Lompat ke isi

Turang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Edi sembiring (bicara | kontrib)
menambah informasi sekitar tentang film Turang
Edi sembiring (bicara | kontrib)
tambahan dari koran tahun 1958
Baris 39: Baris 39:


Film Turang adalah kisah perjuangan gerilya melawan Belanda di Tanah Karo (Sumatera Utara), khususnya di [[Seberaja]], kampung yang pernah jadi pusat komando. Disamping percintaan tragis yang membumbui film tersebut. Pemutaran pertamanya dilangsungkan di Istana Merdeka dan disaksikan oleh Presiden Sukarno. Film ini pernah diputar di Bioskop Broadway New York.
Film Turang adalah kisah perjuangan gerilya melawan Belanda di Tanah Karo (Sumatera Utara), khususnya di [[Seberaja]], kampung yang pernah jadi pusat komando. Disamping percintaan tragis yang membumbui film tersebut. Pemutaran pertamanya dilangsungkan di Istana Merdeka dan disaksikan oleh Presiden Sukarno. Film ini pernah diputar di Bioskop Broadway New York.

Pada tahun 1958, film Turang diputar di Tashkent''' '''(ibu kota Uzbekistan). Saat itu digelar Festival Film Afrika-Asia, dimana antara lain film dari Indonesia dipertunjukkan.


== Sinopsis ==
== Sinopsis ==
Baris 96: Baris 98:


Skenario "Oh Turang" juga ditulis oleh Siagian. Kemarin pagi ada acara selamatan di Kabandjahe sebagai awal untuk pembuatan film "Oh, Turang". Dalam selamatan ini juga berbicara Panglima Teritorial, Djamin Gintings, yang dirinya sebagai Ketua Jajasan Gedong Pemuda, dan Bupati dari Tanah Karo yaitu Abdullah Eteng. Keduanya mengungkapkan harapan bahwa pembuatan film "Oh, Turang" akan sukses. Panglima Teritorial juga yakin ini akan menjadi daya tarik bagi masyarakat setempat untuk bekerja sama untuk keberhasilan "Oh, Turang."
Skenario "Oh Turang" juga ditulis oleh Siagian. Kemarin pagi ada acara selamatan di Kabandjahe sebagai awal untuk pembuatan film "Oh, Turang". Dalam selamatan ini juga berbicara Panglima Teritorial, Djamin Gintings, yang dirinya sebagai Ketua Jajasan Gedong Pemuda, dan Bupati dari Tanah Karo yaitu Abdullah Eteng. Keduanya mengungkapkan harapan bahwa pembuatan film "Oh, Turang" akan sukses. Panglima Teritorial juga yakin ini akan menjadi daya tarik bagi masyarakat setempat untuk bekerja sama untuk keberhasilan "Oh, Turang."

Harian Algemeen Handelsblad pada tanggal 30-08-1958 menuliskan :

Di Tashkent (ibu kota Uzbekistan) digelar Festival Film Afrika-Asia, dimana antara lain film dari Indonesia dipertunjukkan. Para penonton sangat tertarik dengan film Turang dan film dokumenter tentang perjalanan Sukarno selama di Eropa.

== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [http://jibis.pnri.go.id/sinema/filmografi-nasional/thn/2008/bln/02/tgl/12/id/2700 Resensi]
* [http://jibis.pnri.go.id/sinema/filmografi-nasional/thn/2008/bln/02/tgl/12/id/2700 Resensi]
* https://karosiadi.blogspot.co.id/2011/10/lenyapnya-film-turang-1957-dan-piso.html#more
* https://karosiadi.blogspot.co.id/2011/10/lenyapnya-film-turang-1957-dan-piso.html#more
* https://karosiadi.blogspot.co.id/2015/03/selamatan-pembuatan-film-oh-turang-1957.html
* https://karosiadi.blogspot.co.id/2015/03/selamatan-pembuatan-film-oh-turang-1957.html
* https://karosiadi.blogspot.co.id/2016/06/film-turang-di-uzbekistan-1958.html


{{start box}}
{{start box}}

Revisi per 29 Maret 2017 08.56

Turang
Berkas:Turang rus.JPG
SutradaraBachtiar Siagian
ProduserAbubakar Abdy
Ditulis olehBachtiar Siagian
PemeranNizmah
Omar Bach
Ahmadi Hamid
Hadisjam Tahax
Tuahta Perangin-angin
Zubier Lelo
DistributorRentjong Film Corp
Jajasan Gedung Pemuda Medan (Refic Film
Tanggal rilis
1957
Durasi... menit
NegaraIndonesia
Penghargaan
Pekan Apresiasi Film Nasional 1960

Turang adalah film Indonesia yang dirilis pada tahun 1957 dengan disutradarai oleh Bachtiar Siagian. Film ini dibintangi antara lain oleh Nizmah dan Omar Bach.

Film ini dinobatkan sebagai film terbaik dalam Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia pada tahun 1960. Film Turang mengambil seting di Tanah Karo yaitu di Desa Seberaya, Kabanjahe dan Tiganderket..

Film Turang adalah kisah perjuangan gerilya melawan Belanda di Tanah Karo (Sumatera Utara), khususnya di Seberaja, kampung yang pernah jadi pusat komando. Disamping percintaan tragis yang membumbui film tersebut. Pemutaran pertamanya dilangsungkan di Istana Merdeka dan disaksikan oleh Presiden Sukarno. Film ini pernah diputar di Bioskop Broadway New York.

Pada tahun 1958, film Turang diputar di Tashkent (ibu kota Uzbekistan). Saat itu digelar Festival Film Afrika-Asia, dimana antara lain film dari Indonesia dipertunjukkan.

Sinopsis

Kisah perjuangan gerilya melawan Belanda di Tanah Karo (Sumatera Utara), khususnya di Seberaja, kampung yang pernah jadi pusat komando. Wakil komandan Rusli (Omar Bach) yang terluka diserahkan perawatannya kepada Tipi (Nizmah), adik anggota gerilyawan Tuah (Tuahta Perangin-angin), maka terbitlah jalinan cinta antara Rusli dan Tipi, namun keadaan tidak memungkinkan mereka terus bersama. Serangan Belanda, atas petunjuk mata-mata Belanda, Dendam (Hadisjam Tahax), memaksa pasukan terus berpindah-pindah untuk melaksanakan perang bergerilya.

Saat ini tidak diketahui lagi keberadan film ini, kemungkinan sudah dimusnahkan karena Sutradara Bachtiar Siagian dicap sebagai pengikut komunis (PKI).

Turang dalam bahasa Karo berarti Saudara yang berlainan jenis kelamin tetapi semarga. Turang juga biasa disebutkan sebagai panggilan yang sopan kepada orang yang belum dikenal namun kira-kira sebaya dan berlainan jenis kelamin.

Sebelum Film ini dibuat, awalnya Turang adalah drama 3 babak yang dipentaskan di medan perjuangan. Sebuah lagu berjudul "OH TURANG" diciptakan oleh Sersan Mayor Hasyim Ngalimun, yang mendedikasikan lagu itu untuk para korban ketika tanggal 26 Mei 1949 serangan 6 pesawat Mustang Hagers menerjang Tanah Alas (Resimen IV) dibawah pimpinan Djamin Gintings. Dimana menjadi korban adalah Letnan Kerani Tarigan dan Kopral M Zain. Lagu itu sendiri menjadi Movie Soundtrack Film Turang yang dinyanyikan oleh Tuti Daulai. Berikut liriknya :

OH TURANG

Oh Turang Turangku turang

Ijadah deleng erdilo

Megersing Pagena mejile

Ijadah me kap sapo terulang

Kutimai kam Turangku turang

Oh Turang turangku turang

Ijadah me kap kam kutimai

Cirem nari ukurku o turang

Seh ulina o turangku turang

Reff

Kubayu tanda mata mejile

Man inget ingetenta duana

Oh turang turangku turang

Begiken sorangku o turang

Oh turang tedeh kal ateku

Ijadah me kap kam kutimai

Aloi aku turangku turang

Pemberitaan :

Harian Het nieuwsblad voor Sumatra pada tanggal 19-08-1957 menuliskan berita :

Perjuangan Kemerdekaan di Tanah Karo Difilmkan

Perusahaan Rentjong Film, bekerjasama dengan Jajasan Gedong Pemuda Indonesia menghasilkan  film "Oh, Turang." Film ini adalah tentang perjuangan revolusi kemerdekaan di Tanah Karo di tahun empat puluhan. Ini adalah sebuah epos kisah cinta pertama seorang komandan TNI pada masa revolusi dengan seorang gadis sederhana Karo dari desa.

Turang adalah dari bahasa Karo berarti teman (sayang tercinta.) Rekaman akan dilakukan di Tanah Karo. Dalam film ini akan ditampilkan kehidupan Karo, saat yang dulu dan sekarang. "Oh Turang" juga akan menjadi film dokumenter. Pimpinan produksi film ini dipercayakan kepada Bapak Elmud Lumban Tobing (Wakil Ketua Jajasan Gedong Pemuda) dan Mohammad Hasan (dari Perusahaan Rentjong Film), sedangkan sebagai direktur akan bertindak Bachtjar Siagian yang telah mempunyai nama dari produksi sejumlah film.

Skenario "Oh Turang" juga ditulis oleh Siagian. Kemarin pagi ada acara selamatan di Kabandjahe sebagai awal untuk pembuatan film "Oh, Turang". Dalam selamatan ini juga berbicara Panglima Teritorial, Djamin Gintings, yang dirinya sebagai Ketua Jajasan Gedong Pemuda, dan Bupati dari Tanah Karo yaitu Abdullah Eteng. Keduanya mengungkapkan harapan bahwa pembuatan film "Oh, Turang" akan sukses. Panglima Teritorial juga yakin ini akan menjadi daya tarik bagi masyarakat setempat untuk bekerja sama untuk keberhasilan "Oh, Turang."

Harian Algemeen Handelsblad pada tanggal 30-08-1958 menuliskan :

Di Tashkent (ibu kota Uzbekistan) digelar Festival Film Afrika-Asia, dimana antara lain film dari Indonesia dipertunjukkan. Para penonton sangat tertarik dengan film Turang dan film dokumenter tentang perjalanan Sukarno selama di Eropa.

Pranala luar

Penghargaan dan prestasi
Didahului oleh:
Lewat Djam Malam
(1955)
Film Bioskop Terbaik
(Festival Film Indonesia)

1960
Diteruskan oleh:
Perkawinan
(1973)