Lompat ke isi

Revolusi Anyelir: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 10: Baris 10:
Sekelompok petugas Portugis berpangkat rendah yang terhimpun dalam [[Movimento das Forças Armadas]] (''MFA – Pergerakan Angkatan Darat''), termasuk unsur-unsur yang telah turut berjuang memerangi gerilyawan pro-kemerdekaan di wilayah [[Imperium Portugis]] di Afrika,<ref>Manuel Amaro Bernardo, [http://ultramar.terraweb.biz/06livros_manuelamarobernardo_02GuerraPazFuzilamentosdosGuerreiros.htm Guerra, Paz e Fuzilamentos dos Guerrilheiros]</ref> bangkit untuk mengambil-alih kekuasaan dari [[korporatisme|korporat]] dan [[otoritarianisme|otoritarian]] rezim ''Estado Novo'' yang telah memerintah Portugal sejak dasawarsa 1930-an. Rezim Portugal yang baru berjanji untuk mengakhiri peperangan kolonial dan memulai perundingan dengan [[Pergerakan kemerdekaan Afrika]]. Pada akhir tahun 1974, tentara Portugis ditarik dari [[Guinea Portugis]] yang segera kemudian menjadi anggota [[Perserikatan Bangsa-Bangsa|PBB]]. Kejadian ini diikuti oleh kemerdekaan [[Tanjung Verde]], [[Mozambik]], [[São Tomé dan Príncipe]], dan [[Afrika Barat Portugis|Angola]] pada tahun 1975. Revolusi Anyelir di Portugal juga mengharuskan Portugis angkat kaki dari [[Timor Portugis|Timor Timur]] di Asia Tenggara. Peristiwa-peristiwa ini memicu eksodus besar-besaran warga negara Portugal dari wilayah-wilayah Portugal di Afrika (terutama dari [[Angola]] dan [[Mozambik]]), menghasilkan lebih dari satu juta pengungsi yang melarat — ''[[Retornados]]''.<ref>[http://www.economist.com/world/mideast-africa/displayStory.cfm?story_id=12079340 Flight from Angola], [[The Economist]] (16 Agustus 1975).</ref><ref>[http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,913229-1,00.html Dismantling the Portuguese Empire], [[Time Magazine]] (Senin, 7 Juli 1975).</ref>
Sekelompok petugas Portugis berpangkat rendah yang terhimpun dalam [[Movimento das Forças Armadas]] (''MFA – Pergerakan Angkatan Darat''), termasuk unsur-unsur yang telah turut berjuang memerangi gerilyawan pro-kemerdekaan di wilayah [[Imperium Portugis]] di Afrika,<ref>Manuel Amaro Bernardo, [http://ultramar.terraweb.biz/06livros_manuelamarobernardo_02GuerraPazFuzilamentosdosGuerreiros.htm Guerra, Paz e Fuzilamentos dos Guerrilheiros]</ref> bangkit untuk mengambil-alih kekuasaan dari [[korporatisme|korporat]] dan [[otoritarianisme|otoritarian]] rezim ''Estado Novo'' yang telah memerintah Portugal sejak dasawarsa 1930-an. Rezim Portugal yang baru berjanji untuk mengakhiri peperangan kolonial dan memulai perundingan dengan [[Pergerakan kemerdekaan Afrika]]. Pada akhir tahun 1974, tentara Portugis ditarik dari [[Guinea Portugis]] yang segera kemudian menjadi anggota [[Perserikatan Bangsa-Bangsa|PBB]]. Kejadian ini diikuti oleh kemerdekaan [[Tanjung Verde]], [[Mozambik]], [[São Tomé dan Príncipe]], dan [[Afrika Barat Portugis|Angola]] pada tahun 1975. Revolusi Anyelir di Portugal juga mengharuskan Portugis angkat kaki dari [[Timor Portugis|Timor Timur]] di Asia Tenggara. Peristiwa-peristiwa ini memicu eksodus besar-besaran warga negara Portugal dari wilayah-wilayah Portugal di Afrika (terutama dari [[Angola]] dan [[Mozambik]]), menghasilkan lebih dari satu juta pengungsi yang melarat — ''[[Retornados]]''.<ref>[http://www.economist.com/world/mideast-africa/displayStory.cfm?story_id=12079340 Flight from Angola], [[The Economist]] (16 Agustus 1975).</ref><ref>[http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,913229-1,00.html Dismantling the Portuguese Empire], [[Time Magazine]] (Senin, 7 Juli 1975).</ref>


Meskipun polisi politik rezim, [[PIDE]], menewaskan empat orang sebelum menyerah, revolusi ini tidaklah biasa, karena tindakan revolusioner yang diambil tidak menggunakan kekerasan secara langsung untuk mencapai tujuan mereka. Dengan memegang [[Dianthus caryophyllus|anyelir]] (''cravos'' dalam bahasa Portugis) berwarna merah, banyak orang ikut bergabung dengan para serdadu revolusioner di jalanan di [[Lisboa]], dalam riuh kegembiraan dan eforia yang nyaring.<ref>[http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,908577,00.html?promoid=googlep Cheers, Carnations and Problems], [[Time Magazine]] (13 Mei 1974)</ref> Merah adalah warna simbolik bagi [[sosialisme]] dan [[komunisme]], yang pada saat itu menjadi kecondongan ideologis utama dari banyak pemberontak anti-Negara Baru.<ref name="infiltrated communists">Stewart Lloyd-Jones, [[ISCTE]] (Lisboa), [http://www1.ci.uc.pt/cd25a/media/Textos/portugal-since-1974.pdf Sejarah Portugal sejak tahun 1974], "Partai Komunis Portugis (PCP–Partido Comunista Português), yang telah membujuki dan menyusupi MFA sejak permulaan revolusi, memutuskan bahwa saat itulah waktu yang tepat untuk merebut inisiatif. Banyak semangat radikal yang terlepas mengikuti kudeta Spínola didorong oleh PCP sebagai bagian dari agenda mereka untuk menyusupi MFA dan mengemudikan revolusi menurut kehendak mereka.", Pusat Dokumentasi 25 April, [[Universitas Coimbra]]</ref> Ini adalah akhir dari ''Estado Novo'' (Negara Baru), rezim otoriter terlama di [[Eropa Barat]], dan pembubaran pamungkas [[Imperium Portugis]]. Akibat dari revolusi adalah dibikinnya [[Konstitusi Portugal|konstitusi baru]], [[penyensoran]] secara resmi dilarang, [[kebebasan bersuara]] dimaklumatkan, [[tahanan politik]] dilepaskan dan wilayah-wilayah seberang lautan Portugis di [[Afrika Sub-Sahara]] diberi kemerdekaan sebagai negara-negara [[komunisme|komunis]]. [[Timor Timur]] juga diberi kemerdekaan, meskipun kemudian [[Operasi Seroja|direbut]] oleh [[Indonesia]], tetangganya, dan dijadikan provinsi ke-27 selama 23 tahun.
Meskipun polisi politik rezim, [[PIDE]], menewaskan empat orang sebelum menyerah, revolusi ini tidaklah biasa, karena tindakan revolusioner yang diambil tidak menggunakan kekerasan secara langsung untuk mencapai tujuan mereka. Dengan memegang [[Dianthus caryophyllus|anyelir]] (''cravos'' dalam bahasa Portugis) berwarna merah, banyak orang ikut bergabung dengan para serdadu revolusioner di jalanan di [[Lisboa]], dalam riuh kegembiraan dan eforia yang nyaring.<ref>[http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,908577,00.html?promoid=googlep Cheers, Carnations and Problems], [[Time Magazine]] (13 Mei 1974)</ref> Merah adalah warna simbolik bagi [[sosialisme]] dan [[komunisme]], yang pada saat itu menjadi kecondongan ideologis utama dari banyak pemberontak anti-Negara Baru.<ref name="infiltrated communists">Stewart Lloyd-Jones, [[ISCTE]] (Lisboa), [http://www1.ci.uc.pt/cd25a/media/Textos/portugal-since-1974.pdf Sejarah Portugal sejak tahun 1974], "Partai Komunis Portugis (PCP–Partido Comunista Português), yang telah membujuki dan menyusupi MFA sejak permulaan revolusi, memutuskan bahwa saat itulah waktu yang tepat untuk merebut inisiatif. Banyak semangat radikal yang terlepas mengikuti kudeta Spínola didorong oleh PCP sebagai bagian dari agenda mereka untuk menyusupi MFA dan mengemudikan revolusi menurut kehendak mereka.", Pusat Dokumentasi 25 April, [[Universitas Coimbra]]</ref> Ini adalah akhir dari ''Estado Novo'' (Negara Baru), rezim otoriter terlama di [[Eropa Barat]], dan pembubaran pamungkas [[Imperium Portugis]]. Akibat dari revolusi adalah dibentuknya [[Konstitusi Portugal|konstitusi baru]], [[penyensoran]] secara resmi dilarang, [[kebebasan bersuara]] dimaklumatkan, [[tahanan politik]] dilepaskan dan wilayah-wilayah seberang lautan Portugis di [[Afrika Sub-Sahara]] diberi kemerdekaan sebagai negara-negara [[komunisme|komunis]]. [[Timor Timur]] juga diberi kemerdekaan, meskipun kemudian [[Operasi Seroja|direbut]] oleh [[Indonesia]], tetangganya, dan dijadikan provinsi ke-27 selama 23 tahun.


== Konteks ==
== Konteks ==

Revisi per 6 Oktober 2016 07.27

Revolusi Anyelir (bahasa Portugis: Revolução dos Cravos) (bahasa Inggris: Carnation Revolution), juga dikenal sebagai 25 de Abril (25 April), adalah sebuah kudeta[1] yang bermula pada tanggal 25 April 1974, di Lisboa, Portugal, bersamaan dengan kampanye resistansi sipil yang meluas dan tidak tertanggulangi. Bangsa Portugis merayakan Hari Kebebasan setiap tanggal 25 April, dan hari tersebut menjadi hari libur nasional di Portugal.

Nama "Revolusi Anyelir" berasal dari fakta bahwa tidak ada tembakan yang diletuskan dan ketika orang-orang mulai turun ke jalanan untuk merayakan akhir kediktatoran dan perang di wilayah-wilayah jajahan, bunga anyelir diletakkan di moncong senjata dan juga di seragam. Peristiwa ini secara efektif mengubah rezim Portugis dari kediktatoran otoriter (Estado Novo) menjadi demokrasi, dan menghasilkan perubahan besar pada sendi-sendi sosial, ekonomi, kewilayahan, kependudukan, dan politik di negara ini, setelah dua tahun masa peralihan yang disebut sebagai PREC, Processo Revolucionário Em Curso, atau Proses Revolusioner yang Sedang Berjalan), dicirikan oleh gejolak sosial dan sengketa kekuasaan antara kekuatan politik sayap kiri dan kanan.

Meskipun terdapat upaya-upaya pengimbang yang berulang-ulang dari kaum revolusioner melalui seruan radio kepada rakyat agar tetap diam di rumah, ribuan orang Portugis turun ke jalanan, bercampur baur dengan pihak militer yang memberontak.[2]

Kudeta yang dipimpin oleh militer ini berhasil mengembalikan demokrasi kepada Portugal, mengakhiri Perang Kolonial yang tidak memihak kepada rakyat di mana ribuan serdadu Portugis diwajibkan mengemban tugas kemiliteran, dan mengganti rezim otoriter Estado Novo (Negara Baru) dan polisi rahasianya yang menekan kebebasan sipil dan kebebasan politik yang bersifat asasi. Kejadian ini bermula sebagai protes kelas profesional[3] dari para kapten Angkatan Darat Portugis melawan sebuah undang-undang dekret: Dec. Lei nº 353/73 tahun 1973.[4][5]

Sekelompok petugas Portugis berpangkat rendah yang terhimpun dalam Movimento das Forças Armadas (MFA – Pergerakan Angkatan Darat), termasuk unsur-unsur yang telah turut berjuang memerangi gerilyawan pro-kemerdekaan di wilayah Imperium Portugis di Afrika,[6] bangkit untuk mengambil-alih kekuasaan dari korporat dan otoritarian rezim Estado Novo yang telah memerintah Portugal sejak dasawarsa 1930-an. Rezim Portugal yang baru berjanji untuk mengakhiri peperangan kolonial dan memulai perundingan dengan Pergerakan kemerdekaan Afrika. Pada akhir tahun 1974, tentara Portugis ditarik dari Guinea Portugis yang segera kemudian menjadi anggota PBB. Kejadian ini diikuti oleh kemerdekaan Tanjung Verde, Mozambik, São Tomé dan Príncipe, dan Angola pada tahun 1975. Revolusi Anyelir di Portugal juga mengharuskan Portugis angkat kaki dari Timor Timur di Asia Tenggara. Peristiwa-peristiwa ini memicu eksodus besar-besaran warga negara Portugal dari wilayah-wilayah Portugal di Afrika (terutama dari Angola dan Mozambik), menghasilkan lebih dari satu juta pengungsi yang melarat — Retornados.[7][8]

Meskipun polisi politik rezim, PIDE, menewaskan empat orang sebelum menyerah, revolusi ini tidaklah biasa, karena tindakan revolusioner yang diambil tidak menggunakan kekerasan secara langsung untuk mencapai tujuan mereka. Dengan memegang anyelir (cravos dalam bahasa Portugis) berwarna merah, banyak orang ikut bergabung dengan para serdadu revolusioner di jalanan di Lisboa, dalam riuh kegembiraan dan eforia yang nyaring.[9] Merah adalah warna simbolik bagi sosialisme dan komunisme, yang pada saat itu menjadi kecondongan ideologis utama dari banyak pemberontak anti-Negara Baru.[10] Ini adalah akhir dari Estado Novo (Negara Baru), rezim otoriter terlama di Eropa Barat, dan pembubaran pamungkas Imperium Portugis. Akibat dari revolusi adalah dibentuknya konstitusi baru, penyensoran secara resmi dilarang, kebebasan bersuara dimaklumatkan, tahanan politik dilepaskan dan wilayah-wilayah seberang lautan Portugis di Afrika Sub-Sahara diberi kemerdekaan sebagai negara-negara komunis. Timor Timur juga diberi kemerdekaan, meskipun kemudian direbut oleh Indonesia, tetangganya, dan dijadikan provinsi ke-27 selama 23 tahun.

Konteks

Peristiwa

Dampak

Dekolonisasi

Isu-isu ekonomi

Kebebasan beragama

Televisi dan film

Hari Kebebasan

Monumen

Evaluasi terhadap hasil revolusi

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "1974: Rebels seize control of Portugal", On This Day, April 25, BBC, 25 April 1974, diakses tanggal 2 January 2010 
  2. ^ Birmingham, David (1996), A Concise History of Portugal, JHU Press, hlm. 184, ISBN 978-0-8018-5158-2, Almost immediately, massive crowds filled the streets, supporting the junior officers, crowds that put carnations in the soldiers' guns, thus helping legitimate and make irreversible the "carnation revolution". 
  3. ^ (Portugis) Kronologi: Pergerakan para kapten, Pusat Dokumentasi 25 April, Universitas Coimbra
  4. ^ (Portugis) Arsip Elektronik: Otelo Saraiva de Carvalho, Pusat Dokumentasi 25 April, Universitas Coimbra
  5. ^ (Portugis) Perang Kolonial di Guinea Bissau (07 de 07), Otelo Saraiva de Carvalho tentang Undang-Undang Dekret, televisi RTP 2, youtube.com.
  6. ^ Manuel Amaro Bernardo, Guerra, Paz e Fuzilamentos dos Guerrilheiros
  7. ^ Flight from Angola, The Economist (16 Agustus 1975).
  8. ^ Dismantling the Portuguese Empire, Time Magazine (Senin, 7 Juli 1975).
  9. ^ Cheers, Carnations and Problems, Time Magazine (13 Mei 1974)
  10. ^ Stewart Lloyd-Jones, ISCTE (Lisboa), Sejarah Portugal sejak tahun 1974, "Partai Komunis Portugis (PCP–Partido Comunista Português), yang telah membujuki dan menyusupi MFA sejak permulaan revolusi, memutuskan bahwa saat itulah waktu yang tepat untuk merebut inisiatif. Banyak semangat radikal yang terlepas mengikuti kudeta Spínola didorong oleh PCP sebagai bagian dari agenda mereka untuk menyusupi MFA dan mengemudikan revolusi menurut kehendak mereka.", Pusat Dokumentasi 25 April, Universitas Coimbra

Pustaka lanjutan

  • Green, Gil. Portugal's Revolution. 99 pages. International Publishers. First Edition, 1976. ISBN 0-7178-0461-5.
  • Barker, Collin. Revolutionary Rehearsals. 266 Pages. Haymarket Books. First Edition, December 1, 2002. ISBN 1-931859-02-7.
  • Ferreira, Hugo Gil, and Marshall, Michael William. "Portugal's Revolution: 10 years on". Cambridge University Press, 303 pages, 1986. ISBN 0-521-32204-9
  • Maxwell, Kenneth, 'Portugal: “The Revolution of the Carnations”, 1974-75’, in Adam Roberts and Timothy Garton Ash (eds.), Civil Resistance and Power Politics: The Experience of Non-violent Action from Gandhi to the Present. Oxford & New York: Oxford University Press, 2009, pp. 144–61. ISBN 978-0-19-955201-6.
  • Wise, Audrey. Eyewitness in Revolutionary Portugal. Bertrand Russell Peace Foundation for Spokesman Books, 72 pages, 1975
  • George Wright, The Destruction of a Nation: United States Policy Towards Angola Since 1945, ISBN 0-7453-1029-X

Pranala luar

Film