Lompat ke isi

Orang Arab Indonesia: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 57: Baris 57:
|related = [[Hadhrami]], [[Bangsa Arab|Arab]], [[Diaspora Arab]], [[:en:Arab Malaysians|Arab-Malaysia]], [[:en:Arab Singaporeans|Arab-Singapura]]
|related = [[Hadhrami]], [[Bangsa Arab|Arab]], [[Diaspora Arab]], [[:en:Arab Malaysians|Arab-Malaysia]], [[:en:Arab Singaporeans|Arab-Singapura]]
}}
}}
'''Suku Arab-Indonesia''' adalah penduduk [[Indonesia]] yang memiliki darah [[Bangsa Arab|Arab]] dan [[Pribumi-Nusantara|Pribumi Indonesia]]. Pada mulanya mereka umumnya tinggal di perkampungan Arab yang tersebar di berbagai kota di Indonesia<ref name=":0">{{Cite news|url=http://archive.is/20140714232759/http://majalah-alkisah.com/index.php/dunia-islam/1927-ulama-hadhrami-di-tanah-betawi-berdakwah-dengan-sepenuh-hati|title=Ulama Hadhrami di Tanah Betawi: Berdakwah dengan Sepenuh Hati|date=2014-07-14|newspaper=archive.is|access-date=2017-04-18}}</ref>. Pada zaman penjajahan [[Belanda]], mereka dianggap sebagai bangsa Timur Asing bersama dengan suku [[Tionghoa-Indonesia]] dan suku [[suku India-Indonesia|India-Indonesia]]. Tapi seperti kaum etnis Tionghoa dan India, tidaklah sedikit kaum Arab-Indonesia yang berjuang membantu kemerdekaan Indonesia.
'''Suku Arab-Indonesia''' adalah penduduk [[Indonesia]] yang memiliki darah [[Bangsa Arab|Arab]] dan [[Pribumi-Nusantara|Pribumi Indonesia]]. Pada awal kedatangan, mereka umumnya tinggal di perkampungan Arab yang tersebar di berbagai kota di Indonesia<ref name=":0">{{Cite news|url=http://archive.is/20140714232759/http://majalah-alkisah.com/index.php/dunia-islam/1927-ulama-hadhrami-di-tanah-betawi-berdakwah-dengan-sepenuh-hati|title=Ulama Hadhrami di Tanah Betawi: Berdakwah dengan Sepenuh Hati|date=2014-07-14|newspaper=archive.is|access-date=2017-04-18}}</ref>. Pada zaman penjajahan [[Belanda]], mereka dianggap sebagai bangsa Timur Asing bersama dengan suku [[Tionghoa-Indonesia]] dan suku [[suku India-Indonesia|India-Indonesia]].


== Sejarah kedatangan ==
== Sejarah kedatangan ==
Setelah terjadinya perpecahan besar di antara umat Islam yang menyebabkan terbunuhnya khalifah keempat [[Ali bin Abi Thalib]], mulailah terjadi perpindahan (hijrah) besar-besaran dari kaum keturunannya ke berbagai penjuru dunia. Ketika Imam [[Ahmad Al-Muhajir]] hijrah dari [[Irak]] ke daerah [[Hadramaut]] di [[Yaman]], keturunan Ali bin Abi Thalib ini membawa serta 70 orang keluarga dan pengikutnya.<ref>{{Cite web|url=http://wc.rootsweb.ancestry.com/cgi-bin/igm.cgi?op=GET&db=naqobatul&id=I016|title=RootsWeb's WorldConnect Project: Naqobatul Asyrof Al-Kubro|website=wc.rootsweb.ancestry.com|access-date=2017-04-18}}</ref>
Setelah terjadinya fitnah besar di antara umat Islam yang menyebabkan terbunuhnya khalifah keempat [[Ali bin Abi Thalib]], mulailah terjadi perpindahan (hijrah) besar-besaran dari kaum keturunannya ke berbagai penjuru dunia. Ketika Imam [[Ahmad Al-Muhajir]] hijrah dari [[Irak]] ke daerah [[Hadramaut]] di [[Yaman]], keturunan Ali bin Abi Thalib ini membawa serta 70 orang keluarga dan pengikutnya.<ref>{{Cite web|url=http://wc.rootsweb.ancestry.com/cgi-bin/igm.cgi?op=GET&db=naqobatul&id=I016|title=RootsWeb's WorldConnect Project: Naqobatul Asyrof Al-Kubro|website=wc.rootsweb.ancestry.com|access-date=2017-04-18}}</ref>


Sejak itu berkembanglah keturunannya hingga menjadi kabilah terbesar di Hadramaut, dan dari kota Hadramaut inilah asal-mula utama dari berbagai koloni Arab yang menetap dan bercampur menjadi warganegara di [[Indonesia]] dan negara-negara [[Asia]] lainnya. Selain di Indonesia, warga Hadramaut ini juga banyak terdapat di [[Oman]], [[India]], [[Pakistan]], [[Filipina]] Selatan, [[Malaysia]], dan [[Singapura]].
Sejak itu berkembanglah keturunannya hingga menjadi kabilah terbesar di Hadramaut, dan dari kota Hadramaut inilah asal-mula utama dari berbagai koloni Arab yang menetap dan bercampur menjadi warganegara di [[Indonesia]] dan negara-negara [[Asia]] lainnya. Selain di Indonesia, [[Hadhrami|Orang Hadhrami]] ini juga banyak terdapat di [[Oman]], [[India]], [[Pakistan]], [[Filipina]] Selatan, [[Malaysia]], dan [[Singapura]].


Terdapat pula warga keturunan [[Bangsa Arab|Arab]] yang berasal dari negara-negara [[Timur Tengah]] dan [[Afrika]] lainnya di Indonesia, misalnya dari [[Mesir]], [[Arab Saudi]], [[Sudan]] atau [[Maroko]]; akan tetapi jumlahnya lebih sedikit daripada mereka yang berasal dari Hadramaut.
Terdapat pula warga keturunan [[Bangsa Arab|Arab]] yang berasal dari negara-negara [[Timur Tengah]] dan [[Afrika]] lainnya di Indonesia, misalnya dari [[Mesir]], [[Arab Saudi]], [[Sudan]] atau [[Maroko]]; akan tetapi jumlahnya lebih sedikit daripada mereka yang berasal dari Hadramaut.


== Perkembangan di Indonesia ==
== Perkembangan di Indonesia ==
Kedatangan koloni Arab dari Hadramaut ke Indonesia diperkirakan terjadi dalam 3 gelombang utama.
Kedatangan koloni Arab dari Hadramaut ke Indonesia diperkirakan terjadi dalam 3 gelombang utama.<ref>{{citeweb|url=http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/sejarah-kedatangan-islam-ke-nusantara.pdf|title=''Sejarah Kedatangan Islam ke Nusantara''|date=2011-01-01|accessdate=2017-4-18}}</ref>
[[Berkas:Gerard Pieter Adolfs - 1934 Nr236 Arabische Kamp-Soerabaia OOC 35 45.jpg|thumb|250px|left|Lukisan tentang [[Ampel]], kawasan Arab di Surabaya]]
[[Berkas:Gerard Pieter Adolfs - 1934 Nr236 Arabische Kamp-Soerabaia OOC 35 45.jpg|thumb|250px|left|Lukisan tentang [[Ampel]], kawasan Arab di Surabaya]]
=== Abad 9-11 Masehi ===
=== Abad 9-11 Masehi ===
Catatan sejarah tertua adalah berdirinya [[Kesultanan Perlak|kerajaan Perlak I (Aceh Timur)]] pada tanggal 1 Muharram 225 H (840 M)<ref>{{Cite news|url=http://misykah.com/masjid-dan-makam-raja-negeri-peureulak-aceh-timur/|title=Masjid dan Makam Raja Negeri Peureulak Aceh Timur - Dari Samudra Pasai menuju Kebudayaan Islam Asia Tenggara|date=2014-08-10|newspaper=Dari Samudra Pasai menuju Kebudayaan Islam Asia Tenggara|language=en-US|access-date=2017-04-18}}</ref>. Hanya 2 abad setelah wafat Rasulullah, salah seorang keturunannya yaitu Sayyid Ali bin Muhammad Dibaj bin Ja'far Shadiq hijrah ke kerajaan Perlak. Ia kemudian menikah dengan adik kandung Raja Perlak Syahir Nuwi. Dari pernikahan ini lahirlah Abdul Aziz Syah sebagai Sultan (Raja Islam) Perlak I. Catatan sejarah ini resmi dimiliki Majelis Ulama Kabupaten Aceh Timur dan dikuatkan dalam seminar sebagai makalah 'Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh' 10 Juli 1978 oleh (Alm) Professor Ali Hasymi.<ref>{{Cite web|url=http://www.atjehcyber.net/2011/05/kesultanan-islam-peureulak.html|title=Kesultanan Islam Peureulak|last=atjehcyber|website=ATJEH CYBER WARRIOR|language=id-id|access-date=2017-04-18}}</ref>
Catatan sejarah tertua adalah berdirinya [[Kesultanan Peureulak|Kerajaan Peureulak]] di [[Aceh Timur]] pada tanggal 1 Muharram 225 H (840 M)<ref>{{Cite news|url=http://misykah.com/masjid-dan-makam-raja-negeri-peureulak-aceh-timur/|title=Masjid dan Makam Raja Negeri Peureulak Aceh Timur - Dari Samudra Pasai menuju Kebudayaan Islam Asia Tenggara|date=2014-08-10|newspaper=Dari Samudra Pasai menuju Kebudayaan Islam Asia Tenggara|language=en-US|access-date=2017-04-18}}</ref>. Hanya 2 abad setelah wafat Rasulullah, salah seorang keturunannya yaitu ''Sayyid Ali bin Muhammad Dibaj bin Ja'far Shadiq'' hijrah ke Negeri Perlak. Ia kemudian menikah dengan Makhdum Tansyuri, adik dari Syahir Nuwi dari Negeri tersebut<ref>{{Cite news|url=http://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/kerajaan-perlak-kerajaan-islam-indonesia-yang-pertama/|title=Kerajaan Perlak, Kerajaan Islam Indonesia yang Pertama - Ahlulbait Indonesia|date=2014-01-11|newspaper=Ahlulbait Indonesia|language=en-US|access-date=2017-04-18}}</ref>. Dari pernikahan ini lahirlah ''Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah'' sebagai Raja pertama [[Kesultanan Peureulak|Kerajaan Peureulak]] ([[840]] – [[864]]). Catatan sejarah ini resmi dimiliki Majelis Ulama Kabupaten Aceh Timur dan dikuatkan dalam seminar sebagai makalah ''''Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh'''<nowiki/>' [[10 Juli]] [[1978]] oleh (Alm.) [[Ali Hasyimi|Prof. Ali Hasyimi]].<ref>{{Cite web|url=http://www.atjehcyber.net/2011/05/kesultanan-islam-peureulak.html|title=Kesultanan Islam Peureulak|last=atjehcyber|website=ATJEH CYBER WARRIOR|language=id-id|access-date=2017-04-18}}</ref>


=== Abad 12-15 Masehi ===
=== Abad 12-15 Masehi ===
Masa ini adalah masa kedatangan para datuk dari Walisongo yang dipelopori oleh keluarga besar [[Jamaluddin Akbar al-Husaini|Syekh Jamaluddin Akbar al-Husaini]] dari [[Gujarat]]<ref>{{Cite web|url=http://id.rodovid.org/wk/Orang:359642|title=1. Syaikh Maulana Jamaluddin Husein Akbar b. ~ 1310 d. ~ 1453 - Rodovid ID|website=id.rodovid.org|language=id|access-date=2017-04-18}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://kanzunqalam.com/2010/08/31/maulana-husain-pelopor-dakwah-nusantara/|title=Maulana Husain, Pelopor Dakwah Nusantara|date=2010-08-31|website=Kanzunqalam's Blog|access-date=2017-04-18}}</ref>, masih keturunan [[Muhammad Shahib Mirbath|Syekh Muhammad Shahib Mirbath]] dari [[Hadramaut]]. Ia besama putra-putranya berdakwah jauh ke seluruh pelosok [[Asia Tenggara]] hingga [[Nusantara]] dengan strategi utama menyebarluaskan Islam melalui pernikahan dengan penduduk setempat yang utamanya dari kalangan bangsawan Kerajaan Hindu.<ref>{{Cite web|url=http://www.kompasiana.com/heryfebriyanto/sepenggal-kisah-syeikh-jumadil-kubro_5520b124a333113a4846cf4b|title=Sepenggal Kisah Syeikh Jumadil Kubro|website=www.kompasiana.com|language=en|access-date=2017-04-18}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://travel.detik.com/domestic-destinations/d-2963121/napak-tilas-sayyid-hussein-jumadil-kubro-bapak-wali-songo|title=Napak Tilas Sayyid Hussein Jumadil Kubro, Bapak Wali Songo|last=Budianto|first=Enggran Eko|newspaper=detikTravel|language=en|access-date=2017-04-18}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.com.my/books?id=4tDXAAAAMAAJ&q=Jamaluddin+Akbar+al-Husaini&dq=Jamaluddin+Akbar+al-Husaini&hl=en&sa=X&redir_esc=y|title=Syeikh Dawud al-Fatani: satu analisis peranan dan sumbangannya terhadap khazanah Islam di Nusantara|last=(Haji)|first=Ibrahim Ismail|date=1992-01-01|publisher=Akademi Pengajian Melayu|isbn=9789839705317|language=ms}}</ref>
Masa ini adalah masa kedatangan para datuk dari [[Walisongo]] yang dipelopori oleh keluarga besar [[Jamaluddin Akbar al-Husaini|Syekh Jamaluddin Akbar al-Husaini]] dari [[Gujarat]]<ref>{{Cite web|url=http://id.rodovid.org/wk/Orang:359642|title=1. Syaikh Maulana Jamaluddin Husein Akbar b. ~ 1310 d. ~ 1453 - Rodovid ID|website=id.rodovid.org|language=id|access-date=2017-04-18}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://kanzunqalam.com/2010/08/31/maulana-husain-pelopor-dakwah-nusantara/|title=Maulana Husain, Pelopor Dakwah Nusantara|date=2010-08-31|website=Kanzunqalam's Blog|access-date=2017-04-18}}</ref> yang masih keturunan [[Muhammad Shahib Mirbath|Syekh Muhammad Shahib Mirbath]] dari [[Hadramaut]]. Ia besama putra-putranya berdakwah jauh ke seluruh pelosok [[Asia Tenggara]] hingga [[Nusantara]] dengan strategi utama menyebarluaskan Islam melalui pernikahan dengan penduduk setempat yang utamanya dari kalangan bangsawan Kerajaan Hindu.<ref>{{Cite web|url=http://www.kompasiana.com/heryfebriyanto/sepenggal-kisah-syeikh-jumadil-kubro_5520b124a333113a4846cf4b|title=Sepenggal Kisah Syeikh Jumadil Kubro|website=www.kompasiana.com|language=en|access-date=2017-04-18}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://travel.detik.com/domestic-destinations/d-2963121/napak-tilas-sayyid-hussein-jumadil-kubro-bapak-wali-songo|title=Napak Tilas Sayyid Hussein Jumadil Kubro, Bapak Wali Songo|last=Budianto|first=Enggran Eko|newspaper=detikTravel|language=en|access-date=2017-04-18}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.com.my/books?id=4tDXAAAAMAAJ&q=Jamaluddin+Akbar+al-Husaini&dq=Jamaluddin+Akbar+al-Husaini&hl=en&sa=X&redir_esc=y|title=Syeikh Dawud al-Fatani: satu analisis peranan dan sumbangannya terhadap khazanah Islam di Nusantara|last=(Haji)|first=Ibrahim Ismail|date=1992-01-01|publisher=Akademi Pengajian Melayu|isbn=9789839705317|language=ms}}</ref>


=== Abad 17-19 Masehi ===
=== Abad 17-19 Masehi ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Arabier TMnr 3728-759.jpg|thumb|250px|Seorang Arab pada masa [[Hindia Belanda]] ([[litografi]] berdasarkan gambar oleh [[Auguste van Pers]], 1854)]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Arabier TMnr 3728-759.jpg|thumb|250px|Seorang Arab pada masa [[Hindia Belanda]] ([[litografi]] berdasarkan gambar oleh [[Auguste van Pers]], 1854)]]
Abad ini adalah gelombang terakhir ditandai dengan hijrah massalnya para Alawiyyin Hadramaut yang menyebarkan Islam sambil berdagang di Nusantara. Kaum pendatang terakhir ini dapat ditandai keturunannya hingga sekarang karena berbeda dengan pendahulunya, tidak banyak melakukan kawin campur dengan penduduk pribumi. Selain itu dapat ditandai dengan marga yang kita kenal sekarang seperti Alatas, Assegaf, Al Jufri, Alaydrus, Syihab, Syahab, Al Haddad, dan lainnya<ref name=":1">{{Cite news|url=https://tirto.id/dinamika-menelusuri-silsilah-para-habib-chda|title=Dinamika Menelusuri Silsilah Para Habib|newspaper=tirto.id|language=id-ID|access-date=2017-04-18}}</ref><ref>{{Cite news|url=http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/10/11/nd9vk0-salah-kaprah-sebutan-habib-di-masyarakat|title=Salah Kaprah Sebutan Habib di Masyarakat {{!}} Republika Online|newspaper=Republika Online|access-date=2017-04-18}}</ref>. Hal ini dapat dimengerti karena marga-marga ini baru terbentuk belakangan. Tercatat dalam sejarah Hadramaut, marga tertua adalah As Saqqaf (Assegaf) yang menjadi gelar bagi Syekh Abdurrahman bin Muhammad Al Mauladdawilah setelah ia wafat pada 731 H atau abad 14-15 M. Sedangkan marga-marga lain terbentuk bahkan lebih belakangan, umumnya pada abad 16. Biasanya nama marga diambil dari gelar seorang ulama setempat yang sangat dihormati. Berdasarkan taksiran pada 1366 H, jumlah mereka sekarang tidak kurang dari 70 ribu jiwa. Ini terdiri dari kurang lebih 200 marga.<ref>{{Cite news|url=https://tirto.id/mereka-yang-habib-dan-yang-bukan-habib-chde|title=Mereka yang Habib dan yang Bukan Habib|newspaper=tirto.id|language=id-ID|access-date=2017-04-18}}</ref><ref name=":2">{{Cite web|url=https://satuislam.org/humaniora/mozaik-nusantara/keturunan-nabi-muhammad-saw-di-indonesia/|title=Keturunan Nabi Muhammad SAW di Indonesia – Satu Islam|website=satuislam.org|language=en-US|access-date=2017-04-18}}</ref><ref name=":3">{{Cite news|url=http://www.muslimoderat.net/2017/01/mengenal-keturunan-nabi-muhammad-saw-di.html|title=Mengenal Keturunan Nabi Muhammad SAW di Indonesia|last=Muslim|first=Mbah|newspaper=MusliModerat|access-date=2017-04-18}}</ref>
Abad ini adalah gelombang terakhir, ditandai dengan hijrah massalnya para ''Alawiyyin'' [[Hadramaut]] yang menyebarkan Islam sambil berdagang di [[Nusantara]]. Kaum pendatang terakhir ini dapat ditandai keturunannya hingga sekarang karena berbeda dengan pendahulunya, tidak banyak melakukan kawin campur dengan penduduk pribumi. Selain itu dapat ditandai dengan marga yang umum dikenal sekarang seperti ''al-Attas, Assegaf, al-Jufri, al-Aydrus, Shihab, Shahab, al-Haddad'', ''al-Habsyi'', dan lainnya<ref name=":1">{{Cite news|url=https://tirto.id/dinamika-menelusuri-silsilah-para-habib-chda|title=Dinamika Menelusuri Silsilah Para Habib|newspaper=tirto.id|language=id-ID|access-date=2017-04-18}}</ref><ref>{{Cite news|url=http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/10/11/nd9vk0-salah-kaprah-sebutan-habib-di-masyarakat|title=Salah Kaprah Sebutan Habib di Masyarakat {{!}} Republika Online|newspaper=Republika Online|access-date=2017-04-18}}</ref>. Hal ini dapat dimengerti karena marga-marga ini baru terbentuk belakangan. Tercatat dalam sejarah Hadramaut, marga tertua adalah ''as-Saqqaf'' (Assegaf) yang menjadi gelar bagi ''Syekh Abdurrahman bin Muhammad al-Mauladdawilah'' setelah ia wafat pada 731 H atau abad 14 - 15 M<ref>{{Cite web|url=http://kabarbanjarmasin.com/posting/silsilah-nasab-marga-assegaf.html|title=Silsilah Nasab Marga Assegaf|last=S.Kom|first=H. Zainal Hakim,|website=kabarbanjarmasin.com|access-date=2017-04-18}}</ref>. Sedangkan marga-marga lain terbentuk bahkan lebih belakangan, umumnya pada abad 16. Biasanya nama marga diambil dari gelar seorang ulama setempat yang sangat dihormati. Berdasarkan taksiran pada 1366 H, jumlah mereka sekarang tidak kurang dari 70 ribu jiwa, Ini terdiri dari kurang lebih 200 marga. Bahkan menurut catatan [[Rabithah Alawiyah]], setidaknya ada sekitar 1,2 juta orang '''Arab-Indonesia''' yang ‘berhak’ menyandang sebutan [[Habib]]. Mereka memiliki moyang yang berasal dari Yaman, khususnya Hadramaut. Habib di kalangan [[Arab-Indonesia]] adalah gelar bangsawan Timur Tengah yang secara khusus dinisbatkan terhadap keturunan [[Nabi Muhammad]] melalui [[Fatimah az-Zahra]] dan [[Ali bin Abi Thalib]].<ref>{{Cite news|url=https://tirto.id/mereka-yang-habib-dan-yang-bukan-habib-chde|title=Mereka yang Habib dan yang Bukan Habib|newspaper=tirto.id|language=id-ID|access-date=2017-04-18}}</ref><ref name=":2">{{Cite web|url=https://satuislam.org/humaniora/mozaik-nusantara/keturunan-nabi-muhammad-saw-di-indonesia/|title=Keturunan Nabi Muhammad SAW di Indonesia – Satu Islam|website=satuislam.org|language=en-US|access-date=2017-04-18}}</ref><ref name=":3">{{Cite news|url=http://www.muslimoderat.net/2017/01/mengenal-keturunan-nabi-muhammad-saw-di.html|title=Mengenal Keturunan Nabi Muhammad SAW di Indonesia|last=Muslim|first=Mbah|newspaper=MusliModerat|access-date=2017-04-18}}</ref>


=== Mulai 1870 hingga setelah 1888 ===
=== Mulai 1870 hingga setelah 1888 ===
Pada tahun 1870 [[Terusan Suez]] mulai dibuka, sehingga kapal dari [[Eropa]] ke [[Timur]] termasuk [[Hindia Belanda]] bisa langsung melalui Suez. Kemudian pelabuhan [[Tanjung Priok, Jakarta Utara]] mulai dibangun tahun 1877 secara modern, selanjutnya KPM ([[Koninklijke Paketvaart Maatschappij]]) sebuah perusahaan pelayaran Belanda dioperasikan tahun 1888 dengan rute Eropa - Hindia Belanda, sehingga memungkinkan orang [[Marga Arab Hadramaut]] atau [[Arab Mesir]] datang ke Hindia Belanda, dan berangsur-angsur mulai tahun 1870 hingga setelah tahun 1888 terjadi migrasi orang Arab dan Mesir ke Hindia Belanda, naik kapal api dari Suez, mereka tidak membawa keluarga sesuai tradisi Arab, bahwa wanita tidak boleh bepergian apalagi sejauh ke Hindia Belanda naik kapal berhari-hari. Keturunan pertama, tentunya dengan ibu Indonesia, yang lahir di Hindia Belanda misalnya adalah [[Abdurrahman Baswedan]] lahir Surabaya 1908 (kakek [[Anis Baswedan]]), [[Syech Albar]] lahir Surabaya 1914 (ayah [[Ahmad Albar]]).
Pada tahun 1870 [[Terusan Suez]] mulai dibuka, sehingga kapal dari [[Eropa]] ke [[Timur]] termasuk [[Hindia Belanda]] bisa langsung melalui Suez. Kemudian pelabuhan [[Tanjung Priok, Jakarta Utara]] mulai dibangun tahun 1877 secara modern. Selanjutnya [[Koninklijke Paketvaart Maatschappij]], sebuah perusahaan pelayaran Belanda dioperasikan tahun 1888 dengan rute Eropa - Hindia Belanda, sehingga memungkinkan orang-orang [[Marga Arab Hadramaut]] atau [[Arab Mesir]] datang ke Hindia Belanda, dan berangsur-angsur mulai tahun 1870 hingga setelah tahun 1888 terjadi migrasi orang Arab dan Mesir ke Hindia Belanda. Mereka tidak membawa keluarga, karena sesuai tradisi Arab, bahwa wanita tidak boleh bepergian apalagi sejauh ke Hindia Belanda naik kapal berhari-hari. Keturunan pertama yang lahir di Hindia Belanda misalnya adalah [[Abdurrahman Baswedan]] lahir di [[Surabaya]] 1908 (kakek [[Anies Baswedan]]) dan [[Syech Albar]] lahir [[Surabaya]] 1914 (ayah [[Ahmad Albar]]).


Saat ini diperkirakan jumlah keturunan Arab Hadramaut di Indonesia lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah mereka yang ada di tempat leluhurnya sendiri. Penduduk Hadramaut sendiri hanya sekitar 1,8 juta jiwa<ref name=":3" /><ref name=":2" />. Bahkan sejumlah marga yang di Hadramaut sendiri sudah punah (seperti Basyeiban dan Haneman) di Indonesia jumlahnya masih cukup banyak. Perkampungan Arab banyak tersebar di berbagai kota di Indonesia, misalnya di [[Jakarta]] (Pekojan)<ref name=":0" />, [[Bogor]] (Empang)<ref>{{Cite web|url=http://bogor.tribunnews.com/2016/01/25/kelurahan-empang-ditetapkan-sebagai-kawasan-wisata-religi-kampung-arab|title=Kelurahan Empang Ditetapkan Sebagai Kawasan Wisata Religi Kampung Arab|website=TribunnewsBogor.com|access-date=2017-04-18}}</ref><ref>{{Cite news|url=http://travel.kompas.com/read/2016/05/19/220900527/Arab.Empang.Menapaki.Perjalanan.Si.Rumah.Panggung?page=all|title=Arab Empang, Menapaki Perjalanan Si Rumah Panggung - Kompas.com|last=Media|first=Kompas Cyber|newspaper=KOMPAS.com|language=en|access-date=2017-04-18}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://greentv.ipb.ac.id/videos/napak-tilas-sejarah-kampung-arab-empang-bogor/|title=Napak Tilas Sejarah Kampung Arab Empang Bogor|website=Green TV|access-date=2017-04-18}}</ref>, [[Kota Surakarta|Surakarta]] ([[Pasar Kliwon, Surakarta|Pasar Kliwon]]), [[Surabaya]] (Ampel)<ref>{{Cite news|url=http://www.bbc.com/indonesia/multimedia/2015/11/151106_galeri_kampungarab|title=Panggilan dari kampung Arab Ampel Surabaya - BBC Indonesia|newspaper=BBC Indonesia|language=id-ID|access-date=2017-04-18}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://travel.detik.com/destinations/d-1982056/ahlan-wa-sahlan-ini-dia-kampung-arab-di-surabaya|title=Ahlan Wa Sahlan! Ini Dia Kampung Arab di Surabaya|newspaper=detikTravel|language=en|access-date=2017-04-18}}</ref>, [[Gresik]] (Gapura), [[Malang]] (Jagalan), [[Cirebon]] (Kauman)<ref>{{Cite news|url=http://regional.liputan6.com/read/2872908/kampung-arab-cirebon-dari-sentra-gerabah-jadi-pusat-pertokoan|title=Kampung Arab Cirebon, dari Sentra Gerabah Jadi Pusat Pertokoan|last=Liputan6.com|newspaper=liputan6.com|access-date=2017-04-18}}</ref>, [[Tegal]] (Kauman), [[Pekalongan]] (Sugihwaras), [[Mojokerto]] (Kauman), [[Yogyakarta]] ([[Kauman, Yogyakarta|Kauman]])<ref>{{Cite web|url=http://travel.tribunnews.com/2016/07/29/kampung-arab-jogja-nggak-usah-ke-timur-tengah-jogja-punya-kebab-rp-20-ribuan-bonus-sumsum|title=Kampung Arab Jogja - Nggak Usah ke Timur Tengah, Jogja Punya Kebab Rp 20 Ribuan Bonus Sumsum|website=TribunTravel.com|access-date=2017-04-18}}</ref>, [[Probolinggo]] (Diponegoro), [[Bondowoso]], [[Palembang]] (Kampung Arab)<ref>{{Cite web|url=http://palembang-tourism.com/destinasi-355-kampung-arab-kota-palembang.html|title=Dinas Pariwisata Kota Palembang|last=Yamakasi|first=Madon|website=palembang-tourism.com|language=en|access-date=2017-04-18}}</ref> dan [[Banjarmasin]] (Kampung Arab), serta masih banyak lagi yang tersebar di kota-kota lainnya seperti [[Banda Aceh]], [[Sigli]], [[Medan]], [[Lampung]], [[Makasar]], [[Gorontalo]], [[Pulau Ambon|Ambon]], [[Mataram]], Ampenan, Sumbawa, Dompu, Bima, [[Kupang]], dan [[Papua]]. Keturunan Arab Hadramaut di Indonesia, seperti negara asalnya Yaman, terdiri 2 kelompok besar yaitu kelompok ''[[Alawiyyin|Alawi]]'', dan kelompok ''Qabili''. Di Indonesia, kadang-kadang ada yang membedakan antara kelompok Alawiyyin yang umumnya pengikut organisasi [[Jamiat al-Kheir]], dengan kelompok ''Syekh'' atau ''Masyaikh'' yang biasa pula disebut ''Irsyadi'' atau pengikut organisasi [[al-Irsyad]].<ref name=":1" />
Saat ini diperkirakan jumlah keturunan Arab Hadramaut di Indonesia lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah mereka yang ada di tempat leluhurnya sendiri. Penduduk Hadramaut sendiri hanya sekitar 1,8 juta jiwa<ref name=":3" /><ref name=":2" />. Bahkan sejumlah marga yang di Hadramaut sendiri sudah punah (seperti [[Basyeiban]] dan Haneman) di Indonesia jumlahnya masih cukup banyak. Perkampungan Arab banyak tersebar di berbagai kota di Indonesia, misalnya di [[Jakarta]] (Pekojan)<ref name=":0" />, [[Bogor]] (Empang)<ref>{{Cite web|url=http://bogor.tribunnews.com/2016/01/25/kelurahan-empang-ditetapkan-sebagai-kawasan-wisata-religi-kampung-arab|title=Kelurahan Empang Ditetapkan Sebagai Kawasan Wisata Religi Kampung Arab|website=TribunnewsBogor.com|access-date=2017-04-18}}</ref><ref>{{Cite news|url=http://travel.kompas.com/read/2016/05/19/220900527/Arab.Empang.Menapaki.Perjalanan.Si.Rumah.Panggung?page=all|title=Arab Empang, Menapaki Perjalanan Si Rumah Panggung - Kompas.com|last=Media|first=Kompas Cyber|newspaper=KOMPAS.com|language=en|access-date=2017-04-18}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://greentv.ipb.ac.id/videos/napak-tilas-sejarah-kampung-arab-empang-bogor/|title=Napak Tilas Sejarah Kampung Arab Empang Bogor|website=Green TV|access-date=2017-04-18}}</ref>, [[Kota Surakarta|Surakarta]] ([[Pasar Kliwon, Surakarta|Pasar Kliwon]]), [[Surabaya]] (Ampel)<ref>{{Cite news|url=http://www.bbc.com/indonesia/multimedia/2015/11/151106_galeri_kampungarab|title=Panggilan dari kampung Arab Ampel Surabaya - BBC Indonesia|newspaper=BBC Indonesia|language=id-ID|access-date=2017-04-18}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://travel.detik.com/destinations/d-1982056/ahlan-wa-sahlan-ini-dia-kampung-arab-di-surabaya|title=Ahlan Wa Sahlan! Ini Dia Kampung Arab di Surabaya|newspaper=detikTravel|language=en|access-date=2017-04-18}}</ref>, [[Gresik]] (Gapura), [[Malang]] (Jagalan), [[Cirebon]] (Kauman)<ref>{{Cite news|url=http://regional.liputan6.com/read/2872908/kampung-arab-cirebon-dari-sentra-gerabah-jadi-pusat-pertokoan|title=Kampung Arab Cirebon, dari Sentra Gerabah Jadi Pusat Pertokoan|last=Liputan6.com|newspaper=liputan6.com|access-date=2017-04-18}}</ref>, [[Tegal]] (Kauman), [[Pekalongan]] (Sugihwaras), [[Mojokerto]] (Kauman), [[Yogyakarta]] ([[Kauman, Yogyakarta|Kauman]])<ref>{{Cite web|url=http://travel.tribunnews.com/2016/07/29/kampung-arab-jogja-nggak-usah-ke-timur-tengah-jogja-punya-kebab-rp-20-ribuan-bonus-sumsum|title=Kampung Arab Jogja - Nggak Usah ke Timur Tengah, Jogja Punya Kebab Rp 20 Ribuan Bonus Sumsum|website=TribunTravel.com|access-date=2017-04-18}}</ref>, [[Probolinggo]] (Diponegoro), [[Bondowoso]], [[Palembang]] (Kampung Arab)<ref>{{Cite web|url=http://palembang-tourism.com/destinasi-355-kampung-arab-kota-palembang.html|title=Dinas Pariwisata Kota Palembang|last=Yamakasi|first=Madon|website=palembang-tourism.com|language=en|access-date=2017-04-18}}</ref> dan [[Banjarmasin]] (Kampung Arab), serta masih banyak lagi yang tersebar di kota-kota lainnya seperti [[Banda Aceh]], [[Sigli]], [[Medan]], [[Lampung]], [[Makasar]], [[Gorontalo]], [[Pulau Ambon|Ambon]], [[Mataram]], Ampenan, Sumbawa, Dompu, Bima, [[Kupang]], dan [[Papua]].<ref name=":4">{{citeweb|url=http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/127912-D%20%2000962%20Perempuan%20Arab-%20Literatur.pdf|title=''Perempuan Arab - Literatur, Kunthi Tridewiyanti, FISIP UI., 2009.''|website=http://lib.ui.ac.id|date=2009-01-01|accessdate=2016-12-31}}</ref>
Keturunan Arab Hadramaut di Indonesia, seperti negara asalnya Yaman, terdiri 2 kelompok besar yaitu kelompok ''[[Alawiyyin|Alawi]]'', dan kelompok ''Qabili''.<ref name=":1" />


== Tokoh dan peranan ==
== Tokoh dan peranan ==
Baris 93: Baris 95:
Pada zaman kejayaan kesultanan-kesultanan Islam di Indonesia, beberapa keturunan Arab dirajakan oleh masyarakat setempat, antara lain di Jawa ([[Kesultanan Demak|Demak]], [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]], dan [[Kesultanan Banten|Banten]]), Sumatera ([[Kesultanan Aceh|Aceh]] dan [[Kesultanan Siak|Siak]]), dan Kalimantan ([[Kesultanan Sambas|Sambas]], [[Kesultanan Pontianak|Pontianak]], [[Kerajaan Kubu|Kubu]], dan [[Kesultanan Pasir|Pasir]]). Selain itu, sejak lama pula banyak sekali keturunan Arab yang menjadi pedagang, dan mereka tersebar di berbagai penjuru kepulauan Indonesia.
Pada zaman kejayaan kesultanan-kesultanan Islam di Indonesia, beberapa keturunan Arab dirajakan oleh masyarakat setempat, antara lain di Jawa ([[Kesultanan Demak|Demak]], [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]], dan [[Kesultanan Banten|Banten]]), Sumatera ([[Kesultanan Aceh|Aceh]] dan [[Kesultanan Siak|Siak]]), dan Kalimantan ([[Kesultanan Sambas|Sambas]], [[Kesultanan Pontianak|Pontianak]], [[Kerajaan Kubu|Kubu]], dan [[Kesultanan Pasir|Pasir]]). Selain itu, sejak lama pula banyak sekali keturunan Arab yang menjadi pedagang, dan mereka tersebar di berbagai penjuru kepulauan Indonesia.


Kaum Arab Hadramaut yang datang pada abad ke-18 dan sesudahnya, tidak banyak melakukan pernikahan dengan penduduk asli sebagaimana gelombang kedatangan yang sebelumnya. Mereka datang sudah membawa nama marga-marga yang terbentuk belakangan (sekitar abad 16-17). Keturunan kaum Arab Hadramaut yang datang belakangan ini, masih mudah dikenali melalui nama-nama khas marga mereka. Warga Arab-Indonesia sampai saat ini turut berperan aktif dalam bidang keagamaan Islam dan berbagai bidang kehidupan lainnya di Indonesia.
Kaum Arab Hadramaut yang datang pada abad ke-18 dan sesudahnya, tidak banyak melakukan pernikahan dengan penduduk asli sebagaimana gelombang kedatangan yang sebelumnya. Mereka datang sudah membawa nama marga-marga yang terbentuk belakangan (sekitar abad 16-17). Keturunan kaum Arab Hadramaut yang datang belakangan ini, masih mudah dikenali melalui nama-nama khas marga mereka. Warga Arab-Indonesia sampai saat ini turut berperan aktif dalam bidang keagamaan Islam dan berbagai bidang kehidupan lainnya di Indonesia.<ref>{{Cite news|url=http://antimateri.com/kaum-arab-hadrami-di-indonesia-sejarah-dan-dimanika-diasporanya-2/|title=Kaum Arab Hadrami di Indonesia: Sejarah dan Dinamika Diasporanya #2|last=Saefullah|first=Hikmawan|date=2013-08-11|newspaper=antimateri.com|language=en-US|access-date=2017-04-18}}</ref>
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van het hoofd van de Arabieren te Tegal Java TMnr 10005286.jpg|thumb|250px|Kepala masyarakat Arab di [[Tegal]], [[Jawa Tengah]], awal abad ke-20.]]
<!-- == Ritual ziarah ==


== ''Alawiyyin'' dan Kerajaan Nusantara ==
Di Hadramaut, banyak pemimpin agama yang makamnya diziarahi. Demikian banyaknya jumlah mereka, hingga bila ada seseorang dari [[Jakarta]] yang tinggal selama 40 hari di Hadramaut, belum tentu dapat menjangkau seluruh tempat ziarah yang ada.
Dalam sejarah pembentukan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara tidak terlepas dari pengaruh komunitas [[Alawiyyin|Ba' Alawi]] atau para [[Sayyid]]. (Syihab, 2004:237-238), antara lain<ref name=":4" />:


=== Kerajaan Peureulak ===
Tempat ziarah yang paling terkenal adalah "Qabr Hud", yang menurut kepercayaan orang Hadramaut adalah makam nenek moyang mereka, [[Nabi Hud|Nabi Allah Hud]] AS. Qabr Hud terletak di sebuah lembah, dan terdapat sebuah masjid berdekatan dengannya. Setiap tanggal 11 Sya'ban tahun [[Hijriah]], tempat ini banyak didatangi para penziah. Mereka bukan saja berasal dari Hadramaut, melainkan juga dari berbagai negara yang 'memiliki' banyak keturunan Hadramaut. Mereka biasanya tinggal di gedung-gedung bertingkat tiga yang hanya digunakan pada saat acara ziarah. Pada hari itu juga ada pasar raya, yang suasananya kira-kira seperti upacara [[Sekatenan|Sekaten]] di [[Yogyakarta]].
[[Kesultanan Peureulak|Kerajaan Peureulak]] Didirikan tahun 225 [[Hijriyah]] / 840 [[Masehi]] oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Syah. Ia adalah putra dari Sayyid Ali bin Muhammad Dibaj bin Ja'far Shadiq, generasi ke 8 dari Rasulullah S.A.W.


=== Kesultanan Siak Sri Inderapura ===
Menurut tradisi, untuk ziarah ini para peziarah sebaiknya mandi terlebih dahulu atau minimal berwudhu di telaga Hud; yang terletak di bawah makam Nabi Hud. Selama tiga hari, kepemimpinan ziarah di Qabr Hud dilakukan secara berganti-ganti. Hari pertama dipimpin munsib Alhabsji, hari kedua oleh munsib Shahabuddin, dan terakhir yang paling meriah dipimpin oleh munsib Binsechbubakar. Begitu meriahnya akhir ziarah ini, hingga peluru-peluru dihamburkan ke udara. Upacara itu dilakukan oleh para pengawal BinSechbubakar, yang dikenal berpengaruh di Hadramaut.
[[Kesultanan Siak]] menjadi kerajaan Islam pada tahun 1723 [[Masehi]]. Sejak Sultan ke VII, tampuk pimpinan dipegang oleh anak cucu dari Sayyid Usman bin Syihabuddin. Pada zaman Sultan ke XII, [[Syarif Kasim II dari Siak|Sultan Syarif Kasim II]], selaku [[Yang Dipertuan Besar Siak|Sultan Siak]] terakhir, telah secara ikhlas mempercepat proses kemerdekaan dan kesatuan wilayah Indonesia dengan menyerahkan dan memasukkan [[Kesultanan Siak]] dalam [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]].
-->


=== Kesultanan Banten ===
[[Kesultanan Banten]] didirikan pada tahun 1568 [[Masehi]] oleh [[Maulana Hasanuddin dari Banten|Sultan Maulana Hasanuddin]] atas perintah dan restu ayahnya, [[Sunan Gunung Jati|Sultan Syarif Hidayatullah bin Syarif Abdullah]] dari [[Kesultanan Cirebon]], salah seorang dari [[Walisongo]].

=== Kesultanan Pontianak ===
[[Kesultanan Pontianak]] didirikan tahun 1194 H / 1173M oleh [[Abdurrahman Alkadrie dari Pontianak|Syarif Abdurrahman bin Habib Husain al-Qadri]]. Pada tahun 1950 M, Sultan Pontianak terakhir, [[Sultan Hamid II|Sultan Hamid II al-Qadri]], menyerahkan kesultanan ke pemerintahan [[Republik Indonesia]].

=== Kerajaan Kubu ===
[[Kerajaan Kubu]] didirikan pada tahun 1911 H / 1778M, Sultan pertamanya adalah Syarif Idrus bin Abdurrahman Alaydrus. Pada tahun 1958 M, Sultan Kubu terakhir, Syarif Hasan bin Zen ‘Alaydrus, menyerahkan kesultanan ke pemerintah [[Republik Indonesia]].

=== Kesultanan Cirebon ===

=== Kesultanan Demak ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van het hoofd van de Arabieren te Tegal Java TMnr 10005286.jpg|thumb|250px|Kepala masyarakat Arab di [[Tegal]], [[Jawa Tengah]], awal abad ke-20.]]
== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
* [[Daftar tokoh Arab-Indonesia]]
* [[Daftar tokoh Arab-Indonesia]]

Revisi per 18 April 2017 06.06

Suku Arab-Indonesia
Berkas:Tuanku Imam Bondjol.jpg Berkas:Habib Abubakar bin Ali Syahab.jpg
Berkas:K.H. Hasan Gipo.jpg Berkas:AR Baswedan.Pas Foto.1970an.jpg
Berkas:Menteri Fadel Muhammad.jpg
Berkas:Achmad Albar.jpg Berkas:Nabila Syakieb.jpg Berkas:Shireen Sungkar.jpg
Daerah dengan populasi signifikan
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Bahasa
Bahasa Arab, Bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah lainnya.
Agama
Islam Sunni
Kelompok etnik terkait
Hadhrami, Arab, Diaspora Arab, Arab-Malaysia, Arab-Singapura

Suku Arab-Indonesia adalah penduduk Indonesia yang memiliki darah Arab dan Pribumi Indonesia. Pada awal kedatangan, mereka umumnya tinggal di perkampungan Arab yang tersebar di berbagai kota di Indonesia[1]. Pada zaman penjajahan Belanda, mereka dianggap sebagai bangsa Timur Asing bersama dengan suku Tionghoa-Indonesia dan suku India-Indonesia.

Sejarah kedatangan

Setelah terjadinya fitnah besar di antara umat Islam yang menyebabkan terbunuhnya khalifah keempat Ali bin Abi Thalib, mulailah terjadi perpindahan (hijrah) besar-besaran dari kaum keturunannya ke berbagai penjuru dunia. Ketika Imam Ahmad Al-Muhajir hijrah dari Irak ke daerah Hadramaut di Yaman, keturunan Ali bin Abi Thalib ini membawa serta 70 orang keluarga dan pengikutnya.[2]

Sejak itu berkembanglah keturunannya hingga menjadi kabilah terbesar di Hadramaut, dan dari kota Hadramaut inilah asal-mula utama dari berbagai koloni Arab yang menetap dan bercampur menjadi warganegara di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya. Selain di Indonesia, Orang Hadhrami ini juga banyak terdapat di Oman, India, Pakistan, Filipina Selatan, Malaysia, dan Singapura.

Terdapat pula warga keturunan Arab yang berasal dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika lainnya di Indonesia, misalnya dari Mesir, Arab Saudi, Sudan atau Maroko; akan tetapi jumlahnya lebih sedikit daripada mereka yang berasal dari Hadramaut.

Perkembangan di Indonesia

Kedatangan koloni Arab dari Hadramaut ke Indonesia diperkirakan terjadi dalam 3 gelombang utama.[3]

Lukisan tentang Ampel, kawasan Arab di Surabaya

Abad 9-11 Masehi

Catatan sejarah tertua adalah berdirinya Kerajaan Peureulak di Aceh Timur pada tanggal 1 Muharram 225 H (840 M)[4]. Hanya 2 abad setelah wafat Rasulullah, salah seorang keturunannya yaitu Sayyid Ali bin Muhammad Dibaj bin Ja'far Shadiq hijrah ke Negeri Perlak. Ia kemudian menikah dengan Makhdum Tansyuri, adik dari Syahir Nuwi dari Negeri tersebut[5]. Dari pernikahan ini lahirlah Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah sebagai Raja pertama Kerajaan Peureulak (840 – 864). Catatan sejarah ini resmi dimiliki Majelis Ulama Kabupaten Aceh Timur dan dikuatkan dalam seminar sebagai makalah 'Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh' 10 Juli 1978 oleh (Alm.) Prof. Ali Hasyimi.[6]

Abad 12-15 Masehi

Masa ini adalah masa kedatangan para datuk dari Walisongo yang dipelopori oleh keluarga besar Syekh Jamaluddin Akbar al-Husaini dari Gujarat[7][8] yang masih keturunan Syekh Muhammad Shahib Mirbath dari Hadramaut. Ia besama putra-putranya berdakwah jauh ke seluruh pelosok Asia Tenggara hingga Nusantara dengan strategi utama menyebarluaskan Islam melalui pernikahan dengan penduduk setempat yang utamanya dari kalangan bangsawan Kerajaan Hindu.[9][10][11]

Abad 17-19 Masehi

Seorang Arab pada masa Hindia Belanda (litografi berdasarkan gambar oleh Auguste van Pers, 1854)

Abad ini adalah gelombang terakhir, ditandai dengan hijrah massalnya para Alawiyyin Hadramaut yang menyebarkan Islam sambil berdagang di Nusantara. Kaum pendatang terakhir ini dapat ditandai keturunannya hingga sekarang karena berbeda dengan pendahulunya, tidak banyak melakukan kawin campur dengan penduduk pribumi. Selain itu dapat ditandai dengan marga yang umum dikenal sekarang seperti al-Attas, Assegaf, al-Jufri, al-Aydrus, Shihab, Shahab, al-Haddad, al-Habsyi, dan lainnya[12][13]. Hal ini dapat dimengerti karena marga-marga ini baru terbentuk belakangan. Tercatat dalam sejarah Hadramaut, marga tertua adalah as-Saqqaf (Assegaf) yang menjadi gelar bagi Syekh Abdurrahman bin Muhammad al-Mauladdawilah setelah ia wafat pada 731 H atau abad 14 - 15 M[14]. Sedangkan marga-marga lain terbentuk bahkan lebih belakangan, umumnya pada abad 16. Biasanya nama marga diambil dari gelar seorang ulama setempat yang sangat dihormati. Berdasarkan taksiran pada 1366 H, jumlah mereka sekarang tidak kurang dari 70 ribu jiwa, Ini terdiri dari kurang lebih 200 marga. Bahkan menurut catatan Rabithah Alawiyah, setidaknya ada sekitar 1,2 juta orang Arab-Indonesia yang ‘berhak’ menyandang sebutan Habib. Mereka memiliki moyang yang berasal dari Yaman, khususnya Hadramaut. Habib di kalangan Arab-Indonesia adalah gelar bangsawan Timur Tengah yang secara khusus dinisbatkan terhadap keturunan Nabi Muhammad melalui Fatimah az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib.[15][16][17]

Mulai 1870 hingga setelah 1888

Pada tahun 1870 Terusan Suez mulai dibuka, sehingga kapal dari Eropa ke Timur termasuk Hindia Belanda bisa langsung melalui Suez. Kemudian pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara mulai dibangun tahun 1877 secara modern. Selanjutnya Koninklijke Paketvaart Maatschappij, sebuah perusahaan pelayaran Belanda dioperasikan tahun 1888 dengan rute Eropa - Hindia Belanda, sehingga memungkinkan orang-orang Marga Arab Hadramaut atau Arab Mesir datang ke Hindia Belanda, dan berangsur-angsur mulai tahun 1870 hingga setelah tahun 1888 terjadi migrasi orang Arab dan Mesir ke Hindia Belanda. Mereka tidak membawa keluarga, karena sesuai tradisi Arab, bahwa wanita tidak boleh bepergian apalagi sejauh ke Hindia Belanda naik kapal berhari-hari. Keturunan pertama yang lahir di Hindia Belanda misalnya adalah Abdurrahman Baswedan lahir di Surabaya 1908 (kakek Anies Baswedan) dan Syech Albar lahir Surabaya 1914 (ayah Ahmad Albar).

Saat ini diperkirakan jumlah keturunan Arab Hadramaut di Indonesia lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah mereka yang ada di tempat leluhurnya sendiri. Penduduk Hadramaut sendiri hanya sekitar 1,8 juta jiwa[17][16]. Bahkan sejumlah marga yang di Hadramaut sendiri sudah punah (seperti Basyeiban dan Haneman) di Indonesia jumlahnya masih cukup banyak. Perkampungan Arab banyak tersebar di berbagai kota di Indonesia, misalnya di Jakarta (Pekojan)[1], Bogor (Empang)[18][19][20], Surakarta (Pasar Kliwon), Surabaya (Ampel)[21][22], Gresik (Gapura), Malang (Jagalan), Cirebon (Kauman)[23], Tegal (Kauman), Pekalongan (Sugihwaras), Mojokerto (Kauman), Yogyakarta (Kauman)[24], Probolinggo (Diponegoro), Bondowoso, Palembang (Kampung Arab)[25] dan Banjarmasin (Kampung Arab), serta masih banyak lagi yang tersebar di kota-kota lainnya seperti Banda Aceh, Sigli, Medan, Lampung, Makasar, Gorontalo, Ambon, Mataram, Ampenan, Sumbawa, Dompu, Bima, Kupang, dan Papua.[26]

Keturunan Arab Hadramaut di Indonesia, seperti negara asalnya Yaman, terdiri 2 kelompok besar yaitu kelompok Alawi, dan kelompok Qabili.[12]

Tokoh dan peranan

Masjid bercorak Jawa di kawasan Arab di Semarang di sekitar tahun 1930
Lihat pula: Marga Arab Hadramaut

Di Indonesia, sejak zaman dahulu telah banyak di kaum keturunan Arab yang menjadi pejuang, alim-ulama dan dai. Di antara para penyebar agama yang menonjol ialah Walisongo, yang diduga kuat (Van Den Berg, 1886) merupakan keturunan Arab Hadramaut dan/atau merupakan murid-murid mereka. Kaum Arab Hadramaut yang datang sekitar abad 15 dan sebelumnya mempunyai perbedaan mendasar dengan mereka yang datang pada gelombang berikutnya (abad 18 dan sesudahnya). Sebagaimana disebutkan oleh Van Den Berg, kaum pendahulu ini banyak berasimilasi dengan penduduk asli, terutama dari keluarga kerajaan Hindu. Hal ini dilakukan dalam rangka mempercepat penyebaran agama Islam, sehingga keturunan mereka sudah hampir tak bisa dikenali sebagai keturunan Arab Hadramaut.

Di antara marga-marga Hadramaut yang pertama-tama ke Indonesia adalah keluarga Basyaiban, yaitu Sayyid Abdul Rahman bin Abu Hafs Umar Basyaiban BaAlawi pada abad ke-17 Masehi.

Pada zaman kejayaan kesultanan-kesultanan Islam di Indonesia, beberapa keturunan Arab dirajakan oleh masyarakat setempat, antara lain di Jawa (Demak, Cirebon, dan Banten), Sumatera (Aceh dan Siak), dan Kalimantan (Sambas, Pontianak, Kubu, dan Pasir). Selain itu, sejak lama pula banyak sekali keturunan Arab yang menjadi pedagang, dan mereka tersebar di berbagai penjuru kepulauan Indonesia.

Kaum Arab Hadramaut yang datang pada abad ke-18 dan sesudahnya, tidak banyak melakukan pernikahan dengan penduduk asli sebagaimana gelombang kedatangan yang sebelumnya. Mereka datang sudah membawa nama marga-marga yang terbentuk belakangan (sekitar abad 16-17). Keturunan kaum Arab Hadramaut yang datang belakangan ini, masih mudah dikenali melalui nama-nama khas marga mereka. Warga Arab-Indonesia sampai saat ini turut berperan aktif dalam bidang keagamaan Islam dan berbagai bidang kehidupan lainnya di Indonesia.[27]

Alawiyyin dan Kerajaan Nusantara

Dalam sejarah pembentukan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara tidak terlepas dari pengaruh komunitas Ba' Alawi atau para Sayyid. (Syihab, 2004:237-238), antara lain[26]:

Kerajaan Peureulak

Kerajaan Peureulak Didirikan tahun 225 Hijriyah / 840 Masehi oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Syah. Ia adalah putra dari Sayyid Ali bin Muhammad Dibaj bin Ja'far Shadiq, generasi ke 8 dari Rasulullah S.A.W.

Kesultanan Siak Sri Inderapura

Kesultanan Siak menjadi kerajaan Islam pada tahun 1723 Masehi. Sejak Sultan ke VII, tampuk pimpinan dipegang oleh anak cucu dari Sayyid Usman bin Syihabuddin. Pada zaman Sultan ke XII, Sultan Syarif Kasim II, selaku Sultan Siak terakhir, telah secara ikhlas mempercepat proses kemerdekaan dan kesatuan wilayah Indonesia dengan menyerahkan dan memasukkan Kesultanan Siak dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kesultanan Banten

Kesultanan Banten didirikan pada tahun 1568 Masehi oleh Sultan Maulana Hasanuddin atas perintah dan restu ayahnya, Sultan Syarif Hidayatullah bin Syarif Abdullah dari Kesultanan Cirebon, salah seorang dari Walisongo.

Kesultanan Pontianak

Kesultanan Pontianak didirikan tahun 1194 H / 1173M oleh Syarif Abdurrahman bin Habib Husain al-Qadri. Pada tahun 1950 M, Sultan Pontianak terakhir, Sultan Hamid II al-Qadri, menyerahkan kesultanan ke pemerintahan Republik Indonesia.

Kerajaan Kubu

Kerajaan Kubu didirikan pada tahun 1911 H / 1778M, Sultan pertamanya adalah Syarif Idrus bin Abdurrahman Alaydrus. Pada tahun 1958 M, Sultan Kubu terakhir, Syarif Hasan bin Zen ‘Alaydrus, menyerahkan kesultanan ke pemerintah Republik Indonesia.

Kesultanan Cirebon

Kesultanan Demak

Kepala masyarakat Arab di Tegal, Jawa Tengah, awal abad ke-20.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b "Ulama Hadhrami di Tanah Betawi: Berdakwah dengan Sepenuh Hati". archive.is. 2014-07-14. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  2. ^ "RootsWeb's WorldConnect Project: Naqobatul Asyrof Al-Kubro". wc.rootsweb.ancestry.com. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  3. ^ "Sejarah Kedatangan Islam ke Nusantara" (PDF). 2011-01-01. Diakses tanggal 2017-4-18. 
  4. ^ "Masjid dan Makam Raja Negeri Peureulak Aceh Timur - Dari Samudra Pasai menuju Kebudayaan Islam Asia Tenggara". Dari Samudra Pasai menuju Kebudayaan Islam Asia Tenggara (dalam bahasa Inggris). 2014-08-10. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  5. ^ "Kerajaan Perlak, Kerajaan Islam Indonesia yang Pertama - Ahlulbait Indonesia". Ahlulbait Indonesia (dalam bahasa Inggris). 2014-01-11. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  6. ^ atjehcyber. "Kesultanan Islam Peureulak". ATJEH CYBER WARRIOR. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  7. ^ "1. Syaikh Maulana Jamaluddin Husein Akbar b. ~ 1310 d. ~ 1453 - Rodovid ID". id.rodovid.org. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  8. ^ "Maulana Husain, Pelopor Dakwah Nusantara". Kanzunqalam's Blog. 2010-08-31. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  9. ^ "Sepenggal Kisah Syeikh Jumadil Kubro". www.kompasiana.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-04-18. 
  10. ^ Budianto, Enggran Eko. "Napak Tilas Sayyid Hussein Jumadil Kubro, Bapak Wali Songo". detikTravel (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-04-18. 
  11. ^ (Haji), Ibrahim Ismail (1992-01-01). Syeikh Dawud al-Fatani: satu analisis peranan dan sumbangannya terhadap khazanah Islam di Nusantara (dalam bahasa Melayu). Akademi Pengajian Melayu. ISBN 9789839705317. 
  12. ^ a b "Dinamika Menelusuri Silsilah Para Habib". tirto.id. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  13. ^ "Salah Kaprah Sebutan Habib di Masyarakat | Republika Online". Republika Online. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  14. ^ S.Kom, H. Zainal Hakim,. "Silsilah Nasab Marga Assegaf". kabarbanjarmasin.com. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  15. ^ "Mereka yang Habib dan yang Bukan Habib". tirto.id. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  16. ^ a b "Keturunan Nabi Muhammad SAW di Indonesia – Satu Islam". satuislam.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-04-18. 
  17. ^ a b Muslim, Mbah. "Mengenal Keturunan Nabi Muhammad SAW di Indonesia". MusliModerat. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  18. ^ "Kelurahan Empang Ditetapkan Sebagai Kawasan Wisata Religi Kampung Arab". TribunnewsBogor.com. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  19. ^ Media, Kompas Cyber. "Arab Empang, Menapaki Perjalanan Si Rumah Panggung - Kompas.com". KOMPAS.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-04-18. 
  20. ^ "Napak Tilas Sejarah Kampung Arab Empang Bogor". Green TV. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  21. ^ "Panggilan dari kampung Arab Ampel Surabaya - BBC Indonesia". BBC Indonesia. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  22. ^ "Ahlan Wa Sahlan! Ini Dia Kampung Arab di Surabaya". detikTravel (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-04-18. 
  23. ^ Liputan6.com. "Kampung Arab Cirebon, dari Sentra Gerabah Jadi Pusat Pertokoan". liputan6.com. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  24. ^ "Kampung Arab Jogja - Nggak Usah ke Timur Tengah, Jogja Punya Kebab Rp 20 Ribuan Bonus Sumsum". TribunTravel.com. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  25. ^ Yamakasi, Madon. "Dinas Pariwisata Kota Palembang". palembang-tourism.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-04-18. 
  26. ^ a b "Perempuan Arab - Literatur, Kunthi Tridewiyanti, FISIP UI., 2009." (PDF). http://lib.ui.ac.id. 2009-01-01. Diakses tanggal 2016-12-31.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  27. ^ Saefullah, Hikmawan (2013-08-11). "Kaum Arab Hadrami di Indonesia: Sejarah dan Dinamika Diasporanya #2". antimateri.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-04-18. 

Pranala luar