Perang Batak: Perbedaan antara revisi
Rahmatdenas (bicara | kontrib) ` |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 17: | Baris 17: | ||
'''Perang Batak''' (1878-1907), merupakan perang antara Kerajaan Batak melawan [[Belanda]]. Perang ini berlangsung selama 29 tahun. Alasan meletusnya perang ini adalah Belanda berusaha mewujudkan [[Pax Netherlandica]].{{Citation needed|date=June 2013}} |
'''Perang Batak''' (1878-1907), merupakan perang antara Kerajaan Batak melawan [[Belanda]]. Perang ini berlangsung selama 29 tahun. Alasan meletusnya perang ini adalah Belanda berusaha mewujudkan [[Pax Netherlandica]].{{Citation needed|date=June 2013}} |
||
Perang meletus setelah |
Perang meletus setelah Be<ref></ref>elanda menempatkan pasukannya di [[Tarutung]], dengan tujuan untuk melindungi penyebar agama Kristen yang tergabung dalam ''[[Rhijnsnhezending]]'', dengan tokoh penyebarnya [[Nommensen]] (orang Jerman). Raja Sisingamangaraja XII memutuskan untuk menyerang kedudukan Belanda di Tarutung. Perang berlangsung selama tujuh tahun di daerah Tapanuli Utara, seperti di [[Bahal Batu]], [[Siborong-borong]], [[Balige Laguboti]] dan [[Lumban Julu]].{{Citation needed|date=June 2013}} |
||
Pada tahun 1894, Belanda melancarkan serangan untuk menguasai Bakkara, pusat kedudukan dan pemerintahan Kerajaan Batak. Akibat penyerangan ini, Sisingamangaraja XII terpaksa pindah ke [[Dairi Pakpak]]. Pada tahun 1904, pasukan Belanda, di bawah pimpinan Van Daalen dari [[Aceh]] Tengah, melanjutkan gerakannya ke Tapanuli Utara, sedangkan di Medan didatangkan pasukan lain. Pada tahun 1907, Pasukan Marsose di bawah pimpinan [[Hans Christoffel|Kapten Hans Christoffel]] berhasil menangkap Boru Sagala, istri Sisingamangaraja XII serta dua orang anaknya, sementara itu Sisingamangaraja XII dan para pengikutnya berhasil melarikan diri ke hutan Simsim. Ia menolak tawaran untuk menyerah, dan dalam pertempuran tanggal 17 Juni 1907, Sisingamangaraja XII gugur bersama dengan putrinya Lopian dan dua orang putranya Sutan Nagari dan Patuan Anggi. Gugurnya Sisingamangaraja XII menandai berakhirnya Perang Batak.{{Citation needed|date=June 2013}} |
Pada tahun 1894, Belanda melancarkan serangan untuk menguasai Bakkara, pusat kedudukan dan pemerintahan Kerajaan Batak. Akibat penyerangan ini, Sisingamangaraja XII terpaksa pindah ke [[Dairi Pakpak]]. Pada tahun 1904, pasukan Belanda, di bawah pimpinan Van Daalen dari [[Aceh]] Tengah, melanjutkan gerakannya ke Tapanuli Utara, sedangkan di Medan didatangkan pasukan lain. Pada tahun 1907, Pasukan Marsose di bawah pimpinan [[Hans Christoffel|Kapten Hans Christoffel]] berhasil menangkap Boru Sagala, istri Sisingamangaraja XII serta dua orang anaknya, sementara itu Sisingamangaraja XII dan para pengikutnya berhasil melarikan diri ke hutan Simsim. Ia menolak tawaran untuk menyerah, dan dalam pertempuran tanggal 17 Juni 1907, Sisingamangaraja XII gugur bersama dengan putrinya Lopian dan dua orang putranya Sutan Nagari dan Patuan Anggi. Gugurnya Sisingamangaraja XII menandai berakhirnya Perang Batak.{{Citation needed|date=June 2013}} |
Revisi per 26 Februari 2022 08.39
Perang Batak | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Pasukan Perang Batak dengan senjatanya | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Belanda |
Kerajaan Batak Dinasti Sisingamangaraja | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Van Daalen | Sisingamangaraja XII † |
Perang Batak (1878-1907), merupakan perang antara Kerajaan Batak melawan Belanda. Perang ini berlangsung selama 29 tahun. Alasan meletusnya perang ini adalah Belanda berusaha mewujudkan Pax Netherlandica.[butuh rujukan]
Perang meletus setelah BeKesalahan pengutipan: Tag <ref>
tidak sah;
referensi tanpa nama harus memiliki isielanda menempatkan pasukannya di Tarutung, dengan tujuan untuk melindungi penyebar agama Kristen yang tergabung dalam Rhijnsnhezending, dengan tokoh penyebarnya Nommensen (orang Jerman). Raja Sisingamangaraja XII memutuskan untuk menyerang kedudukan Belanda di Tarutung. Perang berlangsung selama tujuh tahun di daerah Tapanuli Utara, seperti di Bahal Batu, Siborong-borong, Balige Laguboti dan Lumban Julu.[butuh rujukan]
Pada tahun 1894, Belanda melancarkan serangan untuk menguasai Bakkara, pusat kedudukan dan pemerintahan Kerajaan Batak. Akibat penyerangan ini, Sisingamangaraja XII terpaksa pindah ke Dairi Pakpak. Pada tahun 1904, pasukan Belanda, di bawah pimpinan Van Daalen dari Aceh Tengah, melanjutkan gerakannya ke Tapanuli Utara, sedangkan di Medan didatangkan pasukan lain. Pada tahun 1907, Pasukan Marsose di bawah pimpinan Kapten Hans Christoffel berhasil menangkap Boru Sagala, istri Sisingamangaraja XII serta dua orang anaknya, sementara itu Sisingamangaraja XII dan para pengikutnya berhasil melarikan diri ke hutan Simsim. Ia menolak tawaran untuk menyerah, dan dalam pertempuran tanggal 17 Juni 1907, Sisingamangaraja XII gugur bersama dengan putrinya Lopian dan dua orang putranya Sutan Nagari dan Patuan Anggi. Gugurnya Sisingamangaraja XII menandai berakhirnya Perang Batak.[butuh rujukan]