Lompat ke isi

Sambal: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Thesillent (bicara | kontrib)
Referensi sudah terpenuhi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Thesillent (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Makanan
{{Infobox Makanan
| name = Sambêl
| name = Sambal
| image = File:Sambal cobek.JPG
| image = File:Sambal cobek.JPG
| caption = Sambal terasi yang disajikan dengan bawang putih dan jeruk nipis
| caption = Sambal terasi yang disajikan dengan bawang putih dan jeruk nipis
| alternate_name = {{lang|jv|Sambel}}
| alternate_name = {{lang|jv|Sambêl}}
| country = [[Indonesia]]
| country = [[Indonesia]]
| region = [[Jawa]]
| region = [[Jawa]]
Baris 14: Baris 14:
| other =
| other =
}}
}}
'''Sambal''' ({{lang-jv|ꦱꦩ꧀ꦧꦼꦭ|sambêl}}) adalah makanan penyedap ataupun kondimen khas [[Indonesia]] asal [[Pulau Jawa]] yang sudah dikonsumsi masyarakat [[Jawa Kuno]] sejak abad ke-10 masehi, sebelum cabai yang dikenal saat ini masuk ke Nusantara, nenek moyang orang Jawa menggunakan [[Cabya Jawa]] atau [[Cabya Jawa|Cabe Puyang]] (''Piper retrofractum''), [[Lada]] (''Piper nigrum''), dan [[Jahe]] (''Zingiber officinale'') sebagai bahan membuat sambal.<ref>Rahman, Fadly. 2016. Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.</ref> Seiring masuknya bangsa [[Spanyol]] dan [[Portugis]] yang membawa cabe ke [[Nusantara]] abad ke-16, cabya Jawa perlahan tergantikan dengan adanya cabe rawit yang tidak hanya menambah rasa hangat tetapi juga menambah sensasi rasa pedas.<ref>Nastiti, Tuti Surti. 2003. Pasar di Jawa pada masa Mataram Kuno abad VIII-XI. Jakarta : Dunia Pustaka Jaya.</ref><ref>Sejarah Sambal dalam Tradisi Nusantara, Jauh Sebelum Portugis Datang Bawa Cabai[https://www.sukabumiupdate.com/food-travel/85995/sejarah-sambal-dalam-tradisi-nusantara-jauh-sebelum-portugis-datang-bawa-cabai]</ref> Sambel sebagai hidangan yang tidak bisa terpisahkan dari masyarakat [[Indonesia]], sudah mengalami perjalanan sejarah yang sangat panjang. Pada masa perkembangannya, hidangan lezat yang menggugah selera ini tersebar ke berbagai wilayah di [[Nusantara]] dengan ciri khas dan kreativitasnya masing-masing di setiap daerah.<ref>Beb, Vyuk. Groot Indonesich kookboek. Dutch: Luitingh (1973).</ref>
'''Sambal''' ({{lang-jv|ꦱꦩ꧀ꦧꦼꦭ|sambêl}}) adalah makanan penyedap ataupun kondimen khas [[Indonesia]] asal [[Pulau Jawa]] yang sudah dikonsumsi masyarakat [[Jawa Kuno]] sejak abad ke-10 masehi, sebelum cabai yang dikenal saat ini masuk ke Nusantara, nenek moyang orang Jawa menggunakan [[Cabya Jawa]] atau [[Cabya Jawa|Cabe Puyang]] (''Piper retrofractum''), [[Lada]] (''Piper nigrum''), dan [[Jahe]] (''Zingiber officinale'') sebagai bahan membuat sambal.<ref>Rahman, Fadly. 2016. Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.</ref>
Seiring masuknya bangsa [[Spanyol]] dan [[Portugis]] yang membawa cabe ke [[Nusantara]] abad ke-16, cabya Jawa perlahan tergantikan dengan adanya cabe rawit yang tidak hanya menambah rasa hangat tetapi juga menambah sensasi rasa pedas.<ref>Nastiti, Tuti Surti. 2003. Pasar di Jawa pada masa Mataram Kuno abad VIII-XI. Jakarta : Dunia Pustaka Jaya.</ref><ref>Sejarah Sambal dalam Tradisi Nusantara, Jauh Sebelum Portugis Datang Bawa Cabai[https://www.sukabumiupdate.com/food-travel/85995/sejarah-sambal-dalam-tradisi-nusantara-jauh-sebelum-portugis-datang-bawa-cabai]</ref> Sambel sebagai hidangan yang tidak bisa terpisahkan dari masyarakat [[Indonesia]], sudah mengalami perjalanan sejarah yang sangat panjang. Pada masa perkembangannya, hidangan lezat yang menggugah selera ini tersebar ke berbagai wilayah di [[Nusantara]] dengan ciri khas dan kreativitasnya masing-masing di setiap daerah.<ref>Beb, Vyuk. Groot Indonesich kookboek. Dutch: Luitingh (1973).</ref>


Hidangan ini memiliki rasa pedas, dibuat dari cabai yang ditumbuk, dihaluskan, dan sebagainya, biasanya ditambahkan dengan bahan lain seperti bawang dan terasi, dan biasanya dimakan bersama nasi.<ref>"Sejarah Sambal di Indonesia, Sambal Favorit KH Dewantara hingga Soekarno"[https://food.detik.com/info-kuliner/d-5496537/sejarah-sambal-di-indonesia-sambal-favorit-kh-dewantara-hingga-soekarno].</ref><ref>Sambal-Nusantara Membuat Orang Eropa Menangis[https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/12/144734469/sambal-nusantara-membuat-orang-eropa-menangis]</ref> Sambal sendiri merupakan serapan dari [[bahasa Jawa]] yaitu sambêl, yang berarti saus perasa.<ref>P.J. Zoetmulder (1995) Kamus Jawa Kuna - Indonesia. Jakarta: Gramedia</ref>
Hidangan ini memiliki rasa pedas, dibuat dari cabai yang ditumbuk, dihaluskan, dan sebagainya, biasanya ditambahkan dengan bahan lain seperti bawang dan terasi, dan biasanya dimakan bersama nasi.<ref>"Sejarah Sambal di Indonesia, Sambal Favorit KH Dewantara hingga Soekarno"[https://food.detik.com/info-kuliner/d-5496537/sejarah-sambal-di-indonesia-sambal-favorit-kh-dewantara-hingga-soekarno].</ref><ref>Sambal-Nusantara Membuat Orang Eropa Menangis[https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/12/144734469/sambal-nusantara-membuat-orang-eropa-menangis]</ref> Sambal sendiri merupakan serapan dari [[bahasa Jawa]] yaitu sambêl, yang berarti saus perasa.<ref>P.J. Zoetmulder (1995) Kamus Jawa Kuna - Indonesia. Jakarta: Gramedia</ref>

Revisi per 13 Maret 2023 19.09

Sambal
Sambal terasi yang disajikan dengan bawang putih dan jeruk nipis
Nama lainSambêl
Tempat asalIndonesia
DaerahJawa
Dibuat olehJawa
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Sambal (bahasa Jawa: ꦱꦩ꧀ꦧꦼꦭ, translit. sambêl) adalah makanan penyedap ataupun kondimen khas Indonesia asal Pulau Jawa yang sudah dikonsumsi masyarakat Jawa Kuno sejak abad ke-10 masehi, sebelum cabai yang dikenal saat ini masuk ke Nusantara, nenek moyang orang Jawa menggunakan Cabya Jawa atau Cabe Puyang (Piper retrofractum), Lada (Piper nigrum), dan Jahe (Zingiber officinale) sebagai bahan membuat sambal.[1]

Seiring masuknya bangsa Spanyol dan Portugis yang membawa cabe ke Nusantara abad ke-16, cabya Jawa perlahan tergantikan dengan adanya cabe rawit yang tidak hanya menambah rasa hangat tetapi juga menambah sensasi rasa pedas.[2][3] Sambel sebagai hidangan yang tidak bisa terpisahkan dari masyarakat Indonesia, sudah mengalami perjalanan sejarah yang sangat panjang. Pada masa perkembangannya, hidangan lezat yang menggugah selera ini tersebar ke berbagai wilayah di Nusantara dengan ciri khas dan kreativitasnya masing-masing di setiap daerah.[4]

Hidangan ini memiliki rasa pedas, dibuat dari cabai yang ditumbuk, dihaluskan, dan sebagainya, biasanya ditambahkan dengan bahan lain seperti bawang dan terasi, dan biasanya dimakan bersama nasi.[5][6] Sambal sendiri merupakan serapan dari bahasa Jawa yaitu sambêl, yang berarti saus perasa.[7]

Tradisi-tradisi pembuatan penyedap makanan atau kondimen serupa dapat ditemui di daerah lain di Indonesia, contohnya seperti di pulau Sumatra terdapat Balado yang merupakan penyedap khas etnis Minangkabau asal Sumatra Barat dan juga di pulau Sulawesi terdapat pula Dabu-dabu dan Rica-rica yang merupakan penyedap khas etnis Minahasa berasal dari Manado.[8][9][10]

Sejarah

Relief pada candi Borobudur mengenai proses penyiapan makanan.

Sambal merupakan tradisi pribumi khas pulau Jawa untuk membuat kondimen atau penyedap makanan, kata "sambal" itu sendiri sejatinya merupakan sebuah kata serapan yang berakar dari bahasa Jawa kuno yakni sambĕl yang memiliki arti "dihancurkan" atau "dilumatkan", merujuk kepada proses pengolahan rempah ataupun cabai yang dilumatkan. Terminologi tersebut dapat ditelusuri dalam berbagai prasasti maupun manuskrip Jawa kuno yang ditemukan di seluruh antero pulau Jawa, beberapa diantaranya adalah kidung Sri Tanjung (dari abad ke-12), manuskrip Serat Centini (dari abad ke-16), dan lain sebagainya.

Proses nyambel (terj. har.'melumatkan').

Pada eksodus masyarakat pulau Jawa ke Bali pada era perluasan kekuasaan kemaharajaan Majapahit pada sekitar abad ke-12 (sejak masa kemaharajaan Majapahit masih berupa kerajaan Singasari), Sambal mulai dikenal luas oleh penduduk Bali, dan berbagai varian sambal pun turut dikembangkan di pulau Bali menyesuaikan dengan cita rasa lokal daerah tersebut.

Cara pembuatan

Cara pembuatan sambal sangat bermacam-macam, tergantung jenisnya. Sambal seperti sambal matah dibuat dengan bahan mentah, yang bisa disajikan secara mentah atau ditumis dengan minyak goreng.[11] Sambal petis, sambal oncom, dan sambal tempe merupakan hasil fermentasi.[12] Metode memasaknya juga berbeda-beda, antara lain diulek, digoreng, ditumis, direbus, dan dibakar.[12]

Bahan

Bahan-bahan yang paling sering digunakan untuk sambal adalah:

Ketersediaan

Beberapa jenis sambal tersedia dalam bentuk dibungkus (dalam botol atau saset aluminium) dan siap langsung dikonsumsi. Sambal umumnya dijual di warung, minimarket, dan supermarket. Beberapa jenis sambal bungkus yang tersedia, misalnya sambal oelek dari Huy Fong Foods,[13] sambal terasi dari Heinz ABC,[14] serta sambal Indofood.[15]

Variasi

Sambal mempunyai konsistensi yang lebih padat dari salsa dan mengandung lebih banyak rempah-rempah. Sambal dapat bervariasi mulai dari tingkat rasa kurang pedas hingga tingkat sangat pedas tergantung jenis dan seberapa banyak buah cabai yang digunakan. Berikut ini adalah beberapa variasi sambal:

Sambal andaliman

Sambal andaliman mirip dengan sambal lado mudo, namun ditambahkan buah andaliman.[16]

Sambal asam

Sambal ini mirip sambal terasi dan mengandung asam, biasanya asam jawa.

Sambal bajak

Sambal dari Banten. Cabai untuk sambal ini digoreng dengan minyak yang ditambah dengan bawang putih, terasi, dan bumbu-bumbu lainnya.[17]

Sambal balado

Sambal asal Minangkabau yang dibuat dengan cara mengulek cabai dengan bawang, tomat merah/hijau, garam, dan perasan jeruk nipis, kemudian ditumis.[18]

Sambal terasi

Sambal ini mengandung terasi atau udang yang dilumatkan.

Sambal bongkot

Sambal khas Bali, sambal dengan campuran rasa manis, asam, dan pedas, dibuat dengan batang bunga bongkot atau kecombrang, bawang merah, cabai, terasi bakar, gula, garam, dan perasan jeruk nipis.[19]

Sambal dabu-dabu

Sambal berasal dari Manado dan Gorontalo, mirip saus salsa Meksiko, dibuat dari tomat, garam, timun, cabai, bawang merah iris dan disiram minyak panas.

Sambal ganja

Sambal ganja berasal dari Aceh, yang terbuat dari cabai rawit, belimbing waluh, dan bawang merah, serta beberapa bahan lainnya.

Sambal jeruk

Cabai hijau atau cabai merah dengan atau tanpa campuran cabai rawit, dibubuhi perasan jeruk nipis.

Sambal kecap

Irisan cabai rawit, cabai merah, bawang merah digoreng, kecap manis dan irisan jeruk limau, rasanya pedas dan segar. Biasanya untuk teman makan ikan bakar, telur ceplok atau cocolan tahu/tempe goreng.

Sambal kemiri

Sambal ini terbuat dari cabai rawit, cabai merah besar, kemiri sangrai, gula pasir, garam.

Sambal korek

Sambal yang hanya terbuat dari cabai dan garam, dinamakan korek karena biasanya disajikan di ulegan dan langsung dikorek dengan makanan lainnya seperti kerupuk.

Sambal lado

Sambal ini berasal dari Minangkabau. Cabai untuk sambal ini dikukus setengah matang bersama bawang putih, bawang merah atau bawang bombai, dan tomat. Lalu, digerus kasar dan diberi perasan jeruk nipis serta garam dan digoreng sebentar. Biasanya, sambal ini memiliki cita rasa yang sangat pedas.

Sambal lu'at

Sambal lu'at berasal dari Nusa Tenggara Timur, dibuat dari cabai, jeruk nipis, daun siba, dan daun kemangi.[20] Sambal ini biasa disantap dengan daging se'i dan jagung bose.[21] Terdapat varian sambal lu'at yang dimasak dengan akar bambu.[22]

Sambal manis

Sambal dengan komposisi cabai, bawang, gula, dan lumatan kacang tanah yang telah digoreng.



Sambal matah

Sambal khas Bali ini terbuat dari irisan bawang merah, cabai rawit, sereh, dan minyak kelapa panas.



Sambal Kemang

Sambal khas Palembang terbuat dari campuran cabai, buah kemang, calok (terasi), dan gula merah.

Sambal Nanas

Sambal khas Palembang ini biasa disajikan dengan makanan khas Palembang yaitu nasi minyak dan Malbi, sambal nanas terbuat dari campuran nanas, cabai dll.

Sambal Calok

Sambal calok merupakan sambal khas Palembang. Dalam bahasa Palembang, calok artinya terasi. Sambal calok terbuat dari campuran calok (terasi), cabe cungak (rawit), dan cabe merah.

Sambal Cung

Sambal khas Palembang yang terbuat dari buah cung kediro sejenis tomat tapi lebih kecil.

Sambal pencit (mangga)

Sambal ini dicampur dengan irisan buah mangga muda (bahasa Jawa: pencit)..




Sambal penyet

Ini adalah variasi sambal bajak dengan bahan-bahan berupa cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, sedikit kemiri atau kacang mete, terasi, dan banyak tomat yang digoreng hingga matang. Semua bahan digiling lembut, kemudian ditambah garam dan gula secukupnya. Sambal ini cocok dimakan sebagai lauk nasi dengan ikan (laut atau darat), tempe atau tahu goreng yang dipenyet (ditekan hingga melesak) di atas sambal. Dapat juga telur atau terong, rebus atau goreng, dipenyet di atasnya.

Sambal petis

Sambal bajak yang dibubuhi petis dan digoreng, serta ditambahi dengan sedikit air matang. Adakalanya ke dalam bahan-bahan sambal bajak itu ditambahkan sedikit kacang tanah goreng, sebelum digerus bersama.

Sambal uyah-lombok (lit. garam-cabai)

Sambal setan

Sambal yang sangat pedas dengan cabai rawit domba.

Sambal tempoyak

Sambal ini sering kali ditemukan di Pulau Sumatra,[23] terutama Jambi, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Bengkulu, dan Lampung. Sambal ini terbuat dari tempoyak (fermentasi daging buah durian masak) yang dicampur dengan cabai halus dengan tambahan bumbu lain, seperti garam, penyedap rasa, dan gula.[23] Pada variasinya sering kali ditambahkan perasan jeruk purut. Sambal ini dapat disajikan sebagai sambal mentah ataupun masak sebagai pelengkap makan.


Sambal Rampai

Sambal khas daerah Lampung yang menggunakan bahan utama rampai sebagai pengganti tomat. Dengan rasa yang sangat-sangat berbeda dibandingkan ketika menggunakan tomat, itu yang dirasakan penikmat sambal tomat mencicipi sambal rampai ini. Kesan rampai yang ekstra kuat dan mendominasi sambal akan membuat lidah pengguna yang asing dengan rasa sambal ini, sedikit takjub dan heran. Bahan-bahannya sendiri terdiri dari cabai, rampai, terasi, garam, dan gula secukupnya. Ulek sampai halus dan disajikan langsung dalam ulekan tanpa perlu digoreng sama sekali. Selain terkenal disajikan di berbagai pecel lele khas Lampung, sambal ini biasanya disajikan dengan menu ikan laut bakar atau ikan laut goreng khas Lampung. Yang terkadang dalam penyajiannya ikan laut bakar/ikan laut goreng tersebut digeprek/dipenyetkan di atas sambal dengan batu ulekan. Agar rasa sambal meresap ke dalam ikan bakar/ikan goreng tersebut.

Sambal rampai ini memang benar-benar makanan favorit dan khas daerah Lampung. Oleh karena itu, bisa ditemukan menjadi menu-menu khas rumah makan pecel lele, atau ikan bakar daerah Lampung.


Sambal terasi

Sambal yang umum ditemukan di Indonesia. Mirip dengan sambal belacan dari Malaysia, namun lebih kuat rasanya karena sambal terasi lebih asam dan difermentasi. Bahan yang digunakan adalah cabai merah/hijau, terasi, gula, garam, serta perasan jeruk nipis. Ada versi yang tidak menggunakan jeruk nipis dan menambahkan tomat yang sudah diulek. Sambal ini ditemukan juga di Belanda, dengan nama trassi atau trassie.[24]

Sambal teri

Sambal teri adalah sambal yang bahan utamanya ikan teri (tawa) dan kacang tanah.

Sambal tomat

Sambal ini dicampur dengan tomat, baik yang diiris kecil-kecil atau dilumatkan bisa juga tomat goreng.

Sambal udang

Cabai digoreng dengan minyak, bawang putih, dan udang.

Sambal uleg

Beberapa resep juga menggunakan garam dan jeruk nipis.

Sambal uyah-lombok

Sambal uyah-lombok hanya terbuat dari cabai segar dan garam. Sambal ini biasa dimakan dengan nasi putih dan lauk yang digoreng, seperti serundeng, empal goreng, dendeng ragi, dan tempe goreng.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Rahman, Fadly. 2016. Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
  2. ^ Nastiti, Tuti Surti. 2003. Pasar di Jawa pada masa Mataram Kuno abad VIII-XI. Jakarta : Dunia Pustaka Jaya.
  3. ^ Sejarah Sambal dalam Tradisi Nusantara, Jauh Sebelum Portugis Datang Bawa Cabai[1]
  4. ^ Beb, Vyuk. Groot Indonesich kookboek. Dutch: Luitingh (1973).
  5. ^ "Sejarah Sambal di Indonesia, Sambal Favorit KH Dewantara hingga Soekarno"[2].
  6. ^ Sambal-Nusantara Membuat Orang Eropa Menangis[3]
  7. ^ P.J. Zoetmulder (1995) Kamus Jawa Kuna - Indonesia. Jakarta: Gramedia
  8. ^ Mengulek Sejarah Sambal[4]
  9. ^ Jauh Sebelum Portugis Membawa Cabai, Sambal Sudah Jadi Tradisi di Nusantara[5]
  10. ^ Untuk Sambal, Kita Selamanya Berutang pada Amerika Selatan[6]
  11. ^ Times, IDN. "Cuma Butuh 5 Bahan, Begini Cara Mudah Bikin Sambal Matah". IDN Times. Diakses tanggal 2018-07-01. 
  12. ^ a b c Juliati, Sri (2016-12-23). "Kuliner Nusantara - Dari Sambal Ganja hingga Kemiri, Inilah Ragam Sambal Indonesia Penggugah Selera". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2018-07-01. 
  13. ^ McJunkin, Mike (2016-09-14). "A Brave New World Of Sambal Sauces". The Pulse » Chattanooga's Weekly Alternative (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-07-01. 
  14. ^ "'Homestyle Sambal Terasi' Lezat dan Praktis". detikcom (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-07-01. 
  15. ^ Vemale.com. "Sambal Indofood - Vemale.com". www.vemale.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-07-01. 
  16. ^ "Sambal Andaliman | Indonesia Eats | Authentic Online Indonesian Food Recipes". indonesiaeats.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-07-01. 
  17. ^ Raven, Sarah (2014-09-27). "Sambal Badjak recipe" (dalam bahasa Inggris). ISSN 0307-1235. Diakses tanggal 2018-07-01. 
  18. ^ "Balado | Indonesia Eats | Authentic Online Indonesian Food Recipes". indonesiaeats.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-07-01. 
  19. ^ Indonesia, Greatness (2018-08-06). "Sambal Bongkot, Masakan Bali yang Menggoyang Lidah | GreatnessIndonesia.com". Greatness Indonesia (dalam bahasa Indonesia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-16. Diakses tanggal 2020-02-11. 
  20. ^ "Pedasnya Sambal Luat Khas NTT Berikan Sensasi Lidah Terbakar". Okezone.com. Diakses tanggal 2018-07-01. 
  21. ^ Destriyana. Destriyana, ed. "Se'i, daging asap khas Nusa Tenggara Timur". Merdeka.com. Diakses tanggal 2018-07-01. 
  22. ^ "Lakoat Kujawas: Comfort Food and Literature from the Heart of Timor - Indonesia Expat". Indonesia Expat (dalam bahasa Inggris). 2017-04-11. Diakses tanggal 2018-07-01. 
  23. ^ a b F, Ni Luh Made Pertiwi (2012-10-14). Asdhiana, I Made, ed. "Pepes Ikan dengan Sambal Durian". Kompas.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-07-01. 
  24. ^ Brissenden, Rosemary (2007). Southeast Asian Food: Classic and Modern Dishes from Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand, Laos, Cambodia and Vietnam (dalam bahasa Inggris). Periplus Editions (HK) Limited. ISBN 9780794604882.