Lompat ke isi

Aisyah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: dimana → di mana (4), removed stub tag
Titui (bicara | kontrib)
Sunni: Perbaikan tata bahasa
Tag: Suntingan aplikasi seluler
Baris 50: Baris 50:
Sejarawan [[Sunni]] melihat Aisyah sebagai seorang wanita terpelajar, yang tanpa lelah meriwayatkan [[hadis]] tentang kehidupan [[Muhammad]]. Dia merupakan salah seorang dari cendekiawan Islam awal di mana para sejarawan menghitung sampai seperempat dari Hukum Islam berasal dari Aisyah. Aisyah adalah istri utama Muhammad dan menjadi contoh dari jutaan wanita.<ref name="Goodwin"/>
Sejarawan [[Sunni]] melihat Aisyah sebagai seorang wanita terpelajar, yang tanpa lelah meriwayatkan [[hadis]] tentang kehidupan [[Muhammad]]. Dia merupakan salah seorang dari cendekiawan Islam awal di mana para sejarawan menghitung sampai seperempat dari Hukum Islam berasal dari Aisyah. Aisyah adalah istri utama Muhammad dan menjadi contoh dari jutaan wanita.<ref name="Goodwin"/>


Adapun menurut sebagian riwayat [[Sunni]], perang yang terjadi antara [[Khalifah]] pada saat itu, [[Ali bin Abi Thalib]] dan Aisyah dalam [[Perang Jamal]] adalah berita bohong, yang disebarkan oleh kaum yang membenci Islam. Menurut mereka, Aisyah meminta penjelasan kepada Ali kenapa pembunuh [[Utsman bin Affan|Utsman]] belum di hukum. Jawaban Ali adalah ingin menguasai dahulu kaum yang pada saat itu membela pembunuh Utsman, setelah itu baru hukuman dijalankan, karena bila hukum dilaksanakan sesegera mungkin bisa mengakibatkan terjadinya dendam. Namun pada malam hari setelah perundingan tersebut, para pembunuh Utsman & pengikut Ibnu Sauda (Abdullah bin Saba) yang takut terhadap ''[[qishah]]'' setelah perundingan tersebut, melakukan serangan kepada pasukan Ali dan pasukan pelindung Aisyah ketika mereka sedang istirahat malam. Sehingga masing-masing dari mereka mengira telah diserang dari belakang.<ref>''Al-Bidayah Wan Hinayah'', [[Ibnu Katsir]].</ref>
Adapun menurut sebagian riwayat [[Sunni]], perang yang terjadi antara [[Khalifah]] pada saat itu, [[Ali bin Abi Thalib]] dan Aisyah dalam [[Perang Jamal]] adalah berita bohong, yang disebarkan oleh kaum yang membenci Islam. Menurut mereka, Aisyah meminta penjelasan kepada Ali kenapa pembunuh [[Utsman bin Affan|Utsman]] belum dihukum. Jawaban Ali adalah ingin menguasai dahulu kaum yang pada saat itu membela pembunuh Utsman, setelah itu baru hukuman dijalankan, karena bila hukum dilaksanakan sesegera mungkin bisa mengakibatkan terjadinya dendam. Namun pada malam hari setelah perundingan tersebut, para pembunuh Utsman & pengikut Ibnu Sauda (Abdullah bin Saba) yang takut terhadap ''[[qishah]]'' setelah perundingan tersebut, melakukan serangan kepada pasukan Ali dan pasukan pelindung Aisyah ketika mereka sedang istirahat malam. Sehingga masing-masing dari mereka mengira telah diserang dari belakang.<ref>''Al-Bidayah Wan Hinayah'', [[Ibnu Katsir]].</ref>


=== Syi'ah ===
=== Syi'ah ===

Revisi per 26 Februari 2016 10.13

Aisyah binti Abu Bakar (bahasa Arab: عائشة, transliterasi: `ā'isha, Turki Ayşe, Turki Utsmani Âişe) (sekitar 613/614-678 Masehi)[1] adalah istri dari Nabi Islam Muhammad.

Dalam penulisan Islam, sering ditambahkan pula gelar "Ibu orang-orang Mukmin" (Arab: أمّ المؤمنين ummul-mu'minīn), sebagai gambaran bagi para istri Muhammad sebagai "Ibu dari orang-orang Mukmin" dalam Qur'an.[2] Ia dikutip sebagai sumber dari banyak hadits, di mana kehidupan pribadi Muhammad menjadi topik yang sering dibicarakan.

Etimologi

‘Aisyah dalam bahasa Arab yang memiliki arti "Hidup dan Sehat".[3] Variasi nama dari ‘Aisyah adalah 'Aisha, A'ishah, Ayesha, A'isha, Aishat, atau Aisya yang memiliki makna yang sama pula.

Biografi

Genealogi

‘Aisyah adalah putri dari Abu Bakar (khalifah pertama), hasil dari pernikahan dengan isteri keduanya yaitu Ummi Ruman yang telah melahirkan Abd al Rahman dan Aisyah.

Pernikahan dengan Muhammad

Ayah Aisyah, Abu Bakar merasa Aisyah sudah cukup umur untuk menikah, karena hal itu, Aisyah akan dinikahkan dengan Jubayr bin Mut'im, tetapi pernikahan tersebut tidak terjadi disebabkan Ayah Jubair, Mut‘im bin ‘Adi menolak aisyah dikarenakan Abu Bakar telah masuk Islam pada saat itu. Istri Mut'im bin Adi mengatakan tidak mau keluarganya mempunyai hubungan dengan para muslim, yang dapat menyebabkan Jubair menjadi seorang Muslim.[4] Menurut Tabari (juga menurut Hisham ibn `Urwah, Ibn Hunbal and Ibn Sad), Aisyah dipinang pada usia 7 tahun dan mulai berumah tangga pada usia 9 tahun,[5] di mana Aisyah menjadi istri ketiga Muhammad setelah Khadijah dan Saudah binti Zam'ah. Tetapi terdapat berbagai silang pendapat mengenai pada umur berapa sebenarnya Muhammad menikahi Aisyah? Sebagian besar referensi (termasuk sahih Bukhari dan sahih Muslim) menyatakan bahwa upacara perkawinan tersebut terjadi di usia enam tahun, dan Aisyah diantarkan memasuki rumah tangga Muhammad sejak umur sembilan tahun.[6][7][8]

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Ghulam Nabi Muslim Sahib, dengan berdasarkan referensi dari Kitab Ahmal fi Asma’ al-Rijjal karangan al-Khatib al-Tibrizi di mana dalam kitab tersebut disebutkan Setidaknya Aisyah berumur 19 tahun saat menikah dengan Nabi.[9].

Aisyah merupakan juga seorang figur kontroversial sebagaimana yang digambarkan oleh cerita versi Syi'ah terkait dengan peperangannya dengan Ali bin Abi Thalib dalam Perang Jamal.[10]

Pandangan Sunni dan Syi'ah

Sunni

Sejarawan Sunni melihat Aisyah sebagai seorang wanita terpelajar, yang tanpa lelah meriwayatkan hadis tentang kehidupan Muhammad. Dia merupakan salah seorang dari cendekiawan Islam awal di mana para sejarawan menghitung sampai seperempat dari Hukum Islam berasal dari Aisyah. Aisyah adalah istri utama Muhammad dan menjadi contoh dari jutaan wanita.[10]

Adapun menurut sebagian riwayat Sunni, perang yang terjadi antara Khalifah pada saat itu, Ali bin Abi Thalib dan Aisyah dalam Perang Jamal adalah berita bohong, yang disebarkan oleh kaum yang membenci Islam. Menurut mereka, Aisyah meminta penjelasan kepada Ali kenapa pembunuh Utsman belum dihukum. Jawaban Ali adalah ingin menguasai dahulu kaum yang pada saat itu membela pembunuh Utsman, setelah itu baru hukuman dijalankan, karena bila hukum dilaksanakan sesegera mungkin bisa mengakibatkan terjadinya dendam. Namun pada malam hari setelah perundingan tersebut, para pembunuh Utsman & pengikut Ibnu Sauda (Abdullah bin Saba) yang takut terhadap qishah setelah perundingan tersebut, melakukan serangan kepada pasukan Ali dan pasukan pelindung Aisyah ketika mereka sedang istirahat malam. Sehingga masing-masing dari mereka mengira telah diserang dari belakang.[11]

Syi'ah

Sejarawan Syi'ah meyakini bahwa seharusnya Ali yang menjadi khalifah pertama, sedangkan tiga khalifah sebelumnya merupakan perampas kekuasaan. Aisyah tidak hanya mendukung Umar, Utsman dan ayahnya Abu Bakar, ia juga membentuk pasukan dan berperang dengan Ali, menantu-tirinya. Syi'ah menyatakan bahwa ia bersalah pada saat pemberontakan melawan Ali.[12]

Perbedaan pandangan inilah yang menyebabkan Sunni dan Syi'ah saling membunuh hingga sekarang, selain dari perbedaan-perbedaan mendasar lainnya.

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ Tentang kisah 'Aisyah.
  2. ^ "Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka, dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah)." (Al-'Ahzab 33:6)
  3. ^ Makna Aysyah thinkbabynames.com
  4. ^ The wives of the Prophet Oleh Bint Al-Shati,D. Nicholas Ranson, Hal.58
  5. ^ Kapankah Aisyah dilahirkan?
  6. ^ Sahih Muslim, Book 8, Number 3310
  7. ^ Sahih Bukhari Volume 7, Book 62, Number 64
  8. ^ Sahih Bukhari Volume 7, Book 62, Number 88
  9. ^ Islamic Review, December 1980, U.S.A
  10. ^ a b Goodwin, Jan. Price of Honour: Muslim Women Lift the Veil of Silence on the Islamic World. UK: Little, Brown Book Group, 1994
  11. ^ Al-Bidayah Wan Hinayah, Ibnu Katsir.
  12. ^ Sumber Syi'ah:
    a)Al Shafi, Vol. No. 2, Hal. No. 108
    b) Haqq-ul-Yaqeen, Hal. No. 139
    c) Hayat-ul-Quloob, Vol. No. 2, Hal. No. 901

Bacaan lanjutan

  • Guillaume, A. -- The Life of Muhammad, Oxford University Press, 1955
  • Rodinson, Maxime -- Muhammad, 1980 Random House reprint of English translation
  • Spellberg, D.A. -- Politics, Gender, and the Islamic Past: the Legacy of A'isha bint Abi Bakr, Columbia University Press, 1994
  • Aisha bint Abi Bakr, The Concise Oxford Dictionary of World Religions, Oxford University Press, 2000
  • Rizvi, Syed Saeed Akhtar. -- The Life of Muhammad The Prophet, Darul Tabligh North America, 1971.

Pranala luar