Halim Perdanakusuma: Perbedaan antara revisi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
|||
Baris 58: | Baris 58: | ||
[[Pemerintah Indonesia]] memberi penghormatan atas jasa dan perjuangan Halim, dengan menganugerahkan gelar [[Pahlawan nasional|Pahlawan Nasional]] dan mengabadikan namanya pada [[Bandar Udara Halim Perdanakusuma]] di [[Jakarta]]. Pemerintah juga mengabadikan namanya pada kapal perang [[KRI Abdul Halim Perdanakusuma (355)|KRI Abdul Halim Perdanakusuma]]. |
[[Pemerintah Indonesia]] memberi penghormatan atas jasa dan perjuangan Halim, dengan menganugerahkan gelar [[Pahlawan nasional|Pahlawan Nasional]] dan mengabadikan namanya pada [[Bandar Udara Halim Perdanakusuma]] di [[Jakarta]]. Pemerintah juga mengabadikan namanya pada kapal perang [[KRI Abdul Halim Perdanakusuma (355)|KRI Abdul Halim Perdanakusuma]]. |
||
Bandar Udara Halim Perdanakusuma menjadi dasar penamaan beberapa lokasi; seperti [[Halim Perdana Kusuma, Makasar, Jakarta Timur|Kelurahan Halim Perdanakusuma]] yang menjadi lokasi bandar udara tersebut dan |
Bandar Udara Halim Perdanakusuma menjadi dasar penamaan beberapa lokasi; seperti [[Halim Perdana Kusuma, Makasar, Jakarta Timur|Kelurahan Halim Perdanakusuma]] yang menjadi lokasi bandar udara tersebut dan kompleks [[Stasiun Halim]] yang berada di utaranya. |
||
=== Brevet dan Penghargaan === |
=== Brevet dan Penghargaan === |
Revisi per 6 Agustus 2022 01.58
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Halim Perdanakusuma | |
---|---|
Lahir | Sampang, Madura, Jawa Timur, Hindia Belanda (kini Indonesia | 18 November 1922
Meninggal | 14 Desember 1947 Lumut, Perak, Uni Malaya | (umur 25)
Dikebumikan | Taman Makam Pahlawan Kalibata (kini Indonesia) (6°15′26″S 106°50′47″E / 6.25722°S 106.84639°E) |
Pengabdian | Hindia Belanda (ca 1940 – 1945) Indonesia (1945–1947) |
Dinas/cabang | Angkatan Laut Hindia Belanda Angkatan Udara Britania Raya Angkatan Udara Republik Indonesia |
Lama dinas | ca 1940 – 1947 |
Pangkat | Komodor Udara (Anumerta) |
Perang/pertempuran | Perang Dunia 2 (Front Barat) Revolusi Nasional Indonesia |
Penghargaan | Pahlawan Nasional Indonesia Bintang Mahaputera Pratama |
Komodor Udara (Anumerta) Abdul Halim Perdanakusuma (18 November 1922 – 14 Desember 1947)[1] adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia meninggal dunia saat menjalankan tugas semasa perang Indonesia - Belanda di Sumatra, yaitu ketika ditugaskan membeli dan mengangkut perlengkapan senjata dengan pesawat terbang dari Thailand.
Biografi
Halim dilahirkan Sampang, Madura, Indonesia, pada 18 November 1922.[1] Setelah lulus dari SD dan SMP/SMA untuk pribumi Indonesia,[2] ia bergabung dengan Opleidingschool voor Inlandsche Ambtenaren (sebuah sekolah untuk mendidik penduduk pribumi Indonesia untuk pemerintahan) di Magelang.[3] Namun pada tahun kedua, ia memutuskan untuk keluar dan bergabung Akademi Angkatan Laut di Surabaya untuk bergabung sebagai tentara Hindia Belanda[4][5] Setelah menamatkan pendidikan di akademi tersebut, ia sempat bergabung dengan tentara KNIL di bagian penerangan.[4]
Selama Perang Dunia 2 beliau pernah bertugas di Royal Canadian Air Force dan Royal Air Force sebagai Navigator dengan pangkat Wing Commander dan bertugas di skadron pengebom pesawat Lancaster dan B-24 Liberator. Selama bertugas beliau telah menjalankan 44 misi pengeboman di seluruh Eropa.[6]
Setelah Perang Dunia 2 berakhir, beliau kembali ke Indonesia. Pada saat itu ia masih tergabung dengan Dinas Penerbangan Angkatan Laut Belanda, tetapi beliau lebih memilih bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat di Jawatan Penerbangan dan telah menjalankan beberapa misi sampai ia gugur dalam tugas.
Gugur dalam tugas
Semasa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Belanda di Sumatra pada tahun 1948, Halim Perdanakusuma dan Marsma Iswahyudi ditugaskan membeli perlengkapan senjata di Thailand. Keduanya ditugaskan dengan pesawat terbang multifungsi Avro Anson RI-003.[7] Pesawat terbang itu dipenuhi dengan berbagai senjata api, diantaranya karabin, bren gun, pistol dan granat tangan.
Dalam perjalanan pulang, pesawat terbang tersebut jatuh. Tidak diketahui penyebabnya, tetapi diduga karena cuaca buruk atau karena ditembak (disabotase). Bangkai pesawat terbang tersebut ditemukan di sebuah hutan berdekatan dengan kota Lumut, Perak, Malaysia (ketika itu masih bernama Uni Malaya). Namun tim penyelamat hanya menemukan jasad Halim, sementara jasad Iswahyudi tidak diketemukan dan tidak diketahui nasibnya hingga sekarang. Begitu juga dengan berbagai perlengkapan senjata api yang mereka beli di Thailand, tidak diketahui kemana rimbanya.
Jasad Halim kemudian sempat dikebumikan di kampung Gunung Mesah, tidak jauh dari Gopeng, Perak, Malaysia. Pusat data Tokoh Indonesia mencatat, di daerah Gunung Mesah itu banyak bermukim penduduk keturunan Sumatra. Beberapa tahun kemudian, kuburan Halim digali dan jasadnya dibawa ke Jakarta dan dimakamkan kembali di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Penghormatan dan Penghargaan
Pemerintah Indonesia memberi penghormatan atas jasa dan perjuangan Halim, dengan menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional dan mengabadikan namanya pada Bandar Udara Halim Perdanakusuma di Jakarta. Pemerintah juga mengabadikan namanya pada kapal perang KRI Abdul Halim Perdanakusuma.
Bandar Udara Halim Perdanakusuma menjadi dasar penamaan beberapa lokasi; seperti Kelurahan Halim Perdanakusuma yang menjadi lokasi bandar udara tersebut dan kompleks Stasiun Halim yang berada di utaranya.
Brevet dan Penghargaan
- Brevet/Wing Penerbang TNI AU
- Bintang Mahaputera Pratama
Referensi
Catatan kaki
- ^ a b Sudarmanto 1996, hlm. 245.
- ^ Komandoko 2006, hlm. 1.
- ^ Sudarmanto 1996, hlm. 246.
- ^ a b Komandoko 2006, hlm. 2.
- ^ Damayanti 2010, hlm. 121.
- ^ "Halim Perdanakusuma, Bapak Penerbang AURI". tni-au.mil.id. Diakses tanggal 2020-05-01.
- ^ http://fineartamerica.com/images-medium/anderson-and-yeager-scott-alcorn.jpg/
Daftar pustaka
- Sudarmanto, J.B. (2007). Jejak-jejak Pahlawan dari Sultan Agung hingga Syekh Yusuf. Jakarta: Grasindo. ISBN 978-979-759-716-0.
- Komandoko, Gamal (2006). Kisah 124 Pahlawan & Pejuang Nusantara. Pustaka Widyatama. ISBN 978-979-661-090-7.
- Damayanti, Ajisaka Arya (2010). Mengenal Pahlawan Indonesia. Kawan Pustaka. ISBN 978-979-757-430-7.