Lompat ke isi

Robert Wolter Mongisidi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pengubahan dari "Monginsidi" ke "Mongisidi", referensi link http://regional.kompas.com/read/2012/09/06/16315169/Robert.Walter.Mongisidi.Bukan.Monginsidi .
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k minor cosmetic change
Baris 4: Baris 4:


== Biografi ==
== Biografi ==
Robert dilahirkan di Malalayang (sekarang bagian dari [[Manado]]) dan anak dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa. dia memulai pendidikannya pada 1931 di sekolah dasar ({{lang-nl|Hollands Inlandsche School}} atau ([[HIS]]), yang diikuti sekolah menengah ({{lang-nl|Meer Uitgebreid Lager Onderwijs}} atau [[MULO]]) di Frater Don Bosco di Manado. Mongisidi lalu dididik sebagai guru bahasa jepang pada sebuah sekolah di [[Tomohon]]. Setelah studinya, dia mengajar Bahasa Jepang di [[Liwutung, Ratahan, Minahasa Tenggara|Liwutung]], di [[Minahasa]] , dan di [[Luwuk]], [[Sulawesi Tengah]], sebelum ke [[Makassar]], [[Sulawesi Selatan]].<ref name="KOMANDOKO1">{{cite book | first = Gamal | last = Komandoko | year = 2006 | title = Kisah 124 Pahlawan and Pejuang Nusantara | pages = 278}}</ref>
Robert dilahirkan di Malalayang (sekarang bagian dari [[Manado]]) dan anak dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa. dia memulai pendidikannya pada 1931 di sekolah dasar ({{lang-nl|Hollands Inlandsche School}} atau ([[HIS]]), yang diikuti sekolah menengah ({{lang-nl|Meer Uitgebreid Lager Onderwijs}} atau [[MULO]]) di Frater Don Bosco di Manado. Mongisidi lalu dididik sebagai guru bahasa jepang pada sebuah sekolah di [[Tomohon]]. Setelah studinya, dia mengajar Bahasa Jepang di [[Liwutung, Ratahan, Minahasa Tenggara|Liwutung]], di [[Minahasa]] , dan di [[Luwuk]], [[Sulawesi Tengah]], sebelum ke [[Makassar]], [[Sulawesi Selatan]].<ref name="KOMANDOKO1">{{cite book |first = Gamal |last = Komandoko |year = 2006 |title = Kisah 124 Pahlawan and Pejuang Nusantara |pages = 278}}</ref>


Kemerdekaan Indonesia [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|diproklamasikan]] saat Mongisidi berada di Makassar. Namun, Belanda berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas Indonesia setelah berakhirnya [[Perang Dunia II]]. Mereka kembali melalui NICA (''Netherlands Indies Civil Administration''/Administrasi Sipil Hindia Belanda). Mongisidi menjadi terlibat dalam perjuangan melawan NICA di Makassar.<ref name="SUDARMANTO">{{cite book | first = J.B. | last = Sudarmanto | year = 2007 | title = Jejak-jejak Pahlawan | pages = 220 | publisher = Grasindo}}</ref> Pada tanggal [[17 Juli]] [[1946]], Mongisidi dengan Ranggong Daeng Romo dan lainnya membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS), yang selanjutnya melecehkan dan menyarang posisi Belanda. Dia ditangkap oleh Belanda pada [[28 Februari]] [[1947]], tetapi berhasil kabur pada [[27 Oktober]] [[1947]]. Belanda menangkapnya kembali dan kali ini Belanda menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Mongisidi dieksekusi oleh tim penembak pada 5 September 1949.<ref name="KOMANDOKO2">{{cite book | first = Gamal | last = Komandoko | year = 2006 | title = Kisah 124 Pahlawan and Pejuang Nusantara | pages = 280}}</ref> Jasadnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Makassar pada [[10 November]] [[1950]].<ref name="MEDIAPUSINDO">{{cite book | title = Pahlawan Indonesia | pages = 118 | publisher = Media Pusindo}}</ref>
Kemerdekaan Indonesia [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|diproklamasikan]] saat Mongisidi berada di Makassar. Namun, Belanda berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas Indonesia setelah berakhirnya [[Perang Dunia II]]. Mereka kembali melalui NICA (''Netherlands Indies Civil Administration''/Administrasi Sipil Hindia Belanda). Mongisidi menjadi terlibat dalam perjuangan melawan NICA di Makassar.<ref name="SUDARMANTO">{{cite book |first = J.B. |last = Sudarmanto |year = 2007 |title = Jejak-jejak Pahlawan |pages = 220 |publisher = Grasindo}}</ref> Pada tanggal [[17 Juli]] [[1946]], Mongisidi dengan Ranggong Daeng Romo dan lainnya membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS), yang selanjutnya melecehkan dan menyarang posisi Belanda. Dia ditangkap oleh Belanda pada [[28 Februari]] [[1947]], tetapi berhasil kabur pada [[27 Oktober]] [[1947]]. Belanda menangkapnya kembali dan kali ini Belanda menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Mongisidi dieksekusi oleh tim penembak pada 5 September 1949.<ref name="KOMANDOKO2">{{cite book |first = Gamal |last = Komandoko |year = 2006 |title = Kisah 124 Pahlawan and Pejuang Nusantara |pages = 280}}</ref> Jasadnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Makassar pada [[10 November]] [[1950]].<ref name="MEDIAPUSINDO">{{cite book |title = Pahlawan Indonesia |pages = 118 |publisher = Media Pusindo}}</ref>


== Penghargaan ==
== Penghargaan ==
Robert Wolter Mongisidi dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia pada 6 November, 1973. Dia juga mendapatkan penghargaan tertinggi Negara Indonesia, [[Bintang Mahaputra]] ([[Bintang Mahaputra Adipradana|Adipradana]]), pada 10 November 1973. Ayahnya, Petrus, yang berusia 80 tahun pada saat itu, menerima penghargaan tersebut.<ref name="TEMPO_24NOV1973">{{cite news | title=Petrus Terima Bintang | publisher=Tempo | date=24 November 1973}}</ref> [[Bandara Wolter Monginsidi]] di [[Kendari]], [[Sulawesi Tenggara]] dinamakan sebagai penghargaan kepada Mongisidi, seperti kapal Angkatan Darat Indonesia, [[KRI Wolter Monginsidi]] dan [[Yonif 720/Wolter Monginsidi]].
Robert Wolter Mongisidi dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia pada 6 November, 1973. Dia juga mendapatkan penghargaan tertinggi Negara Indonesia, [[Bintang Mahaputra]] ([[Bintang Mahaputra Adipradana|Adipradana]]), pada 10 November 1973. Ayahnya, Petrus, yang berusia 80 tahun pada saat itu, menerima penghargaan tersebut.<ref name="TEMPO_24NOV1973">{{cite news |title=Petrus Terima Bintang |publisher=Tempo |date=24 November 1973}}</ref> [[Bandara Wolter Monginsidi]] di [[Kendari]], [[Sulawesi Tenggara]] dinamakan sebagai penghargaan kepada Mongisidi, seperti kapal Angkatan Darat Indonesia, [[KRI Wolter Monginsidi]] dan [[Yonif 720/Wolter Monginsidi]].


== Referensi ==
== Referensi ==

{{reflist|Robert Wolter Mongisidi, bukan "Monginsidi", Kompas (2012) = http://regional.kompas.com/read/2012/09/06/16315169/Robert.Walter.Mongisidi.Bukan.Monginsidi}}
{{reflist|Robert Wolter Mongisidi, bukan "Monginsidi", Kompas (2012) = http://regional.kompas.com/read/2012/09/06/16315169/Robert.Walter.Mongisidi.Bukan.Monginsidi}}



Revisi per 4 Februari 2016 15.50

Robert Wolter Mongisidi

Robert Wolter Mongisidi (14 Februari 1925 – 5 September 1949) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia sekaligus pahlawan nasional Indonesia.

Biografi

Robert dilahirkan di Malalayang (sekarang bagian dari Manado) dan anak dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa. dia memulai pendidikannya pada 1931 di sekolah dasar (bahasa Belanda: Hollands Inlandsche School atau (HIS), yang diikuti sekolah menengah (bahasa Belanda: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau MULO) di Frater Don Bosco di Manado. Mongisidi lalu dididik sebagai guru bahasa jepang pada sebuah sekolah di Tomohon. Setelah studinya, dia mengajar Bahasa Jepang di Liwutung, di Minahasa , dan di Luwuk, Sulawesi Tengah, sebelum ke Makassar, Sulawesi Selatan.[1]

Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan saat Mongisidi berada di Makassar. Namun, Belanda berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas Indonesia setelah berakhirnya Perang Dunia II. Mereka kembali melalui NICA (Netherlands Indies Civil Administration/Administrasi Sipil Hindia Belanda). Mongisidi menjadi terlibat dalam perjuangan melawan NICA di Makassar.[2] Pada tanggal 17 Juli 1946, Mongisidi dengan Ranggong Daeng Romo dan lainnya membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS), yang selanjutnya melecehkan dan menyarang posisi Belanda. Dia ditangkap oleh Belanda pada 28 Februari 1947, tetapi berhasil kabur pada 27 Oktober 1947. Belanda menangkapnya kembali dan kali ini Belanda menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Mongisidi dieksekusi oleh tim penembak pada 5 September 1949.[3] Jasadnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Makassar pada 10 November 1950.[4]

Penghargaan

Robert Wolter Mongisidi dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia pada 6 November, 1973. Dia juga mendapatkan penghargaan tertinggi Negara Indonesia, Bintang Mahaputra (Adipradana), pada 10 November 1973. Ayahnya, Petrus, yang berusia 80 tahun pada saat itu, menerima penghargaan tersebut.[5] Bandara Wolter Monginsidi di Kendari, Sulawesi Tenggara dinamakan sebagai penghargaan kepada Mongisidi, seperti kapal Angkatan Darat Indonesia, KRI Wolter Monginsidi dan Yonif 720/Wolter Monginsidi.

Referensi

  1. ^ Komandoko, Gamal (2006). Kisah 124 Pahlawan and Pejuang Nusantara. hlm. 278. 
  2. ^ Sudarmanto, J.B. (2007). Jejak-jejak Pahlawan. Grasindo. hlm. 220. 
  3. ^ Komandoko, Gamal (2006). Kisah 124 Pahlawan and Pejuang Nusantara. hlm. 280. 
  4. ^ Pahlawan Indonesia. Media Pusindo. hlm. 118. 
  5. ^ "Petrus Terima Bintang". Tempo. 24 November 1973.