesia - Belanda di Sumatra, yaitu ketika ditugaskan membeli dan mengangkut perlengkapan senjata dengan pesawat terbang dari Thailand.
Gugur dalam tugas
Semasa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Belanda di Sumatra pada tahun 1948, Halim Perdanakusuma dan Marsma Iswahyudi ditugaskan membeli perlengkapan senjata di Thailand. Keduanya ditugaskan dengan pesawat terbang multifungsi Avro Anson RI-003.[1] Pesawat terbang itu dipenuhi dengan berbagai senjata api, diantaranya karabin, stun gun, pistol dan bom tangan.
Dalam perjalanan pulang, pesawat terbang tersebut jatuh. Tidak diketahui penyebabnya, tetapi diduga karena cuaca buruk atau karena ditembak (disabotase). Bangkai pesawat terbang tersebut ditemukan di sebuah hutan berdekatan dengan kota Lumut, Perak, Malaysia (ketika itu masih bernama Uni Malaya). Namun tim penyelamat hanya menemukan jasad Halim dan jasad Iswahyudi sedangkan berbagai perlengkapan senjata api yang mereka beli di Thailand, tidak diketahui ke mana rimbanya.
Jasad Halim kemudian sempat dikebumikan di kampung Gunung Mesah, tidak jauh dari Gopeng, Perak, Malaysia. Pusat data Tokoh Indonesia mencatat, di daerah Gunung Mesah itu banyak bermukim penduduk keturunan Sumatra. Beberapa tahun kemudian, kuburan Halim digali dan jasadnya dibawa ke Jakarta dan dimakamkan kembali di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Ketika Perjanjian Haadyai antara Malaysia dengan Partai Komunis Malaya diadakan pada tahun 1989, seorang Indonesia turut muncul dalam gencatan senjata tersebut. Seorang penulis nasionalis Malaysia, Ishak Haji Muhammad (Pak Sako), menduga komunis warga Indonesia tersebut ialah Iswahyudi.
Penghormatan
Pemerintah Indonesia memberi penghormatan atas jasa dan perjuangan Halim, dengan menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional dan mengabadikan namanya pada Bandar Udara Halim Perdanakusuma di Jakarta. Pemerintah juga mengabadikan namanya pada kapal perang KRI Abdul Halim Perdanakusuma.
Referensi
- Majalah Ekslusif, 24 Desember 1989