Frans Kaisiepo: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 30: | Baris 30: | ||
Pada 31 Agustus 1945, ketika [[Papua]] masih diduduki Belanda, Frans termasuk salah satu orang menegakkan eksistensi Republik Indonesia dan orang pertama yang mengibarkan Merah Putih dan menyayikan lagu “Indonesia Raya di Papua. |
Pada 31 Agustus 1945, ketika [[Papua]] masih diduduki Belanda, Frans termasuk salah satu orang menegakkan eksistensi Republik Indonesia dan orang pertama yang mengibarkan Merah Putih dan menyayikan lagu “Indonesia Raya di Papua. |
||
Frans pernah mendapat hukuman penjara 5 tahun karena frans memimpin pemberontakan melawan Belanda di [[Kabupaten Biak Numfor|Biak]]. Pada tahun 1961 Frans membangun Partai Politik Irian. Setelah muncunyal program [[Operasi Trikora|Trikora]] [[Soekarno]] yang hendak menyatukan Papua dengan Indonesia. Melalui [[Perjanjian New York 15 Agustus |
Frans pernah mendapat hukuman penjara 5 tahun karena frans memimpin pemberontakan melawan Belanda di [[Kabupaten Biak Numfor|Biak]]. Pada tahun 1961 Frans membangun Partai Politik Irian. Setelah muncunyal program [[Operasi Trikora|Trikora]] [[Soekarno]] yang hendak menyatukan Papua dengan Indonesia. Melalui [[Perjanjian New York 15 Agustus 1962]].<ref>{{Cite web|url=https://tirto.id/frans-kaisiepo-sejarah-perjuangan-seorang-papua-untuk-indonesia-bLoW|title=Frans Kaisiepo: Sejarah Perjuangan Seorang Papua untuk Indonesia|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-02-27}}</ref> |
||
Ia dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Cendrawasih]], [[Kota Jayapura|Jayapura]]. Untuk mengenang jasanya, namanya diabadikan sebagai nama [[Bandar Udara Frans Kaisiepo]] di Biak Selain itu namanya juga di abadikan di salah satu KRI yaitu [[KRI Frans Kaisiepo (368)|KRI Frans Kaisiepo]].<ref>{{cite web|url=http://www.papua.go.id/view-detail-tokoh-3/frans-kaisepo.html|title=Profil Tokoh:Frans Kaisiepo|website=Situs Resmi Pemerintah Provinsi Papua|access-date=20 Desember 2016}}</ref> |
Ia dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Cendrawasih]], [[Kota Jayapura|Jayapura]]. Untuk mengenang jasanya, namanya diabadikan sebagai nama [[Bandar Udara Frans Kaisiepo]] di Biak Selain itu namanya juga di abadikan di salah satu KRI yaitu [[KRI Frans Kaisiepo (368)|KRI Frans Kaisiepo]].<ref>{{cite web|url=http://www.papua.go.id/view-detail-tokoh-3/frans-kaisepo.html|title=Profil Tokoh:Frans Kaisiepo|website=Situs Resmi Pemerintah Provinsi Papua|access-date=20 Desember 2016}}</ref> |
Revisi per 27 Agustus 2020 13.53
Frans Kaisiepo | |
---|---|
Gubernur Irian Barat Ke-4 | |
Masa jabatan 20 November 1964 – 29 Juni 1973 | |
Presiden | Soekarno Soeharto |
Informasi pribadi | |
Lahir | Frans Kaisiepo 10 Oktober 1921 Biak, Papua, Hindia Belanda |
Meninggal | 10 April 1979 Jayapura, Papua, Indonesia | (umur 57)
Kebangsaan | Indonesia |
Suami/istri | Anthomina Arwam Maria Magdalena Moorwahyuni |
Pekerjaan | Pahlawan Nasional Indonesia |
Sunting kotak info • L • B |
Frans Kaisiepo (10 Oktober 1921 – 10 April 1979). Berdasarkan Keputusan Presiden nomor 077/TK/1993 nama Frans Kaisiepo dikenang sebagai pahlawan nasional Indonesia dari Papua. Frans terlibat dalam Konferensi Malino tahun 1946 yang membicarakan mengenai pembentukan Republik Indonesia Serikat sebagai wakil dari Papua. Ia mengusulkan nama Irian, kata dalam bahasa Biak yang berarti tempat yang panas. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Papua antara tahun 1964-1973.[1]
Dia pernah sekolah guru agama Kristen di Manokwari dan Sekolah kursus Pegawai Papua ( Papua Bestuur School ) di kota NICA, sekarang Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura.
Pada 31 Agustus 1945, ketika Papua masih diduduki Belanda, Frans termasuk salah satu orang menegakkan eksistensi Republik Indonesia dan orang pertama yang mengibarkan Merah Putih dan menyayikan lagu “Indonesia Raya di Papua.
Frans pernah mendapat hukuman penjara 5 tahun karena frans memimpin pemberontakan melawan Belanda di Biak. Pada tahun 1961 Frans membangun Partai Politik Irian. Setelah muncunyal program Trikora Soekarno yang hendak menyatukan Papua dengan Indonesia. Melalui Perjanjian New York 15 Agustus 1962.[2]
Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih, Jayapura. Untuk mengenang jasanya, namanya diabadikan sebagai nama Bandar Udara Frans Kaisiepo di Biak Selain itu namanya juga di abadikan di salah satu KRI yaitu KRI Frans Kaisiepo.[3]
Pada tanggal 19 Desember 2016, ia diabadikan dalam uang kertas Rupiah baru pada pecahan Rp. 10.000,-[4]
Referensi
- ^ "Pahlawan Papua Dihina, Komika Arie Kriting Angkat Bicara". jurnas.com. Diakses tanggal 2016-12-25.
- ^ "Frans Kaisiepo: Sejarah Perjuangan Seorang Papua untuk Indonesia". tirto.id. Diakses tanggal 2020-02-27.
- ^ "Profil Tokoh:Frans Kaisiepo". Situs Resmi Pemerintah Provinsi Papua. Diakses tanggal 20 Desember 2016.
- ^ Aliya, Angga (19 Desember 2016). "Rupiah Desain Baru Terbit Hari Ini". detikFinance. Diakses tanggal 19 Desember 2016.
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Elias Jan Bonai |
Gubernur Irian Barat 1964–1973 |
Diteruskan oleh: Acub Zaenal |