Lompat ke isi

November 1828: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wuekero (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Wuekero (bicara | kontrib)
Baris 54: Baris 54:
* {{en}} [http://www.arts.monash.edu.au/mai/films/november.html November 1828]
* {{en}} [http://www.arts.monash.edu.au/mai/films/november.html November 1828]
* {{id}} [http://web.archive.org/20071123210044/www.geocities.com/denmasmarto/nov1828.htm Review Film]
* {{id}} [http://web.archive.org/20071123210044/www.geocities.com/denmasmarto/nov1828.htm Review Film]
* http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-n012-78-003298_november-1828#.V1nKQiEexWU
* {{id}} [http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-n012-78-003298_november-1828#.V1nKQiEexWU]


{{start box}}
{{start box}}

Revisi per 9 Juni 2016 20.00

November 1828
SutradaraTeguh Karya
ProduserInterstudio
Gemini Film
Satria Film
Garuda Film
Ditulis olehTeguh Karya
PemeranSlamet Rahardjo
Rachmat Hidayat
El Manik
Yenny Rachman
Maruli Sitompul
Sardono W. Kusumo
Sunarti Rendra
Penata musikFrankie Raden
Sardono W. Kusumo
Slamet Rahardjo
SinematograferTantra Suryadi
PenyuntingTantra Suryadi
Tanggal rilis
1979
Durasi140 menit
NegaraIndonesia
Penghargaan
Festival Film Indonesia 1979

November 1828 adalah film Indonesia yang diproduksi pada tahun 1979 dan disutradarai oleh Teguh Karya. Film ini dibintangi antara lain oleh Slamet Rahardjo, Rachmat Hidayat dan Yenny Rachman.

Sinopsis

Film ini menceritakan tentang sebuah kelompok penduduk desa di Jawa yang memberontak melawan pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Film ini mengandung tema loyalitas dan pengkhianatan.

Jalinan kisah November 1828 ini dimulai ketika Kapten van der Borst, disertai pasukannya, berusaha mengorek informasi tentang lokasi persembunyian Sentot Prawirodirdjo, tangan kanan Pangeran Diponegoro. Jayengwirono, seorang demang gila jabatan, memberitahukan bahwa Kromoludirolah yang mengetahui informasi tersebut. Kromoludiro pun ditangkap, ditawan di rumahnya sendiri, dan dengan berbagai upaya dipaksa membuka mulut.

Sepanjang proses interogasi dan mata rantai peristiwa yang ditimbulkannya, terlihat bahwa dibalik konflik antara Belanda dan rakyat Jawa ini sebenarnya berkecamuk konflik internal yang tak kalah dahsyat dalam diri tokoh-tokohnya. Film ini mengingatkan bahwa permusuhan atau sikap agresif berlebihan terhadap orang lain seringkali merupakan ungkapan yang tak disadari dari ketegangan dalam diri orang itu sendiri.

Hal kontras yang menarik juga diperlihatkan dalam sosok Kapten de Borst dan Letnan van Aken. Kapten de Borst pada film ini banyak disulut oleh ambisi pribadi. Ia gerah karena perwira lain yang lebih muda dari dia, ternyata sudah meraih pangkat lebih tinggi. Alasannya karena ia merasa mereka orang Belanda tulen, dan van Aken hanya seorang Indo. Sebaliknya, Letnan van Aken, yang juga seorang Indo, diam-diam bersimpati terhadap rakyat Jawa, dan menolak untuk menghalalkan segala cara.

Kalau dicermati, pihak-pihak yang berkonflik secara frontal adalah para bawahan. Para atasan -- dalam hal ini Belanda dan Pangeran Diponegoro -- hanya berada di latar belakang. Di pihak Belanda, sebenarnya bahkan tidak ada orang Belanda; hanya ada sejumlah perwira Indo dan yang lainnya adalah prajurit bayaran. Pangeran Diponegoro sendiri hanya diperbincangkan; yang muncul di layar adalah orang kepercayaannya, Sentot Prawirodirjo. Itu pun ia ditampilkan dalam citra mesianis: muncul pada detik-detik terakhir untuk memetik hasil perjuangan gotong-royong

Penghargaan

Film ini meraih Piala Citra di Festival Film Indonesia 1979 untuk kategori film, sutradara (Teguh Karya), fotografi (Tantra Surjadi), musik (Franki Raden, Sardono W Kusumo, Slamet Rahardjo), artistik (Benny Benhardi, Slamet Rahardjo), Pemeran Pembantu Pria (El Manik).

Pranala luar

Penghargaan dan prestasi
Didahului oleh:
Jakarta Jakarta
(1978)
Film Bioskop Terbaik
(Festival Film Indonesia)

1979
Diteruskan oleh:
Perawan Desa
(1980)